You are on page 1of 50

HALAMAN PENGESAHAN

Refrat yang berjudul Luka Tembak

Disusun oleh Putri Tiarasari, S.Ked (54061001010) Bedry Qinta, S.Ked (540610010) Erlangga Danu Saputro, S.Ked (04071001085) Extin Faulinza, S.Ked (04071001038) Retti Ria Mustika, S.Ked (04071001005) Rafika Monalisa, S.Ked (04071001074) Dian Destriyanah, S.Ked (04071001071) Reni Effenndi, S.Ked (54071001097) Julianda Eprianti, S.Ked (54071001058)

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu Kedokteran Forensik Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 11 April 2011 s.d. 9 Mei 2011.

Palembang, April 2011 Pembimbing,

dr. Binsar Silalahi, SpF, DFM, S.H.

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. DAFTAR ISI ......................................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................ DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ KATA PENGANTAR .......................................................................................... BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 2.1 Jenis Senjata dan Amunisi ...................................................................... 1. Senjata Api ....................................................................................... 2. Amunisi ............................................................................................ 2.2 Teori Luka ............................................................................................. 2.3 Arti Klinis Luka Tembak ....................................................................... 2.4 Mekanisme Luka Tembak ..................................................................... 2.5 Deskripsi Luka Tembak ......................................................................... 2.6 Identifikasi Luka Tembak ...................................................................... 1. Luka Tembak Masuk ........................................................................ 2. Luka Tembak Keluar ........................................................................ 2.7 Klasifikasi Luka Tembak ....................................................................... 1. Luka Tembak Masuk ....................................................................... 2. Luka Tembak Keluar (Luka Tembus) .............................................. 2.8 Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar ................. 2.9 Efek Luka Tembak ................................................................................ 2.10 Pengutaraan Jarak Tembak dalam Visum et Repertum ....................... 2.11 Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak ............................................ 2.12 Konsep-konsep yang salah dalam investigasi tembakan senjata ......... BAB III PENUTUP .............................................................................................. 3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 3.2. Saran ...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... i ii iii iv v 1 3 3 3 6 9 11 12 13 17 17 19 21 21 27 30 31 35 36 40 42 42 43 44

ii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar ................... 30

iii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Senjata api laras pendek ....................................................................... Gambar 2. Pistol semi otomatis ............................................................................. Gambar 3. Revolver ............................................................................................... Gambar 4. Senjata api laras panjang ...................................................................... Gambar 5. Senjata api beralur ................................................................................ Gambar 6. Mekanisme luka tembak....................................................................... Gambar 7. Luka tembak masuk di sebelah kiri dan luka tembak keluar di sebelah kanan ......................................................................................... Gambar 8. Luka tembak tempel ............................................................................. Gambar 9. Luka tembak tempel ............................................................................. Gambar 10. Luka Tembak Jarak Dekat.................................................................. Gambar 11. Luka Tembak Jarak Jauh .................................................................... Gambar 12. Tidak ditemukan kelim lecet pada luka tembak keluar ...................... 3 4 4 4 5 13 21 24 24 26 27 28

iv

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan keselamatan sehingga pembuatan refrat ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Refrat ini dibuat sebagai salah satu tugas Kepanitraan Klinik Senior Bagian Ilmu Forensik RSUP Dr. Mohammad Husein Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Ucapan terimakasih saya haturkan kepada dosen pembimbing dr. Binsar Silalahi, SpF, DFM, S.H. atas bimbingan dan arahannya dalam pembuatan refrat ini dan kepada semua pihak yang telah membantu saya sehingga refrat ini dapat terselesaikan dengan baik. Tentunya sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan dan sebagai insan yang masih terus menuntut ilmu, saya menyadari bahwa pembuatan refrat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan. Akhirnya saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya dan semoga refrat ini dapat berguna dan menambah pengetahuan bagi kita semua. Amin.

Palembang, April 2011

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api sebagai alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai orang yang melakukan pemeriksaan khususnya atas diri korban mempunyai wewenang dalam melakukan pemeriksaan seperti yang tercantum pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP yang menjelaskan bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak pidana. Oleh karena itu dokter yang memeriksa perlu secara hati-hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan hasil yang didapatnya1. Luka tembak merupakan penyebab kematian akibat kejahatan yang paling umum di Amerika Serikat. Luka tembak paling umum dijumpai sebagai penyebab kematian adalah akibat pembunuhan dan di beberapa daerah bagiannya adalah akibat bunuh diri. Di Amerika Serikat pertahunnya diperkirakan terdapat sekitar 70.000 jiwa korban luka tembak dengan kasus kematian sekitar 30.000 jiwa. Biaya medis, legal, dan emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu beban berat bagi rumah sakit, sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada umumnya. Evaluasi mengenai luka tersebut memerlukan latihan khusus dan keahlian baik oleh seorang dokter yang menangani bagian kegawatdaruratan korban luka tembak maupun para ahli patologi dan forensik. Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter harus menjelaskan berbagai hal, diantaranya: apakah luka tersebut memang luka tembak, jenis luka tembak masuk atau keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak

vi

tembak, arah tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka tembak mana yang menyebabkan kematian. Interpretasi yang benar mengenai luka tembak oleh para ahli patologi tidak hanya memberikan informasi berharga yang dapat menunjang pelaksanaan hukum selama investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian.

1.2 Tujuan Dengan penyusunan referat ini kami berharap seorang dokter atau calon dokter mampu mendeskripsikan luka tembak secara benar sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk memutuskan suatu tindak pidana.

vii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Jenis Senjata dan Amunisi 1. Senjata Api Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil perledakan mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya. Berikut adalah jenis-jenis senjata api2: a. Berdasarkan Panjang Laras: 1) Laras pendek. a) Revolver: mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang berputar (revolve) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru pada posisi siap untuk di tembakkan. b) Pistol : peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan menarik picunya. Pistol otomatis dan semi otomatis, peluru disimpan dalam sebuah magasin, putaran pertama harus dimasukkan secara manual ke dalam ruang ledaknya.

Gambar 1. Senjata api laras pendek

viii

Gambar 2. Pistol semi otomatis

Gambar 3. Revolver

2) Laras panjang Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m, mempergunakan peluru yang lebih panjang. Senjata laras panjang dibagi menjadi dua yaitu: a) Senapan tabur: Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butirbutir tabur ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk memuntahkan peluru tunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dan tidak terdapat rifling. b) Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasin yang besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan kekuatan sedang (peluru dengan kekuatan sedang antara peluru senapan standard dan peluru pistol)

Gambar 4. Senjata api laras panjang

ix

b. Berdasarkan Alur Laras 1. Laras beralur (Rifled bore) Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalam laras dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru, sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras, dipaksa bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh gaya sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung depannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran. Alur laras ini dibagi menjadi dua yaitu, arah putaran ke kiri (COLT) dan arah putaran ke kanan (Smith and Wesson).3,4 a. Senjata api dengan alur ke kiri 1) dikenal sebagai senjata tipe COLT 2) kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45 3) dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat dari basis anak peluru. b. Senjata api dengan alur ke kanan 1) dikenal sebagai senjata api tipe SMITH & WESSON ( tipe SW ) 2) kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.22;0.36;0.38;0.45; dan 0.46 3) dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila dilihat dari bagian basis anak peluru.

Gambar 5. Senjata api beralur5

2. Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore) Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak pada satu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun.

