You are on page 1of 7

Inilah sekilas tentang ajaran sufi, dalam timbangan Islam

Nama dan ajaran Sufisme tidak pernah dikenal atau ada pada masa kehidupan Rasul Shallallaahu 'alaihi wa Salam, para shahabat dan Tabi'in. kemudian setelah itu muncul sekelompok orang zuhud yang mengenakan pakaian sangat sederhana yang disebut dengan shuf (kulit domba) dan dari situlah awal penamaan sufi. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa sufi berasal dari kata sufiya yang dalam buku-buku falsafah Yunani diartikan dengan hikmah. 1. Ajaran sufisme memiliki tharikat yang sangat banyak, masing-masing mengklaim bahwa tharikatnya yang paling benar. Padahal Al Qur'an melarang itu semua sebagaimana dalam firman Allah, artinya: "Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (QS. Ar Rum :31-32) Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam juga menjelaskan bahwa tariqah atau jalan yang lurus hanyalah satu, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Ibnu Mas'ud. 2. Ajaran sufisme membolehkan berdoa kepada selain Allah, baik itu nabi, para wali yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Diantara mereka ketika beristighatsah ada yang mengucapkan: "Ya Syaikh Abdul Qadir Jailani, Ya Rifai atau ya Nabi kepadamulah kami bersandar dan minta pertolongan". Ini menyalahi firman Allah yang artinya: "Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa'at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian itu) maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim". (QS. 10:106) 3. Ajaran sufisme meyakini adanya Abdal (wali badal), Aqthab (wali kutub) dan wali-wali lain yang diserahi oleh Allah mengatur segala urusan dan perkara di alam ini. Padahal orang-orang musyrik saja sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur'an mengetahui bahwa yang mengatur semua urusan adalah Allah. 4. Sebagian penganut sufisme meyakini wihdatul wujud (alam adalah satu kesatuan sebagai wujud Rabb), ittihad atau hulul (bersatunya hamba dengan rabb) sehingga tidak ada beda antara khaliq dan makhluk. Ajaran ini disebarkan oleh Ibnu Arabi yang dalam penggalan syairnya ia berkata: "Hamba adalah Rabb dan Rabb adalah hamba". (Al Futuhat Al Makiyyah , Ibnu Arabi). Ajaran ini sangat keterlaluan karena orang yang musyrik atau sangat bodoh sekalipun akan bisa membedakan dirinya dengan Rabb (Tuhan). 5. Sebagian kaum sufi mengajarkan zuhud dalam kehidupan, namun dengan cara meninggalkan sebab-sebab atau usaha dan jihad (berjuang) padahal Allah telah berfirman, artinya: " Dan carilah pada apa yang telah dianu-gerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu." (QS. 28:77) "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi." (QS. 8:60)

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Tingkatan ihsan dalam sufi adalah ketika mereka berdzikir (kepada Allah), mereka membayangkan syaikh mereka bahkan ketika shalat pun demikian, tidak jarang diantara mereka yang menghadap gambar syaikhnya ketika shalat. Ini bertentangan dengan makna hadits Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah kita melihatNya. Dalam tasawuf seseorang tidak boleh beribadah kepada Allah karena takut neraka dan karena mengharap surga. Padahal Allah memuji para Nabi yang berdoa kepadaNya karena mengharap surga dan karena takut akan SiksaNya. Firman Allah, artinya: "Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas."(QS. 21:90), yakni mengharap surga dan cemas akan siksa dan adzab Allah. Ajaran Sufisme membolehkan mengeraskan suara dalam do'a atau zikir dan terkadang diiringi alat musik dan disertai tari-tarian sedang Allah telah berfirman, artinya: "Berdo'alah kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. 7:55) Sebagian kaum sufi tidak malu-malu menyebut nama khamar, mabuk, wanita dan jatuhcinta dalam syair-syairnya dan terkadang itu dibaca dalam acara-acara yang diadakan di masjid, sambil diiringi tepuk tangan dan teriakan-teriakan. Dalam Al Qur'an dijelaskan bahwa bertepuk tangan merupakan adat orang-orang musyrik dalam ibadah mereka. Firman Allah, artinya: "Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu." (QS. 8:35) Sebagian orang Sufi ada yang senang melakukan atraksi-atraksi tertentu, misalnya menusuk, memukul diri dengan besi lalu ia memanggil ya jaddah (wahai eyang) sehingga ia tidak sakit atau terluka. Sebagian orang jahil menyangka bahwa ini adalah karamah padahal tidak lain adalah istidraj (pemberian yang menjerumuskan). Orang-orang Sufi meyakini metode kasyf untuk menyingkap perkara-perkara ghaib. Padahal tidak ada yang mengetahui perkara ghaib kecuali Allah sebagaimana Firman Nya, yang artinya: "Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan." (QS. 27:65) Orang Sufi berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Salam diciptakan oleh Allah dari NurNya. Kemudian dari Nur Muhammad diciptakan alam ini. Sedang Al Qur'an menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Salam adalah manusia biasa yag diberi wahyu, dalam artian bahwa beliau anak turun Nabi Adam yang diciptakan dari tanah dan terlahir melalui seorang ibu. Firman Allah, artinya: "Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa". (QS. 18:110) Kaum Sufi punya keyakinan bahwa dunia dan seisinya diciptakan karena Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Salam padahal Allah telah berfirman bahwa jin dan manusia diciptakan adalah untuk beribadah, yang artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku". (QS. 51:56) Ajaran Sufisme juga meyakini bahwa seseorang bisa melihat Allah ketika di dunia.

