You are on page 1of 19

Abu bakar ash-Shiddiq : khalifah Rasulullah

Menjelang kematiannya, Abu ubaidah berpesan kepada pasukannya: ..saya pesankan kepada kalian sebuah wasiat yang jika kalian terima, maka kalian akan selamat. Dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, berpuasalah di bulan Ramadan, berdermalah, tunaikanlah ibadah haji dan umrah, saling nasihat menasihatilah kalian, sampaikanlah nasihat kepada pemimpin kalian dan jangan suka menipunya. Janganlah kalian terpesona dengan keduniaan, sebab betapapun seseorang melakukan seribu upaya, dia pasti akan menemui ajalnya seperti saya ini. sungguh Allah telah menetapkan kematian untuk setiap manusia, oleh sebab itu, semua orang pasti akan mati. Orang yang paling beruntung adalah orang yang paling taat kepada Allah dan paling banyak bekalnya untuk akhirat. Kemudian Abu ubaidah berpaling kepada Muaz bin Jabal ra. dan berkata kepadanya, ..Wahai Muaz! lmamilah salat mereka." Setelah itu' Abu Ubaidah ra. pun menghembuskan nafasnya yang terakhir' Sepeninggal Abu Ubaidah, Muaz bin Jabal berpidato di hadapan kaum muslimin, .'Wahai sekalian kaum muslimin! Kalian sudah dikejutkan dengan berita kematian seorang pahlawan, yang demi Allah saya tidak menemukan ada orang yang lebih baik hatinya, lebih jauh pandangannya, lebih suka terhadap hari kemudian dan sangat senang memberi nasihat kepada semua orang dari beliau' oleh sebab itu doakanlah beliau, semoSa kalian semua dirahmati Allah."

Mendengar imbauan Nabi, beberapa sahabat yang imannya kurang kuat dan kaum munafik meminta izin tidak mengikuti ekspedisi. Namun, para sahabat yang imannya teguh, baik yang kaya maupun yang miskin, segera menyambut seruan Nabi. Mereka berlomba-lomba menyumbangkan hartanya untuk perjuangan di jalan Allah. Satu per satu sahabat menyumbangkan sebagian hartanya. Kepada setiap sahabatnya Nabi bertanya, 'Apakah ada yang kalian tinggalkan untuk keluarga kalian?".

"Sebagian harta saya telah saya sisihkan untuk keluarga saya," jawab beberapa sahabat.

Demikianlah, ada yang menyumbangkan seperempat hartanya, ada yang menyumbangkan sepertiga hartanya, ada pula yang menyumbangkan setengah hartanya. Semua berjalan dengan lancar tanpa ada yang mengejutkan hingga giliran seorang sahabat dekat Nabi. Sahabat itu berperawakan kurus, kulit putih, sepasang bahu kecil, muka lancip, mata cekung, dahi agak menonjol dan urat-urat tangannya kelihatan jelas. Lagi-lagi Nabi bertanya, 'Apa yang kamu sisakan untuk keluargamu?" Mendengar pertanyaan itu, sang sahabat menyahut, "Yang saya tinggalkan untuk keluarga saya hanya Allah dan Rasul-Nya." Mendengar jawaban itu, Nabi dan para sahabat tercengang. Rupanya sahabat tadi menyerahkan seluruh harta miliknya untuk biaya perang. Tak lain dan tak bukan, sahabat tadi adalah Abu Bakar, pengiring Rasulullah pada saat hijrah. Melihat kedermawanan Abu Bakar, Nabi berkata, 'Aku tidak tahu apakah ada orang yang lebih dermawan dibanding Abu Bakar". Siapakah sebenarnya Abu Bakar?

>k >k rk

ama Abu Bakar adalah julukan yang diberikan kepada seorang bernama Abdul Ka'bah bin Abi Quhafah dari Bani Taim. Bani Taim merupakan salah .satu keluarga terhormat di kalangan suku Quraisy. Setelah masuk lslam, Nabi mengganti namanya menjadi Abdullah bin Abi Quhafah. Namun orang-orang memangggilnya