2. Amunisi Peluru mengandung Pb dan sebagian metal dengan dikelilingi nikel, detonator berisi barium,bismuth mercury. Secara garis besar shot gun dan senapan sama karena terbentuknya jumlah besar gas yang panas bertekanan tinggi2,7,8. a. Amunisi senjata dengan putaran rotasi peluru dibagi dalam dua kategori yaitu centerfire atau rimfire - tergantung lokasi primernya. 1) Pada peluru rimfire, komposisi primernya terletak pada bibir selongsong peluru dengan mesiu yang berhubungan dengan yang primer. a) Pada saat penembakan, pemantiknya menghancurkan bibir selongsong peluru, meledakkan komposisi primernya, menyulut bubuknya. b) Saat ini amunisi rimfire hanya terbagi dalam tiga kaliber - 22 Short, 22Long Rifle dan 22 Magnum. c) Amunisi rimfire bisa digunakan baik pada pistol maupun senapan. 2) Umumnya amunisi adalah pusat ledakannya (centerfire). Pada pusat peledakan selongsong, kesulitan pokok terletak pada bagian tengah dasar selongsong. Ketika ditembakkan, pemantiknya menghantam tengah-tengah dasar primer yang memantik komposisi primer yang selanjutnya memantik mesiunya. b. Selongsong peluru biasanya terbuat dari kuningan, meskipun ada yang terbuat dari aluminium dan baja. 1) Ketika diledakkan, selongsong peluru mengandung gas dari hasil pemantikan mesiu. 2) Kebanyakan peluru pistol bentuknya lurus sedang peluru senapan berbentuk leher botol (bottle neck) 3) Pada amunisi komersial, kaliber dan nama pabrik pembuatnya dicap pada dasar peluru. xi

4) Pada amunisi militer, nama pabrik dan tahun pembuatan amunisinya (baik berbentuk tulisan maupun kode) dicap pada dasar peluru. c. Mesiu yang digunakan dalam selongsong peluru adalah mesiu tidak mengandung asap, campuran dari nitrocellulose, dimana nitroglycerin bisa ditambahkan ataupun tidak ditambahkan. Wujud mesiu di Amerika Serikat umumnya : 1) disk (flake atau serpihan) atau bola dalam pistol dan senapan tabor 2) silindrikal atau mesiu bola pada senapan laras panjang d. Anak peluru (bullet) merupakan bagian dari peluru yang lepas dari moncongnya ketika senjata ditembakkan. 1) Oleh karena velositasnya yang tinggi, pusat penembak anak peluru senjata harus terbungkus metal baik secara penuh ataupun sebagian. a) Pada umumnya pembungkusnya terbuat dari tembaga atau copper alloy tetapi bisa juga dari baja b) Matanya terbuat dari timah tetapi untuk peluru-peluru militer bisa dari leburan baja atau gabungan keduanya. 2) Amunisi yang sepenuhnya terbungkus metal-pembungkusannya menyelubungi pucuk dan sisi-sisi pelurunya. 3) Semua amunisi militer, termasuk amunisi pistol, haruslah berbungkus metal secara penuh. 4) Pada amunisi semi-jacket, ada mata timah dengan bungkus tembaga menutupi sisi-sisinya dan biasanya dasar pelurunya dengan mata yang menonjol pada ujungnya. 5) Sebagai kebiasaan, peluru timah digunakan pada revolver; peluru berbungkus metal penuh digunakan pada pistol otomatis. 6) Saat ini amunisi pistol umunya menggunakan peluru semi-jacket, iasanya dengan rancangan pucuk yang kosong, baik disengaja untuk dipasang pada revolver maupun pistol otomatis.

xii

7) Amunisi .22 Short dan Senapan Laras Panjang (long rifle) dipasang dengan anak peluru timah; amunisi Magnum .22 beramunisi jacket metal penuh atau semi-jacket. 8) Konfigurasi pelurunyapun bervariasi a) Amunisi pistol biasanya: moncong bulat potongan semi-wad hollow point atau wad cutter (berbentuk silindris) b) Amunisi senapan centerfire: full metal jacket atau semi-jacket dengan ujung spitzer atau pucuk bulat e. Hampir semua badan senapan tabur dibuat dengan sekam plastik dan kepala kuningan dengan pucuk yang mengatup. 1) Dibalik ujung yang sobek terdapatlah pellet atau butir-butir peluru tabur (tembakannya), lalu gumpalan dan bubuk. 2) Pabrik yang berlainan menggunakan bahan gumpalan serta desain gumpalan yang berbeda pula. Ukuran dan pabrik pembuat amunisi dapat dikenali liwat gumpalan yang diambil 3) Federal dan Remington menggunakan gumpalan plastik sedang Winchester punya ciri-ciri khas yaitu menggunakan gumpalan dari kertas maupun cardboard. Tetapi ada beberapa produk Winchester yang menggunakan gumpalan plastik. 4) Pellet yang digunakan untuk berburu burung atau binatang-binatang kecil disebut birdshot. Diameter pellet atau butir-butir peluru tabur birdshot bervariasi.

xiii

f. Sementara, umumnya muatan untuk senapan tabur mengandung birdshot atau buckshot, tetapi ada juga yang bermuatan gotri senapan. 1) Peluru gotri senapan tabur sungguh-sungguh adalah misil timah yang besar : a) berbentuk peluru seperti peluru gotri American Foster b) Peluru gotri Brenneke dari Eropa mirip dengan peluru gotri Foster hanya saja diberi gumpalan cardboard yang menempel pada alasnya, atau: c) jam pasir (hourglass) berbentuk bulat sabot 2) Serangkaian tulang siku dan alur pilin terdapat di sepanjang permukaan peluru gotri American Foster maupun Brenneke. 3) Berat peluru gotri ini berkisar antara kira-kira 350 sampai 490 grain (kesatuan berat di Inggris) tergantung ukuran. 4) Peluru gotri sabot punya konfigurasi jam pasir dan terbungkus dalam dua buah plastik a) Seluruh himpunan, dua buah plastik yang menyelimuti peluru gotri berikut peluru gotrinya meluncur keluar melalui larasnya. b) Sementara keluar, kedua buah plastiknya terlepas dan misil jam pasirnya terus meluncur menuju sasarannya

2.2 Teori Luka Terdapat empat teori luka yaitu5: 1. Keparahan luka tembak ditentukan oleh dua faktor: a. Kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh interaksi mekanik antara peluru dan lapisan otot/jaringan. b. Pengaruh rongga sementara yang diakibatkan oleh peluru. 2. Sekali peluru menembus tubuh, pilin yang diakibatkan oleh alur pilin tidak memadai untuk mengkompensasi bertambahnya kepadatan jaringan. a. Peluru mulai mengoleng, atau terhuyung-huyung pada jalur proyeksinya. Olengannya adalah sudut antara jalur proyeksi dan poros membujur dari peluru. xiv

b. Saat peluru meluncur menerobosi jaringan, olengannya bertambah. Kalau jalurnya cukup panjang, olengannya akan mencapai 90, jadi menonjolkan sisi pembukaan yang maksimum. c. Kalau peluru terus meluncur, maka akan terjadi putaran balik 180 dan meluncur dengan gerakan mundur. 3. Sebagai tambahan pada kerusakan mekanis jaringan, peluru yang bergerak merusak tatanan lapisan jaringan sama seperti sebuah speed-boat yang merusak ketenangan air saat meluncur di atas danau. a. Semakin besar energi kinetis yang dikeluarkan oleh peluru, semakin banyak energi yang hilang, dan kerusakan tatanan jaringanpun semakin besar. b. Jaringan terhempas dari jalur peluru yang menyebabkan terjadinya rongga sementara. c. Rongga yang secara alamiah bersifat sementara hanya bertahan seper5 sampai 10 ribu detik saja. 1) Sejak mulai terasa sampai pingsan, peluru melewati beberapa berangsurangsur meliwati getaran dan kontraksi yang semakin sebelum hilang sama sekali, meninggalkan bekas luka yang permanent. 2) Rongga sementara dapat menjadi 11 kali lebih besar dari diameter peluru. 3) Titik pelebaran maksimum rongga oleh sebuah peluru non-fragmen, yang merusak bentuk akan terjadi bilamana peluru meluncur pada sisinya. d. Kerusakan paling parah pada rongga sementara terjadi pada luka tembak di kepala. Disini struktur yang tengkorak kepala yang keras hanya dapat mengurangi tekanan dengan cara meledak/pecah. e. Besarnya rongga sementara dan tekanan yang dihasilkan oleh terhempasnya jaringan hanya berperan kecil, kalaupun ada, peran karena luka oleh peluru pistol, karena pada kenyataannya peluru pistol hanya memiliki energi kinetik yang relatif kecil. f. Hal ini berbeda dengan peluru senapan center fire yang oleh sifat dari kecepatan tingginya memiliki jumlah energi kinitik yang sangat besar. xv

