Professional Documents
Culture Documents
dengan Metode Irisa abilan Lereng dengan Metode Irisa abilan Lereng dengan Metode Irisan nn n
= 22.5 kN/m
3
c = 30 kPa
= 33
o
= 19.5 kN/m
3
c = 10 kPa
= 33
o
Saifuddin Arief
ariefs1@inco.com
Metode Irisan - ii
Kata Pengantar
Metode Irisan merupakan metode yang paling sering digunakan dalam analisis
kestabilan lereng. Kelebihan utama dari metode irisan adalah mudah dipahami serta
membutuhkan data yang relatif sedikit dibandingkan dengan metode yang lainnya.
Metode irisan juga telah teruji kehandalannya selama puluhan tahun.
Hampir sebagian besar metode-metode yang termasuk dalam metode irisan akan
dijelaskan dalam tulisan ini. Untuk memudahkan pemahaman pada bagian akhir dari
tulisan ini juga disertakan beberapa contoh perhitungan.
Tiada ada gading yang tak retak, saran dan masukkan akan diterima dengan senang hati.
Maret 2008
Sorowako, Sulawesi Selatan
Saifuddin Arief
ariefs1@inco.com
Metode Irisan - iii
"Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana."
[Al Baqoroh: 32]
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?
[Al Mulk: 3]
Tulisan ini dipersembahkan kepada kedua orang tua penulis, Imam Syafii dan Zuliatin,
istriku tersayang Hesti, kedua buah hatiku, Izzuddin dan Hanif, semoga kebaikan dan
kebahagian selalu tercurahkan untuk mereka.
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 1
1 Pendahuluan
Metode irisan merupakan metode yang sangat populer dalam analisa kestabilan lereng.
Metode ini telah terbukti sangat berguna dan dapat diandalkan dalam praktek rekayasa
serta membutuhkan data yang relatif sedikit dibandingkan dengan metode lainnya,
seperti metode elemen hingga (finite element), metode beda hingga (finite difference)
atau metode elemen diskrit (discrete element).
Ide untuk membagi massa di atas bidang runtuh ke dalam sejumlah irisan telah
digunakan sejak awal abad 20. Pada tahun 1916, Peterson melakukan analisis
kestabilan lereng pada beberapa dinding dermaga di Gothenberg, Swedia, dimana
bidang runtuh dianggap berbentuk sebuah busur lingkaran dan kemudian massa di atas
bidang runtuh dibagi ke dalam sejumlah irisan vertikal. Dua puluh tahun kemudian,
Fellenius (1936) memperkenalkan metode irisan biasa. Setelah itu muncul beberapa
metode irisan lainnya, antara lain yang dikembangkan oleh: Janbu (1954, 1957);
Bishop (1955); Morgenstern dan Price (1965); Spencer (1967); Sarma (1973, 1979);
Fredlund dan Krahn (1977), Fredlund, dkk (1981); Chen dan Morgenstern (1983); Zhu,
Lee dan Jiang (2003).
Terdapatnya beberapa macam variasi dari metode irisan disebabkan oleh adanya
perbedaan asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan faktor keamanan. Asumsi
tersebut dipergunakan karena analisis kestabilan lereng merupakan persoalan statika
taktentu (indefinite statics) sehingga diperlukan beberapa asumsi tambahan yang
diperlukan dalam perhitungan faktor keamanan.
2 Prinsip-prinsip Dasar Metode Irisan
Semua metode irisan menyatakan kondisi kestabilan suatu lereng dinyatakan dalam
suatu indeks yang disebut faktor keamanan (F), yang didefinisikan sebagai berikut:
setimbang agar tepat diperlukan yang geser kekuatan
tersedia yang material geser kekuatan
= =
s
F [1]
Faktor keamanan diasumsikan mempunyai nilai yang sama untuk setiap irisan.
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 2
Kekuatan geser material yang tersedia untuk menahan material sehingga lereng tidak
longsor dinyatakan dalam kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb sebagai berikut:
( ) ' tan ' u c s
n
+ = [2]
dimana:
s = Kekuatan geser
c = kohesi efektif
= sudut gesek efektif
n
= tegangan normal total
u = tekanan air pori
Kekuatan geser tersebut dianggap tidak tergantung pada kondisi tegangan-regangan
yang ada pada lereng.
Besarnya tahanan geser yang diperlukan agar lereng berada dalam kondisi tepat
setimbang [S
m
] dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
( ) ( )
F
u c
F
s
S
n
m
' tan ' +
= =
( )
F
u N c
S
m
' tan ' +
= [3]
Karakteristik lainnya yaitu geometri dari bidang gelinciran harus ditentukan atau
diasumsikan terlebih dahulu. Untuk menyederhanakan perhitungan, bidang runtuh
biasanya dianggap berbentuk sebuah busur lingkaran, gabungan busur lingkaran
dengan garis lurus, atau gabungan dari beberapa segmen garis lurus. Ilustrasi beberapa
bentuk bidang runtuh tersebut dan gaya-gaya yang bekerja pada setiap irisan
ditunjukkan pada gambar 1 sampai gambar 3.
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 3
Gambar 1. Model lereng dengan bidang runtuh
yang berbentuk sebuah busur lingkaran.
Gambar 2. Model lereng dengan bidang runtuh yang berupa
gabungan dari sebuah busur lingkaran dengan segmen garis lurus.
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 4
Gambar 3. Model lereng dengan bidang runtuh yang berupa
gabungan dari beberapa segmen garis lurus (multilinier).
Definisi dari variabel-variabel pada gambar-gambar di atas adalah sebagai berikut:
W = Berat total irisan.
N = Gaya normal total pada dasar irisan.
S
m
= Gaya geser pada dasar irisan yang diperlukan agar irisan berada dalam
kondisi tepat setimbang.
E = Gaya antar-irisan horisontal; tikbawah L dan R menunjukkan masing-
masing untuk sebelah kiri dan kanan dari irisan.
X = Gaya antar-irisan vertikal; tikbawah L dan R menunjukkan masing-masing
untuk sebelah kiri dan kanan dari irisan.
kW = Gaya seismik horisontal yang bekerja pada pusat massa irisan, dimana k
adalah koefisien seismik.
R = Radius lingkaran untuk bidang runtuh busur lingkaran; atau lengan momen
dari gaya geser S
m
terdapat pusat momen untuk bidang runtuh yang bukan
busur lingkaran.
f = Jarak tegak lurus dari gaya normal N terhadap pusat momen.
x = Jarak horisontal dari pusat massa irisan terhadap pusat momen.
e = Jarak vertikal dari pusat massa irisan terhadap pusat momen.
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 5
h = Tinggi rata-rata irisan
b = Lebar irisan
= Panjang dasar irisan [ = b sec ]
a = Jarak vertikal dari gaya hidrostatik terhadap pusat momen.
A = Gaya hidrostatik pada retakan tarik
= Sudut kemiringan dari garis singgung pada titik di tengah dasar irisan
terhadap bidang horisontal. Sudut kemiringan bernilai positif apabila searah
dengan kemiringan lereng, dan bernilai negatif apabila berlawanan arah
dengan kemiringan lereng.
Setelah geometri dari bidang runtuh ditentukan kemudian selanjutnya massa di atas
bidang runtuh dibagi ke dalam sejumlah irisan tertentu. Tujuan dari pembagian tersebut
adalah untuk mempertimbangkan terdapatnya variasi kekuatan geser dan tekanan air
pori sepanjang bidang runtuh.
Dengan mengacu pada beberapa gambar di atas terlihat bahwa persoalan kestabilan
lereng merupakan persoalan statik taktentu, yaitu persoalan dimana terdapat lebih
banyak variabel yang tak diketahui dibanding dengan jumlah persamaan yang ada.
Jumlah persamaan dan variabel yang tak diketahui diperlihatkan pada Tabel 1. Untuk
menyelesaikan persoalan tersebut diperlukan sejumlah asumsi tambahan sehingga
persoalannya berubah menjadi persoalan statik tertentu.
