You are on page 1of 13

METABILISME DAN FUNGSI VITAMIN D

(MATA KULIAH : BIOKIMIA KOMPARATIF)

DISUSUN OLEH : EDY SUKMARA


NRP : G 851110051 MAYOR : BIOKIMIA

PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

METABOLISME DAN FUNGSI VITAMIN D


Sejarah penemuan istilah Vitamin Sebelum abad ke dua puluh, karbohidrat, lemak, protein, dan beberapa zat mineral telah dianggap sebagai zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh normal. Akan tetapi berabad-abad sebelumnya, berbagai pengamatan menduga bahwa senyawasenyawa organik lainnya adalah esensial untuk menjaga kesehatan. Sebagai misal telah diketahui selama 300 tahun, bahwa dengan makan buah-buahan dan sayur-sayuran segar ternyata berguna untuk pencegahan atau pengobatan scorbut (sariawan). Juga telah diakui, bahwa rakhitis dapat disembuhkan dengan minum minyak ikan. Pengamatanpengamatan tersebut menimbulkan dugaan, bahwa ada senyawa-senyawa zat makanan lain diperlukan untuk menjaga kesehatan di samping karbohidrat, lemak atau protein. Pada tahun 1912, Funk, seorang sarjana biokimia bangsa Polandia yang bekerja di London untuk pertama kali memperkenalkan istilah vitamin (amine yang vital) yang kemudian terkenal dengan nama vitamin (dari bahasa Latin, vital yang berarti hidup), untuk menandakan kelompok dari senyawa-senyawa organik tersebut. Pengertian Umum Vitamin Vitamin adalah molekul organik yang di dalam tubuh mempunyai fungsi yang sangat bervariasi. Fungsi vitamin dalam metabolisme yang paling utama adalah sebagai kofaktor. Di dalam tubuh diperlukan dalam jumlah sedikit (micronutrient). Biasanya tidak disintesis di dalam tubuh, jika dapat disintesis jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan tubuh, sehingga harus diperoleh dari makanan atau diet. Vitamin dalam arti luas adalah senyawa organik, bukan karbohidrat, lemak maupun protein, yang memiliki peranan vital uutuk berjalannya fungsi tubuh yang normal, meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil. Vitamin adalah zat gisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena berperan mambantu proses metabolisme tubuh yang normal. Beberapa vitamin tidak dapat dibuat tubuh dalam jumlah cukup, sehingga harus

dilengkapi dari bahan pangan, kecuali vitamin D. Defisiensi vitamin tertentu akan menyebabkan berkembangnya suatu sindrome yang spesifik untuk tiap-tiap vitamin. Beberapa vitamin tidak diperlukan dalam diet, dikarenakan vitamin-vitamin tersebut dapat disintesis sendiri dengan bantuan mikroflora usus. Adanya vitamin dalam bahan makanan belum merupakan suatu jaminan bahwa suatu defisiensi dari vitamin tersebut tidak timbul, karena mungkin ada faktor-faktor lain yang terdapat dalam diet yang menghalangi pemanfaatannya oleh tubuh, misalnya proses absorbsinya di dalam usus. Telah diketahui bahwa pengobatan secara terus-menerus dengan parafin cair dapat menghalangi penyerapan karoten, karena parafin melarutkan senyawa karoten dan membentuk suatu larutan yang tidak dapat diserap oleh mukosa usus, maka akan timbul gejala defisiensi vitamin A. Merupakan fakta yang jelas juga bahwa terlalu banyak minyak ikan dalam diet akan menimbulkan defisiensi vitamin E dalam waktu singkat dengan akibat degenerasi otot. Infeksi usus ada hubungannya dengan penyerapan vitamin A dan penggunaannya. Gangguan hidrolisis lemak dan penyerapannya secara otomatis mempengaruhi penyerapan semua vitamin yang larut dalam lemak. Di bidang peternakan, dewasa ini sebagian vitamin dapat dihasilkan secara sintetik dan penggunaan penentuan secara kimiawi makin meningkat. Vitamin-vitamin sintetik tersebut sama efektifnya seperti dari sumber-sumber alam dan lebih disukai karena kualitas standarnya, garansi potensinya, dan stabilitasnya. Vitamin-vitamin sintetik memungkinkan formulasi ransum yang fleksibel, sesuai dengan kebutuhan setempat dan penggunaan ekonomisnya. Bentuk-bentuk stabilitas vitamin A, D, dan E dapat diperoleh di pasaran. Vitamin dapat diberikan terdiri dalam konsentrasi tinggi atau sebagai premiks yang berpotensi rendah dalam kombinasi dengan zat-zat makanan aktif lainnya, seperti zat-zat mineral, antibiotika dan lain-lain. Bila hanya tersedia sumber-sumber vitamin alami, maka perlu diperhatikan bahwa konsentrasi vitamin-vitamin tersebut dalam bahan makanan dapat bervariasi luas dengan musim, panenan dan kondisi penyimpanan. Nilai hayati vitamin dapat berkurang atau hilang akibat terdapatnya zat-zat antagonis dalam sumber-sumber vitamin alam tersebut. Vitamin A, D3, E, riboflavin, dan B12 perlu mendapat perhatian khusus. Akan tetapi jumlah kholin, asam nikotinat dan kadangkala

