You are on page 1of 11

KIMIA POLIMER SEMEN

Disusun Oleh : 3A Analis Kimia

Devid Riqian Dewi Siti Nurfazriah Hesty Amalia Poniman Nur Oktavia L. Sri Handriyani

091431003 091431004 091431012 091431020 091431027

PROGRAM STUDI ANALIS KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2011 2012

Pengertian Semen Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku: batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/ tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/ bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Bila semen dicampurkan dengan air, maka terbentuklah beton. Beton nama asingnya, concrete-diambil dari gabungan prefiks bahasa Latincom, yang artinya bersama-sama, dan crescere (tumbuh), yang maksudnya kekuatan yang tumbuh karena adanya campuran zat tertentu. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa: silika oksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi oksida (Fe2O3) dan magnesium oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg. Dalam pengertian umum, semen adalah suatu binder, suatu zat yang dapat menetapkan dan mengeraskan dengan bebas, dan dapat mengikat material lain. Abu vulkanis dan batu bata yang dihancurkan yang ditambahkan pada batu kapur yang dibakar sebagai agen pengikat untuk memperoleh suatu pengikat hidrolik yang selanjutnya disebut sebagai cementum. Semen yang digunakan dalam konstruksi digolongkan kedalam semen hidrolik dan semen non-hidrolik. Semen hidrolik adalah material yang menetap dan mengeras setelah dikombinasikan dengan air, sebagai hasil dari reaksi kimia dari pencampuran dengan air, dan setelah pembekuan, mempertahankan kekuatan dan stabilitas bahkan dalam air. Pedoman yang dibutuhkan dalam hal ini adalah pembentukan hidrat pada reaksi dengan air segera mungkin. Kebanyakan konstruksi semen saat ini adalah semen hidrolik dan kebanyakan didasarkan pada semen Portland, yang dibuat dari batu kapur, mineral tanah liat tertentu, dan gypsum. Pada proses dengan temperatur yang tinggi menghasilkan karbon dioksida dan berkombinasi secara kimia yang menghasilkan bahan utama menjadi senyawa baru. Semen non-hidrolik meliputi material seperti batu kapur dan gipsum yang harus tetap kering supaya bertambah kuat dan mempunyai komponen cair. Contohnya adukan semen kapur yang ditetapkan hanya dengan pengeringan, dan bertambah kuat secara lambat dengan menyerap karbon dioksida dari atmosfer untuk membentuk kembali kalsium karbonat.

Penguatan dan pengerasan semen hidrolik disebabkan adanya pembentukan air yang mengandung senyawa-senyawa, pembentukan sebagai hasil reaksi antara komponen semen dengan air. Reaksi dan hasil reaksi mengarah kepada hidrasi dan hidrat secara berturut-turut. Sebagai hasil dari reaksi awal dengan segera, suatu pengerasan dapat diamati pada awalnya dengan sangat kecil dan akan bertambah seiring berjalannya waktu. Setelah mencapai tahap tertentu, titik ini diarahkan pada permulaan tahap pengerasan. Penggabungan lebih lanjut disebut penguatan setelah mulai tahap pengerasan.

Jenis-jenis Semen 1. Semen Abu atau semen Portland adalah bubuk/ bulk berwarna abu kebiru- biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/ gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 tipe, yaitu tipe I sampai tipe V. a. Semen Portland tipe I Adalah perekat hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling clinker yang kandungan utamanya kalsium silikat dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah: 55% (C3S); 19% (C2S); 10% (C3A); 7% (C4 AF); 2,8% MgO; 2,9% (SO3); 1,0% hilang dalam pembakaran, dan 1,0% bebas CaO. b. Semen Portland tipe II Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal, dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat dan lain-lain. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah: 51% (C3S); 24% (C2S); 6% (C3A); 11% (C4AF); 2,9% MgO; 2,5% (SO3); 0,8% hilang dalam pembakaran, dan 1,0% bebas CaO. c. Semen Portland tipe III Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa (tebal) yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang, misal bangunan dipinggir laut, bangunan bekas tanah rawa, saluran irigasi , dam-dam. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah: 57% (C3S); 19% (C2S); 10% (C3A); 7% (C4AF); 3,0% MgO; 3,1% (SO3); 0,9% hilang dalam pembakaran, dan 1,3% bebas CaO.

d. Semen Portland tipe IV Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan bertingkat, bangunan-bangunan dalam air. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah: 28% (C3S); 49% (C2S); 4% (C3A); 12% (C4 AF); 1,8% MgO; 1,9% (SO3); 0,9% hilang dalam pembakaran, dan 0,8% bebas CaO. e. Semen Portland tipe V Dipakai untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga nuklir. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah: 38% (C3S); 43% (C2S); 4% (C3A); 9% (C4AF); 1,9% MgO; 1,8% (SO3); 0,9% hilang dalam pembakaran, dan 0,8% bebas CaO. Semakin baik mutu semen, maka semakin lama mengeras atau membatunya jika dicampur dengan air, dengan angkaangka hidrolitas yang dapat dihitung dengan rumus: (% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (% CaO + % MgO) Angka hodrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali). Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15. 2. Semen Putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni. 3. Oil Well Cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai. 4. Mixed & Fly Ash Cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silica, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.