Hampir semua metode irisan mengasumsikan bahwa titik kerja dari gaya normal pada
dasar di irisan terletak pada tengah dari dasar irisan, asumsi menyebabkan jumlah
variabel yang tak diketahui akan berkurang menjadi (5n 2). Masih terdapat sejumlah
(n 2) asumsi tambahan yang diperlukan untuk menjadikan persoalan statik taktentu
menjadi persoalan statik tertentu. Terdapatnya beberapa variasi metode irisan
disebabkan oleh adanya perbedaan asumsi tambahan yang digunakan. Asumsi yang
digunakan oleh beberapa metode irisan diberikan pada Tabel 2.
Jumlah asumsi yang digunakan akan menentukan kondisi kesetimbangan yang dapat
dipenuhi, apabila jumlah asumsinya melebihi (n 2) maka tidak semua kondisi
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 6
kesetimbangan dapat dipenuhi. Kondisi kesetimbangan yang dipenuhi oleh berapa
metode irisan ditunjukkan pada Tabel 3.
Berdasarkan kondisi kesetimbangan yang dapat dipenuhi, metode irisan dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori.
1. Metode yang tidak memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan momen,
antara lain yaitu metode irisan biasa, metode Bishop yang disederhanakan, metode
Janbu yang disederhanakan, dan metode Corps of Engineer.
2. Metode yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan momen, antara
lain yaitu Metode Spencer, Metode Morgenstern-Price dan Metode Kesetimbangan
Batas Umum.
Tabel 1. Persamaan dan variabel yang tidak diketahui
Persamaan Keterangan
n Kesetimbangan momen untuk tiap irisan
n Kesetimbangan gaya dalam arah vertikal
n Kesetimbangan gaya dalam arah horisontal
n Kriteria keruntuhan (Persamaan Mohr-Coulomb)
4n Jumlah total persamaan
Variabel Yang Tak Diketahui
Variabel
1 Faktor keamanan (F)
n Gaya normal pada dasar tiap irisan (N)
n Titik kerja gaya Normal pada dasar tiap irisan
n Gaya geser pada dasar tiap irisan (S
m
)
n 1 Gaya geser antar-irisan (X)
n 1 Gaya normal antar-irisan (E)
n 1 Titik kerja gaya antar-irisan (garis dorong)
6n 2 Jumlah total variabel yang tidak diketahui
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 7
Tabel 2. Asumsi-asumsi yang digunakan oleh beberapa metode irisan
Metode Asumsi
Irisan Biasa (Fellenius)
Resultan gaya antar-irisan sama dengan nol dan bekerja
sejajar dengan permukaan bidang runtuh.
Bishop Yang
Disederhanakan
Gaya geser antar-irisan sama dengan nol (X=0).
Janbu Yang
Disederhanakan
Gaya geser antar-irisan sama dengan nol (X=0). Faktor
koreksi digunakan sebagai faktor empiris untuk
memasukkan efek dari gaya geser antar irisan.
Janbu Yang Umum
Letak gaya antar-irisan didefinisikan oleh garis gaya
antar irisan yang diasumsikan.
Lowe-Karafiath
Kemiringan dari resultan gaya geser dan normal antar-
irisan sama dengan rata-rata dari kemiringan permukaan
lereng dan kemiringan bidang runtuh
Corps of Engineers
Kemiringan dari resultan gaya geser dan normal antar-
irisan besarnya sama dengan:
Kemiringan permukaan lereng, atau
Kemiringan dari kaki bidang runtuh ke puncak bidang
runtuh.
Spencer
Kemiringan dari resultan gaya geser dan normal antar-
irisan adalah sama untuk semua irisan.
Morgenstern-Price
Kemiringan gaya geser antar irisan besarnya sebanding
dengan fungsi tertentu yang diasumsikan.
Kesetimbangan Batas
Umum
Sudut gaya antar irisan besarnya sebanding dengan
fungsi tertentu yang diasumsikan.
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 8
Tabel 3. Kondisi kesetimbangan yang dipenuhi
Kesetimbangan Gaya Kesetimbangan
Metode Vertikal Horisontal Momen
Irisan Biasa (Fellenius) Tidak Tidak Ya
Bishop Yang Disederhanakan Ya Tidak Ya
Janbu Yang Disederhanakan Ya Ya Tidak
Janbu Yang Umum Ya Ya Tidak
Lowe-Karafiath Ya Ya Tidak
Corps of Engineers Ya Ya Tidak
Spencer Ya Ya Ya
Morgenstern-Price Ya Ya Ya
Kesetimbangan Batas Umum Ya Ya Ya
Oleh karena letak dari bidang runtuh tidak diketahui dan harus diasumsikan terelebih
dahulu maka harus dilakukan perhitungan pada sejumlah bidang runtuh, untuk mencari
bidang runtuh yang memberikan faktor keamanan terkecil. Bidang runtuh yang
menghasilkan faktor keamanan terkecil dinamakan sebagai bidang runtuh kritis.
Penentuan bidang runtuh kritis dapat dilakukan secara coba-coba atau dengan
menggunakan metode optimasi.
Penjelasan yang lebih detail dari beberapa metode irisan diberikan pada beberapa
subbab berikut.
3 Metode Irisan Biasa (Metode Fellenius)
Metode irisan biasa (Fellenius, 1936) merupakan metode yang paling sederhana
diantara beberapa metode irisan. Metode ini juga dinamakan sebagai metode lingkaran
Swedia. Asumsi yang digunakan dalam metode ini adalah resultan gaya antar irisan
sama dengan nol dan bekerja sejajar dengan permukaan bidang runtuh, serta bidang
runtuh berupa sebuah busur lingkaran. Kondisi kesetimbangan yang dapat dipenuhi
oleh metode ini hanya kesetimbangan momen untuk semua irisan pada pusat lingkaran
runtuh.
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 9
Gambar 4. Gaya-gaya yang bekerja pada tiap irisan
Gaya normal total ditentukan dengan menggunakan kesetimbangan gaya dalam arah
tegak lurus dasar irisan, besarnya yaitu:
sin cos kW W N = [4]
Dengan merujuk pada Gambar 1, kesetimbangan momen pada pusat lingkaran runtuh
untuk semua irisan adalah sebagai berikut:
( ) ( ) ( ) 0 cos sin
1 1
= + +
= =
Aa R S h R kW WR
n
i
m
n
i
c
[5]
dimana h
c
adalah tinggi pusat massa irisan dari titik tengah pada dasar irisan.
Gaya geser yang diperlukan agar lereng berada dalam kondisi setimbang adalah:
( )
F
u N c
S
m
' tan ' +
= [6]
Apabila persamaan di atas disubstitusikan ke dalam persamaan [5] akan diperoleh
persamaan untuk menghitung faktor keamanan (F) sebagai berikut:
( ) [ ]
R
a
A
R
h
kW W
u N c
F
n
i
c
n
i
+
(
\
|
+
+
=
=
=
1
1
cos sin
' tan '
[7]
Apabila dibandingkan dengan metode lainnya yang lebih teliti, seperti Metode Bishop
atau Metode Spencer, faktor keamanan yang dihitung dengan metode ini pada
umumnya mempunyai nilai yang lebih rendah sebesar 5% sampai 20%. Bahkan untuk
lereng landai dengan tekanan air pori yang tinggi, perbedaannya dapat mencapai sekitar
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 10
60%. Untuk lereng dengan material yang mempunyai sudut gesek sama dengan nol (
= 0) metode ini dapat memberikan nilai faktor keamanan yang sama akuratnya dengan
Metode Bishop Yang Disederhanakan. Untuk lereng dengan dengan material yang
mempunyai sudut gesek lebih besar daripada nol, metode ini sebaiknya tidak
digunakan karena dapat menghasilkan rancangan lereng yang tidak ekonomis.
4 Metode Bishop Yang Disederhanakan (Simplified Bishop Method)
Diantara metode irisan lainnya, metode Bishop yang disederhanakan (Bishop, 1955)
merupakan metode yang paling populer dalam analisis kestabilan lereng. Asumsi yang
digunakan dalam metode ini yaitu besarnya gaya geser antar-irisan sama dengan nol
(X=0) dan bidang runtuh berbentuk sebuah busur lingkaran. Kondisi kesetimbangan
yang dapat dipenuhi oleh metode ini adalah kesetimbangan gaya dalam arah vertikal
untuk setiap irisan dan kesetimbangan momen pada pusat lingkaran runtuh untuk
semua irisan, sedangkan kesetimbangan gaya dalam arah horisontal tidak dapat
dipenuhi.
