You are on page 1of 8

Permintaan dan Penawaran 2.1.1.

Permintaan Dunia, dan Domestik Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dunia maka konsumsi akan minyak nabati dan lemak dunia turut meningkat. Cina dan India yang tercatat sebagai berpenduduk paling besar merupakan konsumen minyak nabati terbesar di dunia. Pada tahun 2012 CPO diperkirakan akan mempunyai peran yang penting, konsumsinya meningkat dan menggeser peran minyak nabati lainnya, terutama minyak kedele. Pertumbuhan produksi untuk minyak kelapa sawit pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan menjadi 25.340.360 ton (26,5%) dari total produksi jenis minyak nabati. Pada periode tersebut, pangsa konsumsi minyak kelapa sawit mulai mengungguli minyak kedele dan kondisi tersebut diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga tahun 2020. Demikian juga halnya dengan pangsa produksinya. Untuk gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel pangsa produksi dan konsumsi minyak nabati dunia mulai dari 1993 sampai dengan prediksi tahun 2012 dibawah ini. 11

Page 13
Saat ini Indonesia menguasai pangsa pasar ekspor CPO terbesar dunia sebesar 64,53 %. Sementara Malaysia menguasai pangsa pasar ekspor produk turunan CPO sebesar 52,35 %. Pada tahun 2007 negara-negara dengan konsumsi minyak sawit terbesar adalah China (15%), UEA (12%), Indonesia (11%), India (9%), dan Malaysia (6%). Sementara itu perkembangan luas lahan dan produksi minyak sawit Indonesia dari tahun 1985 hingga prediksi tahun 2010 sebagai berikut :
0 5000 10000 15000 20000 25000 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 Luas Lahan (Ha) Produksi CPO (Ribu Ton)
Sumber : Pusat Data infoSAWIT

Pada tahun 2008 dengan luas lahan 6.775 ha produktivitas CPO mencapai 18,8 juta ton sedangkan pada tahun 2010 diprediksikan dengan perluasan lahan menjadi 7.800 ha produktivitasnya meningkat hingga 20 juta ton. Sampai dengan tahun 2010, peluang pasar Indonesia dari sisi konsumsi domestik diperkirakan tumbuh antara 4 % - 6 % per tahun, sedangkan dari sisi ekspor adalah sekitar 5 % - 8 % per tahun. 12

Page 14
Pemanfaatan CPO untuk produk olahan diantaranya yaitu oleh industri pangan (minyak goreng, margarin, shortening, cocoa butter substitutes, vegetable ghee) dan industri non pangan seperti oleokimia (fatty acid, fatty alcohol, gliserin) dan biodiesel. Konsumsi CPO dalam negeri sebagian besar digunakan untuk industri minyak goreng sebagai konsumen utama CPO di Indonesia. Distribusi penggunaan CPO tahun 2006 tercatat dimana untuk kepentingan ekspor 4,84 juta ton (30,25%), minyak goreng 9,705 juta ton (60,65%), margarine dan shortening 0,695 juta ton (4,34%), serta oleochemical 0,761 juta ton (4,76%). Adapun kinerja industri minyak goreng Indonesia sebagai berikut :
2006 2007 2008 2009* 2010* Kapasitas (Ton) 15.427.319 15.427.319 15.427.319 15.427.319 15.427.319 Produksi (Ton) 7.596.786 7.596.786 7.596.786 7.596.786 7.596.786 Kebutuhan Dalam Negeri (Ton) 3.546.786 3.795.061 4.060.715 4.344.965 4.649.113 Ekspor (Ton) 4.050.000 3.804.321 3.538.667 3.254.417 2.950.269 Kebutuhan CPO (Ton) 10.400.483 10.410.113 10.410.113 10.410.113 10.410.113

Sementara itu pemanfaatan CPO lainnya yakni sebagai bahan baku pada industri oleokimia dasar. Prediksi permintaan di dunia dan Asia Tenggara atas produk oleokimia sebagai berikut : 13

Page 15
(Kap : ribu Ton)

Kapasitas terpasang industri oleokimia dasar dunia jauh lebih besar dari kebutuhan oleokimia dunia. Namun permintaan dunia akan produk oleokimia terus meningkat dari tahun ke tahun. Kenaikan permintaan oleokimia dunia dengan laju rata-rata sekitar 5% pertahun. Produsen oleokimia dasar sebagian besar berada di wilayah Asia. Sedangkan pertumbuhan produksi oleokimia dasar di wilayah Asia sekitar 7,1 % pertahun, disusul oleh wilayah Amerika 2,4 %, dan Eropa 1,3 %. Secara menyeluruh pertumbuhan produksi oleokimia dunia hingga tahun 2010 mencapai 3,7 % pertahun. Pabrik Oleokimia Indonesia Perusahaan Kapasitas Produksi (ton/tahun)
1. PT Cisedane Raya Chemical

