You are on page 1of 29

Tugas Ortodonti III AKTIVATOR KLAS II DAN KLAS III OLEH: KELOMPOK I 1. ARBI FADHILAH 2. WULAN 3.

RIZA ARMI 4. ZANTHORIZZA T 5. FENI LESTARI 6. SELVIA MUSTIKA 7. EVA MARGARETHA 8. DAMERIA FITRIANI 9. TRIA SYAHFITRI 10. FEBRI SUYANA 11. RAHMA TIKA SARI 12. SHINTA RAMADHINA 13. IKA RAHMADANI 14. YUA CHANTIORA 15. AHMAD FACHRI 16. M. YUSUF 17. MAHARANI NST 18. HASPENI S 19. RICA VRAMITA 20. RESTI WULANDARI 21. AMALIA SYAHPUTRI 22. ZULKADRI HABIBI 23. ULFA NAMIRA 050600094 050600107 060600011 060600024 060600045 060600055 060600066 060600074 060600082 060600089 060600090 070600005 070600007 070600008 070600009 070600011 070600034 070600037 070600039 070600042 070600046 070600057 070600065

AKTIVATOR

Defenisi
Aktivator adalah pesawat untuk memperbaiki gigi dan rahang yang bekerja secara fungsional fisiologis (funsional orthopedic). Aktivator dapat meneruskan kekuatan rongga mulut. Impuls otot-otot tersebut melalui activator diteruskan ke gigi-gigi, jaringan pendukung gigi dan rahang sehingga menimbulkan perubahan-perubahan yang dikehendaki dengan membuat gigian kerja terlebih dahulu.

Aktivator dapat juga digunakan untuk perawatan anomali dalam arah vertikal seperti anomaly klas I angle dengan gigitan terbuka. Dalam hal ini tidak diperlukan gigitan kerja pembuatan gigitan kerja. Perawatan anomali klas I Angle dalam arah vertikal biasanya lebih disenangi sistem pelat biasa dengan kekuatan mekanik. Untuk memperbaiki anomali dalam arah transversal karena pergeseran rahang bawah ke lateral, kearah salah satu sisi rahang, activator sangat baik digunakan. Gigitan kerja pada keadaan

tersebut dibuat dengan menyesuaikan garis median rahang atas dan rahang bawah. Akan tetapi pada anomali peregeseran garis median yang disebabkan oleh anomaly dental, activator tidak sesuai, dan lebih digunakan pesawat mekanik. Nama lain activator adalah monoblok karena pesawata rhang atas bersatu dengan rahang bawah. Disebut juga dengan pesawat Andresen dan haupl, atau pesawat norwegia. Aktivator merupakan salah satu pesawat fungsional ortopedi ( functional jaw orthopedics atau functionskiefer-orthopaedie/FKO) karena dapat memperbaiki kelainan hubungan rahang. Pesawat fungsional yang paling terkenal adalah dari Andersen (1936), walaupun robin (1902) telah membuat pesawat dengan tujuan sama yang disebut monoblok.

Aktivator dan cara kerja


Aktivator merupakan pesawat ortodonti lepas yang bersifat fungsional fisiologis, karena pesawat ini melanjutkan kekuatan fungsional dari otot-otot disekitar rongga mulut. Impuls otot-otot terjadi pada waktu membuka dan menutup mulut, diteruskan ke tulang alveolar, gigi-gigi, jaringan pendukung gigi dan sendi rahang, menghasilkan perbaikan hubungan gigi dan rahang

Gambar. Prinsip kerja aktivator

Aktivator dapat mengoreksi anomaly dentofasial secara missal dalam tiga dimensi yaitu: 1. Vertikal, misalnya pada anomaly gigitan terbuka, gigitan dalam, infra dan supra versi atau infra dan supra oklusi. 2. Sagital, pada anomaly klas II Angle dengan protrusi (labio versi), retrusi (linguo versi), jarak gigit (overjet) yang besar dan disharmoni rahang bawah terhadap cranium. Anomali lain adalah klas III Angle dengan gigitan terbalik (cross-bite) anterior. 3. Transversal misalnya kontraksi atau distraksi lengkung gigi, gigitan terbalik posterior dan rotasi rahang bawah ke slah satu sisi, ke kiri atau ke kanan.

Cara pemakaian aktivator


Aktivator dipakai sekitar 2 jam pada siang hari dan 12 jam pada malam hari. Jumlah jam pemakaian activator setiap hari sekitar 14 jam.