Gambar 5. Gaya-gaya yang bekerja pada tiap irisan
Kesetimbangan gaya dalam arah vertikal menghasilkan persamaan sebagai berikut:
0 sin cos = + W S N
m
[8]
Substitusi persamaan [3] ke persamaan [8] akan menghasilkan persamaan untuk gaya
normal total (N) sebagai berikut:
F
F
u c
W
N
'
' '
tan sin
cos
tan sin sin
= [9]
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 11
Dengan merujuk pada Gambar 1, kesetimbangan momen pada pusat lingkaran runtuh
untuk semua irisan adalah sebagai berikut:
( ) ( ) ( ) 0 cos sin
1 1
= + +
= =
Aa R S h R kW WR
n
i
m
n
i
c
[10]
dimana h
c
adalah tinggi pusat massa irisan dari titik tengah pada dasar irisan. Gaya
geser antar-irisan dihilangkan dari persamaan di atas karena resultan momen dari gaya-
gaya tersebut saling menghilangkan.
Dengan mensubstitusikan persamaan [3] ke dalam persamaan di atas akan
menghasilkan persamaan untuk menghitung faktor keamanan (F) sebagai berikut:
( ) [ ]
R
a
A
R
h
kW W
u N c
F
n
i
c
n
i
+
(
\
|
+
+
=
=
=
1
1
cos sin
' tan '
[11]
dimana N dihitung menggunakan persamaan [9].
Pada persamaan [11] variabel faktor keamanan (F) terdapat pada kedua sisi persamaan
sehingga perhitungan nilai F tidak dapat dilakukan secara langsung dan harus dihitung
dengan menggunakan aproksimasi berulang (iterasi). Aproksimasi berulang dilakukan
beberapa kali sampai nilai perbedaan dari F pada kedua sisi persamaan lebih kecil dari
nilai toleransi yang diberikan.
Metode Bishop yang disederhanakan merupakan metode sangat populer dalam analisis
kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya yang sederhana, cepat dan memberikan
hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti. Kesalahan metode ini apabila
dibandingkan dengan metode lainnya yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan
seperti Metode Spencer atau Metode Kesetimbangan Batas Umum, jarang lebih besar
dari 5%. Metode ini sangat cocok digunakan untuk pencarian secara otomatis bidang
runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran untuk mencari faktor keamanan
minimum.
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 12
5 Metode Janbu Yang Disederhanakan (Simplified Janbu Method)
Metode Janbu yang disederhanakan (Janbu, 1954, 1973) juga termasuk salah satu
metode yang populer dan sering digunakan dalam analisis kestabilan lereng. Asumsi
yang digunakan dalam metode ini yaitu gaya geser antar irisan sama dengan nol.
Metode ini memenuhi kesetimbangan gaya dalam arah vertikal untuk setiap irisan dan
kesetimbangan gaya dalam arah horisontal untuk semua irisan, namun kesetimbangan
momen tidak dapat dipenuhi. Sembarang bentuk bidang runtuh dapat dianalisis dengan
metode ini.
Gambar 6. Gaya-gaya yang bekerja pada tiap irisan
Kesetimbangan gaya dalam arah vertikal akan menghasilkan persamaan sebagai
berikut:
0 sin cos = + W S N
m
[12]
Dengan mensubstitusikan persamaan [3] ke dalam persamaan [12] akan dihasilkan
persamaan untuk gaya normal total (N) sebagai berikut:
F
F
u c
W
N
'
' '
tan sin
cos
tan sin sin
= [13]
Kesetimbangan gaya pada arah horisontal untuk semua irisan adalah sebagai berikut:
( ) ( )
= =
= +
n
i
m
n
i
R L
kW S N E E
1 1
0 cos sin [14]
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 13
Berdasarkan prinsip aksi reaksi diperoleh bahwa resultan gaya-gaya normal antar irisan
akan saling menghilangkan. Hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:
E
R
[j-1] = E
L
[j] [15]
dimana j adalah nomor irisan. Syarat batas untuk gaya normal antar-irisan pada sisi kiri
irisan ke-1 dan pada sisi kanan irisan ke-n, adalah sebagai berikut:
E
L
[1] = 0 [16]
E
R
[n] = A [17]
Dengan mengunakan persamaan [15], [16] dan [17] maka persamaan [14] dapat ditulis
sebagai berikut:
( )
=
= +
n
i
m
kW S N A
1
0 cos sin [18]
Dengan mensubstitusikan persamaan [3] ke dalam persamaan di atas maka akan
diperoleh persamaan untuk menghitung faktor keamanan (F) sebagai berikut:
( ) ( )
( ) A kW N
u N c
F
n
i
n
i
+ +
+
=
=
=
1
1
' '
sin
cos tan
[19]
Faktor keamanan (F) terdapat pada kedua sisi dari persamaan di atas sehingga
perhitungannya harus dilakukan dengan menggunakan aproksimasi berulang, sampai
diperoleh nilai perbedaan dari F pada sisi kiri dan kanan lebih kecil dari nilai toleransi
yang diberikan.
Faktor keamanan yang dihitung dengan persamaan [14] merupakan faktor keamanan
yang belum dikoreksi, sehingga setelah F dihitung dengan persamaan [19] kemudian
harus dikalikan dengan faktor koreksi f
o
.
F
janbu
= f
o
. F [20]
Faktor koreksi dimasukkan sebagai koreksi dari pengabaian gaya geser antar irisan,
yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
|
|
\
|
|
\
|
+ =
2
4 . 1 1
L
d
L
d
t f
o
[21]
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 14
Besarnya nilai t bervariasi sesuai dengan jenis tanah yaitu sebagai berikut:
t = 0.69 untuk tanah dengan c 0 dan = 0
t = 0.31 untuk tanah dengan c = 0 dan 0
t = 0.50 untuk tanah dengan c 0 dan 0
Gambar 7. Faktor koreksi untuk Metode Janbu Yang Disederhanakan.
Faktor keamanan yang dihitung dengan metode ini apabila dibandingkan dengan
metode yang teliti, seperti metode Kesetimbangan Batas Umum dan Morgenstern-
Price, pada umumnya lebih rendah sekitar 30%, akan tetapi kadang dapat juga lebih
besar sekitar 5%.
6 Metode Kesetimbangan Batas Umum (Generalized Limit Equlibrium
Method)
Metode Kesetimbangan Batas Umum dikembangkan oleh Fredlund di tahun 70-an
(Fredlund dan Krahn 1977; Fredlund dkk 1981). Metode ini dapat memenuhi semua
kondisi kesetimbangan dan dapat digunakan untuk gelinciran dengan bidang runtuh
sembarang.
Asumsi yang digunakan oleh metode kesetimbangan batas umum yaitu terdapat
hubungan antara gaya geser antar-irisan dan gaya normal antar-irisan, yang dinyatakan
dengan persamaannya sebagai berikut:
E x f X ) ( = [22]
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 15
dimana:
X = gaya geser antar-irisan
E = gaya normal antar-irisan
= faktor skala
f(x) = sebuah fungsi yang diasumsikan
Gambar 8. Gaya-gaya yang bekerja pada tiap irisan
Gambar 9. Bentuk fungsi yang menggambarkan distribusi gaya antar-irisan
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 16
Beberapa bentuk fungsi f(x) yang dapat digunakan diperlihatkan pada Gambar 9. Pada
umumnya pengaruh dari bentuk fungsi yang digunakan terhadap nilai faktor keamanan
adalah kecil sekali, sehingga dalam perhitungan faktor keamanan seringkali
dipergunakan asumsi fungsi f(x)=konstanta atau f(x)=setengah-sinus.