130,000

2. PT Ecogreen Oleochemical

211,000
3. PT Flora Sawita Chemindo

51,570
4. PT Musim Mas

355,000
5. PT SOCI

88,000
6. PT Sumi Asih

115,000
7. PT Sawit Mas (perusahaan baru)

100,000
8. PT Panca Nabati Prakarsa (baru)

100,000
9. PT Permata Hijau Sawit (baru)

100,000
Gis.dok

14

Page 16
2.1.2. Analisis Gap Produksi minyak nabati dan lemak dunia tahun 2008 sebesar 108,51 juta ton, sedangkan permintaan minyak nabati dan lemak dunia sebesar 132,23 juta ton, sehingga terdapat peluang pasar sebesar 23,72 juta ton. Walaupun produksi dan permintaan minyak nabati dan lemak dunia relatif seimbang namun pengembangan pasar minyak sawit masih berpeluang untuk merebut pangsa pasar dari minyak nabati lainnya. Satu dekade yang lalu supplai minyak nabati dunia dipasok oleh sekitar 17,76 juta ton minyak kedelai, 15,50 juta ton minyak sawit dan sekitar 19,04 juta ton dari minyak lainnya. Akan tetapi setelah tahun 1998 supplai minyak nabati terbesar berasal dari minyak sawit dengan produksi sebesar 20,75 juta ton. Selain itu pada periode yang sama total konsumsi minyak kedelai sebagai salah satu substitusi minyak sawit juga menurun dari periode sebelumnya. Karena itu, minyak kedelai belum menjadi ancaman bagi perdagangan minyak sawit. Peluang investasi industri pengolahan kelapa sawit masih terbuka mengingat pangsa pasar CPO internasional memberikan indikasi peluang dari sisi konsumsi diperkirakan masih tumbuh sekitar 3,5 % - 4,5 % per tahun, sedangkan dari segi perdagangan sekitar 3,8 % per tahun. Disamping itu, pemakaian minyak sawit oleh konsumen internasional cenderung meningkat lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan minyak nabati dan lemak lainnya. Harga minyak sawit lebih rendah dibandingkan dengan harga minyak nabati lainnya, hal ini akan memudahkan minyak sawit merebut pasar internasional. Prospek kebutuhan pasar dunia cenderung meningkat dan memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pasar. Dengan meningkatnya kebutuhan CPO dunia maka pasar CPO dunia semakin terbuka bagi Indonesia. India dan Cina 15

Page 17
diperkirakan mampu menyerap tambahan sekitar masingmasing 1,5 juta ton CPO per tahun. Rata-rata pertumbuhan impor CPO dari empat importir CPO terbesar dunia, yaitu India sebesar 23,1 %, Cina 9,7 %, Uni Eropa 10,5 % dan Pakistan 3,2 % merupakan pasar yang sangat menjanjikan. Minyak sawit Indonesia, diprediksi akan menjadi yang terbesar di dunia, pada tahun 2010 diprediksi produksi minyak sawit Indonesia bakal mencapai 20 juta ton. Sebenarnya, kondisi bahan baku yang melimpah saat ini, tidak akan membuat kekurangan bahan baku industri turunannya, industri oleokimia dan industri biodiesel, hanya saja diperlukan regulasi yang holistik dan jangka panjang serta menguntungkan semua pihak. Dari prospek potensi bahan baku, Industri oleochemical merupakan green industry dengan bahan baku terbarukan dapat di dorong menjadi industri yang besar. Produk yang dihasilkan merupakan produk yang ramah lingkungan dan baik untuk dikonsumsi masyarakat Indonesia (personal care, kosmetik, detergent dll) Konsumsi minyak sawit secara nasional menunjukkan bahwa ekspor bahan baku dalam wujud primer (CPO) lebih mendominasi sistem industri nasional. Bila hal ini terus dilakukan maka Indonesia akan semakin tertinggal dalam pengembangan industri hilirnya. Sejalan dengan perkembangan ekspor CPO, Indonesia menyadari bahwa ekspor dalam wujud primer sebenarnya kurang menguntungkan bila dibandingkan dengan ekspor barang turunannya. Dan pula, akan terjadi ketidak seimbangan antara ekspor dan keperluan domestik. Sebagaimana biasa, dalam perekonomian suatu negara, perlu disadari bahwa diperlukan kebijakan ekspor untuk mengatur keseimbangan tersebut, yaitu proteksi bagi pembeli domestik. Dalam konteks ini, kebijakan pemerintah adalah melaku

You might also like