Aktivator atau monoblok di dalam mulut merupakan pesawat yang longgar, terletak di antara gigi-gigi dan lidah, seolah-olah terapung, dan hanya mengenai tempat-tempat atau bagian tertentu, sesuai dengan tujuan perawatannya. Menurut foster (1982), activator dibuat sesuai dengan lengkung gigi atas dan lengkung bawah hanya akan sesuai dengan tujuan perawtan. Jika activator dipakai , otot pengunyah meregang di luar posisi semula, hal ini mempunyai dua efek: a. Otot-otot pengunyah meneruskan kekuatan ke rahang bawah yang berusaha kembali ke posisi istirahat. Hal ini menghasilkan satu kekuatan pada gigi-gigi atas melalui activator sehingga terbentuk tarikan atau traksi intermaksiler. b. Perubahan posisi rahang bawah berakibat terjadinya pertumbuhan kondilus dan sendi temporo mandibular.

Indikasi pemakaian aktivator


1. Penederita dapat bekerja sama dengan baik. 2. Digunakan pada anomali-anomali tertentu, khususnya klas II dan klas III angle untuk memperbaiki kelainan hubungan gigi-gigi dan rahang. Walaupun demikian, anomaly klas I Angle dengan gigitan terbuka anterior dapat juga dipakai activator. 3. Tidak ada kelainan skeletal yang berat. 4. Anomalinya tidak dalam keadaan berjejal yang berat. 5. Activator dapat digunakan untuk perawatan kebiasaan buruk seperti menjulurkan lidah ke depan, meletakkan lidah di antara gigi-gigi ke depan, meletakkan lidah diantara gigi-gigi depan atas dan bawah, maupun menghisap jari atau bibir. 6. Activator sangat baik digunakan pada penderita dalam masa pertumbuhan atau masa gigi bercampur.

7. Activator dapat digunakan sebagai retainer.


8. Menurut Houston (1983), activator biasanya digunakan antara lain untuk kasus selektif

klas II divisi I dengan lengkung tidak berjejal . jika insisivus bawah jarang keadaan ini menguntungkan.

Kontraindikasi pemakaian aktivator


1. Pasien yang tidak dapat bekerja sama dengan baik merupakan kontraindikasi perawatan dengan activator. Disamping pasien, kerja sama orang tua pasien yang tidak baik dapat juga menyebabkan kegagalan perawtan yang dilakukan. 2. Pada gigi yang sangat berjejal, keadaan yang demikian perlu perawatan dengan pesawat mekanik lebih dahulu. Setelah gigi-gigi tersusun dengan baik, tahap berikutnya dirawat dengan activator untuk memperbaiki kelainan hubungan sagital dari gigi-gigi, rahang, maupun wajah pasien. 3. Kasus klas II dan Klas III angle dengan peregeseran garis median yang disebabkan oleh faktor dental. Untuk mengoreksi pergeseran garis median diperlukan pesawat mekanik karena lebih efektif. Dlam hal ini perbaikan hubungan rahang dilakukan pada tahap berikutnya. 4. Pada kelainan skeletal yang berat merupakan kontraindikasi pemakaian activator. Kasus ini lebih sesuai dirawat dengan tindakan bedah-orthodonti. Sesudah masa pertumbuhan dan perkembangan skeletal.

Keuntungan pemakaian aktivator:


1. Tidak merusak jaringan alat pengunyahan.

2. Tidak ada tekanan terhadap pertumbuhan yang normal dari arcus dentalis dan rahang dan tidak ada hambatan bagi suatu anomaly untuk mengadakan perbaikan posisi dengan sendirinya.
3. Perawatan dengan activator tidak tergantung pada periode pertumbuhan gigi-geligi.