Rongga besar dan tekanan gelombang besar dapat dihasilkan yang sebenarnya dapat mengkacaukan, memecahkan, dan juga dapat merobek organ-organ yang tidak terkena secara langsung oleh peluru, tetapi itupun hanya dalam jarak yang dekat dengan jalurnya. memperlihatkan kecepatan tinggi dan energi kinetik dari aneka macam jenis amunisi. 4. Ujung yang kosong dan halus dari peluru senapan cenderung merobek tubuh yang meninggalkan luka yang lebih parah dibanding dengan jika tidak sobek. Sebaliknya peluru senjata militer cenderung untuk tidak merobek tubuh. Kecuali dalam peluru M16 (5.56 x 45 mm).

2.3 Arti Klinis Luka Tembak Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir peluru menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada dermis. Diameter luka pada epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru, sedangkan diameter luka pada dermis lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusio ring)9. Contusio ring ini didapatkan pada luka tembak masuk dan luasnya tergantung pada arah peluru pada kulit. Peluru yang masuk tegak lurus, maka contusio ringnya akan besar, sedangkan peluru yang masuknya miring, contusio ringnya akan lebih lebar dibagian dimana peluru membentuk mulut yang terkecil pada kulit. Peluru juga mengandung lemak pembersih senjata. Lemak ini juga akan memberi gambaran pada luka tembak berupa kelim lemak yang berupa pita hitam, tetapi kelim lemak ini tidak selalu terdapat misalnya pada senjata yang jarang dibersihkan. Pada waktu senjata ditembakkan, maka yang keluar dari laras senjata api adalah9: 1. Api 2. Mesiu yang sama sekali terbakar (jelaga, roetneerslag) 3. Mesiu yang hanya sebagian saja yang terbakar 4. Mesiu yang tidak terbakar xvi

5. Kotoran minyak senjata, karatan dan lain sebagainya 6. Anak pelurunya sendiri

2.4 Mekanisme Luka Tembak Dengan pengecualian efek perlambatan pada luka yang disebabkan pada semua trauma mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, terjadi karena adanya transfer energi dari luar menuju ke jaringan. Ini juga terjadi pada luka tembak. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainya8,10. Untuk menjamin transfer energi ke suatu jaringan, beberapa peluru dimodifikasi akan berhenti atau menurun kecepatanya sesampainya di tubuh. Anak peluru yang lunak didesain akan segera menjadi pecahan kecil saat ditembakkan. Peluru dumdum banyak digunakan pada muncung roket yang mempunyai ruang udara pada ujungnya diperuntukkan agar pada saat benturan akan terjadi pengurangan kecepatan dan terjadi transfer energi yang besar dan kerusakan jaringan yamg hebat. Ledakan peluru ini juga pernah digunakan saat usaha pembunuhan presiden Reagen. Lintasan peluru juga dapat menilai besar dan kecepatan dari energi yang diberikan pada suatu target8,10. Jumlah dari energi kinetik yang terdapat pada proyektil sesuai dari masa dan kecepatan. Industri militer modern telah mengambil banyak manfaat untuk pengembangan senjata dengan dasar masa yang rendah dengan kecepatan yang tinggi sehingga menghasilkan energi kinetic yang maksimum untuk kerusakan

jaringan.Rata-rata kecepatan peluru berkisar 340m/s, dimana banyak digunakan pada panah, senapan angin, serta revolver. Dari system mekanik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi kalau adanya rupture pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih besar dari diameter peluru. Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan

xvii

yang mengkompresi jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka. Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada yang berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti infark atau infeksi8,10.

Gambar 6. Mekanisme luka tembak10

2.5 Deskripsi Luka Tembak Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tanggung jawab yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat. Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi, debridement dan menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk mempelajari medikolegal, xviii

seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka secara detail. Deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari2 : 1. Lokasi a. jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis pertengahan tubuh b. lokasi secara umum terhadap bagian tubuh 2. Deskripsi luka luar a. ukuran dan bentuk b. lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya c. luka bakar d. lipatan kulit, utuh atau tidak e. tekanan ujung senjata 3. Residu tembakan yang terlihat a. grains powder a. deposit bubuk hitam, termasuk korona b. tattoo c. metal stippling 4. Perubahan a. oleh tenaga medis b. oleh bagian pemakaman 5. Track a. penetrasi organ b. arah - depan ke belakang (belakang ke depan) - kanan ke kiri(kiri ke kanan) - atas ke bawah c. kerusakan sekunder - perdarahan - daerah sekitar luka xix

d. kerusakan organ individu 6. Penyembuhan luka tembakan a. titik penyembuhan b. tipe misil c. tanda identifikasi d. susunan 7. Luka keluar a. lokasi b. karakteristik 8. Penyembuhan fragmen luka tembak 9. Pengambilan jaringan untuk menguji residu Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat. Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat penanganan gawat darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak, tubuh mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran luka. a. Jarak Tembakan Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan dalam keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan dilepaskan. Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut : untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan; untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri; membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh. b. Arah Tembakan

xx

Luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta perubahan warna pada kulit, jika sudut penembakan olique akan mengakibatkan luka tembak berbentuk ellips, panjang luka dihubungkan dengan pengurangan sudut tembak. Senapan akan memproduksi lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak dekat. Petunjuk ini berguna untuk pembanding dengan shotgun. Luka tembak yang disebabkan shotgun dengan sudut olique akan membentuk luka seperti anak tangga. Jaringan juga berperan serta dalam perubahan gambaran luka karena adanya kontraksi otot. Petunjuk lain yang penting untuk menginterpretasikan, yaitu : 1) Jika peluru mengenai lapisan keras tulang atau organ, dimana akan dialihkan arah keluarnya dan lintasan peluru yang terbentuk. 2) Posisi tubuh korban secepatnya dinilai. Telah dikatakan bahwa, pada saat penembakan ada pada sudut yang benar dari permukaan tubuh, bentuk dari luka akan simetrris dan lingkaran. Tembakan senjata api dengan Sallow Cone akan melewati setiap bagian tubuh tapi pada bagian permukaan tangensial tubuh. Posisi yang paling sering ditemukan kemungkinan pada samping dada, dibawah axilla.Jika lengan dinaikkan tidak akan ikut terkena, sebaliknya akan terlihat luka pada dinding dada, dan bagian sisi dalam lengan atas. Daerah lainnya adalah bagian samping wajah, dimana jika terkena tembakan, bagian wajah tersebut akan terkoyak dan kemungkinan telinga akan ikut terkoyak. Pada dada meskipun penetrasi tembakan minimal kerusakan berat pada pleura dan paru dapat terjadi, dan kematian dapat terjadi karena Hematothorak dengan atau tanpa luka laserasi atau memar pada paru. Ketika bagian kepala terkena, menghancurkan tulang tengkorak atau wajah dan dapat terjadi kerusakan intracranial, meskipun peluru logam tidak menembus kranium. Enapan juga dapat menyebabkan luka tangensial.1,4 Beberapa penampilan luka yang berbeda disebabkan oleh shotguns dan rifled firearms. Perbedaan luka tersebut juga disebabkan karena adanya perbedaan peluru saat ditembakkan. Perbedaan ini bervariasi dalam hal ukuran dengan diameter ratarata 22 kaliber. Bentuk dan karakteristik luka juga sangat tergantung dari jarak xxi

