You are on page 1of 3

Aisha Qisthia 08/265058/KG/08285 Tugas Agama

1. Islam adalah agama rahmatan lil alamin tetapi mengapa bangsa Indonesia yang 85% beragama Islam tidak atau belum mendapatkan rahmat Allah? Untuk memperoleh rahmat Allah, tentu saja tak cukup hanya sekedar berdoa. Ada sejumlah usaha yang harus kita lakukan dan sifat yang harus kita miliki, kesemuanya itu berkisar pada kebajikan, ini sekaligus menunjukkan kepada kita bahwa rahmat yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya itu amat terkait dengan apakah mereka melaksanakan dan memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kebajikan atau tidak.. Pertama, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dalam keadaan susah maupun senang, berat maupun ringan, waktu sendiri atau bersama orang lain. Tegasnya, kalau mau memperoleh rahmat Allah kita harus taat kepada Allah dan rasul-Nya dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: Dan taatilah Allah dan Rasul supaya kamu diberi rahmat (3:132). Kedua, harus tolong menolong dalam kebaikan, melaksanakan amar maruf dan nahi munkar, mendirikan shalat sehingga memberi pengaruh yang besar dalam bentuk menhindari perbuatan keji dan munkar serta menunaikan zakat agar menjadi suci jiwa kita, terjembatani hubungan antara yang kaya dengan yang miskin serta kemiskinan bisa diatasi secara bertahap. Perbuatan yang disebutkan ini bisa menjadi sebab seseorang memperoleh rahmat Allah karena perbuatan semacam itu tergolong kedalam kelompok perbuatan yang bajik dan Allah amat menyenangi segala bentuk kebajikan, karenanya wajar saja kalau rahmat Allah akan diberikan kepada orang yang melakukan hal-hal semacam itu, hal ini difirmankan Allah yang artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan yang maruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (9:71) Ketiga, Iman yang kokoh sehingga bisa dibuktikan dengan amal shaleh yang sebanyak-banyak meskipun hambatan, tantangan dan rintangan selalu menghadang, namun dia tetap Istiqomah dalam keimanannya sehingga dengan keimanannya yang mantap itu, kesusahan hidup tidak membuatnya harus berputus asa sedang kesenangan hidup tidak membuatnya menjadi lupa diri, inilah yang kita maksud dengan istiqomah, dan iman serta istiqomah seperti itulah yang kelak akan membuat seorang mumin memperoleh rahmat dari Allah Swt, hal ini difirmankan Allah yang artinya: Adapun orang-orang yang beriman dan berpegang teguh kepada (agama)Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (syurga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya (Q.S 4:175). Disamping itu, iman dan istiqomah harus disertai dengan hijrah, yakni meninggalkan segala bentuk larangan Allah dan berjihad dalam arti bersungguh-sungguh dalam perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam dalam segala aspeknya, hal ini difirmankan Allah yang artinya: Orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad adalah lebih

tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Ny, keridhaan dan syurga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal (Q.S 9:20-21, lihat juga Q.S 2:218). Keempat, mengikuti Al-Quran dan selalu bertaqwa kepada Allah serta menunaikan zakat, hal ini karena Al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia apabila ia ingin memperolah ketaqwaan kepada Allah Swt, karenanya untuk meraih rahmat Allah manusia harus bertaqwa kepada-Nya, sedang untuk bisa bertaqwa harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalam Al-Quran. Ini berarti, amat mustahil bagi manusia untuk bisa bertaqwa kepada Allah apabila Al-Quran tidak diikutinya. Dalam kaitan ini Allah berfirman yang artinya: Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat (Q.S 6:155). Pada ayat lain, disamping harus mengikuti Al-Quran sebagai aktualisasi dari keimanan kepadanya dan bertaqwa. Untuk memperoleh rahmat Allah, seorang muslim juga harus berzakat dan memantapkan iman kepada ayat-ayat Allah. Zakat merupakan kewajiban kaum muslimin yang memiliki kemampuan dan Allah amat senang kepada orang yang menunaikannya dan selalu memperkokoh keimanan kepada Al-Quran yang berisi ayat-ayat Allah menjadi keharusan untuk bisa memahami dan mengikuti petunjuk yang terdapat di dalamnya, Allah berfirman yang artinya: Maka Aku akan tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami (Q.S 7:156) Kelima, berbuat baik, yakni perbuatan apa saja yang tidak bertentangan dengan nilainilai yang datang dari Allah dan Rasul-Nya serta tidak mengganggu orang lain, bahkan orang lain bisa merasakan manfaat baiknya, sekecil apapun manfaat yang bisa dirasakannya. Allah berfirman yang artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik (Q.S 7:56). Keenam, mendengarkan bacaan Al-Quran apabila sedang dibacakan, hal ini karena, Al-Quran merupakan kalamullah atau perkataan Allah, sebab jangankan Allah, pembicaraan sesama manusia saja harus kita dengarkan atau kita perhatikan, apalagi kalau ucapan Allah yang tentu harus lebih kita perhatikan. Manakala seorang muslim telah mendengarkan Al-Quran bila dibacakan, maka Allah senang pada orang tersebut sehingga Allah mau memberi rahmat kepadanya. Allah berfirman yang artinya: Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat (Q.S 7:204). Ketujuh, taubat dari segala dosa yang telah dilakukan, hal ini karena secara harfiyah, taubat berarti kembali, yakni kembali kepada Allah. Orang yang berbuat dosa adalah orang yang menjauhi Allah sehingga karena sudah merasa jauh dari Allajh dia merasa leluasa untuk melanggar ketentuan yang selama ini ditaatinya. Dengan taubat, manusia berarti mau mendekati Allah lagi dan Allah senang kepada siapa saja yang mau bertaubat, sebanyak apapun dosa yang sudah dilakukannya. Namun taubat itu bukanlah sekedar mengucapkan istighfar, tapi menyadari terhadap kesalahan yang dilakukan. Menyesali, bertekad untuk tidak mengulanginya dan membuktikan bahwa dia betul-betul telah meninggalkan segala perbuatan salahnya dengan menggantinya

