Professional Documents
Culture Documents
Aktif Bertanya
No Ngobrol
Usahakan Konsentrasi
PENDAHULUAN
Tuna merupakan salah satu bahan makanan yang mudah membusuk. Apabila tuna yang baru ditangkap tidak diberi perlakuan atau penanganan yang tepat maka tuna tersebut mutunya menurun Penanganan tuna harus dimulai segera setelah ikan diangkat dari air tempat hidupnya, dengan perlakuan suhu rendah dan memperhatikan faktor kebersihan dan kesehatan. Penggunaan suhu rendah pada semua rantai produksi dan distribusi sampai penyimpanan ikan tuna dapat mempertahankan mutu ikan. Cara penanganan bahan baku yang baik akan menghasilkan produk pangan yang bermutu. Penanganan Tuna bertujuan untuk memperoleh bahan baku yang bermutu baik Apabila bahan baku ini diolah akan menghasilkan produk yang bermutu serta aman dikonsumsi. Upaya mempertahankan mutu ikan tuna dilakukan secara intensif.
IKAN TUNA
Ikan tuna salah satu komoditi unggulan perikanan indonesia Tuna merupakan komoditas ekonomi yang tinggi dan mampu menembus pasar internasional seperti halnya udang. Ikan tuna adalah jenis ikan dengan kandungan protein yang tinggi dan lemak yang rendah. Ikan tuna mengandung protein antara 22,6 - 26,2 g/100 g daging. Lemak antara 0,2 - 2,7 g/100 g daging. Di samping itu ikan tuna mengandung mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A (retinol), dan vitamin B (thiamin, riboflavin dan niasin) Faktor-faktor utama yang mempengaruhi mutu ikan, baik yang didaratkan dari laut maupun yang ditangani di darat adalah penerapan suhu rendah (pendinginan), kecermatan, kebersihan, dan kecepatan bekerja (faktor waktu). Mutu ikan dapat dipertahankan apabila sejak penangkapan sampai pada proses pembekuannya tidak lebih dari empat jam dan tidak terkena sinar matahari langsung.
Proses penanganan ikan tuna meliputi : Penanganan ikan tuna diatas kapal Penanganan ikan tuna di pelabuhan / dermaga Penanganan ikan tuna di TPT ( Tempat Penerimaan Tuna ) / pabrik
Ikan tuna dibersihkan dari darah-darahnya dengan menggunakan air dingin Melakukan penyortiran ikan tuna, penyortiran ikan tuna dapat dilakukan sesuai permintaan. Penyortiran dilakukan untuk meminimalisir bakteri pengurai sehingga ikan tidak cepat busuk Jenis penyortiran IKAN di atas kapal adalah sebagai berikut: 1. Headless (HDD) Yaitu perlakuan ikan segar dengan cara memotong kepala dan pangkal ekor. 2. Gillnes (GTT) Yaitu perlakuan ikan segar dengan memotong seluruh bagian sirip dan membuang isi perut. 3. Whole (WHO) Yaitu perlakuan ikan segar dengan membiarkan seluruh tubuh tetap utuh. Setelah disortir, tuna langsung dimasukkan ke dalam palka. Ada dua tipe pendinginan pada palka yaitu pendinginan menggunakan es curah dan pendinginan menggunakan freezer. Suhu palka dipertahankan di bawah 5oC untuk mencegah kadar histamin naik.
Penanganan di pelabuhan/dermaga
Di dermaga (di ujung bawah papan peluncur) harus selalu siap seorang petugas untuk menerima ikan yang diluncurkan dari atas kapal. Letakkan ikan di atas kereta dorong yang dipermukaannya telah dibasahi dengan air. Pelindung ikan (plastik/kain/karung tebal) juga harus selalu dalam keadaan basah agar terlindung dari sinar matahari karena Sinar matahari dapat menaikkan histamine pada tuna. Histamin adalah racun yang terdapat pada seafood yang dapat terjadinya keracunan Histamin Fish Poisoning (HFP). Bila akan mengangkut ikan lebih dari satu, maka ikan tidak boleh saling bertumpuk. Kereta pengangkut ikan dapat dibuat sedemikian rupa sehingga setiap ikan akan menempati ruang (kabinet) tersendiri dan tidak saling menumpuk/ menindih satu dengan yang lain. Pengangkutan ke pabrik atau dinamakan Tempat Pendaratan Tuna ( TPT) harus dilakukan secepat mungkin, ikan tidak boleh menunggu lebih dari 8 menit, dan dalam waktu 10 menit sudah harus mencapai TPT.
