You are on page 1of 54

Asuhan Keperawatan pada Tn M

Oleh Kelompok 1

Kasus
Tn M, 36 tahun mengeluh batuk-batuk 3 minggu tidak sembuh-sembuh. Badan makin kurus. Pekerjaan kuli bangunan, merokok, riwayat dengan TB tapi putus obat. Klien dibawa keluarga ke RS karena sesak napas. Dari pemeriksaan lebih lanjut klien di diagnosa TB + Efusi Pleura. Klien harus menjalani perawatan RS, tapi klien cemas dengan biaya perawatan.

Pertanyaan
1. Mengenali pemahaman tentang TB paru 2. Identifikasi pengkajian utama TB paru 3. Identifikasi masalah perawatan dan renpranya 4. Bagaimana peran edukator perawat

ETIOLOGI dan FAKTOR RISIKO


TB adalah penyakit menular yang disebabkan M. Tuberculosis (bakteri aerob). Infeksi TB didapatkan dari inhalasi partikel yang sangat kecil (agent infeksi) dan mencapai alveolus. Droplet ditransmisikan selama terpapar dengan penderita lain yang sedang batuk, berbicara, tertawa, atau bernyanyi. Droplet yang terinfeksi terhirup oleh host. Sebelum infeksi paru terjadi, organisme yang terhirup harus menghadapi mekanisme pertahanan paru dan penetrasi jaringan paru terlebih dahulu.

Paparan terhadap TB tidak selalu menyebabkan infeksi. Indikator yang dapat diukur adalah kultur positif (+) untuk M. Tuberculosis, yang mengkonfirmasi adanya TB aktif. Namun, kultur ini adalah pemeriksaan waktu yang cukup lama.

TUBERCULOSIS

PULMONARY TUBERCULOSIS (TB PARU)

EXTRAPULMONARY TUBERCULOSIS (TB EXTRA PARU)

MEDICATION

EFUSI PLEURA

PLEURA
Rongga pleura terdiri dari : pleura parietalis membungkus rongga dada bagian dalam pleura viseralis membungkus paru Dalam kondisi normal volume cairan di rongga 5 15 mL yang berfungsi untuk lubrikasi.

definisi
Efusi pleura adalah penumpukan cairan pada rongga pleura (Black and Hawks, 2005). Efusi pleura dapat disebabkan gagal jantung, pneumonia, TB, gagal ginjal, emboli paru, dan trauma dada.

efusi pleura berdasarkan jenis cairan


 Hemotoraks darah di dalam rongga pleura karena cedera di dada. Penyebab lainnya : - pecahnya pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura - kebocoran aneurisma aorta yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura - gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang.

Empiema nanah di dalam rongga pleura dapat disebabkan karena : a) Pneumonia b) Infeksi c) Pembedahan d) Abses perut  Kilotoraks cairan seperti susu di dalam rongga dada, disebabkan oleh : a) Cidera pada saluran getah bening b) Penyumbatan saluran getah bening karena tumor.

Efusi pleura berdasarkan penyebabnya

Efusi pleura transudative

Efusi pleura eksudative

Efusi pleura transudative


disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan normal di dalam paru-paru. Jenis efusi transudative yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung kongestif.

Efusi pleura eksudative


Dapat disebabkan oleh : o penyakit paru-paru, o kanker, o tuberkulosis dan infeksi paru lainnya, o reaksi obat, o Asbetosis, dan o sarkoidosis

tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang dapat diamati pada pasien efusi pluera adalah sbb :  Nyeri dada, karena terjadinya inflamasi di pleura. Namun, nyeri dada terkadang tidak muncul  Kesulitan bernapas (dyspnea), karena berkurangnya area ekspansi paru. Penurunan suara pernapasan saat auskultasi pada daerah terdapatnya cairan. Bunyi perkusi dullness pada area yang terdapat cairan. Demam, karena terjadinya infeksi. Peningkatan denyut nadi dan pernapasan, karena menurunnya tekanan darah pada pasien hemothoraks. Penurunan tactile fremitus atau mungkin tidak adanya tactile fremitus Munculnya suara friction rub saat auskultasi.

Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen dada Langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura menunjukkan adanya cairan. 2. CT scan dada menggambarkan paru-paru dan cairan, serta dapat menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor. 3. USG dada membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga dapat dilakukan pengeluaran cairan.

