You are on page 1of 3

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEPRESI pada LANSIA di PTSW BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latarbelakang Pertumbuhan penduduk lanjut usia (umur > 60 tahun) meningkat secara cepat pada abad 21 ini, yang pada tahun 2000 di seluruh dunia telah mencapai 425 juta jiwa (kurang lebih 6,8%). Jumlah ini diperkirakan akan mengalami peningkatan hampir 2 kali lipat pada 2025. Dengan meningkatnya angka harapan hidup, jumlah Lansia (Lanjut Usia) pun akan bertambah banyak. (Kinsella & Taeuber, 1993). Akibat meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia di perkotaan, serta rendahnya tingkat pendidikan mereka dan menurunnya derajat kesehatan, maka gaya hidup penduduk lanjut usia terpaksa harus berubah. Kehidupan mereka akan lebih tergantung pada keluarga, masyarakat dan Negara. (Hardywinoto, 2005). World Health Organization (WHO) telah mengidentifikasi lansia sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik. Hal ini menjadi tanda bahwa sumber daya yang meningkat harus diarahkan pada perawatan mereka. Salah satu potensi masalah yang diidentifikasi pada masyarakat lansia adalah kemunduran fisik, sehingga fungsi kemandiriannya menurun. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang dideritanya. (Nugroho, 2000). Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat; 1990). Proses menua atau (aging) adalah suatu proses alami yang akan dialami oleh setiap orang dengan ditandai adanya penurunan kondisi fisik, sosial yang berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini cenderung berpotensi menurunkan kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia (Kunjoro; 2002). Perubahan yang dialami oleh lansia adalah penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi & toleransi seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, perubahan dalam peran sosial di masyarakat (Kunjoro; 2002). Lansia biasanya menderita berbagai penyakit yang bersifat kompleks, karena lansia mengalami perubahan pada fisik, mental, dan sosial sehingga membutuhkan perawatan secara khusus.

Sejauh ini, prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15 persen dan hasil meta analisis dari laporan negara-negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5 persen dengan perbandingan wanita-pria 14,1: 8,6. Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 30-45 persen. Depresi pada lansia seringkali lambat terdeteksi karena gambaran klinisnya tidak khas. Depresi pada lansia lebih banyak tampil dalam keluhan somatis, seperti kelelahan kronis, gangguan tidur, penurunan berat badan, dan sebagainya. Depresi pada lansia juga dapat tampil dalam bentuk perilaku agitatif, ansietas atau penurunan fungsi kognitif. Sejumlah faktor pencetus depresi pada lansia, antara lain faktor biologik, psikologik, stres kronis, penggunaan obat. Faktor biologik misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor risiko vaskular, kelemahan fisik. Sedangkan faktor psikologik pencetus depresi pada lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi interpersonal. Peristiwa kehidupan seperti berduka, kehilangan orang dicintai, kesulitan ekonomi dan perubahan situasi, stres kronis dan penggunaan obat-obatan tertentu. Mengingat kondisi dan permasalahan lanjut usia seperti diuraikan di atas, maka penanganan masalah lanjut usia harus menjadi prioritas, karena permasalahannya terus berpacu dengan pertambahan jumlahnya. Dan masalah yang sering ditemukan terkait dengan penurunan kemandiriannya dalam pemenuhan kebutuhan seharihari. Masalah-masalah umum yang sering dialami oleh Lansia akibat proses penuaan digambarkan pada keadaan fisik lemah tak berdaya, membuat lansia bergantung pada orang lain, sehingga terjadi penurunan dalam pemenuhan perawatan diri. Perawatan Lansia bukanlah hal baru di Indonesia, saat ini dapat kita temui beberapa fasilitas Panti Tresna Sasana Werdha (PTSW) yang dikelola oleh Departemen Sosial atau swasta. Kualitas pelayanan, jenis pelayanan dan jangkauan oleh Lansia adalah hal penting yang harus kita tingkatkan, agar tujuan meningkatnya kualitas hidup Lansia (Quality of Live/ QOL) dapat dicapai. (Dwi Nurviyandari Kusuma Wati, 2003). Sekarang ini keberadaan lansia lebih dilihat sebagai beban yang harus dipikul oleh masyarakat. Yang penting adalah bagaimana sebaiknya sikap kita sekarang terhadap keberadaan lansia, karena mereka merupakan sumber penghasilan untuk masyarakat, sumber dari stabilitas, kebijaksanaan, dan petunjuk. Pada kenyataannya, lansia menjadi aset yang berharga dan harus dihargai atas kontribusinya dari seluruh aktivitas yang telah mereka lakukan baik komersial, pendidikan, dan seni hingga sepanjang masa.

Penanganan masalah penduduk lansia ini merupakan upaya yang demikian kompleks, karena proses penuaan seseorang tidak hanya berkaitan dengan proses perubahan fisik atau biologis saja tetapi juga perubahan secara psikologis dan sosial, bahkan menyangkut perubahan fisik seseorang, dengan adanya perubahan tersebut menyebabkan tingkat kemandirian lansia menurun dan tingkat ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan biopsikososial dan spiritual. Dengan demikian memerlukan perhatian ekstra baik dari pihak keluarga lansia, perawat, masyarakat, dan juga pemerintahan (Millah, 2001). Kenyataan di atas menuntut perhatian semua pihak untuk turut menyadari akan pentingnya menggumuli permasalahan lansia. Berdasarkan undang-undang RI No. 13 1998 disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih. Mereka merupakan bagian dari masyarakat dan mereka merupakan tanggung jawab bersama. Baik dari pihak keluarga, perawat, masyarakat, pemerintah, maupun dari pihak lansia sendiri hendaknya mulai mengantisipasi dan mempersiapkan diri dalam menghadapi permasalahan yang mungkin akan muncul di masa mendatang. Seiring meningkatnya umur harapan hidup, dan terus bertambahnya populasi lanjut usia, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai terapi yang digunakan dalam penanganan tingkat kemandirian pada usia lanjut dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup sehari-harinya. Maka penulis memiliki keinginan mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Terapi Reminiscence terhadap Peningkatan Aktivitas perawatan diri pada lansia di Panti Wredha, Kelurahan Kebayoran, Kecamatan Gandaria

You might also like