Adanya asumsi mengenai gaya geser antar-irisan tersebut akan mengurangi sejumlah (n
- 1) variabel yang tidak diketahui sedangkan faktor skala () merupakan sebuah
variabel baru atau tambahan yang besarnya tidak ketahui sehingga memberikan jumlah
total variabel yang tidak diketahui akan berkurang sebesar (n 2). Dengan adanya hal
tersebut maka jumlah total variabel yang tidak diketahui akan menjadi 4n, sama dengan
jumlah persamaan yang ada. Oleh karena jumlah variabel yang tidak diketahui sama
dengan jumlah persamaan yang ada maka semua kondisi kestimbangan dapat dipenuhi.
Kesetimbangan gaya dalam arah vertikal untuk setiap irisan adalah sebagai berikut:
( ) 0 sin cos = + + W S N X X
m R L
[23]
Dengan mensubstitusikan persamaan [3] ke dalam persamaan di atas menghasilkan
persamaan untuk gaya normal total (N) untuk setiap irisan sebagai berikut:
( )
F
F
u c
W X X
N
L R
'
' '
tan sin
cos
tan sin sin
+
= [24]
Besarnya gaya normal antar-irisan pada sisi kanan irisan (E
R
) dapat ditentukan dari
kesetimbangan gaya pada arah horisontal untuk setiap irisan, persamaannya adalah
sebagai berikut:
kW S N E E
m L R
+ = cos sin [25]
Gaya geser antar-irisan pada sisi kiri dan kanan untuk setiap irisan dapat dinyatakan
sebagai berikut:
L L L
E x f X ) ( = [26]
R R R
E x f X ) ( = [27]
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 17
Faktor Keamanan Terhadap Kesetimbangan Gaya (F
F
)
Kesetimbangan gaya pada arah horisontal untuk semua irisan adalah sebagai berikut:
( ) ( )
= =
= +
n
i
m
n
i
R L
kW S N E E
1 1
0 cos sin [28]
Resultan dari gaya normal antar-irisan akan saling menghilangkan dan dengan
menggunakan syarat batas untuk gaya normal antar-irisan pada sisi kiri irisan pertama
dan sisi kanan irisan terakhir, maka persamaan [28] dapat disederhanakan sebagai
berikut:
( )
=
= +
n
i
m
kW S N A
1
0 cos sin [29]
Dengan mensubstitusikan persamaan [3] ke dalam persamaan [29] akan menghasilkan
persamaan untuk faktor keamanan terhadap kesetimbangan gaya (F
F
) sebagai berikut:
( ) ( )
( ) A kW N
u N c
F
n
i
n
i
F
+ +
+
=
=
=
1
1
' '
sin
cos tan
[30]
Besarnya N pada persamaan ini dihitung menggunakan persamaan [24] dengan
menggunakan F=F
F
.
Faktor Keamanan Terhadap Kesetimbangan Momen (F
M
)
Dengan merujuk pada Gambar 2 dan 3, kesetimbangan momen pada pusat gelinciran
untuk semua irisan adalah sebagai berikut:
( ) ( ) 0
1
= + +
= =
Aa R S Nf kWe Wx
n
i
m
n
i i
[31]
Gaya geser dan gaya normal antar-irisan dihilangkan dari persamaan di atas karena
resultan momen dari gaya-gaya tersebut saling menghilangkan.
Dengan mensubstitusikan persamaan [3] ke dalam persamaan [31] akan menghasilkan
persamaan untuk faktor keamanan terhadap kesetimbangan gaya (F
F
) sebagai berikut:
( ) [ ]
( ) Aa Nf kWe Wx
R u N c
F
n
i i
n
i
M
+ +
+
=
=
=1
' tan '
[32]
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 18
Besarnya N pada persamaan ini dihitung menggunakan persamaan [24] dengan
menggunakan F=F
M
.
Perhitungan Faktor Keamanan
Faktor keamanan terhadap kesetimbangan momen (F
M
) dan faktor keamanan terhadap
kesetimbangan gaya (F
F
) harus dihitung secara serentak dengan mengasumsikan nilai
dari faktor skala () harus terlebih dahulu. Prinsip dari perhitungan ini adalah untuk
mencari suatu nilai faktor skala yang menghasilkan perbedaan absolut dari (F
M
F
F
)
lebih kecil dari toleransi yang diberikan. Apabila kondisi tersebut sudah dipenuhi
berarti kondisi kesetimbangan gaya dan momen telah dapat dipenuhi.
7 Metode Morgenstern-Price
Metode Morgenstern-Price (Morgenstern & Price, 1965) dikembangkan terlebih dahulu
daripada metode kesetimbangan batas umum. Metode ini dapat digunakan untuk semua
bentuk bidang runtuh dan telah memenuhi semua kondisi kesetimbangan.
Metode Morgenstern-Price menggunakan asumsi yang sama dengan metode
kesetimbangan batas umum yaitu terdapat hubungan antara gaya geser antar-irisan dan
gaya normal antar-irisan, yang dapat dinyatakan dengan persamaannya sebagai berikut:
E x f X ) ( = [33]
Bentuk beberapa fungsi f(x) yang dapat digunakan dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 10. Gaya-gaya yang bekerja pada tiap irisan [Metode Morgenstern-Price]
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 19
Terdapat perbedaan cara perhitungan faktor keamanan diantara metode Morgenstern-
Price dan metode kesetimbangan batas umum. Dalam metode kesetimbangan batas
umum, perhitungan faktor keamanan dilakukan dengan menggunakan kesetimbangan
gaya dalam arah horisontal dan kesetimbangan momen pada pusat gelinciran untuk
semua irisan. Sementara itu metode Morgenstern-Price, perhitungan faktor keamanan
dilakukan dengan menggunakan kondisi kesetimbangan gaya dan momen dari setiap
irisan.
Persamaan Kesetimbangan Gaya
Kesetimbangan gaya dalam arah vertikal untuk setiap irisan adalah sebagai berikut:
( ) 0 sin cos = + + W S N X X
m R L
[34]
Dengan mensubstitusikan persamaan [3] ke dalam persamaan di atas menghasilkan
persamaan untuk gaya normal total (N) untuk setiap irisan sebagai berikut:
( )
F
F
u c
W X X
N
L R
'
' '
tan sin
cos
tan sin sin
+
= [35]
Besarnya gaya normal antar-irisan pada sisi kanan irisan (E
R
) dapat ditentukan dari
kesetimbangan gaya pada arah horisontal untuk setiap irisan, yang dapat dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut:
kW S N E E
m L R
+ = cos sin [36]
Dengan menggunakan persamaan [3], maka persamaan [36] dapat ditulis ulang sebagai
berikut:
( )
kW
F
u N c
N E E
L R
|
\
| +
+ =
cos
' tan '
sin [37]
Gaya geser antar-irisan pada sisi kiri dan kanan untuk setiap irisan dapat dinyatakan
sebagai berikut:
L L L
E x f X ) ( = [38]
R R R
E x f X ) ( = [39]
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 20
Dengan menggunakan persamaan [35], [37], [38], dan [39] maka gaya normal antar-
irisan pada sisi kanan (E
R
) dapat dinyatakan sebagai berikut:
( ) ( )
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
F
u c
z x f
z
z x f
kW z W
E
z x f
z x f
E
R R
L
R
L
R
' '
tan
1
sin cos
1 1
1
= [40]
dimana:
+
=
m
F
u c
W X X
N
L R
' '
tan sin sin
+
=
dimana
F
m
'
tan sin
cos
+ =
Grafik nilai m
untuk beberapa nilai sudut kemiringan (), sudut gesek (), dan faktor
keamanan (F) diperlihatkan pada Gambar 40. Dari gambar tersebut terlihat bahwa
untuk suatu kondisi tertentu m
(kN) c
(kN)
1 5.00 1.35 -2.38 108.32 0.00 100.09
2 5.00 3.85 2.38 308.31 0.00 100.09
3 5.00 5.94 7.16 474.85 0.00 100.79
4 5.00 7.59 11.99 607.23 0.00 102.23
5 5.00 8.80 16.91 703.92 0.00 104.52
6 5.00 9.53 21.97 762.43 0.00 107.83
7 5.00 9.74 27.21 778.93 0.00 112.44
8 5.00 9.35 32.71 747.63 0.00 118.85
9 5.00 6.99 38.59 559.58 0.00 127.93
10 5.00 2.50 45.00 199.99 0.00 141.42
Metode Irisan Biasa
Perhitungan faktor keamanan dengan metode irisan biasa untuk bidang runtuh yang
diasumsikan menghasilkan nilai faktor keamanan 1.473. Tabulasi perhitungannya
diperlihatkan pada tabel berikut.