4. Torakosentesis Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).

5. Bronkoskopi Bronkoskopi dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.

6. Biopsi Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dengan mengambil contoh lapisan pleura sebelah luar untuk dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

Tindakan keperawatan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan perawat dalam penanganan pasien dengan efusi pleura yang disebabkan TB, yaitu :  Kaji apakah pasien memerlukan terapi oksigenasi  Monitor setiap perubahan tanda-tanda vital  Lakukan managemen nyeri dengan teknik distraksi, massage, dll.  Jelaskan pada klien pentingnya cara batuk yang benar  Ajarkan klien cara batuk yang benar.  Latih klien untuk melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan ekspansi paru.  Terapi antibiotik (kolaborasi)
Back

PENGKAJIAN UTAMA PADA Tn. M


Makanan / cairan - Kaji tanda dan gejala anorexia, kesulitan mencerna makanan, turgor kulit buruk, kehilangan lemak subkutan pada kulit, dan penurunan beratbbadan. - Beri edukasi tentang menu makanan yang baik untuk dikonsumsi oleh Tn. M agar penurunan berat badan dapat teratasi.

Nyeri / kenyamanan - Kaji apakah ada tanda dan gejala nyeri dada meningkat karena batuk berulang, sikap berhatihati pada area yang sakit.

Pernafasan - Kaji apakah ada tanda dan gejala ,batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek - Kaji karakteristik sputum Tn. M (hijau purulen, mukoid kuning atau bercampur darah) - Kaji pula jika ada riwayat tuberkulosis / terpajan pada individu terinjeksi

 Aktivitas / istirahat. - Kaji apakah ada tanda dan gejala:


 Kelelahan umum dan kelemahan  Nafas pendek karena bekerja  Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat  Mimpi buruk  Takikardi, takipneu, / dispneu pada kerja  Kelelahan otot, nyeri dan sesak (pada tahap lanjut)

Integritas Ego. - Kaji mengenai:


Adanya faktor stres lama Masalah keuangan, rumah Perasaan tak berdaya / tak ada harapan Populasi budaya Menyangkal. (khususnya selama tahap dini) Ansietas, ketakutan, mudah tersinggung

Interaksi sosial Kaji mengenai:

Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular Perubahan pola biasa dalam tangguang jawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksankan peran
Penyuluhan / pembelajaran Kaji mengenai:

Riwayat keluarga TB Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk Gagal untuk membaik / kambuhnya TB Tidak berpartisipasi dalam therapy

Back

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi paru yang kental 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan terhadap tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi sputum/batuk, dyspnea, anoreksia. 3. Ansietas berhubungan dengan ancaman aktual

Diagnosa: Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi paru yang kental
Hasil yang diharapkan
Bunyi paru tambahan akan hilang dalam 48 jam

Intervensi
Balikkan tubuh klien, minta klien untuk batuk dan napas dalam dua jam

Rasional
Komplikasi utama penurunan mobilitas adalah terbentuknya sekresi, yang menjadi predisposisi bagi klien atelektasis dan pneumonia (Dettenmeier, 1992 dalam Potter&Perry, 2005).

Lakukan postural drainase dengan perkusi setiap tiga jam

Postural drainase menggerakkan sekresi dari jalan napas yang sempit ke jalan napas yang lebar. Perkusi memberikan dorongan mekanis tambahan untuk membuat sekresi, yang menempel di dinding jalan napas tanggal (Dettenmeier, 1992 dalam Potter&Perry, 2005).

Apabila klien tidak mampu membersihkan jalan napas, lakukan pengisapan untuk membuang sekresi

Indikasi utama pengisapan ialah saat klien tidak mampu membersihkan jalan napas dari lender dan saat bunyi tambahan paru tetap terdengar (Weilitz, 1991 dalam Potter&Perry, 2005).

Lanjutan
Hasil yang diharapkan Sputum akan jernih, berwarna putih, dan berbusa dalam 48 jam Intervensi Rasional Tingkatkan asupan cairan sampai Cairan dan humidifikasi membantu 1000 ml dalam 24 jam, jika ditoleransi mencairkan sekresi sehingga mudah mengeluarkan sekresi (Dettenmeier, 1992 dalam Potter&Perry, 2005).

Tambahkan masker wajah dengan kelembapan tinggi

Humidifikasi jalan napas bagian atas dapat mencegah pengeringan lendir, mempertahankan sekresi lembab, dan memelihara integritas sistem bersihan mukosa (Dettenmeier, 1992 dalam Potter&Perry, 2005).