Pencucian 1
Pencucian 2
Penerimaan di TPT
tuna yang sudah masuk TPT kemudian diuji secara organoleptik untuk memperkirakan mutu bahan baku, ukuran dan jenis bahan baku yang sesuai. Tujuan dari uji organoleptik adalah mendapatkan bahan baku yang memenuhi persyaratan mutu dan terhindar dari kontaminasi bakteri patogen serta bebas dari mata pancing. Tuna segar yang diterima pada unit pengolahan ditangani secara cepat, cermat dan bersih serta suhu pusat ikan dipertahankan maksimal 4,4C. Pemeriksaan terhadap mata pancing dilakukan terhadap setiap ikan dengan membuka insang dan mulut. Pemerikasaan organoleptik dilakukan oleh orang yang berpengalaman karena membutuhkan keterampilan khusus dan pengalaman bertahuntahun untuk membedakan kualitas tuna
Pencucian 1, Setelah uji organoleptik selanjutnya ikan tuna dibersihkan dari kotoran. Pencucian dilakukan dengan cara mengusap bagian tubuh ikan dengan air dingin dilakukan searah dengan susunan sisik mulai dari kepala sampai ekor. Pemotongan Sirip, Pemotongan sirip dilakukan untuk menghindari kemunduran mutu, kontaminasi bakteri patogen, dan kemudahan dalam proses pengemasan. Sirip ikan dipotong secara manual dari arah ekor ke kepala. Sortasi Mutu, Berdasarkan hasil pengamatan, sortasi mutu dilakukan untuk mengecek kualitas daging tuna menggunakan checker (alat berbentuk besi panjang yang dapat mengambil irisan daging tuna) pada bagian belakang sirip pectoral dan pangkal ekor, bagian ini merupakan daerah yang tidak diperlukan di restoran. kriteria penentuan kualitas daging tuna umumnya meliputi komponen dibawah ini: 1. Tekstur daging, tuna yang baik memiliki daging yang berserat dan tidak lembek saat dipegang. 2. Warna, tuna yang baik memiliki daging berwarna merah dan mata yang bening. 3. Kandungan minyak, tuna yang baik memiliki kandungan minyak.
Pencucian II, Pencucian dilakukan kembali untuk memastikan kotoran dan kontaminasi bakteri telah hilang. Pencucian dilakukan dengan cara mengusap pada bagian tubuh ikan dengan air dingin. Pengusapan dilakukan searah dengan susunan sisik mulai dari kepala sampai ekor Selain bagian luar, bagian dalam tuna juga perlu dibersihkan seperti isi perut, daging di tulang pipi; sirip dorsal, ventral, dan caudal; dan darah untuk menghindari pembusukan. Penimbangan, Penimbangan dilakukan untuk mendapatkan berat tuna yang sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Ikan ditimbang satu persatu menggunakan timbangan yang telah dikalibrasi. Pengusapan (swabbing) Pengusapan dilakukan untuk membersihkan kotoran dan mencegah kontaminasi bakteri. Pengusapan dilakukan dengan cara mengusap pada bagian tubuh ikan memakai spons yang sudah direndam dengan air dingin. Pengusapan dilakukan searah dengan susunan sisik mulai dari kepala sampai ekor. Pengepakan dan Pelabelan Proses pengemasan sangat penting karena berpengaruh pada kualitas tuna selama diperjalanan. Jika pengemasan tidak baik maka kualitas dari daging tuna akan berubah saat sampai di Negara tujuan ekspor ataupun di tangan konsumen.
Proses pengemasan
Hal yang perlu dipersiapkan untuk pengemasan adalah box karton ukuran 120 x 50 x 40 cm, plastik bening, kertas stereoform, dan biang es. Pertama-tama box disiapkan lalu diberi dua buah plastik ukuran 2 x 1,5 m dan satu kertas steoroform ukuran 1,5 x 1,5 m di dalamnya. Kemudian tuna dimasukkan kedalam box tersebut. Tuna yang dimasukkan biasanya berjumlah 2-3 ekor dalam satu box. Untuk mencegah pembusukan selama perjalanan, biang es di masukkan ke bagian dalam kepala tuna dan di sekitar tubuh tuna. Setelah itu di bungkus dengan plastik tadi. Untuk mencegah es menyublim, plastik tersebut di ikat menggunakan selotip. Selanjutnya box tersebut ditutup dan diberi label Label pada tuna tertulis no kapal, berat ikan, jenis ikan, dan grade. Sedangkan label pada kardus adalah tujuan pengiriman, nama pengirim, nama penerima, berat tuna di kemasan, dan grade. Lalu kardus tersebut diikat menggunakan tali plastik dan diberi selotip di kedua ujungnya untuk mencegah udara masuk.
KESIMPULAN
Ikan Tuna merupakan salah satu bahan makanan yang mudah membusuk. Penanganan tuna harus dimulai segera setelah ikan diangkat dari air tempat hidupnya, dengan perlakuan suhu rendah dan memperhatikan faktor kebersihan dan kesehatan. Alur penangana tuna dapat meliputi penanganan diatas kapal, penanganan di pelabuhan, dan penanganan di TPT. Ada beberapa hal yang diperhatikan dalam penangan ikan tuna : Usahakan ikan diangkat ke kapal dalam keadaan hidup dan tidak banyak bergerak. Pengangkatan ikan ke kapal, pembunuhan, pendarahan, penyiangan, pembersihan dan pendinginan harus dilakukan secara tepat dan cepat. Ikan harus selalu dalam keadaan dingin, yaitu dengan menerapkan sistem rantai dingin. Semua kegiatan harus dilakukan dengan memperhatikan faktor sanitasi dan higiene.