kepada segala kebaikan, inilah yang membuat Allah cinta kepadanya sehingga rahmat Allah akan diberikan kepadanya, hal ini difirmankan Allah yang artinya: Dia (Nabi Shaleh) berkata: Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan?. Hendaklah kamu minta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat (Q.S 27:46). Ayat yang menyebutkan kecintaan Allah kepada orang yang bertaubat adalah yang artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang membersihkan diri (Q.S 2:222). Dengan demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, sedang Allah baru menghendaki memberikan rahmat kepada seseorang, manakala orang tersebut telah melakukan atau memiliki sifat-sifat yang membuatnya pantas memperoleh rahmat dari Allah Swt. 2. Apa pendapat anda tentang seorang muslimah yang belum berjilbab? Imam Zamahsyari dalam Al Kasysyaf menyebutkan cara lain memakai jilbab menurut para ulama`yaitu dengan menutup bagian atas mulai dari alis mata dan memutarkan kain itu untuk menutup hidung, jadi yang kelihatan adalah kedua mata dan sekitarnya. Cara lain yaitu menutup salah satu mata dan kening dan menampakkan sebelah mata saja, cara ini lebih rapat dan lebihbisa menutupi dari pada cara yang tadi. Cara selanjutnya yang disebutkan oleh Imam Zamahsyari adalah dengan menutup wajah, dada dan memanjangkan kain jilbab itu ke bawah, dalam hal ini jilbab haruslah panjang dan tidak cukup kalau hanya menutup kepala dan leher saja tapi harus juga dada dan badan, Cara-cara di atas adalah pendapat Ulama` dalam menginterpretasikan ayat Al Qur an atau lebih tepatnya ketika menafsirkan kata idnaa`(melabuhkan jilbab atau melepasnya kebawah). Dari sinilah muncul pendapat bahwa berjilbab atau menutup kepala harus dengan kain yang panjang dan bisa menutup dada lengan dan badan selain ada baju yang sudah menutupinya, karena jilbab menurut Ibnu Abbas adalah kain panjang yang menutup semua badan, maka bila seorang wanita muslimah hanya memaki tutup kepala yang relatif kecil ukurannya yang hanya menutup kepala saja maka dia masih belum dikatakan berjilbab dan masih berdosa karena belum sempurnah dalam berjilbab seperti yang diperintahkan agama. Namun sekali lagi menutup kepala seperti itu di atas adalah kesadaran tinggi dalam memenuhi seruan agama sebab banyak ulama` yang tidak mengharuskan cara yang demikian. Kita tidak diharuskan mengikuti pendapat salah satu Ulama` dan menyalahkan yang lain karena masalah ini adalah masalah ijtihadiyah (yang mungkin salah dan mungkin benar menurut Allah Swt) yang benar menurut Allah swt akan mendapat dua pahala, pahala ijtihad dan pahala kebenaran dalam ijtihad itu, dan bagi yang salah dalam berijtihad mendapat satu pahala yaitu pahala ijtihad itu saja, ini apabila yang berijtihad sudah memenuhi syarat-syaratnya. Adalah sebuah kesalah yaitu apabila kita memaksakan pendapat yang kita ikuti dan kita yakini benar kepada orang lain, apalagi sampai menyalahkan pendapat lain yang bertentangan tanpa tendensi pada argumen dalil yang kuat dalam Al Quran dan Hadist atau Ijma`.

You might also like