tembak. Pada jarak tembak yang dekat, tembakan berupa satu bentuk peluru silinder yang besar. Pada jarak tembak sedang, bentuk lukanya tidak beraturan dan punya penampakan moth eaten. Dengan adanya penambahan diameter, pecahan dari tembakan menjadi lebih besar dan terlihat defek tembakan berupa satelit yang awalnya menutupi defek utama tetapi kemudian menyebar. Pada tembakan jarak jauh, tidak terlihat defek yang besar dan tembakan membuat luka kecil tunggal. Deposit tembakan dan klim tato terjadi akibat luka tembak pada jarak dekat dan sedang. Ada tiga jenis tembakan yakni Birdshot, buckshot, dan rifled slugs. Birdshot digunakan untuk membunuh ungsa dan hewan yang sangat kecil. Tembakannya sangat kecil dengan diameter 0.05 sampai 0.150 inci. Buckshot lebih besar dari Birdshot, dengan diameter 0,24 sampai 0,33 inci. Tipe foster dari Rifled slugs digunakan di AS. Luka akibat Rifled slugs berupa defek soliter . Karakteristik dari luka tembak tidak dapat dilihat kecuali pada Birdshot yang kontak dengan lukanya dekat, buckshot yang lebih besar, dan rifled slugs. Karakteristik luka lain dari luka tembak adalah wad mark. Wad mark dapat ditemukan pada luka tembak dengan perbedaan berdasarkan jarak tembak. Beberapa wad dibuat dari gabus atau partikel yang menyerupai gabus, yang akan terbentuk pada tembakan dekat. Fragmen wad yang kecil akan menghantam kulit dan menyebabkan luka yang kecil dan tidak beraturan.

2.6 Identifikasi Luka Tembak 1. Luka Tembak Masuk Menembak seseorang dari belakang yang menjauhi anda, dibandingkan dengan menembak seseorang pada dada, pada saat mempertahankan diri anda dari serangan yang bersifat fatal, adalah penting untuk membedakan luka masuk dari luka keluar. Dalam hukum kriminal, membedakan secara tepat, antara kedua hal tersebut, berarti dapat membedakan antara tuntutan pembunuhan tingkat pertama dan kemungkinan hukuman mati atau tindakan mempertahankan diri dan tidak ada

xxii

tuntutan. Untungnya, aplikasi dari beberapa konsep dasar biasanya akan memperbolehkan diferensiasi akurasi dari luka masuk dan luka keluar. Ciri luka masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan abrasi tepi yang melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasi tepi tersebut berupa goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh peluru ketika menekan masuk ke dalam tubuh. Abrasi tepi dapat bersifat konsentris ataupun eksentris. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi ke dalam kulit, maka hal tersebut akan menghasilkan abrasi tepi yang konsentris, yaitu goresan pada kulit berbentuk cincin dengan ketebalan yang sama, oleh karena peluru masuk secara tegak lurus terhadap kulit. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi pada kulit dengan membentuk sudut, maka hal ini akan menghasilkan abrasi tepi yang eksentris, yaitu bentuk cincin yang lebih tebal pada satu area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang eksentris mengindikasikan arah datangnya peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal abrasi tepi, semakin kecil sudut peluru pada saat mengenai kulit. Luka masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin memiliki sobekan pada tepi luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi ketika peluru kehilangan putaran oleh karena menembak di dalam laras senjata. Bahkan dalam perjalananya dengan terpilin, peluru bergerak secara terhuyung ketika menabrak kulit sehingga sering memberikan gambaran bentuk D pada luka. Luka masuk yang tidak khas dapat disebabkan oleh senjata yang tidak berfungsi baik atau oleh karena amunisi yang rusak, tetapi lebih sering dihasilkan dari peluru jenis Ricochets atau peluru yang mengenai benda lain terlebih dulu, seperti jendela yang bergerak otomatis, sebelum mengena tubuh. Kecepatan peluru teredam setelah mengena media perantara, hal ini yang menyebabkan terbentuknya abrasi tepi yang tidak khas pada luka tembak masuk, ketika peluru mengena kulit. Jenis lain dari luka masuk yang tidak khas terjadi ketika mulut senjata api mengalami kontak langsung dengan kulit di atas permukaan tulang, seperti pada tulang tengkorak atau sternum. Ketika senjata ditembakkan, maka hal ini akan menghentikan gas secara langsung dari mulut senjata ke dalam luka di sekitar peluru. Gas akan mengalami penetrasi ke dalam jaringan xxiii

subkutan, dimana gas tersebut meluas sehingga menyebabkan kulit di sekitar luka tembak masuk menjadi meregang dan robek. Luka robek atau laserasi menyebar dari bagian tengah dengan memberikan defek berbentuk stellata atau penampakan seperti bintang. Luka tembak masuk dapat dibedakan lagi, yaitu : a. Luka tembak masuk jarak jauh. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh komponen anak peluru. b. Luka tembak masuk jarak dekat. Luka tembak masuk ini dibentuk oleh komponen anak peluru dan butir-butir mesin yang tidak habis terbakar. c. Luka tembak masuk jarak sangat dekat atau menempel dengan kulit. Dibentuk oleh komponen anak peluru, butir mesin, jelaga dan panas api. Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata api tersebut .

2. Luka Tembak Keluar Ketika luka tembak mengenai tubuh, dapat menghasilkan luka tembak keluar. Ketika senjata caliber kecil mengenai tubuh, energi sisa pada tiap peluru biasanya tidak cukup untuk menembus. Luka pada ekstremitas, leher dan kepala akan mudah untuk dilalui. Jarak juga dapat mempengaruhi efek luka tembak keluar.4 Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka tembak keluar. Biasanya karakteristik luka berbeda dengan luka tembak masuk. Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di prediksi. Latar belakang variasi bentuknya adalah sebagai berikut: a. Anak peluru terpental dari dalam tubuh sehingga keluar dari tempatnya masuk b. Anak peluru mengalami perubahan bentuk selama melewati tubuh sehingga memberi bentuk iregular saat keluar.

xxiv

c. Anak peluru hancur di dalam tubuh, sehingga keluar tidak dalam 1 kesatuan melainkan dalam potongan-potongan kecil. Jika memiliki jaket, maka jaket dapat terpisah komplit atau sebagian. d. Anak peluru yang mengenai tulang atau tulang rawan, dapat membuat fragmen tulang tersebut ikut terlontar keluar bersama anak peluru. e. Anak peluru yang melewati kulit yang tidak ditopang oleh struktur anatomi apapun akan membuat kulit tersebut koyak, hal ini sedikit berhubungan dengan bentuk anak peluru yang menyebabkannya. Luka tembak keluar akan meghasilkan gambaran acak atau tdak teratur, tergantung pada struktur anatominya serta tulang dan jaringan, khasnya bergerigi,laserasi yang tidak teratur dengan sisi luar yang membuka dan kemungkinan fraktur komunitf. Luka tembak pada dada dan perut selalu sulit keluar karena adanya hambatan yang cukup besar. Tidak adanya penahan pada kulit akan menyebabkan anak peluru mengoyak kulit pada saat keluar. Dalam beberapa keadaan dimana kulit memiliki penahan, maka bentuk luka tembak sirkular atau mendekati mendekati sirkular yang disekelilingnya dibatasi oleh abrasi. Teka-teki ilmiah forensik klasik membedakan luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Luka tembak masuk dan luka tembak keluar sulit dibedakan apabila pada luka tembak luar terdapat penahan kulit, pada luka tembak masuk terdapat pakaian yang menghalangi residu lain, senjata yang digunakan kaliber kecil (kaliber 22), dan tulang tidak langsung berada di bawah kulit. Luka tembak luar bentuk shored umumnya ditemukan pada pemakaian pakaian, pada posisi bagian tubuh tertentu seperti pakaian yang sangat ketat, bagian ikat pinggang dari celana panjang, celana pendek, atau celana dalam, bra, kerah baju, dan dasi. Luka jenis sama juga terjadi karena bagian tangan menahan tempat keluar anak peluru kemudian posisi pasien tiduran, duduk, atau menempel pada objek yang keras. Tidak semua anak peluru dapat keluar dari tubuh. Terdapat banyak tulang dan jaringan padat yang dapat menghalangi lewatnya peluru. Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang tipis seperti skapula dan ileum xxv

atau bagian tipis dari tenglorak. Kebanyakan anak peluru masuk ke dalam tubuh dan menghabiskan energi kinetiknya di kulit. Kulit adalah penghalang kedua yang paling menghalangi lewatnya anak peluru. Anak peluru yang mengenai lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi luka tembak masuk akan sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping hidung, mulut, ketiak, vagina, dan rektum.