Abu Bakar. Nama ini diberikan karena ia adalah orang yang paling dini memeluk lslam. Dalam bahasa Arab, bakar berarti dini atau pagi. Selain itu, Abu Bakar seringkali dipanggil Atiq atau 'yang tampan' karenq ketampanan memancar dariwajahnya. Nabi juga memberi Abu Bakar gelar ash-Shiddiq yang artinya 'yang berkata benar.' Gelar ini diberikan kepada Abu Bakar karena dia membenarkan kisah lsra Mi'raj Nabi ketika banyak penduduk Mekah mengingkarinya. Umur Abu Bakar dan Nabi Muhammad tidak terpaut jauh. Abu Bakar lahir pada 572 M di Mekah, tidak berapa lama setelah Nabi lahir. Karena kedekatan umur inilah Abu Bakar sejak kecil bersahabat dengan Nabi. Persahabatan keduanya

tak terpisahkan, baik sebelum maupun sesudah tslam datang. Bahkan persahabatan keduanya bertambah erat ketika sama-sama berjuang menegakkan agama Allah. Abu Bakar adalah manusia istimewa. Biarpun hidup pada zaman Jahiliah, berbagai kebaikan melekat pada Abu Bakar sejak kecil. Lembut dalam bertutur, dan sopan dalam bertindak merupakan beberapa sifat bawaannya. la juga perasa dan sangat mudah tersentuh hatinya. Abu Bakar juga dikenal cerdas dan berwawasan luas. Sebagai pedagang, dia mengenal wilayah-wilayah yang membentang dari Yaman di selatan sampai Syam di utara. Tidaklah mengherankan jika Abu Bakar menjadi tempat bertanya orangorang Quraisy mengenai negeri-negeri yang jauh dari Mekah. Sebagai saudagar sukses, Abu Bakar bukanlah laki-laki pelit. Bahkan dari semua sifat baiknya, yang paling dikenang adalah kedermawanannya. Demi membela kaum muslim yang tertindas di Mekah, Abu Bakar tak segan-segan mengeluarkan

hartanya. Salah satu kisah terkenal yang menggambarkan kedermawanannya tentu saja ketika ia menebus Bilal bin Rabah dari tangan Umayyah bin Khalaf. Bilal disiksa oleh majikannya. Badannya ditelanjangi dan ditelentangkan di atas pasir yang panas. Di atas dadanya ditaruh batu besar sehingga membuatnya tidak dapat berbuat apa-apa. Berjam-jam Bilal dijemur di bawah di terik matahari tanpa diberi makan dan minum. Cara apa pun dilakukan Umayyah agar Bilal mau meninggalkan keyakinannya. Namun, Bilal pantang menyerah. Dalam ketersiksaan yang amat sangat, Bilal tetap menyebut 'Ahad" berulang kali. Tak mau ia sedetik pun melepas akidahnya. Mahabesar Allah, Mahasuci Allah. Lewat perantara Abu Bakar, Allah memberi pertolongan kepada hamba-Nya yang teguh iman. Dalam keadaan yang sangat gawat, lewatlah Abu Bakar. la sangat marah melihat Bilal disiksa. la kemudian menebus Bilal dari sang majikannya. Melalui perantara Abu Bakar pula banyak penduduk Mekah yang menyatakan diri masuk lslam. Kepandaiannya bergaul membuat banyak kalangan tertarik masuk lslam. Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah. Saad bin Abi

waqqas, Zubair bin Awwam, dan Abu ubaidah bin Jarrah adalah beberapa sahabat yang masuk lslam atas ajakan Abu Bakar. Merekalah yang kemudian dikenal dengan nama Assabiqunal Awwalun'

>k >k >k

etelah masuk lslam, Abu Bakar menjadi salah satu pembela Nabi yanS paling kukuh. suatu ketika, Nabi dihadang oleh segerombolan penduduk Mekah di

Hijr. Salah seorang dari mereka menarik baju Nabi. Melihat itu, Abu Bakar berusaha menghalanginya. sambil menanSis, Abu Bakar berkata, "Kamu hendak membunuh seseorang yang mengatakan hanya Allah Tuhanku!' Para penduduk Mekah itu pun