Tabel 5. Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan
Dengan Metode Irisan Biasa [Contoh 1]
Irisan b (m) h (m)
(o) W (kN) u
(kN) c
(kN) N (kN) RM DM
1 5.00 1.35 -2.38 108.32 0.00 100.09 108.22 139.48 -4.50
2 5.00 3.85 2.38 308.31 0.00 100.09 308.04 212.21 12.82
3 5.00 5.94 7.16 474.85 0.00 100.79 471.15 272.27 59.21
4 5.00 7.59 11.99 607.23 0.00 102.23 593.98 318.42 126.19
5 5.00 8.80 16.91 703.92 0.00 104.52 673.47 349.65 204.80
6 5.00 9.53 21.97 762.43 0.00 107.83 707.08 365.18 285.21
7 5.00 9.74 27.21 778.93 0.00 112.44 692.73 364.58 356.16
8 5.00 9.35 32.71 747.63 0.00 118.85 629.04 347.81 404.06
9 5.00 6.99 38.59 559.58 0.00 127.93 437.39 287.13 349.02
10 5.00 2.50 45.00 199.99 0.00 141.42 141.42 192.89 141.42
Total 2849.61 1934.38
F 1.473
Formula yang dipakai pada tabel di atas adalah sebagai berikut:
cos W N =
( ) [ ]
=
+ =
n
i
u N c RM
1
' tan '
=
=
n
i
W DM
1
sin
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 41
DM
RM
F =
Metode Bishop yang disederhanakan
Perhitungan faktor keamanan dengan metode Bishop yang disederhanakan harus
dilakukan dengan iterasi. Perhitungan faktor keamanan untuk bidang runtuh yang
ditentukan memerlukan 4 kali iterasi untuk menghasilkan nilai faktor keamanan yang
konvergen. Nilai faktor keamanannya adalah 1.519
Formula-formula yang dipakai untuk perhitungan pada Tabel 7 adalah sebagai berikut:
lama
F
m
'
tan sin
cos
+ =
|
|
\
|
=
lama
F
u c
W
m
N
' '
tan sin sin 1
( ) [ ]
=
+ =
n
i
u N c RM
1
' tan '
=
=
n
i
W DM
1
sin
DM
RM
F
baru
=
Untuk setiap iterasi, nilai F
lama
adalah nilai F
baru
yang diperoleh dari iterasi sebelumnya.
Pada contoh perhitungan ini kriteria konvergensinya yaitu |F
baru
F
lama
| < 0.001.
Tabel 6. Konvergensi Perhitungan Faktor Keamanan
Menggunakan Metode Bishop Yang Disederhanakan [Contoh 1]
Nilai
awal 1 2 3 4
1.000 1.453 1.513 1.519 1.519
Iterasi
Faktor keamanan
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 42
Tabel 7. Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan Dengan
Metode Bishop Yang Disederhanakan [Contoh 1]
Iterasi 1 F lama 1.000
Irisan b (m) h (m)
(o) W (kN) u
(kN) c
(kN) m
N (kN) RM DM
1 5.00 1.35 -2.38 108.32 0.00 100.09 0.98 114.30 141.69 -4.50
2 5.00 3.85 2.38 308.31 0.00 100.09 1.01 299.87 209.23 12.82
3 5.00 5.94 7.16 474.85 0.00 100.79 1.04 445.55 262.95 59.21
4 5.00 7.59 11.99 607.23 0.00 102.23 1.05 556.07 304.62 126.19
5 5.00 8.80 16.91 703.92 0.00 104.52 1.06 633.82 335.21 204.80
6 5.00 9.53 21.97 762.43 0.00 107.83 1.06 678.95 354.95 285.21
7 5.00 9.74 27.21 778.93 0.00 112.44 1.06 689.09 363.25 356.16
8 5.00 9.35 32.71 747.63 0.00 118.85 1.04 658.33 358.46 404.06
9 5.00 6.99 38.59 559.58 0.00 127.93 1.01 475.66 301.06 349.02
10 5.00 2.50 45.00 199.99 0.00 141.42 0.96 103.68 179.16 141.42
Total 2810.59 1934.38
F baru 1.453
Iterasi 2 F lama 1.453
Irisan m
N (kN) RM DM
1 0.99 112.44 141.01 -4.50
2 1.01 302.56 210.21 12.82
3 1.02 455.53 266.59 59.21
4 1.03 575.22 311.60 126.19
5 1.03 663.35 345.96 204.80
6 1.02 719.49 369.70 285.21
7 1.00 740.67 382.03 356.16
8 0.98 720.16 380.97 404.06
9 0.94 538.08 323.78 349.02
10 0.88 148.34 195.41 141.42
Total 2927.25 1934.38
F baru 1.513
Iterasi 4 F lama 1.519
Irisan m
N (kN) RM DM
1 0.99 112.27 140.95 -4.50
2 1.01 302.82 210.30 12.82
3 1.02 456.50 266.94 59.21
4 1.03 577.11 312.28 126.19
5 1.03 666.28 347.03 204.80
6 1.02 723.55 371.18 285.21
7 1.00 745.90 383.93 356.16
8 0.97 726.50 383.28 404.06
9 0.93 544.56 326.14 349.02
10 0.88 153.05 197.13 141.42
Total 2939.15 1934.38
F baru 1.519
Metode Janbu yang disederhanakan
Seperti halnya metode Bishop yang disederhanakan, perhitungan faktor keamanan
dengan metode Janbu yang disederhanakan juga dilakukan dengan iterasi. Konvergensi
perhitungan faktor keamanan untuk bidang runtuh yang ditentukan memerlukan 5 kali
iterasi, dan nilai faktor keamanannya adalah 1.459. Nilai faktor keamanan tersebut
adalah nilai faktor keamanan yang belum dikoreksi. Perhitungan faktor koreksi
dilakukan dengan menggunakan persamaan [21] dengan nilai t=0.50. Tabulasi
perhitungan faktor koreksi diperlihatkan pada Tabel 10. Nilai faktor keamanan yang
sudah dikoreksi adalah 1.457 x 1.049 = 1.528.
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 43
Tabel 8. Konvergensi Perhitungan Faktor Keamanan
Menggunakan Metode Janbu Yang Disederhanakan [Contoh 1]
Nilai
awal 1 2 3 4 5
1.000 1.536 1.449 1.458 1.457 1.457 Faktor keamanan
Iterasi
Tabel 9. Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan Dengan
Metode Janbu Yang Disederhanakan [Contoh 1]
Iterasi 1 F lama 1.000
Irisan b (m) h (m)
(o) W (kN) u
(kN) c
(kN) m
N (kN) RF DF
1 5.00 1.35 -2.38 108.32 0.00 100.09 0.98 114.30 141.57 -4.75
2 5.00 3.85 2.38 308.31 0.00 100.09 1.01 299.87 209.05 12.47
3 5.00 5.94 7.16 474.85 0.00 100.79 1.04 445.55 260.90 55.55
4 5.00 7.59 11.99 607.23 0.00 102.23 1.05 556.07 297.97 115.56
5 5.00 8.80 16.91 703.92 0.00 104.52 1.06 633.82 320.71 184.40
6 5.00 9.53 21.97 762.43 0.00 107.83 1.06 678.95 329.18 253.98
7 5.00 9.74 27.21 778.93 0.00 112.44 1.06 689.09 323.05 315.08
8 5.00 9.35 32.71 747.63 0.00 118.85 1.04 658.33 301.60 355.79
9 5.00 6.99 38.59 559.58 0.00 127.93 1.01 475.66 235.32 296.68
10 5.00 2.50 45.00 199.99 0.00 141.42 0.96 103.68 126.68 73.31
Total 2546.04 1658.08
F baru 1.536
Iterasi 2 1.536
Irisan m
N (kN) RF DF
1 0.99 112.23 140.81 -4.66
2 1.01 302.88 210.14 12.59
3 1.02 456.74 264.94 56.95
4 1.03 577.56 305.62 120.02
5 1.03 666.98 332.26 194.05
6 1.02 724.52 344.56 271.03
7 1.00 747.15 341.85 341.63
8 0.97 728.02 322.95 393.46
9 0.93 546.12 255.37 340.62
10 0.87 154.19 139.68 109.03
Total 2658.19 1834.72
F baru 1.449
Iterasi 5 F lama 1.457
Irisan m
N (kN) RF DF
1 0.99 112.43 140.89 -4.67
2 1.01 302.57 210.03 12.58
3 1.02 455.60 264.53 56.81
4 1.03 575.35 304.84 119.56
5 1.03 663.54 331.06 193.05
6 1.02 719.76 342.95 269.25
7 1.00 741.02 339.86 338.83
8 0.98 720.59 320.67 389.44
9 0.94 538.51 253.21 335.88
10 0.88 148.66 138.26 105.11
Total 2646.30 1815.84
F baru 1.457
Formula-formula yang dipakai untuk perhitungan faktor keamanan dengan metode
Janbu yang disederhanakan adalah sebagai berikut:
lama
F
m
'
tan sin
cos
+ =
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 44
|
|
\
|
=
lama
F
u c
W
m
N
' '
tan sin sin 1
( ) ( ) cos ' tan '
1
=
+ =
n
i
u N c RF
=
=
n
i
N DF
1
sin
DF
RF
F
baru
=
Kriteria konvergensi dalam perhitungan faktor keamanan yaitu |F
baru
F
lama
| < 0.001.