Sedang Al Qur'an menyangkal semua ini. Sebagaimana kisah Nabi Musa yang ingin melihat Allah, artinya: " Rabb berfirman: "Kamu sekali-kali tak sanggup untuk melihatKu, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Rabbnya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. (QS. 7:143) Diantara orang Sufi ada yang mengaku bisa bertemu Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Salam (setelah beliau meninggal) dalam keadaan terjaga atau sadar penuh. Ini adalah sesuatu kedustaan, karena Al Qur'an menjelaskan bahwa alam barzah itu terdinding sehingga tidak mungkin orang yang telah meninggal kembali lagi ke dunia, Firman Allah, artinya: "Dan di hadapan mereka(yang telah meninggal) ada dinding sampai hari mereka dibangkitan." (QS. 23:100) Sebagian penganut tasawwuf ada yang mengaku bahwa ia mendapat ilmu langsung dari Allah tanpa melalui Rasul Shallallaahu 'alaihi wa Salam. Ibnu Arabi mengatakan: "Dan dikalangan kami ada yang mengambil ilmu langsung dari Allah, maka ia menjadi pengganti Allah (khali-fatullah)." Ini adalah ucapan yang batil, karena Al Qur'an menjelaskan bahwa perintah dan larangan Allah disampikan melalui RasulNya, sebagaimana firman-Nya, yang artinya: "Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu." (QS. 5:67) Kemudian seseorang tidak akan mungkin jadi pengganti Allah, karena Allah tidak akan bisa lupa atau terlengah dalam mengawasi makhlukNya, justru Allahlah yang menjadi pengganti dalam menjaga keluarga kita, ketika kita sedang safar (bepergian) oleh karena itu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam mengajarkan do'a: "Ya Allah Engkaulah teman dalam safar dan pengganti dalam kelaurga." (HR. Muslim) Kaum sufi merayakan maulid dengan berkumpul dan menamakannya Majlis Shalawat Nabi. Sebagian mereka beri'tiqad bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam datang dalam acara tersebut dan bisa menolong mereka. Kebanyakan orang sufi bersusah payah menyiapkan bekal dan uang, sekedar untuk menziarahi kubur tertentu dan bertabaruk (mencari berkah) di sana, dan ada pula yang menyembelih binatang atau thawaf. Ini melanggar larangan Rasul Shallallaahu 'alaihi wa Salam, dalam sebuah sabdanya, yang artinya: "Tidak boleh bersusah payah menyiapkan bekal untuk berpergian kecuali ke tiga masjid : Masjidil Haram, Masjdku ini (Nabawi), dan Masjidil Aqsha." (Muttafaq 'Alaih). Yang dimaksud bepergian dalam hadits di atas adalah dalam rangka ibadah atau mendatangi tempat-tempat yang dianggap mulia. Kaum Sufi sangat fanatik dengan perkataan syaiknya (gurunya), walaupun terkadang ucapan itu tidak sesuai dengan sabda Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam. Firman Allah, artinya: " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertaqwalah kepada Allah." (QS. 49:1) Kaum sufi banyak menggunakan Thalasim (rajah), huruf-huruf, dan angka-angka dalam memilih (baca: meramal), juga ada yang menggunakan jimat dan pengasihan. Ini termasuk perbuatan Arraf (tukang ramal) yang berbuat kesyirikan.