kemudian bubar. Dakwah Nabi dan para sahabatnya terus berjalan. Tak ada apa pun yang dapat menghentikannya. Gagal mendapat simpati dari penduduk Mekah' Nabi berdakwah kepada para peziarah pada musim haji. Akhirnya, penduduk Yatsrib' sebuah kota subur di utara Mekah, menyambut dengan baik dakwah Nabi. setelah mengadakan Perjanjian Aqabah dua kali, penduduk Yatsrib mengundang Nabi untuk mendakwahkan lslam di yatsrib. Namun Nabi belum memutuskan pergi ke yatsrib. untuk sementara' Nabi mengutus Mush'ab bin Zubair untuk berdakwah di Yatsrib. Setelah mendapat perintah Allah untuk hijrah' Nabi memutuskan waktu yang tepat untuk hijrah ke Yatsrib. Demikianlah, maka pada malam hari Abu Bakar menemani Nabi melakukan hijrah ke Yasrib. Ditemani pembantu Abu Bakar' Amir bin Fuhairah, dan seorang penunjuk jalan bernama Abdullah bin uraiqis' mereka bertolak ke selatan menuju cua sur. Di gua inirah Nabi dan Abu Bakar bersembunyi. Langkah ini dilakukan untuk mengelabui para pemuda kafir Quraisy yang berniat membunuh Nabi' Jika langsung ke utara menuju Yatsrib, tentu jejak Nabi akan mudah diketahui' Meskipun sudah bertindak hati-hati, jejak Nabi akhirnya diketahui para pengejar' Pada suatu ketika, tiba-tiba saja para pengejar sudah berada di mulut gua' Gemetar bukan main Abu Bakar mengetahuinya. Tubuhnya menggigil dan keringat dingin

keluar. la menahan napas, tidak bergerak, dan menyerahkan nasibnya kepada Allah'

la sudah pasrah. Jika sewaktu-waktu para pengejar itu menenSok ke bawah, maka tak ada lagi peluang untuk meloloskan diri. Pada saat yang sama, Nabi selalu berzikir kepada Allah. Ketika Abu Bakar merapatkan diri ke badan Nabi, Nabi berkata, ')angan bersedih hati, sesungguhnya Allah bersama kita."

Para pemuda Quraisy melihat kondisi di sekeliling gua. Di salah satu pojok mulut gua tampak seekor laba-laba sedang merajut sarang. Salah seorang berkata, 'Ada labalaba di tempat itu yang memang sudah ada sebelum Muhammad lahir". Tentu saja perasaan dongkol dan kesal hati menyelimuti perasaan mereka. Mereka segera meninggalkan tempat itu. Mengetahui kondisi sudah aman, Nabi berseru, 'Alhamdulillah, Allahu Akbar."

Kurang lebih tiga hari Nabi dan Abu Bakar singgah di Gua Sur. Setelah merasa yakin bahwa kondisi sudah aman, mereka melanjutkan perjalanan ke yatsrib. Penduduk Yatsrib gembira bukan alang kepalang menyaksikan orang yang mereka nanti tiba dengan selamat. Oleh Nabi, nama Yatsrib diubah menjadi Madinah alMunawwarah 'kota yang bercahaya' atau Madinatun Nabi 'kota sang Nabi'. Di Madinah, Abu Bakar tinggal di 5unh, daerah di pinggiran kota Madinah. Ketika Nabi mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar, Abu Bakar

dipersaudarakan dengan seorang dari Suku Khazraj bernama Kharijah bin Zaid dari Bani Haritsah. Di rumah Kharijah inilah Abu Bakar tinggal. Hubungan kedua orang ini bertambah erat ketika Abu Bakar menikahi anak Kharijah bernama Habibah. Di Madinah, Abu Bakar beralih profesi dari pedagang kain menjadi pengolah lahan alias petani. Memang, tanah Madinah terkenal akan kesuburannya.

>k:k:k

eskipun kaum muslimin sudah melakukan hijrah, kaum kafir Quraisy tak kunjung reda memusuhi mereka. Perang demi perang terjadi antara keduanya. Hampir dalam setiap peperangan, Abu Bakar selalu mendampingi Nabi. Kepercayaannya kepada Nabi Muhammad kian kuat dan kukuh. Enam tahun setelah hijrah, Nabi berniat menjalankan ibadah haji. Niat ini tentu saja disambut gembira kaum muslimin. Namun penduduk kafir Quraisy Mekah tidak membiarkan begitu saja kaum muslimin memasuki Mekah. Oleh karena itu, kaum Muslimin berunding denngan kaum kafir Quraisy. Akhirnya dicapai kesepakatan. Kesepakatan yang disebut Perjanjian Hudaibiyah ini dianggap

merugikan kaum muslimin oleh sebagian besar sahabat sehingga membuat mereka marah dan kecewa. Namun, Abu Bakar langsung percaya akan kebijakasanaan Rasulullah. Abu Bakar percaya bahwa keputusan Rasulullah merupakan keputusan terbaik bagi kaum muslimin. Benar saja, setelah Perjanjian Hudaibiyah dakwah lslam makin luas. Utusanutusan dikirim ke banyak kabilah dan penguasa. Utusan-utusan dari berbagai kabilah dan penguasa juga datang ke Madinah. Hal ini tentu saja menyibukkan Rasulullah