Tabel 10. Tabulasi Perhitungan Faktor Koreksi
Untuk Metode Janbu Yang Disederhanakan [Contoh 1]
d (m) L (m) t fo
6.36 53.85 0.5 1.049
Metode Kesetimbangan Batas Umum
Dalam perhitungan faktor keamanan fungsi f(x) diasumsikan berupa sebuah fungsi
sinus, sin(x). Hubungan antara nilai lambda terhadap faktor keamanan ditunjukkan
pada gambar 42. Faktor keamanan untuk bidang runtuh yang ditentukan adalah 1.518,
dengan faktor skala 0.413. Tabulasi hasil perhitungan diperlihatkan pada Tabel 11.
1.400
1.450
1.500
1.550
1.600
1.650
1.700
0.00 0.25 0.50 0.75 1.00
Lambda
F
a
k
t
o
r
K
e
a
m
a
n
a
n
Kesetimbangan Momen Kesetimbangan Gaya
Gambar 42. Hubungan Nilai Faktor Skala Terhadap Faktor Keamanan [Contoh 1]
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 45
Tabel 11. Tabulasi Hasil Perhitungan Faktor Keamanan
Dengan Metode Kesetimbangan Batas Umum [Contoh 1]
Lambda = 0.413
Irisan m
N (kN) Sm E X y
0.00 0.00 0.00
1 0.28 125.28 145.69 101.12 12.87 0.42
2 0.20 346.60 226.24 235.67 57.06 0.77
3 0.11 518.12 289.37 360.25 120.05 1.22
4 0.03 629.11 331.21 443.01 173.55 1.68
5 -0.06 684.48 353.65 466.83 192.29 2.07
6 -0.15 698.78 362.16 426.75 167.18 2.26
7 -0.24 686.89 362.45 325.08 108.33 2.12
8 -0.35 656.83 357.92 168.54 40.81 1.59
9 -0.47 502.68 310.89 15.14 1.93 0.59
10 -0.61 150.76 196.29 0.00 0.00 0.00
1.518
0.412 Lambda
Faktor keamanan
Kesetimbangan
Gaya
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 46
Metode Spencer
Faktor keamanan dengan metode Spencer adalah 1.518 dengan faktor skala 0.340.
Tabulasi hasil perhitungan diberikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Tabulasi Hasil Perhitungan Faktor Keamanan
Dengan Metode Spencer [Contoh 1]
Momen
Irisan Z
N (kN) Sm E X y
0.00 0.00 0.00
1 0.28 149.41 145.69 107.89 12.87 0.96
2 0.20 348.31 226.24 242.76 57.06 1.50
3 0.11 497.19 289.37 364.96 120.05 1.89
4 0.03 604.25 331.21 447.02 173.55 2.13
5 -0.06 674.32 353.65 471.44 192.29 2.19
6 -0.15 709.51 362.16 429.70 167.18 2.08
7 -0.24 709.29 362.45 322.55 108.33 1.76
8 -0.35 669.94 357.92 161.54 40.81 1.24
9 -0.47 490.33 310.89 13.52 1.93 0.06
10 -0.61 147.72 196.29 0.00 0.00 0.00
1.518
0.340
Faktor keamanan
Lambda
Kesetimbangan
Gaya
Ringkasan perhitungan faktor keamanan untuk bidang runtuh yang ditentukan dengan
menggunakan beberapa macam metode diberikan pada tabel berikut ini.
Tabel 14. Ringkasan Hasil Perhitungan Faktor Keamanan
Untuk Bidang Runtuh Yang Ditentukan [Contoh 1]
Metode Faktor Keamanan Faktor Skala
Irisan Biasa 1.473
Bishop Yang Disederhanakan 1.519
Janbu Yang Disederhanakan 1.528
Kesetimbangan Batas Umum 1.518 0.413
Morgenstern-Price 1.518 0.412
Spencer 1.518 0.340
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 47
Faktor Keamanan Minimum dan Bidang Runtuh Kritis
Bidang runtuh yang digunakankan dalam perhitungan sebelumnya adalah bukan bidang
runtuh kritis. Oleh karena itu harus dilakukan perhitungan faktor keamanan untuk
sejumlah bidang runtuh yang lain, sehingga diperoleh suatu bidang runtuh kritis yang
menghasilkan nilai faktor keamanan minimum.
Penentuan bidang runtuh kritis mustahil dilakukan secara manual, dalam contoh ini
bidang runtuh kritis dicari dengan metode grid dan radius menggunakan program
komputer Slope-W. Metode yang digunakan dalam perhitungan faktor keamanan
adalah Metode Morgenstern-Price. Nilai faktor keamanan minimum adalah 1.479.
Gambar 43. Bidang Runtuh Kritis dan Faktor Keamanan Minimum
Untuk Model Lereng Pada Contoh 1
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 48
Contoh 2
Sebuah lereng galian mempunyai geometri lereng dan sifat-sifat geoteknik seperti yang
terlihat pada Gambar 44 di bawah ini. Data lainnya yaitu terdapat permukaan air tanah
seperti yang terlihat pada gambar tersebut.
= 22.5 kN/m
3
c = 30 kPa
= 33
o
= 19.5 kN/m
3
c = 10 kPa
= 33
o
Gambar 44. Model Lereng Untuk Contoh 2
Faktor Keamanan Untuk Bidang Runtuh Yang Ditentukan
Geometri dari bidang runtuh yang ditentukan yaitu sebuah busur lingkaran yang
mempunyai titik pusat di (4.14,26) dan kaki bidang runtuh (10,5), seperti yang terlihat
pada gambar 44.
Dalam perhitungan faktor keamanan, digunakan 7 buah irisan dengan lebar yang sama.
Data-data tiap irisan untuk bidang runtuh yang ditentukan diberikan pada Tabel 15.
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 49
Tabel 15. Data-Data Untuk Tiap Irisan [Contoh 2]
Parameter kekuatan geser kohesi (c) dan sudut gesek () untuk setiap irisan adalah
parameter dari lapisan yang memotong bidang runtuh. Berat setiap irisan (W) adalah
gabungan dari berat lapisan bagian atas dan lapisan bagian bawah.
2 2 1 1
h h W + =
dimana:
1
= berat satuan lapisan bagian atas
2
= berat satuan lapisan bagian bawah
h
1
= tinggi rata-rata lapisan atas
h
2
= tinggi rata-rata lapisan bawah.
Tekanan air pori pada dasar irisan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
2
cos
w w
h u =
Gambar 45. Sketsa perhitungan tinggi tekanan air pori
Metode Irisan Biasa
Nilai faktor keamanan untuk bidang runtuh yang ditentukan dengan menggunakan
metode irisan adalah 1.380. Tabulasi perhitungan faktor keamanan ditunjukkan pada
tabel di bawah ini.