Gambar 7. Luka tembak masuk di sebelah kiri dan luka tembak keluar di sebelah kanan

2.7 Klasifikasi Luka Tembak Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa luka tembak terdiri atas luka tembak masuk dan luka tembak keluar. Namun di sini, akan dijelaskan karakteristiknya masing-masing, yaitu: 1. Luka Tembak Masuk a. Luka tembak tempel (kontak) Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pembakaran bubuk mesiu saat tembakan terjadi menghasilkan sejumlah besar gas. Gas inilah yang mendorong anak peluru keluar dari selongsongnya, dan selanjutnya menimbulkan suara yang keras. Gas tersebut sangat panas dan kemungkinan tampak seperti kilatan cahaya, yang jelas pada malam hari atau ruangan yang gelap.

xxvi

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi bentuk luka yaitu hasil kombinasi antara gas dan anak peluru: (1) sejumlah gas yang diproduksi oleh pembakaran bubuk mesiu; (2) efektivitas pelindung antara kulit dan anak peluru; dan (3) ada tidaknya tulang dibawah jaringan yang terkena tembakan. Faktor pertama, jumlah gas yang diproduksi oleh bubuk mesiu yang terbakar memilik hubungan dengan kecepatan melontar senjata. Secara jelas dapat dikatakan dengan meningkatkan kecepatan melontar berarti juga meningkatkan kecepatan anak peluru. Meningkatnya jumlah gas yang diproduksi merupakan suatu prinsip untuk meningkatkan dorongan terhadap anak peluru. Faktor kedua yang berpengaruh terhadap efektifitas pelindung antara kulit dan anak peluru. Makin efisien pelindung tersebut makin banyak gas yang gagal ditiupkan di sekitar moncong senjata sehingga makin banyak gas yang dapat ditemukan di jaringan tubuh. Faktor terakhir adalah keberadaan lapisan tulang dalam jarak yang dekat di bawah kulit yang dapat dibuktikan menjadi pembatas terhadap penetrasi yang masif dan ekspansi gas menuju jaringan yang lebih dalam7. Ketika senjata ditembakkan dengan menempel pada kulit, gambaran akan tampak bermacam-macam tergantung apakah moncong senjata ditekan ke permukaan kulit sehingga melekat erat, atau apakah tidak menempel pada kulit. Gambaran akan tampak beda jika terdapat pakaian diantara moncong senjata dan kulit. Pada jaringan lunak, seperti ekstremitas, abdomen, dan juga dada, luka akan tampak kecil dan sirkuler. Akan ada pembakaran dan penghitaman pada dinding luka,. Jika antara moncong senjata denga kulit menempel kuat akan ada sedikit bahkan tidak ada nyala api dan debu, kecuali kalau pakaian menutupinya. Dalam luka, pada jaringan akan ada beberapa bintilk-bintik kotoran dengan jelaga atau partikel-partikel amunisi. Kebanyakan amunisi senjata tampak bersih, dibandingkan dengan peluru senjata api sehingga jelaga bisa tidak ditemukan.Biasanya hyperemia terdapat disebelah luar cetakan diameter moncong senjata, dan karbon monoksida akan diserap oleh Hemoglobin dan Mioglobin disekitar kulit luka dan pada bekas yang lebih dalam. Kemungkinan akan ada luka memar yang kadang meluas meskipun bentuknya tidak simetris dan jarang. Perluasan jaringan karena gas yang masuk memaksa kulit lebih xxvii

keras melawan ujung laras, dan jejak moncong senjata mungkin akan terbentuk. Jika luka tempel di atas tulang terutama tulang tengkorak, terjadi fenomena yan sama dengan luka senjata api. Tampak gambaran linier atau seperti bintang6. Pada umumnya luka tembak masuk kontak adalah merupakan perbuatan bunuh diri. Cara yang biasa dilakukan: 1) Ujung laras ditempelkan pada kulit dengan satu tangan menarik alat penarik senjata. 2) Adakalanya tangan yang lain memegang laras supaya tidak bergerak dan tidak miring. Sasarannya, yaitu : - Daerah temporal - Dahi sampai occiput - Dalam mulut, telinga, wajah dibawah dagu dengan arah yang menuju otak. Luka pada kulit tidak bulat, tetapi berbentuk bintang dan sering ditemukan cetakan/jejas ujung laras daun mata pejera. Terjadinya luka berbentuk bintang disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit, maka seluruh gas masuk kedalam dan akan keluar melalui lubang anak peluru. Desakan keluar ini menembakkan cetakan laras dan robeknya kulit. Bila korban menggunakan senjata api dengan picu, maka picu akan menimbulkan luka lecet pada kulit antara ibu jari dan jari telunjuk. Luka lecet ini dinamakan schot hand. Pada tembakan tempel di kepala, sisa mesiu yang ikut menembus kulit, dapat dicari antara kulit dengan tulang kepala (tabula eksterna), dan antara tulang kepala dengan selaput otak keras (tabula interna).2,5,9

xxviii

Gambar 8 . luka tembak tempel

Gambar 9. Luka tembak tempel

b. Luka tembak jarak dekat Tanda luka tembak dengan jarak senjata ke kulit hanya beberapa inci adalah adanya kelim jelaga disekitar tempat masuk anak peluru. Luasnya kelim jelaga tergantung kepada jumlah gas yang dihasilkan, luasnya bubuk mesiu yang terbakar, jumlah grafit yang dipakai untuk menyelimuti bubuk mesiu. Pada luka tembak jarak dekat, bubuk mesiu bebas dapat ditemukan didalam atau di sekitar tepi luka dan disepanjang saluran luka. Kelim tato yang biasa tampak pada luka jarak sedang, tidak tampak pada luka jarak pendek kemungkina karena efek penapisan oleh jelaga7. Pada luka tembak jarak dekat, sejumlah gas yang dilepaskan membakar kulit secara langsung. Area disekitarnya yang ikut terbakar dapat terlihat. Terbakarnya rambut pada area tersebut dapat saja terjadi, namun jarang diperhatikan karena sifat rambut terbakar yang rapuh sehingga patah dan mudah diterbangkan sehingga tidak