sehingga tidak memungkinkannya meninggalkan Madinah, bahkan untuk beribadah haji. Oleh karena itu, Rasulullah menunjuk Abu Bakar untuk memimpin jamaah haji ke Mekah. Niat Rasulullah untuk melaksanakan haji baru terlaksana pada tahun kesepuluh setelah hijrah. lnilah yang dinamakan Haji Wada. Abu Bakar tidak ketinggalan mengikutinya. Sekembalinya ke Madinah, Nabi segera meminta kaum muslimin, baik yang Muhajirin maupun Anshar, untuk membentuk pasukan perang. Pasukan yang dibentuk untuk menghadapi pasukan Byzantium di Syam tersebut dipimpin oleh seorang ramaja bernama Usamah bin Zaid. Semuanya harus tunduk kepada sang panglima, bahkan Abu Bakar sekalipun. Dalam persiapan di Jurf, tersiar kabar bahwa Nabi sakit parah sehingga keberangkatan pasukan ditangguhkan. Karena tidak dapat mengimami salat, Nabi menunjuk Abu Bakar untuk menggantikannya sebagai ianan. Pada suatu saat, Nabi masuk masjid menemui kaum muslimin dan berkata sambil menunjuk Abu Bakar, 'Aku belum tahu ada yang lebih bermurah hati dalam bersahabat denganku seperti dia. Kalau ada dari hamba Allah yang akan kuambil sebagai khalil (teman), maka Abu Bakar-lah khalilku. Tetapi persahabatan dan persaudaraan ini dalam iman, sampai tiba saatnya Allah mempertemukan kita di sisi-Nya."

Sepeninggal Rasulullah, kaum muslimin dilanda kebingungan. Mereka sama sekali belum siap kehilangan pemimpin, sahabat, dan pembimbing yang mereka cintai. Mereka tidak percaya bahwa Nabi telah meninggalkan mereka untuk selamalamanya. Bahkan Umar bersikeras bahwa Nabi hanya sedang menghadap Allah seperti yang dilakukan Nabi Musa selama empat puluh hari. Ketika seorang sahabat mencoba meyakinkan Umar bahwa Nabi telah wafat, Umar justru membentaknya.

"Kau bohong!" teriak Umar. Setelah itu, Umar menuju masjid. Di sana, ia mengumumkan bahwa Nabi hanya pingsan dan tidak lama lagi pasti segera siuman. 'Akan kupotong kaki dan tangan orang yang mengatakan Nabi sudah wafat!" ancam Umar dengan pedang terhunus. Tak ada orang yang berani menentang Umar. Semua orang tahu betapa ganasnya Umar jika sudah mencabut pedangnya. Pada saat itulah Abu Bakar keluar dari rumah Aisyah. la baru saja melihat jasad Nabi. Dengan lembut, ia menghampiri Umar dan menegurnya. Namun, Umar mengabaikan teguran Abu Bakar. la tetap saja mengacungacungkan pedangnya. la bahkan mengatakan bahwa orang yang menganggap Nabi telah mati adalah munafik. Melihat Umar mengacuhkannya, Abu Bakar berteriak dengan lantang, "Saudara-saudara! Barang siapa menyembah Muhammad, maka Muhammad telah meninggal. Namun, barang siapa menyembah Allah, Allah selalu hidup, tidak akan mati!" Abu Bakar kemudian membacakan Al-Qur'an SurahAli lmran l3l:144.

"Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah iilca dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa berbalik ke belakang, maka ia tidak merugil<an Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukun"

Mendengar Abu Bakar membacakan ayat itu, Umar terduduk lunglai. Pedang yang digenggamnya terlepas, sementara air mata bercucuran keluar. Di balik perilakunya yang keras, Umar adalah seorang yang berhati sangat lembut. Kini semua menyadari bahwa orang yang paling mereka kasihi dan sayangi telah pergi untuk selama-lamanya. Selamat jalan ya Rasul. Selamat ya Nabi. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah untukmu. Kaum muslimin semakin bingung setelah yakin bahwa Nabi benar-benar telah wafat. Siapa lagi yang akan mereka tanyai ketika ada masarah?