Dapat dimulai pada periode gigi sulung atau selama pergantian gigi pada gigi bercampur dengan pertumbuhan rahang dan arcus dentalis paling intensive dan juga pada kondisi pasien dengan efek perawatan ortodonti paling besar. Sesudah activator dipasangkan pada gigi sulung, kemudian pasien mengalami pergantian gigi, activator tersebut dapat disesuaikan dan dikoreksi dengan mudah. 4. Tidak ada tegangan atau perubahan yang buruk dari fungsi dan kerja otot-otot pengunyahan seperti terlihat pada pesawat cekat.
5. Aktivator dapat menghalangi kebiasaan buruk seperti menghisap jari, bibir, lidah, pipi

dan dapat memperbaiki kebiasaan bernafas dengan mulut menjadi bernafas dengan hidung.
6. Aktivator merupakan pesawat yang mudah dibersihkan sehinngga tidak mengganggu

kebersihan mulut selama perawatan ortodonti apabila dibandingkan dengan pesawat cekat dengan sisa-sisa makanan dapat mudah melekat.
7. Aktivator hanya dipakai pada malam hari dan pada siang hari sekitar 2 jam. Oleh karena

itu sangat menguntungkan bagi anak-anak karena itu sangat menguntungkan bagi anakanak karena pada waktu sekolah, kegiata anak tidak terhalang. Khusunya ketika berbicara, membac, berolahraga, maupun makan. Di samping itu pada siang hari anak merasa malu untuk memakainya.

8. Aktivator merupakan pesawat yang kuat dan tahan terhadap tekanan sehingga tidak

mudah patah. Hal ini sangat menguntungkan bagi anak.


9. Pembuatan aktivator ama mudah apabila tekniknya sudah dikuasai jika dibandingkan

dengan pesawat cekat.

AKTIVATOR KLAS II
PEMBUATAN AKTIVATOR untuk KLAS II divisi I Tahap-tahap:
1. Pembuatan model kerja dan model studi 2. Pembuatan gigitan kerja

3. Penanaman model kerja pada okludator


4. Pembuatan lengkung labial (labial bow) & elemen-elemen tambahan

(apabila

diperlukan) 5. Blocking dengan wax


6. Pengolesan Could Mould Seal dan Pengisian self curing akrilik

7. Grinding
8. Pemolisan

1.PEMBUATAN MODEL KERJA & MODEL STUDY Tahap-tahap: 1. PENCETAKAN RONGGA MULUT PASIEN Digunakan sendok cetak dari pabrik dan bahan cetak alginate dengan tepi cetakan harus mencakup batas-batas sulkus di daerah M bawah, frenulum labialis, frenulum lingualis dan bukalis. Cetakan dibuat 2 pasang untuk pembuatan model kerja & model study. 2. PEMBUATAN MODEL KERJA Cetakan dituang dental stone untuk mendapatkan model kerja yang akan digunakan untuk tempat membuat aktivator 3. PEMBUATAN MODEL STUDY Pengisian cetakan yang kedua dengan gyps setelah pembuatan model kerja. Guna model study : untuk membandingkan keadaan gigi geligi & hubungan rahang pasien sebelum & sesudah dirawat, untuk menganalisis jalannya perawatan & untuk mengevaluasi hasil perawatan. 4. PEMBUATAN BASIS DENGAN BAHAN GYPS PUTIH 5. TRIMMING MODEL Peraturan TRIMMING MODEL: Permukaan oklusal gigi geligi dibuat sejajar dgn dasar dr basis model. Basis model RA ditrimming sejajar dgn permukaan oklusal terlebih dahulu kemudian model dioklusikan & ditrim rahang bawah sehingga tinggi model 5 6 cm Lalu model dibentuk, untuk RA berbentuk segi 7 & RB berbentuk segi 6. Model dalam keadaan oklusi harus dapat berdiri pada semua sisi. Tebal basis 0.5 1 cm.

Hasil trimming model RA

Hasil trimming model RB

Gambar model kerja

Pembuatan gigitan kerja


Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pembuatan gigitan kerja Sebelum pembuatan gigitan kerja beberapa hal perlu di pertimbangkan dan dipersiapkan dengan seksama. Persiapan tersebut merupakan persiapan diagnostic, meliputi model studi yang telah dipelajari dan dianalisis terlebih dahulu, radiografi sefalometri dan pola fungsional penderita

Pembuatan gigitan kerja Tujuan pembuatan gigitan kerja adalah untuk mendapatkan gigitan netral atau klas I Angle. Oleh karenanya rahang bawah dimajukan atau dimundurkan sehingga dicapai posisi optimal terhadap rahang atas. Menurut mundiyah dan kawan-kawan (1974), gigitan kerja adalah suatu hubungan paling menguntungkan, paling optimum atau paling baik, antara rahang atas dan bawah dan antara lengkung atas dan bawah dari suatu kasus yang dirawat.