Bahan Baku Bahan baku pembuatan semen adalah batu kapur, pasir silika, tanah liat dan pasir besi. Total kebutuhan bahan mentah yang digunakan untuk memproduksi semen yaitu: 1. Batu kapur

Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3 (Calcium Carbonat), pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4. Batu kapur yang baik dalam penggunaan pembuatan semen memiliki kadar air 5%, dan penggunaan batu kapur dalam pembuatan semen itu sendiri sebanyak 81 %. 2. Pasir silika Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida). Pada umumnya pasir silika terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2 semakin putih warna pasir silikanya, semakin berkurang kadar SiO2 semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah menggumpal karena kadar airnya yang tinggi. Pasir silika yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 90%, dan penggunaan pasir silika dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar 9%. 3. Tanah liat Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen SiO2 Al2 O3.2H2O. Tanah liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar air 20 %, kadar SiO2 tidak terlalu tinggi 46 %, dan penggunaan tanah liat dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar 9%. 4. Pasir besi Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya selalu tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya. Fe2O3 berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak semen. Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe2O3 75%-80%. Pada penggilingan akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan semen. penggunaan pasir besi dalam pembuatan semen itu sendiri sebesar 1%. Susunan bahan baku semen Bahan Baku Batu kapur Tanah liat Pasir silika Pasir besi Gipsum Komposisi kimia utama Komposisi mineral utama L CaO Al2O3 SiO2 Fe2O3 CaO dan SO3 C3S C2S C3A C4AF CaSO4.2H2O I N K E R K S E M E N

Proses Pembuatan Semen Diagram Alir Proses Pembuatan Semen

Penambangan (Mining)

Pengeringan dan Penggilingan

Pembakaran raw meal dan Pendinginan clinker (Burning and Cooling)

Penggilingan Akhir (Finishing Mill)

Pengantongan (Packing)

Langkah-Langkah Proses Pembuatan Semen Secara garis besar, proses pembuatan semen di industri dibagi menjadi beberapa tahap yaitu : 1. Penambangan dan Penyediaan Bahan Baku (Unit Mining) 2. Pengeringan dan Penggilingan Bahan Baku (Unit Raw Mill) 3. Pencampuran (Blending) dan Homogenisasi 4. Pemanasan Awal (Pre-heating) 5. Pembakaran (Firing) 6. Pendinginan (Cooling) 7. Penggilingan Akhir (Finishing Raw Mill) 8. Pengantongan Semen (Unit Packing)

Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut : 1. Proses basah Pada proses basah semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM. 2. Proses kering Pada proses kering digunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu : a) Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal. b) Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen. c) Proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen). d) Proses pendinginan terak e) Proses penggilingan akhir dimana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.

Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan suhu mencapai 900oC sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas. Secara garis besar proses produksi semen melalui 6 tahap, yaitu : 1. Penambangan dan penyimpanan bahan mentah Semen yang paling umum yaitu semen portland memerlukan empat komponen bahan kimia yang utama untuk mendapatkan komposisi kimia yang sesuai. Bahan tersebut adalah kapur (batu kapur), silika (pasir silika), alumina (tanah liat), dan besi oksida (bijih besi). Gipsum dalam jumlah yang sedikit ditambahkan selama penghalusan untuk memperlambat pengerasan. 2. Penggilingan dan pencampuran bahan mentah Semua bahan baku dihancurkan sampai menjadi bubuk halus dan dicampur sebelum memasuki proses pembakaran. 3. Homogenisasi dan pencampuran bahan mentah. 4. Pembakaran Tahap paling rumit dalam produksi semen portland adalah proses pembakaran, dimana terjadi proses konversi kimiawi sesuai rancangan dan proses fisika untuk