>k:k >'<

i tengah kebingungan, sekelompok sahabat darigolongan Anshar berkumpul di Saqifah Bani Sa'idah, sebuah tempat pertemuan dan musyawarah penduduk Madinah. Pertemuan di Saqifah itu dipimpin Saad bin Ubadah, seorang sahabat dekat Nabi yang juga merupakan tokoh terkemuka suku Khazraj. Saad bin Ubadah menyatakan bahwa kaum Anshar-lah yang pantas memimpin kaum muslimin sepeninggal Nabi. Sebab, kaum Anshar telah menolong Nabi dan kaum Muhajirin dari kejaran orang-orang kafir Quraisy. Pendapat ini diiyakan oleh para sahabat dari golongan Anshar. Mengetahui pertemuan golongan Anshar ini, beberapa tokoh Muhajirin seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin Jarrah segera menuju ke Saqifah Bani Sa'idah. Ketika para tokoh Muhajirin sampai di sana, kaum Anshar di Saqifah hampir bersepakat untuk membaiat Saad bin Ubadah menjadi khalifah. Mereka bahkan meminta para tokoh Muhajirin itu untuk turut segera membaiat Saad bin Ubadah. Namun, Abu Bakar dan kawan-kawan menolaknya dengan

tegas. Abu Bakar mengatakan kepada kaum Anshar bahwa jabatan khalifah semestinya diberikan kepada kaum Muhajirin. Sebab, merekalah yang lebih dulu masuk lslam. Kaum Muhajirin juga yang selama 13 tahun membantu Nabi mempertahankan lslam dari gangguan kafir Quraisy di Mekah.

"Saudara-saudara Anshar," kata Abu Bakar, "kami tak meragukan jasa kalian sedikit pun. Namun ketahuilah, kami telah berjuang membantu Nabi pada saat kalian masih saling bermusuhan. Kami lebih dulu memeluk lslam dibanding kalian. Karena itu, sepantasnyalah kaum Muhajirin yang menjadi pemimpin, sementara kalian menjadi penasihat." Tentu saja kaum Anshar tidak bisa membantah pernyataan Abu Bakar tersebut. Mereka ingat, sebelum Nabi dan para sahabatnya dari Mekah mengajak mereka masuk lslam, mereka terlibat perang saudara yang berlarut-larut. Lagi pula, para sahabat terbaik memang berasal dari kaum Muhajirin. Orang-orang seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib tidak diragukan lagi kedudukannya di sisi Nabi. "Tak ada yang meragukan kedudukan kalian di sisi Nabi!" kata salah seorang sahabat Anshar yang berada di situ. Abu Bakar dan kawan-kawan lega mendengar pernyataan itu. "Di sampingku," kata Abu Bakar lagi, "ada dua orang Muhajirin yang sangat dekat dengan Nabi, yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Pilihlah satu di antara keduanya untuk menjadi khalifah." Demikian kata Abu Bakar kepada kaum Anshar sembari menunjuk Umar dan Abu Ubaidah. Namun sebelum kaum

Anshar menyambut tawaran Abu Bakar, Umar dan Abu Ubaidah secara serempak menolaknya. Umar dan Abu Ubaidah justru balik menunjuk Abu Bakar. Dengan lantang Umar berkata, 'Aku kira, Abu Bakar-lah yang pantas kalian baiat menjadi khalifah. Abu Bakar adalah salah satu sahabat yang paling awal masuk lslam. Dia yang menemani Nabi dalam persembunyiannya di 6ua Sur saat hijrah. Abu Bakar pula orang yang diminta Nabi untuk memimpin salat berjamaah ketika Nabi sakit."

Setelah menyelesaikan ucapannya, Umar segera mengangkat tangan Abu Bakar dan membaiatnya. 'Aku membaiat Abu Bakar sebagai khalifah!" seru Umar tegas.

Tindakan Umar ini segera diikuti oleh Abu Ubaidah. Melihat hal itu, satu per satu kaum Anshar yang sebelumnya hampir sepakat mengangkat Saad bin Ubadah berbalik turut membaiat Abu Bakar. Kecuali Saad bin Ubadah, seluruh kaum Anshar yang berada di Saqifah akhirnya membaiat Abu Bakar sebagai khalifah.

