You are on page 1of 3

Resume Shlomo Avineri: The New Society Iis Sabahudin Tulisan Avineri tentang The New Society ini

adalah tulisan yang berisi pandangan Marx tentang pembentukan state/negara. Salah satu konsep yang mengemuka adalah Aufhebung. Ini adalah sebuah kata dalam bahasa jerman yang bermakna to abolish, untuk menghapus atau untuk mengangkat. Menurut Hegel, Aufhebung, penghapusan atau pengangkatan, akan terjadi ketika sebuah tesis dan antitesis berinteraksi. Marx menggunakan kata Aufhebung des Staates untuk menunjukkan ketegangan yang terjadi terusmenerus antara gagasan universalitas dan partikular dalam pembentukan civil society. menurutnya universalitas hanya dapat terwujud jika bentuk-bentuk pemisahan universalitas (seperti memisahkan unsur politik dari negara) dihilangkan/dihapuskan, abolished. Penghapusan negara sebagai organisasi terpisah menurut Marx bergantung pada hak pilih yang universal. Hak pilih universal ini merupakan the true Aufhebung bagi marx. Berbeda dengan Engels yang memandang negara sebagai sebuat entitas eksternal yang digerakkan oleh kekuatan ekonomi . Aufhebung of the state, menurut marx, memungkinkan untuk terwujud jika seluruh potensi struktur politik digunakan, dan untuk memenangkannya kelas pekerja harus mengangkat proletariat menjadi kelas penguasa. Semua pemegang kekuasaan negara yang dikuasai proletariat ini kemudian harus melibatkan dan terlibat untuk mencapai tujuan universal dan menjadi negara yang menggunakan kekuatan politik untuk kepentingan universal. Untuk mencapai negara proletariat, Marx menawarkan 10 step/regulasi yang intinya menjadikan seluruh sumberdaya negara untuk kepentingan universal. 10 step yang dianjurkan Marx sebenarnya sudah bekerja dalam sistem kapitalis, proletariat hanya perlu mengakselerasi percepatan pembangunannya dan menjadikan unsur-unsur yang masih marjinal menjadi dominan dalam masyarakat. Civil society menjadi penting dalam proses abolisi ini, dan institusi politik harus bergantung pada civil society. Kebergantungan institusi politik, secara praksis, membuat civil society juga bergantung dan memberikan mandat bagi institusi politik untuk melakukan paksaan. Dengan kata lain, Universal Suffrage yang disalurkan proletariat kepada institusi politik telah memberikan legalitas pada institusi politik (atas nama universalitas) untuk memaksa civil society (proletariat) untuk mewujudkan kepentingan universal. Aufhebung menjadi sebuah konsekuensi praksis sosial menciptakan realitas baru. Mengabaikan aksi politik dan ekonomi, seperti yang dilakukan oleh para anarkis, dalam meng-abolishing dan membentuk negara proletariat sama saja dengan terasing dari semua gerakan yang telah diupayakan. Universal Suffrage, bagi Marx, merupakan kendaraan semata untuk menghapus dan mengganti rejim politik yang berlaku, tidak menjadi tujuan akhir seperti yang dicitakan Republikan. Karena tujuannya adalah menghapus dan mengganti rejim politik dengan rejim universalitas, maka Universal Suffrage tidak mungkin diberikan (granted), seperti pandangan Lassalle dalam kasus Bismarckian Prussia. Di mana menurut Lassalle Universal Suffrage dapat diberikan oleh rejim monarki. Pengalaman Socialistengesetzte Bismarck, bagi Marx, menjadi bukti bahwa rejim yang berlaku akan sulit/enggan mematuhi aturan main.