xxix

ditemukan kembali saat dilakukan pemeriksaan. Rambut terbakar dapat ditemukan pada luka yang disebabkan senjata apapun5. Pada umumnya luka tembak masuk jarak dekat ini disebabkan oleh peristiwa pembunuhan, sedangkan untuk bunuh diri biasanya ditemukan tanda-tanda schot hand. Jarak dekat disini diartikan tembakan dari suatu jarak dimana pada sekitar luka tembak masuk masih didapatkan sisa-sisa mesiu yang habis terbakar. Jarak ini tergantung: - Jenis senjata, laras panjang atau pendek - Jenis mesiu, mesiu hitam atau smokeless Tanda utama adalah adanya kelim tato yang disebabkan oleh bubuk mesiu yang tidak terbakar yang terbang kearah kulit korban. Disekitar zona tato terdapat zona kecil berwarna magenta. Adanya tumbukan berkecepatan tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan menghasilkan perdarahan kecil.Bentuk tato memberikan petunjuk mengenai tipe bubuk mesiu yang digunakan. Serpihan mesiu menyebabkan tato dengan bentuk yang beraneka ragam, tergantung bagaimana masing-masing mesiu membentur kulit dengan bentuk pipih pada tepinya. Gumpalan mesiu, berbentuk bulat atau bulat telur, menyebabkan tato bentuk bintikbintik atau titik-titik. Karena bentuk gumpalan lebih kecil dari bentuk serpihan sehingga daerah berkelim tato pada gumpalan lebih halus. Luas area tato menunjukkan jarak tembak. Makin besar jarak tersebut, makin besar area, namun semakin halus. Metode pengukuran luas yang umum dipakai adalah dengan mengukur dua koordinat, potongan longitudinal dan transversal. Untuk kemudian dibuat luka percobaan, dengan menggunakan senjata yang sama, amunisis yang sama, kondisi lingkungan yang sama dengan hasil luka terlihat yang sama persis dengan korban, dapat di ukur jarak tembak.2,5,9

xxx

Gambar 10. Luka Tembak Jarak Dekat

c. Luka tembak jarak jauh Tidak ada bubuk mesiu maupun gas yang bisa terbawa hingga jarak jauh. Hanya anak peluru yang dapat terlontar memebihi beberapa kaki. Sehingga luka yang ada disebabkan oleh anak peluru saja. Terdapat beberapa karakteristik luka yang dapat dinilai. Umumnya luka berbentuk sirkular atau mendekati sirkular. Tepi luka compang-camping. Jika anak peluru berjalan dengan gaya non-perpendikular maka tepi compang-camping tersebut akan melebar pada salah satu sisi. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan arah anak peluru1,5. Pada luka tembak masuk jarak jauh memberi arti yang besar terhadap pengusutan perkara. Hal ini karena luka jenis ini menyingkirkan kemungkinan penembakan terhadap diri sendiri, baik sengaja tau tidak. Terdapat 4 pengecualian, yaitu (1) Senjata telah di set sedemikian rupa sehingga dapat di tembakkan sendiri oleh korban dari jarak jauh; (2) kesalahan hasil pemeriksaan karena bentuk luka tembak tempel yang mirip luka tembak jarak jauh; (3) Kesulitan interpretasi karena adanya pakaian yang menghalangi jelaga atau bubuk mesiu mencapai kulit; dan (4) Jelaga atau bubuk mesiu telah tersingkir. Hal tersebut terjadi bila tidak ada pengetahuan pemeriksa dan dapat berakibat serius terhadap penyelidikan7. Pada luka tembak masuk jarak jauh ini, yang mengenai sasaran hanyalah anak peluru saja. Sedangkan partikel lainnya tidak didapatkan. Pada luka tembak jarak jauh ini hanya ditemukan luka bersih dengan contusio ring. Pada arah tembakan tegak xxxi

lurus permukaan sasaran (tangensial) bentuk contusio ringnya konsentris, bundar. Sedangkan pada tembakan miring bentuk contusio ringnya oval. Luka tembak pada jaringan lunak sukar dibedakan antara inshoot dan outshoot, oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis, untuk mencari adanya pigmen mesiu, jelaga, minyak senjata atau adanya serat pakaian yang ikut masuk kedalam luka. Luka tembak jarak jauh adalah luka tembak dimana jarak antara moncong senjata dengan korban diatas 50 cm, atau diluar jarak tempuh atau jangkauan butir-butir mesiu. a. Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau terbakar sebagian. b. Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet. c. Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet dapat dilihat pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau kelim lemak.

Gambar 11. Luka Tembak Jarak Jauh

2. Luka Tembak Keluar (Luka Tembus) Luka tembak keluar ini ialah bahwa setelah peluru membuat luka tembak masuk dan saluran luka tembakan maka akhirnya peluru akan mengenai kulit lagi dari sebelah dalam dan kulit terdorong ke luar. Kalau batas kekenyalan kulit dilampaui, maka kulit dari dalam menjadi robek dan akhirnya timbul suatu lubang luka baru lagi, dan luka baru inilah yang dinamakan luka tembak keluar.1

xxxii

Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk dan mengenai tulang (benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi menjadi berubah. Tulang-tulang yang kena peluru tadi akan menjadi patah pecah atau kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu peluru menembus terus dan membuat lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang berubah bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahanpecahan tulang tadi oleh karena ikut terlempar karena dorongan dari peluru. Tulangtulang inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan menembus juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan luka tembakan keluar yang besar dan lebar, sedangkan bentuknya tidak tertentu. Sering kali besar luka tembak keluar berlipat ganda dari pada besarnya luka tembakan masuk. Misalnya saja luka tembakan masuk beserta contusio ring sebesar kira-kira 8 mm dan luka tembakan keluar sebesar uang logam. Berdasarkan ukurannya maka ada beberapa kemungkinan, yaitu: a. Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk, maka biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga berpecahan dan beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru baru yang membuat luka keluar menjadi lebih lebar. b. Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan luka tembak masuk, maka hal ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak tubuh dan daya tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.

Gambar 12. Tidak ditemukan kelim lecet pada luka tembak keluar

xxxiii

Adapun faktorfaktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih besar dari luka tembak masuk adalah:1 Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada dalam tubuh dan membentur tulang. Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya karena terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari ujung ke ujung (end to end), keadaan ini disebut tumbling. Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut yawing. Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan luka tembak keluar menjadi lebih besar. Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa keluar, maka fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan sehingga akan memperbesar luka tembak keluarnya. Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak masuk, hal ini disebabkan:1 - Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang, sehingga kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu diketahui bahwa kemampuan peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan berhubungan langsung dengan ukuran peluru dan velocity. - Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru akan keluar yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar akan lebih kecil bila dibandingkan dengan luka tembak masuk. Beberapa variasi luka tembak keluar3 Luka tembak keluar sebagian (partial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh karena tenaga peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang menekan pada tempat dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya berbentuk celah dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada celah tersebut.

xxxiv

Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru yang ditembakkan, ini dimungkinkan karena : - Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak keluar. - Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong keluar pada tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru. Dua peluru masuk ke dalam tubuh melalui satu luka tembak masuk (tandem bullet injury), dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut berpisah dan keluar melalui tempat yang berbeda.

2.8. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar Tabel 1. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar11 Luka tembak masuk 1. Ukurannya kecil, karena peluru menembus kulit seperti bor dengan kecepatan tinggi 2. Pinggiran luka melekuk kearah dalam karena peluru menembus kulit dari luar 3. Pinggiran luka mengalami abrasi 4. Bisa tampak kelim lemak 5. Pakaian masuk ke dalam luka, dibawa oleh peluru yang masuk 6. Pada luka bisa tampak hitam, terbakar, kelim tato, atau jelaga 7. Pada tulang tengkorak, pinggiran luka bagus bentuknya 8. Bisa tampak warna merah terang akibat adanya zat karbon monoksida 9. Disekitar luka terdapat kelim ekimosis 10. Perdarahan hanya sedikit 11. Pemeriksaan radiologi atau analisa aktivitas netron mengungkapkan adanya lingkaran timah atau zat besi di sekitar luka Luka tembak keluar Ukurannya lebih besar dan lebih tidak teratur dibandingkan luka tembak masuk, karena kecepatan peluru berkurang sehingga menyebabkan robekan jaringan Pinggiran luka melekuk keluar karena peluru melekuk keluar Pinggiran luka tidak mengalami abrasi Tidak terdapat kelim lemak Tidak ada Tidak ada Tampak seperti gambaran mirip kerucut Tidak ada Tidak ada Perdarahan lebih banyak Tidak ada