mempersiapkan campuran bahan baku membentuk clinker. Proses ini dilakukan di dalam rotary kiln dengan menggunakan bahan bakar fosil berupa padat (batubara), cair (solar), atau bahan bakar alternatif. Batubara adalah bahan bakar yang paling umum dipergunakan karena pertimbangan biaya. 5. Penggilingan hasil pembakaran Proses selanjutnya adalah penghalusan clinker dengan tambahan sedikit gipsum, kurang dari 4%, untuk dihasilkan semen portland tipe 1. Jenis semen lain dihasilkan dengan penambahan bahan aditif posolon atau batu kapur di dalam penghalusan semen. 6. Pendinginan dan pengepakan Reaksi-reaksi yang terjadi yaitu reaksi alite dengan air : 2Ca3OSiO4 + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3Ca(OH)2 Reaksi ini relatif cepat menyebabkan penetapan dan perkembangan penguatan pada beberapa minggu pertama. Reaksi dari belite : 2Ca2SiO4 + 4H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + Ca(OH)2 Reaksi ini relatif lambat, dan berperan untuk meningkatkan penguatan setelah satu minggu. Hidrasi trikalsium aluminat dikontrol oleh penambahan kalsium sulfat, yang dengan seketika menjadi cairan pada saat penambahan air. Pertama-tama, etringit dibentuk dengan cepat, menyebabkan hidrasi yang lambat. Ca3(AlO3)2 + 3CaSO4 + 32H2O Ca6(AlO3)2(SO4)3.32H2O Sesudah itu etringit bereaksi secara lambat dengan trikalsium aluminat lebih lanjut untuk membentuk monosulfat. Ca.6(AlO3)2(SO4)3.32H2O + Ca3(AlO3)2 + 4H2O 3Ca4(AlO3)2(SO4).12H2O Reaksi ini akan sempurna setelah 1-2 hari. Kalsium aluminoferit bereaksi secara lambat karena adanya hidrasi besi oksida. 2Ca2AlFeO5 + CaSO4 + 16H2O Ca4(AlO3)2(SO4).12H2O + Ca(OH)2 + 2Fe(OH)3

Reaksi reaksi pembuatan semen proses pembuatan clinker pada dasarnya berdasarkan reaksi : CaCO3 + Al2O3.SiO2.xH2O + Fe2O3 + SiO2 3CaO. SiO2 ( C3S ) + 2CaO. SiO2 ( C2S ) + 3CaO. Al2O3 ( C3A ) + 4CaO. Al2O3 ( C4AF ) Reaksi di atas terjadi beberapa tahap reaksi atau proses yaitu : a. Penguapan air bebas Proses ini terjadi pada suhu 100 200oC dan berlangsung secara endotermis. b. Pelepasan air terikat (absorban water) Proses ini terjadi pada temperatur 100 400oC dan berlangsung secara endotermis. c. Dekomposisi tanah liat Proses ini menghasilkan senyawa Al2O3.2SiO2 berlangsung pada temperatur 400 750oC berlangsung secara endotermis. Reaksi yang terjadi adalah : Al4(OH)8.Si4O10 2(Al2O3.2SiO2) + 4H2O

d. Dekomposisi metakaolinit Proses ini menghasilkan senyawa Al2 O3 dan SiO2 berlangsung pada temperatur 600 900oC reaksi berlangsung secara endotermis, reaksi yang terjadi adalah : Al2O3.2SiO2 Al2O3 + 2SiO2

e. Dekomposisi karbonat Proses ini menghasilkan C3S dan C3 A berlangsung pada temperatur sekitar 600 1000oC reaksi berjalan secara endotermis. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : CaCO3 3CaO + 2SiO2 + Al2O3 f. Reaksi fase padat Reaksi ini berlangsung pada temperatur 800 1300oC, reaksi ini menghasilkan komponen-komponen penting dalam clinker yaitu C3A, C2S dan C4 AF. Reaksi yang terjadi adalah : CaO.Al2O3 + 2CaO CaO.Al2O3 + 3CaO + Fe2O3 CaO.SiO2 + CaO 3CaO.Al2O3 4CaO.Al2 O3.Fe2O3 2CaO.SiO2 CaO + CO2 2(Ca.SiO2) + CaO.Al2O3

Dampak Industri Semen terhadap Lingkungan Berdasarkan bahan baku dan bahan bakar yang digunakan serta proses produksi, industri semen menyebabkan dampak lingkungan sebagai berikut : a. Lahan Penurunan kualitas kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat. Perubahan tataguna tanah akibat kegiatan penebangan dan penyerapan lahan serta pembangunan fasilitas lainnya, menyebabkan penurunan kapasitas air tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kuantitas air sungai di sekitarnya. Hal ini akan menyebabkan keseimbangan lingkungan setempat. b. Air Kualitas air menurun akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan sisa air dari kegiatan penambangan. Menimbulkan lahan kritis yang mudah terkena erosi dan pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya akan menimbulkan banjir pada musim hujan. Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu berkurang, sehingga persediaan air tanah menipis. Sungai menjadi kering pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan karena tanah tidak mampu lagi menyerap air. c. Udara Debu yang dihasilkan pada waktu pengadaan bahan baku dan selama proses pembakaran dan debu yang dihasilkan selama pengangkutan bahan baku ke pabrik dan bahan jadi ke luar pabrik, termasuk pengantongannya. Debu yang secara visual terlihat di kawasan pabrik dalam bentuk kabut dan kepulan debu menimbulkan pencemaran udara serius. Suhu udara di sekitar pabrik naik. Gas yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak bumi dan batu bara, berupa gas CO, CO2, SO2 dan gas lainnya yang mengandung hidrokarbon dan belerang.

Gambar Alat Pada Plant Industri Semen (sumber : www.semengresik.com)

You might also like