Keesokan harinya, baiat umum terhadap Abu Bakar dilakukan. Mengiringi pembaiatannya, Abu Bakar berkata, "Saudara-saudara, saya sudah dipilih untuk memimpin kalian sementara saya bukanlah orang terbaik di antara kalian. Jika saya berlaku baik, bantulah saya. Kebenaran merupakan suatu kepercayaan dan dusta merupakan pengkhianatan. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-

Nya. Tetapi bila saya melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya, maka gugurlah ketaatanmu kepada saya." Akhirnya secara resmi Abu Bakar menjadi khalifah Rasulullah atau pengganti Rasulullah. Sebagai pengganti Rasulullah, Abu Bakar sungguh-sungguh berusaha meneladani Rasulullah. Tak pernah sekali pun ia menyalahgunakan jabatan. Seluruh hidupnya ia curahkan untuk melanjutkan apa yang telah dirintis dan ditegakkan Rasulullah.

J< J< t<

elanjutkan rencana Nabi, Abu Bakar memerintahkan Usamah bin Zaid mengomando pasukan menggempur pasukan Byzantium di Balqa dan Darum di Syam. Keputusan ini ditentang oleh sebagian sahabat karena kondisi umat lslam sepeninggal Nabi belum pulih benar. Banyak orang yang secara terangterangan menjadi murtad. Beberapa pemimpin suku mengikrarkan diri sebagai nabi. Maka, menurut para sahabat, mengirim pasukan untuk menghadapi ancaman Byzantium akan membuat umat lslam semakin lemah. Namun, di balik kelembutannya, Abu Bakar adalah pemimpin yang bisa bersikap tegas kala dibutuhkan. Demi meneruskan rencana Nabi yang tertunda, ia bersikeras untuk mengirim Usamah dan pasukannya ke Syam. Usamah dan pasukannya segera berangkat. Mereka menyusuri jejak-jejak pasukan Perang Mu'tah yang dulu dipimpin ayah Usamah, Zaid bin Haritsah. Akhirnya, mereka pun tiba di Balqa, dekat Mu'tah, untuk selanjutnya menyerang daerah Abil. Pertempuran demi pertempuran pun terjadi. Usamah dan pasukannya berhasil mengobrak-abrik wilayah itu. Mereka berhasil menunjukkan kepada pihak

Byzantium bahwa kaum muslimin tak lagi bisa dianggap enteng. Usamah kembali ke Madinah dengan gilang-gemilang. Orang-orang yang sebelumnya meragukan kemampuan Usamah, kini mau tak mau percaya dengan ucapan Nabi sebelum wafat. Saat itu beliau mengatakan, "Dia sudah pantas memegang pimpinan, seperti ayahnya dulu juga pantas memegang pimpinan."

Sukses dengan pengiriman pasukan Usamah, Abu Bakar dihadapkan kepada masalah pelik berupa banyaknya kaum muslimin yang murtad dan munculnya nabi-nabi palsu. Kepergian Nabi rupanya benar-benar menSSuncang kaum muslimin' Para sahabat yang imannya kuat segera pulih dari keterguncangan ini' Namun tidak demikian halnya dengan mereka yanS imannya masih lemah. Mereka kebanyakan masuk lslam pada saat-saat belakangan. Orang-orang murtad ini muncul terutama dari kalangan suku-suku Arab Badui yang jauh dari Madinah. Mereka masuk lslam lebih karena didorong rasa takut terhadap kekuatan kaum muslimin, juga karena rasa segan terhadap Nabi Muhammad. Karena itulah, begitu Nabi meninggal, dengan enteng oranS-orang itu menyatakan murtad' Selain itu, banyaknya orang murtad juga disebabkan kemunculan nabi-nabi palsu. Dengan berbagai cara, para nabi palsu ini memperdaya kaum muslimin agar meninggalkan ajaran Nabi Muhammad dan menjadi pengikut mereka' Di antara orang-orang yang mengaku sebagai nabi adalah Musailamah bin Habib atau Musailamah al-Kadzab (si Pembohong) dari Yamamah, Thulaihah dari Bani Asad, ZuI Taj Laqit bin Malik dari Oman, Aswad al-Ansi dari Yaman, dan seorang perempuan bernama Sajah dari Bani Tamim, juga dari Yaman.