Pewujudan kekuasaan politik kelas pekerja yang dapat dicapai tanpa revolusi kekerasan, menurut Marx, kondisinya sudah ada di Inggris. Kelas pekerja Inggris dapat mencapainya melalui Universal Suffrage. Transformasi politik melalui Universal Suffrage juga memungkinkan untuk terjadi di beberapa negara seperti Amerika dan Belanda. Penggunaan kekerasan fisik dalam revolusi sangat sedikit disinggung Marx. Memang akan menjadi dilematis kondisinya ketika proses transformasi untuk tujuan universal dan kedamaian harus ditempuh dengan penggunaan kekerasan. Bahwa yang tidak menggunakan kekerasan fisik dianggap evolutif, tidak revolusioner, menurut Marx, adalah tidak benar. Bagi Marx, transformasi suatu bentuk masyarakat adalah revolusioner, karena transformasi ini berimplikasi pada perubahan kesadaran manusia, dalam human praxis. Meski sedikit dibahas Marx, transformasi suatu masyarakat menuju socialism memerlukan transisi, terutama dalam aspek-aspek politik. Di dalam Manuscripts dan Critique of the Gotha Programme Marx memaparkan pembangunan komunisme sebagai satu set tahapan (yang dipaparkan pada awal tulisan Avineri ini sebagai 10 tahapan). Kritik Marx terhadap para socialist theorist adalah melihat tahapan pertama masyarakat sosial (socialist society) adalah menganggap property yang di-abolish hanya secara objektif. Menurut Marx, property tersebut belum bisa dikatakan abolished ketika aspek subjektifnya belum terpegang. Property tersebut hanya menjadi property milik semua, bukan property yang menjadi subjek yang bekerja menuju masyarakat sosialis. Menurut Marx, bentuk society yang seperti ini sebagai crude communism, a communism based on a minimum. (Pada tahapan ini akhirnya setiap orang hanya menjadi employee of the state/society, bahkan dengan pengupahan yang sama). Relasi yang terbangun antara manusia dan property, pada tahapan yang seperti ini, adalah relasi antara manusia dengan objek semata. Relasi antar manusia yang terbangun pun merupakan peng-universal-an prinsip-prinsip masyarakat borjuis. Transformasi masyarakat menuju sosialism, menurut Marx memiliki prasyarat, yaitu proletarat harus dilibatkan dan melibatkan diri dalam prosesnya. Ketika kelas pekerja tidak dilibatkan dan melibatkan diri secara aktif, maka yang terjadi adalah seperti kegagalan revolusi oleh Commune de Paris/The Paris Commune. Sebuah Commune yang memerintah Perancis selama terjadinya revolusi Perancis. Revolusi itu sendiri pecah akibat pemalsuan surat Marx ditujukan kepada pendukungnya di Paris untuk segera melakukan pemberontakan. Revolusi di Perancis dianggap gagal oleh Marx, atau tidak tercapai cita-cita universalnya karena kurang mengorganisir kelas pekerja, dan gerakan yang dibangun bukan gerakan kelas pekerja melainkan gerakan borjuis yang tidak signifikan (petty-bourgeois). Kegagalan Commune, bagi Marx, bukan kegagalan kelas pekerja atau kegagalan ide yang memandu gerakan-gerakan kelas pekerja, tapi itu adalah kegagalan struktur sosial dari gerakan yang diusung saat itu, yang inisiatifnya datang dari segelintir kelas borjuis.

Kemudian pada bagian lain dalam tulisan Avineri ini, Marx memandang dalam membangun the new society, peran anak adalah penting sebagai calon masyarakat masa depan sebagai pembebas dari aspek-aspek yang mengalienasi mereka. Karena itu di saat sekarang, anak perlu dibebaskan dari alienasinya dengan pendidikan yang tidak produktif di menara gading sekolah, sehingga anak dapat menyempurnakan tools yang sudah tersedia dalam sistem kapitalisme untuk membebaskan diri dari aspek-aspek yang mengalienasi mereka. Jacobin dictatorship Jacobin dictatorship tidak bisa jadi model untuk revolusi komunis di masa depan Mengovercome antagonisme antara state dengan civil society dengan kekuatan. Dikotomi antara state dan civil society tak dapat diovercome dengan politisasi civil society, tapi hanya dengan melalui sintesis partikularisme dengan universalism yang dibawa dengan mengakui universalitas individu berupaya menghancurkan dan memisahkan interest2 dalam civil society To force kondisi sosial ekonomi pada negara, dan mengarahkan kepada kemauan politik Merupakan perwujudan tujuan revolusi dari pada sebagai sebuah tanda kegagalan Separated the state from civil On jewish question society

Jacobin Teror

Jacobin attempt

Terror

French revolution

You might also like