asam pantothenat yang tidak mencukupi dapat dijumpai dalam berbagai ransum, terutama pada ransum-ransum yang tidak mengandung protein hewan. Pada ternak, daun hijau leguminosa dan rumput diketahui merupakan sumber vitamin yang baik, terutama karoten. Pada manusia, vitamin yang alami bisa didapat dari sayur, buah dan produk hewani. Pada umumnya, vitamin-vitamin ditemukan berkaitan dengan adanya pengaruh biologis yang menarik bagi seorang peneliti, sedangkan sifat-sifat kimianya dipelajari kemudian. Pembedaan nama vitamin yang satu dengan lainnya didasarkan dengan huruf, yang kadang-kadang disertai dengan nomor-nomor subskrip. Pada beberapa hal, untuk beberapa vitamin, sistem ini tetap dipakai, walaupun sifat-sifat kimianya telah ditemukan kemudian, di lain pihak, nama umum tersebut segera dirubah karena terminologi vitamin tidak lagi diterima dengan baik. Oleh karena itu, di dalam praktek, nama vitamin dan nama kimianya tetap dipakai, walaupun untuk beberapa seri, terminologi kimianya dibuang, diganti dengan nama lain. Dalam tentative rules (1970), tentang pemberian nama vitamin dan zat-zat yang berhubungan dengannya dinyatakan bahwa nama umum vitamin penting, terutama untuk membawahi suatu grup zat-zat organik yang essensial. Pemberian nama dengan huruf masih penting, sekurang-kurangnya untuk para ahli nutrisi. Jenis dan jumlah vitamin dalam masing-masing bahan pangan sangat bervariasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa bahan pangan dari hewan, seperti daging, telur, susu dan hati, mengandung hampir semua jenis vitamin yang telah diketahui dan jumlahnya relatif tinggi, sedangkan pada biji-bijian, misalnya jagung dan umbi-umbian, misalnya ubi kayu, mengandung hanya sedikit sampai cukup saja. Klasifikasi Vitamin Secara klasik, berdasarkan kelarutannya, vitamin digolongkan dalam dua kelompok, yaitu (1) vitamin yang larut dalam lemak dan (2) vitamin yang larut dalam air, karena yang pertama dapat diekstraksi dari bahan makanan dengan pelarut lemak dan yang terakhir dengan air. Beberapa vitamin larut lemak adalah vitamin A, D, E, dan K,