Kegagalan dalam pengambilan gigitan kerja Kegagalan dalam pengambilan gigitan kerja dapat menyebabkan activator tidak dapat dipasang karena tidak sesuai. Kegagalan-kegagalan dapat disebabkan antara lain: Gulungan malam tidak cukup lunak Gulungan malam ketika digigitkan tidak cukup lunak, sehingga hasil gigitan kerja tidak jelas. Menggunakan kembali hihitan malam yang sudah dipakai umtuk memperbaiki gigitan kerja yang salah. Gigitan kerja yang dibuat sudah benar, tetapi tidak segera dipasang dalam okludator. Hal ini berakibat terjadninya perubahan pada malam karena suhu udara.
-

Mencoba mengadakan pebaikan gigitan di luar mulut. Sedikit saja perbaikan di luar mulur dilakukan. Dapat mengakibatkan activator tidak dapat dipasang. Sebagai contoh mengubah tinggi gigitan kerja untuk merendahkan atau meninggikan gigitan pada okludator. Sehubungan dengan itu tidak dibenarkan mengadakan perubahan, tetapi lebih baik mengambil gigitan baru.

Hasil akhir gigitan kerja

Setelah pengambilan gigitan kerja selesai, tahap berikut meletakkan gigitan kerja tersebut pada model kerja dan menanamnya pada okludator atau fiksator.

Penanaman model kerja pada okludator Model kerja bersamadengan gigitan kerja ditanam dalam okludator dengan posisi 45, 90, 180. Penanaman dalam okludator dapat dilakukan terbalik dengan daerah posterior model kerja menghadap operator. Hal ini berlawanan dengan pembuatan gigi tiruan, karena daerah anterior menghadap operator bertujuan untuk memberikan kemudahan pada pembuatan lengkung labial dan pengisian akrilik karena dapat memberikan orientasi yang cukup baik, jangan lupa menyetel pin atau sekrup penahan pada okludator yang disesuaikan dengan tinggi gigitan kerja.

Hasil Penanaman Model Kerja Di Okludator Pembuatan Kawat

Setelah di tanam di okludator, pembuatan kawat dapat dimulai. Kawat atau klamer yang dimaksud adalah lengkung labial dan elemen-elemen tambahan lain bila diperlukan Pembuatan lengkung labial Pada waktu membuat lengkung labial, model kerja dilepaskan dari okludator terlebih dahulu tanpa mengubah posisi penahan tinggi gigitan kerja yang sudah ditentukan. Ini dilakukan untuk memudahkan pembuatannya. Biasanya lengkung labial tipe Hawley dibuat dengan penampang 0,7 mm. Lengkung labial terdiri dari bagian horizontal yang menghubungkan dua buah lup vertikal. Posisi bagian horizontal lengkung labial pada kasus klas II divisi I terletak region anterior atas, menyinggung sepertiga insisal gigi-gigi anterior atas, sebaliknya jika klas III lengkung labial berada pada rahang bawah. Bagian horizontal lengkung labial bawah ditempatkan sekitar pertengahan mahkota, tidak menyentuh papil gingiva dan juga tidak terlalu ke insisal. Jika lebih ke insisal, dengan pengaktifan beberapa kali kunjungan saja, posisinya akan terletak di bagian insisal. Untuk mencapai posisi yang diinginkan, tidak mudah di perbaiki, sehingga dibuat yang baru. Posisi lengkung labial juga ditentukan oleh gigitannya, gigitan dalam atau gigitan terbuka. Hal ini akan menentukan posisi horizontal lengkung labial , di atas atau dibawah konveksitas terbesar Lengkung labial pada activator untuk klas II dibuat di rahang atas dan klas III di rahang bawah. Dapat juga dibuat di rahang atas dan bawah tergantung pada anomalinya.

Lengkung labial pada sepertiga insisal digunakan untuk intrusi dan sepertiga servikal untuk ekstrusi.