Irisan b (m)
(o)
(o) h1 (m) h2 (m) hw (m) W (kN) c (kPa)
(O) u (kPa)
1 2.0 18.35 29.8 0.00 1.17 0.38 52.57 30.0 33.0 2.81
2 2.0 24.00 29.8
0.00 3.39 1.03 152.61 30.0 33.0 7.61
3 2.0 29.91 29.8
1.00 3.87 1.44 213.18 30.0 33.0 10.64
4 2.0 36.21 29.8
3.00 2.56 1.42 232.35 30.0 33.0 10.50
5 2.0 43.06 22.9 5.00 0.90 0.75 235.35 30.0 33.0 6.24
6 2.0 50.83 22.9 4.73 0.00 0.00 184.65 10.0 33.0 0.00
7 2.0 60.31 22.9 1.75 0.00 0.00 68.39 10.0 33.0 0.00
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 50
Tabel 16. Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan
Dengan Metode Irisan Biasa [Contoh 2]
Irisan b (m)
(o) W (kN) u
(kN) c
(kN) N (kN) RM DM
1 2.0 18.4 52.57 5.92 63.22 49.90 91.78 16.55
2 2.0 24.0 152.61 16.66 65.68 139.41 145.40 62.07
3 2.0 29.9 213.18 24.55 69.22 184.78 173.28 106.31
4 2.0 36.2 232.35 26.00 74.36 187.48 179.23 137.25
5 2.0 43.1 235.35 17.09 82.13 171.94 182.69 160.70
6 2.0 50.8 184.65 0.00 31.66 116.63 107.41 143.15
7 2.0 60.3 68.39 0.00 40.37 33.88 62.38 59.41
Total 942.15 685.45
F 1.375
Formula-formula yang dipakai pada tabel di atas adalah sebagai berikut:
cos W N =
( ) [ ]
=
+ =
n
i
u N c RM
1
' tan '
=
=
n
i
W DM
1
sin
DM
RM
F =
Metode Bishop Yang Disederhanakan
Nilai faktor keamanan untuk bidang runtuh yang ditentukan dengan metode Bishop
yang disederhanakan adalah 1.440. Dalam perhitungan tersebut diperlukan 7 buah
iterasi sehingga nilai faktor keamanan konvergen, nilai faktor keamanan dari setiap
iterasi ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 18 adalah tabulasi perhitungan faktor
keamanan keamanan untuk iterasi pertama dan ketujuh.
Tabel 17. Konvergensi Perhitungan Faktor Keamanan
Menggunakan Metode Bishop Yang Disederhanakan [Contoh 2]
Nilai
awal 1 2 3 4 5 6
1.000 1.290 1.394 1.424 1.432 1.434 1.434 Faktor keamanan
Iterasi
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 51
Tabel 18. Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan
Menggunakan Metode Bishop Yang Disederhanakan [Contoh 2]
Iterasi 1 F lama 1.000
Irisan b (m)
(o) W (kN) u
(kN) c
(kN) m
N (kN) RM DM
1 2.00 18.35 52.57 5.92 63.22 1.15 29.37 78.44 16.55
2 2.00 24.00 152.61 16.66 65.68 1.18 110.63 126.71 62.07
3 2.00 29.91 213.18 24.55 69.22 1.19 156.73 155.06 106.31
4 2.00 36.21 232.35 26.00 74.36 1.19 166.65 165.70 137.25
5 2.00 43.06 235.35 17.09 82.13 1.17 159.16 174.39 160.70
6 2.00 50.83 184.65 0.00 31.66 1.14 141.05 123.26 143.15
7 2.00 60.31 68.39 0.00 40.37 1.06 31.45 60.80 59.41
Total 884.36 685.45
F baru 1.290
Iterasi 2 F lama 1.290
Irisan m
N (kN) RM DM
1 1.11 34.38 81.70 16.55
2 1.12 121.00 133.44 62.07
3 1.12 172.29 165.17 106.31
4 1.10 186.59 178.65 137.25
5 1.07 184.09 190.58 160.70
6 1.02 162.08 136.92 143.15
7 0.93 44.19 69.07 59.41
Total 955.52 685.45
F baru 1.394
Iterasi 6 F lama 1.434
Irisan m
N (kN) RM DM
1 1.09 30.29 82.89 16.55
2 1.10 108.18 135.93 62.07
3 1.09 153.59 168.97 106.31
4 1.07 168.21 183.59 137.25
5 1.04 176.71 196.88 160.70
6 0.98 170.46 142.36 143.15
7 0.89 49.42 72.47 59.41
Total 983.09 685.45
F baru 1.434
Formula-formula yang dipakai untuk perhitungan pada tabel di atas adalah sebagai
berikut:
lama
F
m
'
tan sin
cos
+ =
|
|
\
|
=
lama
F
u c
W
m
N
' '
tan sin sin 1
( ) [ ]
=
+ =
n
i
u N c RM
1
' tan '
=
=
n
i
W DM
1
sin
DM
RM
F
baru
=
Untuk setiap iterasi, nilai F
lama
adalah nilai F
baru
yang diperoleh dari iterasi sebelumnya.
Pada contoh perhitungan ini kriteria konvergensinya yaitu |F
baru
F
lama
| < 0.001.
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 52
Metode Janbu Yang Disederhanakan
Nilai faktor keamanan untuk bidang runtuh yang ditentukan dengan metode Janbu yang
disederhanakan adalah 1.345. Nilai faktor keamanan tersebut adalah faktor keamanan
yang belum dikoreksi. Dalam perhitungan tersebut diperlukan 6 buah iterasi sehingga
nilai faktor keamanan konvergen, nilai faktor keamanan dari setiap iterasi ditunjukkan
pada Tabel 19. Tabel 20 adalah tabulasi perhitungan faktor keamanan keamanan untuk
iterasi pertama dan terakhir. Perhitungan faktor koreksi ditunjukkan pada Tabel 21.
Nilai faktor keamanan yang terkoreksi adalah 1.354 x 1.047 = 1.418
Formula-formula yang dipakai dalam Tabel 20 adalah sebagai berikut:
lama
F
m
'
tan sin
cos
+ =
|
|
\
|
=
lama
F
u c
W
m
N
' '
tan sin sin 1
( ) ( ) cos ' tan '
1
=
+ =
n
i
u N c RF
=
=
n
i
N DF
1
sin
DF
RF
F
baru
=
Tabel 19. Konvergensi Perhitungan Faktor Keamanan
Menggunakan Metode Janbu Yang Disederhanakan [Contoh 2]
Nilai
awal 1 2 3 4 5 6
1.000 1.457 1.334 1.358 1.353 1.354 1.354 Faktor keamanan
Iterase
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 53
Tabel 20. Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan
Menggunakan Metode Janbu Yang Disederhanakan [Contoh 2]
Iterasi 1 F lama 1.000
Irisan b (m)
(o) W (kN) u
(kN) c
(kN) m
N (kN) RF RF
1 2.00 18.35 52.57 5.92 63.22 1.15 29.37 74.45 9.25
2 2.00 24.00 152.61 16.66 65.68 1.18 110.63 115.75 45.00
3 2.00 29.91 213.18 24.55 69.22 1.19 156.73 134.41 78.16
4 2.00 36.21 232.35 26.00 74.36 1.19 166.65 133.70 98.44
5 2.00 43.06 235.35 17.09 82.13 1.17 159.16 127.40 108.67
6 2.00 50.83 184.65 0.00 31.66 1.14 141.05 77.86 109.35
7 2.00 60.31 68.39 0.00 40.37 1.06 31.45 30.12 27.32
Total 693.69 476.19
F baru 1.457
Iterasi 2 F lama 1.457
Irisan m
N (kN) RF DF
1 1.09 36.47 78.84 11.48
2 1.09 125.39 124.51 51.00
3 1.09 178.99 146.94 89.26
4 1.07 195.33 148.73 115.38
5 1.03 195.23 144.52 133.31
6 0.98 171.71 90.43 133.12
7 0.88 50.21 36.15 43.62
Total 770.11 577.17
F baru 1.334
Iterasi 6 F lama 1.354
Irisan m
N (kN) RF DF
1 1.10 29.32 78.07 11.09
2 1.11 106.13 122.96 49.95
3 1.11 150.47 144.70 87.28
4 1.09 164.13 146.00 112.31
5 1.06 171.50 141.37 128.77
6 1.00 165.95 88.07 128.66
10 0.91 46.59 34.99 40.47
Total 756.17 558.52
F baru 1.354
Tabel 21. Tabulasi Perhitungan Faktor Koreksi [Contoh 2]
d (m) L (m) t fo
2.05 18.44 0.5 1.047
Metode Kesetimbangan Batas Umum
Tabulasi hasil perhitungan faktor keamanan dengan metode kesetimbangan batas
umum ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Dalam perhitungan tersebut digunakan
fungsi f(x)=sin(x). Pasangan nilai faktor keamanan dan faktor skala yang memenuhi
semua kondisi kesetimbangan adalah 1.425 dan 0.814.