yang hanya mengandung unsur- unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Vitamin yang larut dalam air terdiri atas asam askorbat (C) dan B-komplek (B1 sampai B12), yang selain mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, juga mengandung nitrogen, sulfur atau kobalt. Vitamin yang larut dalam lemak, yaitu A, D, E dan K, memiliki sifat-sifat umum, antara lain (1) tidak terdapat di semua jaringan; (2) terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen; (3) memiliki bentuk prekusor atau provitamin; (4) menyusun struktur jaringan tubuh; (5) diserap bersama lemak; (6) disimpan bersama lemak dalam tubuh; (7) diekskresi melalui feses; (8) kurang stabil jika dibandingkan vitamin B, dapat dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dan lain sebagainya. Vitamin yang larut dalam air memiliki sifat-sifat umum, antara lain : (1) tidak hanya tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen; (2) tidak memiliki provitamin; (3) terdapat di semua jaringan; (4) sebagai prekusor enzim-enzim; (5) diserap dengan proses difusi biasa; (6) tidak disimpan secara khusus dalam tubuh; (7) diekskresi melalui urin; (8) relatif lebih stabil, namun pada temperatur berlebihan menimbulkan kelabilan. Fungsi Vitamin Beberapa vitamin berfungsi langsung dalam metabolisme penghasilan energi Jalur metabolisme yang menghasilkan energi untuk mendukung kerja sel diantaranya adalah glikolisis, siklus kreb, transport elektron, dan oksidasi. Metabolisme Umum Vitamin Vitamin yang larut lemak atau minyak, jika berlebihan tidak dikeluarkan oleh, tubuh, melainkan akan disimpan. Sebaliknya, vitamin yang larut dalam air, yaitu vitamin B kompleks dan C, tidak disimpan, melainkan akan dikeluarkan oleh sistem pembuangan tubuh. Akibatnya, selalu dibutuhkan asupan vitamin tersebut setiap hari. Vitamin yang alami bisa didapat dari sayur, buah dan produk hewani. Seringkali vitamin yang terkandung dalam makanan atau minuman tidak berada dalam keadaan bebas, melainkan

terikat, baik secara fisik maupun kimia. Proses pencernaan makanan, baik di dalam lambung maupun usus halus akan membantu melepaskan vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh usus. Vitamin larut lemak diserap di dalam usus bersama dengan lemak atau minyak yang dikonsumsi. Vitamin diserap oleh usus dengan proses dan mekanisme yang berbeda. Terdapat perbedaan prinsip proses penyerapan antara vitamin larut lemak dengan vitamin larut air. Vitamin larut lemak akan diserap secara difusi pasif dan kemudian di dalam dinding usus digabungkan dengan kilomikron (lipoprotein) yang kemudian diserap sistem limfatik, baru kemudian bergabung dengan saluran darah untuk ditransportasikan ke hati. Sedangkan vitamin larut air langsung diserap melalui saluran darah dan ditransportasikan ke hati. Proses dan mekanisme penyerapan vitamin dalam usus halus diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Proses dan Mekanisme Penyerapan Vitamin dalam Usus Halus Jenis Vitamin Mekanisme Penyerapan

Vitamin A, D, E, K dan Dari micelle, secara difusi pasif, digabungkan beta-karoten dengan kilomikron, diserap melalui saluran limfatik. Vitamin C Difusi pasif (lambat) atau menggunakan Na+ (cepat) Vitamin B1 (Tiamin) Difusi pasif (apabila jumlahnya dalam lumen usus sedikit), dengan bantuan Na+ (bila

jumlahnya dalam lumen usus banyak). Vitamin B2 (Riboflavin) Niasin Vitamin B6 (Piridoksin) Folasin (Asam Folat) Vitamin B12 Difusi pasif Difusi pasif (menggunakan Na+) Difusi pasif Menggunakan Na+ Menggunakan bantuan faktor intrinsik (IF) dari lambung.