Elemen-elemen tambahan Elemen tambahanyang dimaksud disini adalah activator yang sudah dimodifikasi, antara lain penambahan sekrup ekspansi di tengah di antara atas dan bawah., penambahan kawat retensi

Penutupan pada bagian-bagian yang tidak diperlukan


Bagian-bagian pada model kerja yang tidak akan diisi akrilik harus ditutup ( di blok) dengan akrilik. Grabber, rakosi dan petrovic menyarankan, sebaiknya di tentukan batas pelat dasar akrilik dirahang atas dan bawah lebih dahulu. Batas pelat dasar akrilik di rahang atas dan bawah lebih dahulu. Sayap atas meliputi gingival dank res alveolar sekitar 8-12 milimeter di rahang atas dan dirahang bawah kurang lebih sekitar 5-12 mm. dengan demikian penutupan atau bloking dapat disesuaikan dengan ketentuan tersebut. Di daerah 2/3 servikal insisivus bawah ditutup dengan malam dan 1/3 insisal tidak ditutup karena diisi dengan akrilik tanpa penggodokan. Penutupan dengan malam dapat dilakukan dengan mudah jika model kerja yang ditanam dalam okludator dilepaskan terlebih dahulu. Hal ini dapat dilaksanakan tanpa mengubah posisi pin atau sekrup pada okludator karena sudah difiksasi. Tahap berikutnya adalah pengisian akrilik.

Gambar pemblockingan

Pengisian model kerja dengan akrilik tanpa penggodokan Model rahang atas dan bawah diisolasi dengan bahan isolasi agar akrilik tidak melekat pada model setelah polimerisasi. Jika bahan isolasi telah mongering, model diisi dengan akrilik tanpa penggodokan secara bertahap agar pelat akrilik tidak tebal dan mencegah bahan tertimbun di palatum. Pelat akrilik yang tebal didaerah tersebut dapat menyebabkan poreus. Cara lain untuk menghindarkan poreus adalah dengan merendam model kerja dalam air sebentar sebelum model kerja dioleskan dengan bahan separasi. Perendaman dilakukan sehingga terlihat seluruh gelembung udara dalam model kerja keluar. Keadaan ini dapat diketahui karena tidak ada lagi gelembung-gelembung udara yang keluar. Kemudian ditunggu sebentar atau dikeringkan sehingga permukaannya kering. Selanjutnya dioleskan bahan isolassi pada seluruh permukaannya, dan ditunggu sampai kering. Bubuk dan cairan dicampur menurut petunjuk pabrik-pabrik. Terlebih dahulu dituang cairannya kedalam tempat khusus untuk mencampur. Kemudian dituangkan kedalamnya bubuk akrilik perlahan-lahan sehingga semua bubuk tercampur dan diaduk sampai konsistensinya tidak terlalu kental ataupun tidak terlalu cair. Jika konsistensinya agak kental, bahan tidak dapat masuk dibawah klamer retensi. Di samping itu mengakibatkan terbentuknya lubang pada pelat akrilik.

Selanjutnya campuran tersebut diletakkan pada model kerja secara bertahap untuk menghindarkan bahan tertumpuk di daerah palatum. Pada daerah 1/3 insisal bawah yang tidak ditutup malam juga diisi dengan akrilik. Tiap rahang diselesaikan terlebih dahulu pengisiannya kecuali daerah yang menyatukan pelat rahang atas dan bawah. Setelah akrilik mengeras, model kerja rahang atas dan bawah dipassang kembali dalam okludator. Untuk menyatukan pelat rahang atas dan bawah diperlukan penambahan malam di daerah bukal gigi-gigi posterior dan didaerah labial gigi-gigi anterior. Malam dilekatkan menutupi daerah tersebut. Tujuannya disamping untuk menyatukan pelat rahang atas dan bawah, juga untuk mencegah keluarnya bahan akrilik dari daerah tersebut. Akrilik yang belum mengeras ditekan dan diratakan dari sisi posterior model kerja agar pelat dasar activator tidak tebal dan permukaannya rata. Di samping permukaan posterior lebih lebar, juga lebih mudah mengerjakannya. Daerah akrilik yang tebal akan mudah poreus. Jika terjadi poreus, daerah yang poreus tersebut harus dihilangkan lebih dahulu, diasah dan kemudian diperbaiki kembali. Setelah pel;at rahang atas dan rahang bawah disatukan kemudian direndam dalam air untuk menghindarkam panas yang terjadi akibat polimerisasi bahan. Kemudian malam penutup daerah intermaksiler dapat dibuka. Jika ada bagian yang belum terisi akrilik dapat ditambahkan segera. Selanjutnya activator ilepaskan dari model kerja. Daerah undercut tersebut harus ditutup dengan malam. Jika pengolesan model kerja dengan bahan isolasi cukup, dapat menghindarkan gips melekat pada pelat akrilik activator. Activator yang baru saja dilepasskan dari okludator perlu diassah dan dipolis.