13.

14.

15.

16.

17.

Kaum sufi senang membikin-bikin shalawat yang isinya terkadang mengandung kemusyrikan dan jarang menggunakan shalawat yang telah diajarkan oleh Rasulullah.

SIAPAKAH SUFI? Paham Sufi dalam Timbangan al Quran dan as Sunnah


Posted on 7 Februari 2010 by Admin Blog Sunniy Salafy al Ustadz Abu Abdillah Abdurrahman Mubarak Kelompok Shufiyah (Sufi) telah menyebar di dunia Islam, sehingga kaum muslimin pun terbagi dua dalam menyikapi mereka. Ada yang mendukung dan ada yang menentang. Agar seseorang bisa menentukan berada di pihak yang mana dan bisa menyikapi mereka dengan benar, hendaknya ia mengetahui hakikat shufiyah yang sebenarnya. Benarkah pengakuan mereka sebagai pengikut al Imam asy Syafii Rahimahullahu? Apakah mereka sesuai dengan ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah? Untuk mengetahui hakikat mereka tentunya kita harus merujuk kepada al Quran dan as Sunnah dengan pemahaman as salafus shalih disertai penjelasan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Siapakah Shufiyah? Perlu diketahui, Shufiyah adalah satu lafadz yang tidak dikenal pada masa sahabat Radhiallahuanhum, juga tidak masyhur di masa generasi utama (sahabat, tabiin, dan tabiit tabiin) Radhiallahuanhum. Mereka muncul setelah masa tiga generasi utama. Ibnu Taimiyah Rahimahullahu menyebutkan awal mula munculnya shufiyah adalah di Bashrah, Irak. (Lihat Fatawa, 11/5, Haqiqatu Ash-Shufiyah hal. 13) asy Syaikh Muqbil Rahimahullahu berkata, Sesungguhnya bidah tasawuf muncul setelah tahun 200 H. Tasawuf tidak ada di zaman Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, di zaman sahabat maupun tabiin. (Musharaah hal. 376) Nukilan di atas menunjukkan bahwa shufiyah adalah kelompok baru dalam Islam ini. Pemikiran Shufiyah Bila seseorang mau adil menelaah pemikiran dan akidah amalan shufiyah, dia akan dapati banyak sekali pemikiran, akidah, dan amalan shufiyah yang menyimpang dari Islam yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Sebagai bentuk keadilan, marilah kita perhatikan apa yang akan kami paparkan mengenai beberapa penyimpangan prinsip, amalan, dan akidah shufiyah dari al Quran dan as Sunnah. 1. Shufiyah terpecah menjadi kelompok-kelompok atau thariqat-thariqat (tarekat-tarekat). Ada tarekat Tijaniyah, Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Syadziliyah, Rifaiyah, dan lainnya. Demikianlah mereka berpecah-belah, padahal Islam melarang perpecahan dan hanya mengenal satu jalan saja. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (ar Rum: 31-32) 2. Sebagian shufiyah juga berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Taala. Mereka berdoa kepada nabi dan wali mereka yang masih hidup maupun yang telah mati. Padahal Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Dan janganlah kamu menyembah sesuatu selain Allah yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang zalim. (Yunus: 106) Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyatakan:

Doa adalah ibadah. (Shahih, HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi) asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullahu mengatakan: Barangsiapa memalingkan satu macam ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Taala maka dia adalah musyrik kafir. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Taala:

Dan barangsiapa menyembah sesembahan yang lain disamping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. (Al-Muminun: 117) [Lihat kitab Tsalatsatul Ushul] 3. Shufiyah meyakini adanya badal dan quthub, yakni orang-orang yang mereka yakini sebagai wali dan diyakini ikut andil mengatur alam [1]. Padahal Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, serta siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati serta mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: Allah. Maka katakanlah, Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)? (Yunus: 31) 4. Sebagian shufiyah meyakini wihdatul wujud (manunggaling kawula gusti). Menurut mereka, tidak ada Khalik dan makhluk (Pencipta dan yang dicipta), semuanya adalah makhluk dan semuanya adalah ilah. 5. Shufiyah membolehkan berjoget sambil menabuh rebana dan berdzikir dengan suara keras. Padahal Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka. (Al-Anfal: 2) asy Syaikh Muqbil Rahimahullahu menerangkan: Ibnul Qayyim Rahimahullahu pernah menerangkan bahwa beliau pernah melihat orang-orang shufiyah berjoget di Arafah. Beliau melihat mereka berjoget diiringi rebana. Juga melihat mereka berjoget di Masjid Khaif. (Musharaah hal. 388 secara ringkas) asy Syaikh Muqbil Rahimahullahu juga mengatakan: Pernah satu hari aku naik ke Masjidil Haram bagian atas. Aku dapati sekelompok besar manusia dari Turki, Sudan, dan Yaman, mereka berjoget sambil berputar-putar [2]. (Musharaah hal. 387) Di antara mereka juga adalah Muhammad Kabbani [3], yang berkunjung ke Jakarta dan berdzikir serta mengajak yang hadir berjoget. Kemudian mereka juga berdzikir dengan semata menyebut lafadz "Allah". Sebagian mereka hanya menyebut lafadz hu. Padahal Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyatakan:

Dzikir yang paling utama adalah ucapan La ilaha illallah (HR. At-Tirmidzi) 6. Sebagian Shufiyah mengklaim tahu ilmu ghaib, padahal pengetahuan ilmu ghaib adalah kekhususan Allah Subhanahu wa Taala. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Katakanlah: Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah. (An-Naml: 65) 8. Shufiyah mengklaim bahwa Allah Subhanahu wa Taala menciptakan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dari cahaya-Nya, kemudian Allah Subhanahu wa Taala menciptakan segala sesuatu dari cahaya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Namun Al-Quran mendustakan mereka. Allah Subhanahu wa Taala berfirman dalam AlQuran:

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahwa sesungguhnya sesembahan kamu itu adalah Ilah yang Esa. (Al-Kahfi: 110) Firman-Nya tentang penciptaan Nabi Adam alaihissalam:

(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. (Shad: 71) Adapun hadits: Yang pertama diciptakan adalah cahaya Nabimu, wahai Jabir. adalah hadits maudhu (palsu). 9. Shufiyah mengklaim bahwa ibadah kepada Allah Subhanahu wa Taala tidaklah dilakukan karena takut kepada neraka atau mengharapkan surga. Mereka berpendapat bahwa ibadah karena mengharapkan surga adalah kesyirikan, sebagaimana diucapkan oleh tokoh mereka Syarawi. (Lihat Ash-Shufiyah fi Mizanil Kitab was Sunnah hal. 20-21) Padahal Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

Maka Kami memperkenankan doanya dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada kami. (Al-Anbiya: 90) Ibadah haruslah memenuhi tiga rukunnya: khauf (rasa takut), raja (rasa harap), dan mahabbah (rasa cinta). 10. Sebagian Shufiyah mengklaim bahwa Allah Subhanahu wa Taala menciptakan dunia karena Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Taala mendustakan mereka. Allah Subhanahu wa Taala berfirman dalam Al-Quran:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu. (Adz-Dzariyat: 56) Allah Subhanahu wa Taala berfirman kepada Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam:

Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yakin (ajal). (Al-Hijr: 99) 11. Mereka membaca shalawat-shalawat yang tidak diajarkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Bahkan shalawat-shalawat yang mengandung kesyirikan, yang tak akan diridhai oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam [4]. 12. Shufiyah mengklaim bisa melihat Allah Subhanahu wa Taala di dunia. al Quran menunjukkan kedustaan mereka, karena Allah Subhanahu wa Taala berfirman kepada Nabi Musa alaihissalam:

Dan tatkala Musa datang untuk (bermunajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Rabbnya telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: Ya Rabbku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau. Allah berfirman: Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku. (Al-Araf: 143) [Lihat AshShufiyah fi Mizanil Kitabi was Sunnah hal. 8-21] [Dikutip dari Majalah Asy Syariah No.55/V/1430 H/2009, hal. 11-13] ____________

You might also like