Sumber : Muchtadi, 2009

Vitamin D Vitamin D tergolong vitamin yang mudah larut dalam lemak dan merupakan prahormon jenis sterol. Vitamin D merupakan kelompok senyawa sterol yang terdapat di alam, terutama pada hewan, tetapi juga ditemuikan di tumbuhan maupun ragi. Vitamin D terdiri dari dua jenis, yaitu vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3 (kholekalsiferol). Ergokalsiferol biasanya terdapat dalam steroid tanaman, sedangkan kholekalsiferol terdapat pada hewan. Kedua jenis vitamin D tersebut memiliki struktur kimia berbeda, namun fungsinya identik. Sebenarnya, terdapat lebih kurang 10 derivat sterol yang memiliki aktivitas vitamin D, namun ergosterol dan 7-dehidrokolesterol, merupakan provitamin D utama yang menghasilkan secara berturut-turut D2 dan D3. Pada tuimbuhan, iradiasi ergosterol menyebabkan terbentuknya ergokalsiferol (vitamin D2). Pada hewan, iradiasi 7dehidrokolesterol menghasilkan kholekalsiferol (vitamin D3).

Struktur Kimia Vitamin D Vitamin D termasuk dalam grup sterol. Nama vitamin D adalah nama umum dari semua steroid yang secara kualitatif memperlihatkan aktivitas kholekalsiferol. Gambar 1., menampilkan struktur kimia vitamin D2 dan vitamin D3.

ergokalsiferol

kholekalsiferol Gambar.1. Struktur kimia ergokalsiferol dan kholekalsiferol Sifat-sifat Vitamin D Kholekalsiferol tidak larut dalam air, larut dalam larutan organik dan minyak tumbuh-tumbuhan. Cairan aseton akan menyebabkan Kholekalsiferol berbentuk kristal halus putih. Kholekalsiferol dirusak oleh sinar ultraviolet yang berlebihan dan oleh peroksida dengan adanya asam lemak tidak jenuh yang tengik. Bahan pangan campuran yang cukup kandungan vitamin E dan antioksidan bisa melindungi rusaknya vitamin D.

Vitamin D2 dan D3, memiliki nilai antirachitis yang sama untuk manusia, anjing, babi, tikus dan ruminansia, namun pada unggas, D3 lebih bermanfaat daripada D2. Vitamin D berfungsi dalam homeostasis kalsium-fosfor bersama-sama dengan parathormon dan calcitonin. Kalsium darn fosfor sangat diperlukan pada proses-proses biologik. Kalsium penting untuk kontraksi otot, transmisi impul syaraf, pembekuan darah dan struktur membran. Vitamin D juga berperan sebagai kofaktor bagi enzim-enzim, seperti lipase dan ATP-ase. Fosfor memegang peranan penting sebagai komponen DNA dan RNA, fosforilasi protein-protein untuk pengaturan jalur-jalur metabolik. Kalsium dan Fosfor serum pada kadar tertentu penting untuk mineralisasi tulang secara normal .

Metabolisme Vitamin D Vitamin D dari makanan diserap pada bagian proksimal usus halus. Anak-anak maupun orang dewasa dapat menyerap sampai 80% dari jumlah vitamin D yang dikonsumsi, tergantung faktor-faktor yang membantu atau menghambat penyerapan. Setelah diserap, vitamin D digabungkan dengan kilomikron dan diangkut dalam sistem

limfatik. Dari sistem limfatik, vitamin D dilepaskan, dari kilomikron dan masuk ke saluran darah. Di dalam plasma darah, vitamin D diikat oleh suatu protein pentransport, yaitu vitamin D-binding protein (DBP) atau globulin. Melalui saluran darah tersebut, vitamin D ditransportasikan ke hati dan oleh mikrosom/mitokondria hati, vitamin D3 dihidroksilasi pada posisi ke-25, menjadi kalsidiol (calcidiol, atau 25-hidroksikolekalsiferol/ 25-hidroksi vitamin D3 ) dengan bantuan enzim 25-D3-hidroksilase. Selanjutnya 25-hidroksi vitamin D3 memasuki sirkulasi menuju ginjal. Bila kadar kalsium darah rendah, kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon parathormon yang akan merubah kalsidiol menjadi kalsitriol. Proses ini terjadi di mitokondria tubulus proksimalis ginjal, dimana 25-hidroksi vitamin D3 mengalami hidroksilasi pada posisi ke-1 menjadi 1- 25-dihidroksi vitamin D3, dengan bantuan enzim 1-hidroksilase. Senyawa 1-25-dihidroksi vitamin D3 inilah yang merupakan metabolit vitamin D3 yang paling kuat dan berperan dalam meningkatkan absorbsi kalsium dalam usus dan reabsorbsi kalsium dalam ginjal. Bila kadar kalsium darah tinggi, kelenjar gondok (tiroid) mengeluarkan hormon kalsitonin (calcitonin) yang akan mengubah kalsidiol menjadi 24,25-dihidroksi vitamin D3 dengan adanya peran enzim 24-hidroksilase yang menghidrolisis 25-hidroksi vitamin D3 pada posisi 24. Metabolit 24,25-dihidroksi vitamin D3 ini adalah bentuk vitamin D inaktif, berkepentingan dalam peningkatan absorbsi kalsium dari usus, tetapi menurunkan kalsium dan fosfor serum untuk meningkatkan mineralisasi tulang.