Nabi-nabi palsu itu berhasil menyusun kekuatan besar untuk melawan kekuatan kaum muslimin. Musailamah bahkan berhasil mengumpulkan pengikut hingga 40 ribuan orang. Tidak heran, dengan kekuatan sedemikian besar' ia berani unjuk kekuatan dan menantang pemerintahan lslam yang baru. Lagi-lagi, di sini ketegasan Abu Bakar sebagai seorang pemimpin ditunjukkan. Kepada para nabipalsu dan orang-orang murtad, Abu Bakar menyampaikan peringatan keras, memberi dua pilihan: bertobat dan kembali ke pangkuan lslam atau diperangi hingga tumpas. Ketika tidak ada tanda-tanda mereka akan bertobat' pasukan muslim pun segera dikirim untuk memeranSi mereka. Peperangan menumpas orang-orans murtad itu disebut sebagai Perang Riddah, berlangsung pada tahun 633 M (12 H)'

Dengan bersusah payah, Abu Bakar berhasil memerangi orang-orang murtad dan para nabi palsu. Sebagian terbunuh, sementara sebagian yang lain kembali ke pangkuan lslam. Musailamah, Sajah, dan Aswad beserta para pengikutnya mengadakan perlawanan sampai titik darah terakhir. Sementara, Thulaihah menyatakan bertobat dan berjanji untuk setia terhadap lslam. Panglima tentara muslim yang paling berjasa dalam Perang Riddah adalah Khalid bin Walid. Tidak salah jika dulu Nabi menjuluki Khalid bin Walid sebagai Saifullah atau 'pedang Allah'.

;k :k;k

erang Riddah ternyata harus dibayar mahal oleh kaum muslimin. Ketika harus menghadapi pasukan musuh, lebih-lebih ketika menghadapi pasukan Musailamah yang tangguh, banyak sekali sahabat dekat Nabi yang gu8ur. Mereka yang gugur sebagian besar merupakan penghafal Al-Qur'an.

Kematian para penghafal Al-Qur'an tentu saja sangat merugikan sekaligus mengkhawatirkan. Jika semakin banyak penghafal Al-Qur'an gugur di medan perang, bisa-bisa Al-Qur'an menghilang. Menyadari hal ini, Umar bin Khattab mengusulkan kepada Abu Bakar agar mencatat semua hafalan para sahabat yang masih hidup. Dengan demikian, Al-Qur'an dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Abu Bakar ragu, bilakah ia harus menerima usulan Umar ataukah menolaknya. Sebagai pengikut Nabi yang setia, ia merasa harus menolak usulan itu, sebab Nabi tidak pernah memberi contoh demikian. Namun, Umar berhasil meyakinkan Abu Bakar bahwa pengumpulan Al-Qur'an akan sangat bermanfaat bagi keutuhan Al-Qur'an sendiri. Akhirnya, Abu Bakar menugaskan Zaid bin Tsabit untuk untuk memimpin pengumpulan Al-Qur'an . Zaid ditunjuk karena ia pemuda yang cerdas dan berpengalaman mencatat ayat-ayat Al-Qur'an. Pengumpulan Al-Qur'an ini adalah tugas yang amat berat. Dengan kerja keras dan bantuan para sahabat Nabi, ayat Al-Qur'an yang sebelumnya tercecer di manamana bisa dikumpulkan dan dicatat. Bersamaan dengan proses pencatatan Al-Qur'an, ancaman terhadap kaum muslimin meningkat. Ancaman itu berasal dari dua kekuatan besar dunia: Kekaisaran Sasaniah dan Kekaisaran Byzantium. Dua kekaisaran itu memiliki kekuasaan yang

sangat besar, wilayah yang sangat luas, kekayaan yang limpah-ruah, dan tentara yang sangat kuat. Wilayah Sasaniah terbentang dari lrak hingga jauh ke utara di Pegunungan Kaukasus. Sementara, Byzantium menguasai bagian utara Jazirah Arab, Syam, Mesir, Konstantinopel, hingga Armenia di tepi Laut Hitam. Kedua kekaisaran itu selama ratusan tahun terlibat dalam persaingan sengit memperebutkan wilayah kekuasaan. Sekali waktu Sasaniah dapat memukul mundur Byzantium. Pada waktu yang lain, Byzanitum dapat membalas kekalahannya. Begitu sengitnya persaingan antara keduanya sehingga tak ada yang menyadari kemunculan kekuatan baru bernama lslam.