xxxv

2.9. Efek Luka Tembak Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras senjata api tersebut. Adapun komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap penembakan adalah1: anak peluru butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar asap atau jelaga api partikel logam Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka minyak yang melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka. Bila penembakan dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel dengan erat pada tubuh korban, maka akan terdapat jejas laras. Selain itu bila senjata yang dipakai termasuk senjata yang tidak beralur (smooth bore), maka komponen yang keluar adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau tersebar dalam bentuk pellet, tutup dari peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan kelainan dalam bentuk luka. Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa penembakan akan menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut: 1) Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka. Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: Kecepatan Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh Bentuk dan ukuran peluru Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya

xxxvi

lebih rendah (low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar. Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan jantung dalam fase sistole dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut disebabkan karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian. Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru: a. Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan c. Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga terjadi kelim lecet (abrasion ring) d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke segala arah, maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh akan terbentuk lubang yang lebih besar dari diameter peluru e. Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas dari jaringan f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat diketahui dari bentuk kelim lecet h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah tersebut i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau kelim lemak (grease ring/ grease mark)

xxxvii

j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk luka yang terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di bawahnya mempunyai densitas besar seperti tulang, maka sebagian tenaga dari peluru disertai pula dengan gas yang terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang tejadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang k. Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter lubang luka ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah masuknya peluru l. Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan dangkal, disebut bullet slap atau bullet graze m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk bersatu dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter wound

2) Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling a. Butir butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk ke dalam kulit b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik-bintik hitam dan bercampur dengan perdarahan c. Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit, tiosianat, tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida, sedangkan smoke less powder terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang dicampur dengan karbon dan gravid

3) Akibat asap (smoke effect): jelaga a. Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka terbentuk asap atau jelaga xxxviii

b. Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%) nitrogen 35%, CO 10%, hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 % serta sedikit oksigen dan methane c. Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit d. Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm e. Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit, sehingga bila dihapus akan menghilang.

4) Akibat api (flame effect): luka bakar a. Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang akan mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching, charring) b. Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan terbakar c. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm, sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5 cm

5) Akibat partikel logam (metal effect): fouling a. Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam sebagai akibat pergesekan tersebut b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka terbuka dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban c. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.

6) Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras a. Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak tempel yang erat (hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft contact) b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian tubuh, dimana di bawahnya ada bagian yang keras (tulang)

xxxix

c. Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan moncong senjata d. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang terjadi e. Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka, sedangkan pada soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut akan tampak sebagian sebagai garis lengkung f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato, oleh karena tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga dan butir mesiu ada yang keluar melalui celah antara moncong senjata dan kulit, sehingga terdapat adanya kelim jelaga dan kelim tato.

7) Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya cukup tebal, maka dapat terjadi: Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang luka tembak

2.10 Pengutaraan Jarak Tembak dalam Visum et Repertum Bila pada tubuh korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas laras, kelim api, kelim jelaga atau tato; maka perkiraan atau penentuan jarak tembak tidak sulit. Kesulitan baru timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim lecet. Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30 cm. Bila ada kelim tato, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60

xl

cm, dan seterusnya. Bila hanya ada kelim lecet, cara pengutaraannya adalah sebagai berikut: Berdasarkan sifat lukanya luka tembak tersebut merupakan luka tembak jarak jauh, ini mengandung arti : Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti diluar jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi antara korban dengan moncong senjata ada penghalang; seperti bantal dan lain sebagainya Bila ada kelim api, berarti korban ditembak dari jarak yang sangat dekat sekali, yaitu maksimal 15 cm (Idris, 1997). Menurut hadikusumo (1998), luka tembak tempel bentuknya seperti bintang, dengan gambaran bundaran laras senjata api dengan tambahan gambaran vizierkorrel (pejera, foresight) akibat panasnya mulut laras. Bila larasnya menempel pada kulit, gas peluru ikut masuk ke dalam luka, dan berusaha menjebol keluar lagi lewat jaringan disekitar luka. Sementara luka tembak jarak dekat ada sisa mesiu yang menempel pada daerah sekitar luka. Gambaran mesiu ini tergantung jenis senjata dan panjang laras. Mesiu hitam lebih jauh jangkauannya dari pada mesiu tanpa asap. Sedangkan luka tembak jarak jauh, luka bersih dengan cincin kontusio, pada arah tembakan tegak lurus permukaan sasaran bentuk cincin kontusionya konsentris dan bundar1.

2.11 Pemeriksaan Khusus pada Luka Tembak Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk sering dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan baik, akibat penafsiran atau kesimpulan mungkin sekali tidak tepat. Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan prosedur sebagai berikut: Luka tembak dibersihkan dengan hidrogen perokside (3% by volume). Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa yang terjadi dan membersihkan darah. Dengan pemberian hidrogen perokside tadi, luka tembak akan bersih, dan tampak jelas, sehingga diskripsi dari luka dapat

xli

dilakukan dengan akurat. Selain secara makroskopik, yaitu dengan karakteristik pada luka tembak masuk, tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan secara pasti bahwa luka tersebut luka tembak masuk; ini disebabkan oleh karena tidak selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas. Adapun pemeriksaan khusus yang dimaksud adalah: pemeriksaan mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologik.

1. Pemeriksaan Mikroskopik Perubahan mikroskopis yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu akibat trauma mekanis dan termis1,9. Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat1,9 : a. Kompresi ephitel,di sekitar luka tampak epithel yang normal dan yang mengalami kompresi,elongasi,dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel, b. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butirbutir mesiu. c. Epitel mengalami nekrose koagulatif,epitel sembab,vakuolisasi sel-sel basal, d. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih banyak mengambil warna biru (basofilik staining) e. Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan), dan adanyabutir-butir mesiu f. Sel-sel pada dermis intinya mengkerut, vakuolisasi dan pignotik g. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam kecoklatan
1)

Pada luka tembak tempel hard contact permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali, butir-butir mesiu akan tampak banyak dilapisan bawahnya, khususnya disepanjang tepi saluran luka

xlii

2)

Pada luka tembak tempel soft contact butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan jaringan dibawah kulit.

3)

Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit

2. Pemeriksaan Kimiawi Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfis, sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat. ,Pada smokeles gun powder dapat ditemukan nitrit dan selulosa nitrat. Pada senjata api yang modern, unsur kimia yang dapat ditemukan ialah timah, barium, antimon, dan merkuri.Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat di temukan ialah timah, antimon, nikel, tembaga, bismut perak dan thalium. Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, didalam atau di sekitar luka. Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang menggenggam senjata1.