Defisiensi Vitamin D Gejala defisiensi vitamin D antara lain : (1) rakhitis, yaitu suatu kelainan dari tulang akibat kekurangan kalsium dan/fosfor. Terjadi terutama pada bayi atau hewan muda. Hanya mamalia dan burung yang dapat terserang rakhitis. (2) Osteomalasia, suatu keadaan yang ditandai oleh dekalsifikasi sebagian tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lunak dan rapuh. Hal ini terjadi pada orang dewasa dan hewan yang tulangnya sudah tumbuh sempurna. (3) Konsentrasi fosfor serum yang rendah, dan (4) Penebalan dan pembengkakan persendian.

Penyakit lain yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D adalah gigi akan lebih mudah rusak, otot mengalami kejang-kejang, pertumbuhan tulang tidak normal yang biasanya betis kaki akan membentuk huruf O atau X. Defisiensi vitamin D primer, bisa terjadi apabila dalam diet kurang kalsium, kurang sinar matahari, yang terjadi pada ibu hamil pada iklim dingin. Defisiensi sekunder bisa terjadi karena beberapa hal, antara lain gangguan absorbsi lemak, kegagalan fungsi ginjal, hipoparatiroid, pemakaian obat antikonvulsi dalam waktu lama.

Manfaat Vitamin D Manfaat Vitamin D Tidak Hanya untuk tulang, selama ini kita mengenal vitamin D hanya bermanfaat untuk tulang, padahal ada banyak manfaat dari vitamin yang larut dalam lemak ini. Untuk menjamin kesehatan tulang, tidak hanya dibutuhkan kalsium, namun diperlukan juga vitamin D, karena vitamin D bertanggung jawab membawa kalsium dari saluran cerna ke tulang. Sebanyak apapun Anda mengonsumsi kalsium jika tidak disertai dengan ketersedian vitamin D yang memadai di dalam tubuh, kalsium tidak optimal untuk kesehatan tulang. Diperkirakan di seluruh dunia, sekitar 1 juta orang mengalami kekurangan vitamin D, kondisi ini jika terus dibiarkan tentu dapat mengakibatkan masalah, baik pada tulang atau organ tubuh lainnya. Di dalam tubuh fungsi vitamin D membantu penyerapan dan mempertahankan kalsium serta fosfor. Kedua mineral tersebut sangat berperan dalam metabolism tulang. Selain itu vitamin D juga berperan dalam system kekebalan tubuh. Vitamin D diketahui jiga berperan dalam membantu mencegah beberapa jenis kanker. Sebut saja kanker usus besar (kolon), kanker prostat. Meski tidak terlalu signifikan, kecukupan vitamin mengurangi resiko seranganjantung dan penyakit diabetes. Apakah perlu mengonsumsi suplemen vitamin D ?