Perang Mu'tah sedikit banyak menyadarkan pihak Byzantium akan kekuatan lslam. Tak bisa dibayangkan bagaimana ratusan ribu tentara Byzantium gagal menuntaskan kemenangan menghadapi tiga ribu tentara muslim. Kesadaran serupa juga berkembang dalam benak pihak Sasaniah. Baik pihak Byzantium maupun pihak Sasaniah merasa cemas melihat perkembangan lslam yang begitu cepat. Dendam pihak Byzantium terhadap kaum muslimin semakin membara ketika Usamah bin Zaid bin Haritsah mampu mengobrak-abrik daerah dekat perbatasan Syam. Sementara bagi pihak Sasaniah, aksi Usamah itu menunjukkan bahwa kekuatan lslam tidak bisa dianggap remeh lagi. Kekaisaran Sasaniah pun semakin meningkatkan kewaspadaannya. Ancaman dari Byzantium dan Sasaniah inilah yang harus segera diatasi oleh Abu Bakar.

:k:k:k

idak lama setelah Perang Riddah, Khalifah Abu Bakar mendengar bahwa sepasukan tentara muslim menyerbu wilayah lrak yang masuk kekuasaan Sasaniah. Satuan pasukan itu dipimpin oleh Musanna bin Haritsah dari Bani Bakar bin Wa'il. Penyerbuan itu dimaksudkan untuk membebaskan bangsa Arab dari penguasa Sasaniah yang kejam. Mula-mula, Abu Bakar merasa terkejut dan ragu. la tidak yakin akan kemampuan pasukan muslimin melawan tentara Sasaniah yang terkenal kuat. Namun menurut kabar, Musanna berani menyerbu lrak karena keadaan Kekaisaran Sasaniah sedang melemah akibat perebutan kekuasan di lingkungan istana. Alasan Musanna dapat diterima Khalifah. Apalagi Musanna sudah memberi bukti dengan memperoleh beberapa kemenangan awal. Khalifah pun memutuskan untuk mengirimkan Khalid bin Walid bersama 10 ribu tentara untuk mendukung serangan Musanna. Khalid yang baru saja sukses memerangi nabi-nabi palsu diYaman kini menuju lrak. Khalid mengambil alih kepimpinan atas pasukan Musanna. Khalid berhasil membuktikan kepemimpinannya setelah pada 633 M (12 H) pasukannya berhasil merebut Hirah, kota terpenting di wilayah lrak dari pihak Sasaniah.

Kemenangan Khalid bin Walid di lrak ini meningkatkan kepercayaan diri umat

lslam. Maka, setelah itu Khalifah Abu Bakar mulai berpikir untuk menghadapi ancaman Byzantium. Dengan dukungan para sahabat terkemuka, Khalifah pun memutuskan untuk mengirim lagi pasukan ke Syam untuk menghadapi pasukan Byzantium. Pasukan pertama yang dikirim untuk menghadapi pasukan Byzantium dipimpin

oleh Khalid bin Said. Pada awalnya, Khalid bin Said meraih beberapa kemenangan. Namun, pasukannya memang terlalu kecil untuk menghadapi pasukan Byzantium. Khalid bin Said pun terpaksa kembali ke Madinah dengan membawa kekalahan. Kekalahan Khalid bin Said tidak membuat Abu Bakar putus asa. la pun mengirim pasukan yang lebih besar. Pasukan ini dipimpin oleh panglima-panglima lslam yang paling tangguh: Yazid bin Abu Sufyan, Syurahbil bin Hasanah, lkrimah bin Abu Jahal, dan Amr bin Ash. Abu Ubaidah bin Jarrah ditunjuk sebagai panglima tertinggi. Jumlah seluruh tentara yang saat itu dikirim ke Syam mencapai sekitar 30 ribu orang. Jumlah ini masih ditambah dengan pasukan pimpinan Khalid bin Walid yang didatangkan dari lrak setelah berhasil menduduki Hirah. Di tengah persiapan perang dengan Byzantium, Abu Bakar jatuh sakit. Setelah 13 hari terbaring sakit, pada Senin, 21 Jumadilakhir 13 H (22 Agustus 634 M) Abu Bakar wafat. Jenazahnya dikuburkan di samping makam sosok yang paling dicintainya, Nabi Muhammad saw. Sebelum meninggal, Khalifah Abu Bakar sempat mengumumkan kepada kaum muslimin untuk mengangkat seseorang yang akan menggantikan kedudukannya sebagai khalifah. Orang itu bukanlah anak atau keluarganya sendiri, melainkan Umar bin Khattab. Abu Bakar meminta pendapat para sahabat dekatnya dan juga kaum muslimin secara keseluruhan. Pada umumnya, mereka sepakat mengangkat Umar sebagai pengganti Abu Bakar.

You might also like