3. Pemeriksaan dengan Sinar-X Pemeriksaan foto rontgen pada luka tembak kurang bermanfaat. Ada beberapa alasan penggunaan fotot rontgen yakni: a. Untuk mengetahui lokasi peluru. b. Untuk mengetahui lokasi pecahan peluru. Meskipun luka tembaknya merupakan luka tembak terbuka, peluru mungkin pecah dan berada dalam tubuh. c. Untuk mengetahui saluran peluru. d. Untuk mengetahui defek pada tulang. e. Untuk mengetahui adanya emboli udara berkaitan dengan adanya bahaya pada pembuluh darah yang besar akibat peluru. f. Sebagai bukti tertulis bahwa tubuh korban telah diperiksa dan adanya luka akibat peluru. xliii

g. Untuk menyingkirkan adanya peluru dalam tubuh. Radiografi dapat juga digunakan pada pasien hidup untuk menentukan beberapa karakteristik adanya peluru dalam tubuh. Terdapat masalah yang tidak diharapkan saat radiografi digunakan sebagai pemeriksaan rutin untuk memeriksa luka tembak. Foto rontgen dapat menyatakan ada peluru yang mungkin tidak berhubungan dengan penembakan yang sedang diselidiki. Yang kedua, kaliber dari peluru tidak dapat ditentukan dengan tepat dengan menggunakan foto rontgen. Adanya distorsi dengan menggunakan foto rontgen besar dan tergantung jarak peluru dari film X ray. Sangat sulit memperkirakan kaliber yang tepat dari peluru berdasarkan penampilan peluru di foto rontgen. Pemeriksaan radiografi yang lain kadang-kadang digunakan pada pemeriksaan luka tembak. Ini terdiri dari soft X-rays yang terkadang dinamakan grenz rays. Pemeriksaan secara radiologik dengan sinar-X ini pada umumnya untuk memudahkan dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban, demikian pula bila ada partikel-partikel yang tertinggal. Pada tandem bullet injury dapat ditemukan dua peluru walaupun luka tembak masuknya hanya satu. Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan bahwa korban ditembak dengan senjata jenis shoot gun , yang tidak beralur, dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet. Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata jenis rifled. Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan radiologi ini akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan ditemukannya anak peluru pada foto rongent (Idris, 1997). Pramono (1996) menyatakan luka tembak masuk dilukis dalam keadaan asli atau dibuat foto. Pada luka tembak jarak dekat dibuat percobaan parafin, yang kegunaannya untuk menentukan sisa mesiu pada tangan penembak atau sisa-sisa mesiu sekitar luka tembak untuk jarak dekat1.

xliv

4. Pemeriksaan baju pada korban luka tembak Pemeriksaan korban luka tembak tidak lengkap tanpa pemeriksaan defek baju yang dibuat oleh peluru. Beberapa cara pemeriksaannya2 : a. Idealnya baju korban harus dilepaskan tanpa merusak baju tersebut. b. Untuk mengidentifikasi korban, dapat dicari barang-barang yang ada di saku. c. Baju harus dilepaskan dari korban, tapi jika hal ini dapat merusak maka dilakukan manipulasi sehingga luka dapat dilihat. d. Korban yang meninggal, sekarat, dan potensial untuk resusitasi kardiopulmonologi dirawat oleh petugas medis. Berkaitan dengan hal ini, baju koraban harus dipotong atau dirobek. Pemeriksaan baju pada korban dapat dilakukan dengan menggunakan tehnik yang berbeda. Ini meliputi : a. Dengan mata telanjang b. Dengan menggunakan gelas c. Dengan mikroskop binokular d. Dengan fotografi inframerah

2.12 Konsep-Konsep yang Salah dalam Investigasi Tembakan Senjata Ada beberapa konsep yang sering salah dalam menginvestigasi tembakan yaitu: 1. Luka tembak masuk selalu lebih kecil daripada luka tembak keluar 2. Ketika luka tembak masuk lebih tinggi dibanding luka tembak keluar, arah serangan dari bawah ke atas 3. Peluru selalu berjalan dalam garis lurus di dalam tubuh, mulai dari tempat masuk sampai keluar dari tubuh, atau bila tertinggal di dalam tubuh 4. Ketika peluru diketahui dari luka terbuka senjata api, berefek sangat panas sehingga membakar kulit

xlv

5. Peluru tembakan dari senjata yang beralur(spiral), mengalami perputaran dengan kecepatan yang sangat tinggi, menuntun jalannya pada dan melalui target. Gerakan berputar atau mengebor menghasilkan lingkaran abrasi pada luka tembak masuk 6. Peluru yang dihasilkan senjata atau revolver dengan setengah jaket atau peluru berlubang membuat hamburger pada organ daerah dada dan abdomen 7. Beberapa individu meninggal karena komplikasi akibat perlakuan saat membersihkan luka 8. Individu yang dominan tangan kanan membunuh diri dengan memegang senjata dengan tangan kanan dengan luka terbuka pada kontak dengan atau dekat dengan pelipis kanan 9. Adalah mungkin untuk memperkirakan berapa lama korban hidup setelah cedera fatal dari pemeriksaan luka 10. Otopsi pada korban luka tembak merupakan prosedur yang sederhana. Yang penting adalah menemukan luka masuk dan luka keluar, lokasi peluru, dan jaringan serta organ yang terluka

xlvi

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Luka tembak merupakan suatu cedera pada tubuh yang diakibatkan oleh senjata api. Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya. Berdasarkan panjang larasnya, senjata api ini dikelompokan menjadi senjata api laras pendak dan senjata api laras panjang, sedangkan berdasarkan alur pada laras, senjata api dikelompokan menjadi senjata api baralur dan senjata api tanpa alur. Pada luka tembak terjadi robekan dan kerusakan jaringan yang diakibatkan daya dorong peluru dalam menembus jaringan. Luka tembak dikelompokan menjadi luka tembak masuk dan luka tembak keluar, namun pada klasifikasi ini yang tidak kalah penting adalah jarak tembakan yaitu luka tembus masuk tempel, luka tembus masuk jarak dekat maupun luka tembus masuk jarak jauh. Penentuan jarak ini juga dapat menentukan efek dari tembakan. Efek dari tembakan ini diakibatkan oleh komponen peluru yang mengenai tubuh yaitu anak peluru, mesiu, asap jelaga, api dan partikel logam Pendeskripsian luka tembak dilakukan demi kepentingan medikolegal. Deskripsi luka ini mencakup lokasi luka, ukuran dan bentuk luka, lingkaran abrasi, lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada), dan bagian tubuh yang ditembus. Selain dekripsi luka, kita juga harus menentukan jarak tembakan dan arah tembakan. Penentuan jarak tembakan ini dapat dilihat dari adanya jejas laras, kelim api, kelim jelaga, atau kelim tato. Pemeriksaan khusus pada luka tembak masuk seperti pemeriksaa nmikroskopik, kimiawi, sinar x mungkin diperlukan.

xlvii

3.2 Saran 1. Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter mampu mendeskripsikan luka tembak sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar. 2. Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter tidak hanya mempelajari ilmu kedokteran tetapi juga mengetahui hukum kesehatan.

xlviii

DAFTAR PUSTAKA
1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara; p.131-168. 2. Hueske E. 2006. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice and Resource. 3. Algozi Agus M. 2011. Luka Tembak. (online). (www.fk.uwks.ac.id/elib/ Arsip/Departemen/Forensik/luka%20tembak.pdf, diakses tanggal 18 April 2011). 4. Ashari irwan. 2011. Luka Tembak. (online). (http://www.irwanashari.com/lukatembak/, diakses tanggal 18 April 2011). 5. Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. 2011. Gunshot wound. (online). (http://www.freewebs.com/ gunshot_wound/luka tembak pada tulang.htm,, diakses tanggal 18 April 2011). 6. Anonim. 2011. Forensic Pathology. (online). (http://library.med.utah.edu/ WebPath/FORHTsML/FOR039.html , diakses tanggal 19 April 2011). 7. Windi, dkk. 2006. Traumatologi Forensik. (online). (http://www.freewebs.com/ traumatologie2/traumatologi.htm, diakses tanggal 20 April 2011). 8. Pounder D.J. 2008. Department of Forensic Medicine, University of Dundee, Lecture Note, Gunshot Wounds. (online). (http://www.dundee.ac.uk/ forensicmedicine/notes/gunshot.pdf, diakses pada 20 April 2011). 9. Anonim. 2007. Arti Klinis Luka Tembak. (online). (http://medlinux.blogspot.com/ 2007/11/arti-klinis-luka-tembak.html, diakses pada 20 April 2011). 10. Di Maio, V.J.M. 1999. Gunshot Wounds Practical Aspects of Firearms, Ballistics, and Forensic Techniques.Second Edition. New York : CRC Press. page. 72-140. 11. Chadha P.V. 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Jakarta : Widya Medika. Hal. 75-81

xlix

You might also like