Gambar pengisian akrilik yang sudah selesai: Pengasahaan activator dan polis Sebelum dipassang, activator harus diasah atau digrinding dan dipolis. Disamping pengasahan yang biasa dilakukan, pengasahan activator mempunyai tujuan tertentu yaitu membentuk dataran penuntun ( guiding plane). Dataran penuntun, disebut juga dataran penunjuk pada kativator adalah dataran yang berfungsi untuk menuntun kearah mana gigi-gigi akan digerakkan, sesuai dengan tujuan perawatan. Untuk pengasahan diperlukan alat-alat, antara lain; Fraser Bor fisur dn bulat untuk mengasah akrilik daerah interdental anterior bawah kecuali sisi distal kaninus bawah. Mandrel yang terbelah ditengah (split mandrel) untuk kertas pasir kasar dan halus. Bahan dan alat polish yang digunakan.

Pengasahaan aktivator

1. Pengasahan untuk pergerakan gigi-gigi dalam arah vertikal Terdapat gigitan dalam karena

- Supraversi gigi-gigi anterior bawah dan supra oklusi di daerah anterior. - infra oklusi di posterior. Pengasahan akrilik interdental anterior bawah

Dengan bur fisur dan bur bulat kecuali sisi distal kaninus bawahgigi dapat bergerak lebih bebas dalam akrilik yang menutupi insisalnya (=rel gigitan).

2. Pengasahan untuk pergerakan gigi-gigi dalam arah transversal Pelat akrilik dari dataran penuntun tidak menyentuh gigi. Untuk mendapatkan efek lateral maupun vertikalakrilik dataran penuntun dibuat mengenai keliling terbesar palatal gigi gigi posterior dapat bergerak mengikuti dataran penuntun yang telah diasah.

Pengasahan selektif. Kiri, M atas dan bawah ekstrusi; kanan, hanya M atas ekstrusi. 2. Pengasahan untuk pergerakan sagital Gigi-gigi posterior bawah perlu digerakkan ke anterior/mesial sehingga hubungan molar klas I Angle.

Gigi-gigi posterior bawah secara serentak dapat bergerak ke mesialpermukaan mesio lingual harus dibebaskan dari akrilik.

Gigi-gigi posterior RA harus ke distalakrilik pada distolingual diasah. Pengasahan untuk menggerakkan gigi- gigi posterior atas ke distal dan gigi-gigi bawah ke mesial.

Di daerah posterior kiri bawah belum dilakukan pengasahan.

Grinding dan pembentukan dataran penuntun yang sudah selesai pada Klas II Angle divisi 1 Pada rahang atas pada rahang bawah

Pemolisan
1. Bur polish 2. Kertas pasir kasar sampai halus 3. Kertas emery 4. Denti shine

AKTIVATOR KLAS III

Fungsi activator klas III : Fungsi Aktivator pada Maloklusi Klas III : untuk menghambat pertumbuhan rahang bawah dan merangsang pertumbuhan rahang atas agar tercapai ukuran dan hubungan normal terhadap kranium. Pada pasien Klas III karena kebiasaannya memajukan rahang bawah, aktivator berperan untuk membatasi pergerakan rahang bawah ke depan. Posisi activator Posisi Aktivator terpasang didalam mulut dalam keadaan longgar, terletak di antara gigi dan lidah dan hanya mengenai tempat - tempat/bagian tertentu sesuai dengan tujuan perawatannya. Tanda-tanda klas III 1.Tanda oklusal 1.1 Segmen labial - gigi insisivus rahang atas berjejal dan proklinasi - insisal edge gigi insisivus rahang bawah terletak di depan singulum gigi insisivus rahang atas.

1.2 Segmen bukal - adanya gigitan terbuka pada daerah bukal - rahang atas yang pendek menyebabkan gigi geligi di daerah bukal berjejal. 2. Hubungan skeletal Pemeriksaan lebih terperinci dilakukan dengan radiography sefalometri

3. Jaringan lunak Bila tinggi intermaksilaris depan besar, fungsi bibir sering kali kurang sempurna. Pada kasusu klas III terdapat gigitan terbuka yang bersifat skeletal dan selama menelan, lidah terletak lebih ke depan di celah- celah gigi insisivus. 4. Penyimpangan lain Pergeseran rahang bawah yang menimbulkan penyimpangan oklusi akan dapat menyebabkan rasa sakit pada otot. Bila terdapat kontak prematur pada daerah gigi insisivus, maka akan terlihat resesi gingiva di sekitar satu atau beberapa gigi insisivus pertama ragang atas yang tidak beroklusi normal.