Untuk menjawab pertanyaan ini, sebelumnya harus dipahami kebutuhan vitamin D hatian. Tiap orang berbeda, misalnya untuk usia 0 hingga 50 tahun dibutuhkan kira-kira 200 iu (50mcg), antara 50-70 tahun sekitar 400 IU (100mcg), sedangkan diatas 70 tahun, dibutuhkan sekitar 600 IU (150mcg). Dosis maksimal dalam sehari adalah 2000 IU. Jika diperkirakan asupan makanan yang mengandung vitamin D kurang dari jumlah yang diperlukan, tidak ada salahnya mengonsumsi suplemen vitamin D agar terhindari efek samping kekurangan vitamin D.

Sumber Vitamin D Dalam bentuk suplemen yang tersedia saat ini, vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3 (kolekalsiferol). Bentuk D3 memiliki kelebihan, karena lebih efektif sehingga dosis yang dibutuhkan lebih sedikit. Selain itu efek samping yang ditimbulkan juga lebih sedikit dibandingkan dengan jenis D2. Vitamin D3 juga lebih alamiah dibandingkan dengan vitamin D2, karena jenis ini merupakan hasil prodiksi tubuh setelah terpapar oelh sinar matahari. Produk D2 biasanya merupakan hasil produksi dari jamur yang sudah mengalami radiasi. Sumber makanan yang emngandung vitamin D diantaranya keju, ikan salmon, telur, susu dan daging sapi. Selain itu paparan sinar matahari juga dapat mengubah vitamin D inaktif menjadi aktif di dalam tubuh.

Masalah kekurangan vitamin D Defisiensi vitamin D mengakibatkan penyerapan kalsium hanya 15% sangat jauh berkurang. Meskipun asupannya memadai, namun gangguan penyerapan mengakibatkan masuknya kalsium ke dalam tulang terganggu, akibatnya rentan mengalami osteoporosis. Kurangnya vitamin D mengakibatkan gangguan system kekebalan. Penyakit diabetes dan gangguan jantung ditenggarai juga memiliki kaitan dengan kondisi ini.

Kelemahan otot juga merupakan efek samping yang dapat terjadi. Beberapa penelitian menemukan bahwa kadar vitamin D yang rendah di dalam tubuh ternyata memiliki hubungan dengan angka kejadian kanker usus besar, kanker payudara dan kanker prostat. Hal ini yang perlu dipahami bahwa kekurangan vitamin D bukan merupakan hal sepele. Untuk mengetahui seberapa banyak kandungan dalam vitamin D, pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah 25 (OH)D atau tes kalsidol. Kadar normalnya di dalam tubuh antara 40 dan 65 ng/mL, sedangkan U.S National Institutes of health memberikan catatan bahwa kadar 25 (OH)D lebih dari 30 ng/mL merupakan jumlah yang optimal bagi tubuh. Jika kadarnya berlebihan Hingga saat ini belum didapatkan masalah serius akibat kelebihan vitamin D. Sebuah penelitian emnemukan bahwa kondumsi vitamin D hingga 10.000 IU perhari selama 5 bulan tidak menimbulkan efek serius. Dalam beberapa penelitian diketahui, kelebihan vitamin D mengakibatkan kadar kalsium dan fosfat emningkat di dalam darah. Kondisi ini pada akhirnya malah dapat mengakibatkan efek osteoporosis bagi tulang. Gejala yang terjadi akibat kadar kalsium tinggi di dalam darah (hiperkalsemia), diantaranya rasa mual, muntah, kemudian urin menjadi lebih banyak (poliuri), rasa haus yang berlebihan, hingga mengakibatkan gangguan kesadaran. Jika terjadi keluhan tersebut, maka penggunaan suplemen vitamin D atau kalsium dihentikan untuk menghindari efek samping yang lebih parah. References :

1. Whitney, E. and Sharon Rady Rolfes. 2005. Understanding Nutrition 10th edition. Thomson Wadsworth : USA. Anonim, 2008, Nutrition-Minerals and Trace Elements, http://science.jrank.org: diakses 15 Januari 2008 Anonim, Vitamins and Minerals, www.eatwell.gov.uk: diakses 15 Januari 2008 Sediaoetama Achmad Djaeni, 2000, Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I, Jakarta: Dian Rakyat

You might also like