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 54
Tabel 22. Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan
Dengan Metode Kesetimbangan Batas Umum [Contoh 2]
Lambda 0.814
Irisan m
X N' (kN) SM E RM DM RM DM
0.00 0.00
1 1.09 15.81 44.67 62.01 44.79 92.22 16.55 87.53 15.93
2 1.10 51.70 140.63 102.56 81.28 157.01 62.07 143.43 63.98
3 1.09 75.74 175.26 117.23 95.49 183.03 106.31 158.65 99.64
4 1.08 72.41 164.70 115.36 91.29 181.32 137.25 146.30 112.64
5 1.04 47.36 152.13 119.15 74.46 180.92 160.70 132.18 115.55
6 0.98 8.73 130.78 81.80 24.74 116.59 143.15 73.65 101.39
7 0.89 0.00 39.34 46.25 13.47 65.92 59.41 32.65 34.17
Total 977.02 685.45 774.40 543.30
Faktor Keamanan
Kesetimbangan
Momen Gaya
1.425 1.425
Metode Morgenstern-Price
Seperti pada Metode Kesetimbangan Batas Umum pada metode ini digunakan asumsi
fungsi f(x)=sin(x). Tabulasi hasil perhitungan adalah seperti yang terlihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 23. Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan
Dengan Metode Morgenstern-Price [Contoh 2]
Momen
Irisan Za f(x) N (kN) N' (kN) Sm (kN) E (kN) X (kN) y (m)
0.00 0.00 0.00 0.00
1 0.11 0.43 51.87 45.46 92.74 45.90 17.30 0.05
2 0.01 0.78 159.97 141.93 157.85 82.79 56.23 0.22
3 -0.09 0.97 199.60 173.11 181.64 94.58 80.10 0.56
4 -0.20 0.97 186.53 155.17 175.12 84.31 71.41 0.87
5 -0.33 0.78 165.59 147.06 177.63 63.00 42.79 0.79
6 -0.49 0.43 131.21 131.21 116.87 13.48 5.08 0.27
7 -0.72 0.00 43.07 43.07 68.34 0.00 0.00 0.00
0.871
1.425
Lambda
Faktor keamanan
Kesetimbangan
Gaya
Ringkasan hasil perhitungan faktor keamanan dengan menggunakan beberapa metode
di atas diberikan pada Tabel 24.
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 55
Tabel 24. Ringkasan Perhitungan Faktor Keamanan
Untuk Bidang Runtuh Yang Ditentukan [Contoh 2]
Metode Faktor Keamanan Faktor Skala
Irisan Biasa 1.375
Bishop Yang Disederhanakan 1.434
Janbu Yang Disederhanakan 1.418
Kesetimbangan Batas Umum 1.425 0.814
Morgenstern-Price 1.425 0.871
Faktor Keamanan Minimum dan Bidang runtuh kritis
Faktor keamanan minimum dari model lereng pada contoh 2 adalah 1.412. Perhitungan
faktor keamanan minimum dilakukan dengan bantuan program Slope-W menggunakan
metode entry and exit. Metode yang digunakan dalam perhitungan faktor keamanan
adalah metode Morgenstern-Price. Pada gambar di bawah ini, bidang runtuh kritis
adalah busur lingkaran yang berwarna putih.
Gambar 45. Bidang Runtuh Kritis dan Faktor Keamanan Minimum
Untuk Model Lereng Pada Contoh 2
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 56
Contoh 3
Sebuah lereng timbunan dirancang dengan sudut kemiringan 2 horisontal : 1 vertikal
dengan ketinggian lereng 10 m. Material timbunan mempunyai sifat-sifat geoteknik
sebagai berikut kohesi 20 kPa, sudut gesek dalam 24
o
dan berat satuan 18 kN/m
3
.
Kondisi muka air tanah pada timbunan adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar
46. Dasar timbunan adalah suatu lapisan batuan keras.
= 18 kN/m
3
c = 20 kPa
= 24
o
Batuan dasar
Gambar 46. Model Lereng Contoh 3
Faktor Keamanan Untuk Bidang Runtuh Yang Ditentukan
Dalam contoh ini, asumsi bentuk bidang runtuh yang realistis adalah gabungan dari
busur lingkaran dengan segmen garis lurus. Sebuah contoh bidang runtuh yang
diasumsikan adalah seperti yang terlihat pada gambar 46.
Tabel 25. Data-Data Untuk Tiap Irisan [Contoh 3]
Irisan b (m) h (m) hw (m)
(o)
(o) c (kPa)
(o) W (kN) u (kPa)
1 2.50 0.63 0.33 0.00 14.62 20.00 24.00 28.35 3.00
2 2.50 1.88 0.98 0.00 14.62 20.00 24.00 84.60 8.99
3 2.50 3.13 1.63 0.00 14.62 20.00 24.00 140.85 14.98
4 2.50 4.38 2.28 0.00 14.62 20.00 24.00 197.10 20.97
5 2.50 5.29 2.60 14.94 14.62 20.00 24.00 238.05 23.89
6 2.50 5.72 2.44 21.17 14.62 20.00 24.00 257.40 22.37
7 2.50 5.83 1.95 27.67 14.62 20.00 24.00 262.35 17.90
8 2.50 5.57 1.08 34.59 14.62 20.00 24.00 250.65 9.95
9 2.50 4.20 0.00 42.16 0.00 20.00 24.00 189.00 0.00
10 2.50 1.54 0.00 50.82 0.00 20.00 24.00 69.30 0.00
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 57
Jumlah irisan yang digunakan dalam perhitungan faktor keamanan adalah 10 buah. Da-
data tiap irisan untuk bidang runtuh yang ditentukan diberikan pada Tabel 25.
Metode Janbu Yang Disederhanakan
Perhitungan faktor keamanan dengan metode Janbu yang disederhanakan memerlukan
6 buah iterasi, nilai faktor keamanan untuk setiap iterasi dapat dilihat pada Tabel 26.
Perhitungan nilai faktor keamanan untuk iterasi pertama dan terakhir dapat dilihat pada
Tabel 27. Tabulasi perhitungan faktor koreksi diberikan pada Tabel 28. Sehingga nilai
faktor keamanan yang sudah dikoreksi adalah 1.832 x 1.060 = 1.942.
Formula-formula yang dipakai dalam Tabel 27 adalah sebagai berikut:
lama
F
m
'
tan sin
cos
+ =
|
|
\
|
=
lama
F
u c
W
m
N
' '
tan sin sin 1
( ) ( ) cos ' tan '
1
=
+ =
n
i
u N c RF
=
=
n
i
N DF
1
sin
DF
RF
F
baru
=
Tabel 26. Konvergensi Perhitungan Faktor Keamanan
Menggunakan Metode Janbu Yang Disederhanakan [Contoh 3]
Nilai
awal 1 2 3 4 5 6
1.000 2.101 1.794 1.839 1.831 1.832 1.832 Faktor keamanan
Iterasi
Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Irisan - 58
Tabel 27. Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan
Menggunakan Metode Janbu Yang Disederhanakan [Contoh 3]
Iterasi 1 F lama 1.000
Irisan b (m)
(o) W (kN) u
(kN) c
(kN) m