Tahap tahap dlm pembuatan Aktivator meliputi :

Pembuatan Aktivator Pada Klas III 1. Pembuatan Model Kerja dan Model Studi 2. Pembuatan gigitan kerja 3. Penanaman model pd Okludator 4. Pembuatan lengkung labial 5. Penutupan bagian yang tidak diperlukan 6. Pengolesan Could Mould Seal dan pengisian Self Curing Akrilik 7. Pengasahan Aktivator 8. Pemolisan Pada umumnya tahap kerja activator klas II dan klas III sama, hanya yang membedakannya cara penggrindingannya atau pengasahannya saja. Pengasahan Aktivator
a) Arah vertikal : bagian yg menghadap permukaan oklusal gigi yg akan dirawat dlm

keadaan infra versi.

b) Arah transversal : pengasahan dilakukan di RA melengkung ke bukal untuk

menuntun gigi di RA agar bergerak ke bukal, sehingga akan memperlebar lengkung RA

c) Arah Sagital :

- sisi disto-lingual gigi posterior RB - sisi mesio-palatal gigi posterior RA - sisi lingual gigi anterior RB - gigi anterior RA pd sisi palatal dibuat berkontak dgn akrilik

Mekanisme Kerja Aktivator pada Klas III


MalOklusi Klas III Salah satu maloklusi yang dapat dirawat dengan menggunakan

Aktivator

Klas III Groove mesial M1 permanen RB berada di sebelah anterior tonjol mesio

bukal M1 permanen RA Postur bibir bawah lebih kedepan dan terlihat berbentuk cekung Haupl dkk (1952) menyebutkan : Konsep perawatan Maloklusi melalui cara fungsional sbb : Rangsang fungsional pembentuk jaringan berasal dari aktivitas lidah,bibir,wajah dan otot kunyah. Rangsang ini diteruskan ke gigi-gigi, jar.periodontal, tulang alveolar dan sendi TMJ melalui pesawat yang longgar dan pasif antara gigi-gigi,rangsang yang terjadi akan mendorong terjadinya perubahan pada jaringan yang terkena .

Prinsip kerja Aktivator 1. Menggunakan tekanan otot-otot mastikasi 2. Menggunakan aktivitas otot-otot orofasial 3. Mendorong terjadinya pergerakan gigi dan pertumbuhan tulang dengan cara menghilangkan tekanan otot yg merugikan yg mengenai gigi-gigi 4. Mendorong timbulnya perubahan pd bag.basal rahang yaitu dengan cara memodifikasi pertumbuhan RB dan RA 5. Impuls otot otot yang terjadi pd waktu membuka dan menutup mulut, diteruskan ke Tlg Alveolar gigi gigi, jaringan pendukung serta sendi rahang menghasilkan perbaikan hubungan gigi dan rahang. 6. Pd Maloklusi Klas III, tekanan Fungsional pd arah yg diinginkan tdk mudah diperoleh, karena tidak ada posisi fungsional distal yg seimbang.

7. Pd keadaan ini, tindakan terbaik yg dilakukan adalah membuat aktivator dengan

pembelahan horizontal,kedua bagian tersebut dihubungkan dengan screw horizontal ketika dibuka,akan menggeserkan kedua pesawat bagian bawah ke distal dan bagian atas ke mesial.
8. Bila digunakan sbg pesawat fungsional, tekanan mesial pada gigi RA dan distal pd RB

dpt diatur, sehingga hanya ada jika gigi saling berkontak ke arah vertikal oleh otot kunyah melalui aksi inklinasi plane pd aktivator. 9. Perawatan kasus Maloklusi Klas III penggunaannya terbatas pada kasus yg ringan. 10. Oleh karena itu,sebagian besar ahli sering menambah arch atau spring pada pesawat aktivator. 11. Penambahan itu dimaksud untuk memajukan segmen labial atas dan memundurkan gigi pd segmen labial bawah.

Daftar pustaka 1. Amalia Oeripto dan F.Susanto Adiwinata (1994), Aktivator Sebagai Alat Fungsional Orthopedi Dalam Perawatan Orthodonti 2. Diktat kuliah Orthodonti III.

You might also like