Mengajarkan Batuk Efektif Kepada Klien

Tujuan
Klien dapat mempertahankan bersihan jalan nafas.

Kriteria Evaluasi

Intervensi

Rasional
Pemahaman mengenai batuk yang normal, membantu klien mengidentifikasikan jenis batuknya. Pemahaman mengenai batuk yang abnormal, membantu klien mengidentifikasikan jenis batuknya dan perlunya mempelajari batuk yang efektif.

Setelah 45 menit Jelaskan kepada klien interaksi, klien dapat mengenai batuk normal. mendemonstrasikan batuk yang efektif.

Jelaskan kepada klien mengenai penyebab batuk yang abnormal, seperti iritasi jalan napas (terisap asap, debu, aspirasi cairan lambung, secret mulut, benda asing), infeksi saluran napas atas (bronchitis, bronkhiektasis, neoplasma, asma bronkial), pneumonia, dan abses paru.

Tujuan

Kriteria Evaluasi

Intervensi Jelaskan kepada klien mengenai batuk efektif.

Rasional Pemahaman terhadap batuk yang efektif membantu klien dalam mempelajari batuk yang efektif. Teknik nafas dalam merupakan teknik dasar dalam melakukan batuk efektif.

Ajarkan klien teknik nafas dalam.

Tujuan

Kriteria Evaluasi

Intervensi
Ajarkan klien mengenai batuk efektif Batuk cascade Ambil nafas panjang pelanpelan, tahan 2 detik. Buka mulut dan batuk sambil ekshalasi Batuk Huff Tarik nafas dalam, kemudian ekshalasi dengan menyatakan kata huff untuk membuka glotis Buat jadwal latihan batuk efektif.

Rasional
Dengan mengetahui batuk yang efektif, klien dapat belajar melakukannya agar dapat mempertahankan bersihan jalan nafas.

Back

Latihan terjadwal akan membuat klien terbiasa melakukan batuk efektif sehingga bersihan jalan nafas data dipertahankan.

2. Diagnosa Keperawatan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan terhadap tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi sputum/batuk, dyspnea, anoreksia.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi adekuat Kriteria Hasil: 1. Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein bisa kalori 2. Menu makanan yang disajikan habis 3. Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema Evaluasi Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat, dan tidak terjadi malnutrisi

RENCANA TINDAKAN Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea, dan mual

RASIONAL Dengan membantu klien memahami kondisi dapat menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan Peningkatan tekanan intra abdomen dapat menurunkan/menolak saluran gastrointestinal dan menurunkan kapasitas Cairan lebih pada lambung dapat menurunkan nafsu makan dan masukan Ini meningkatkan kemungkinan klien mengonsumsi jumlah protein dan kalori adekuat masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi penurunan metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan jaringan hepar

Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat dalam makan Tawarkan makan sedikit tapi sering enam kali sehari plus tambahan Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan sebelum dan sesudah makan Atur makanan dengan protein/kalori tinggi bisa disajikan pada saat klien merasa paling suka untuk memakannya Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan tinggi elemen berikut Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang) Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging) Thiamine (kacang-kacangan, buncis) Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang segar) Konsultasi dengan dokter/ahli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang cukup

kemungkinan diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi parenteral

Back

Diagnosa keperawatan : Ansietas berhubungan dengan ancaman aktual 1. Tujuan Individu menyatakan peningkatan kenyamanan psikologis dan fisiologi 2. Kriteria hasil Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya Menghubungkan peningkatan psikologi dan kenyamanan fisiologis Menggunakan mekanisme koping yang efektif

3. Intervensi a. Kaji tingkat ansietas: ringan, sedang, berat b. Beri kenyamanan dan ketentraman hati Dampingi klien Jangan membuat tuntutan atau meminta klien untuk membuat keputusan Tekankan bahwa semua orang merasa cemas dari waktu ke waktu Berbicara dengan perlahan dan tenang, menggunakan kalimat yang pendek dan sederhana Waspada terhadap perhatian Anda sendiri dan hindari ansietas timbale-balik Perlihatkan rasa empati (mis., dating dengan tenang, menyentuh, membiarkan menangis, berbicara)

c. Singkirkan stimulasi yang berllebihan (mis.,tempatkan klien di ruangan yang lebih tenang); batasi kontak dengan orang lain klien atau keluarga- yang juga mengalami cemas d. Bila ansietas telah berkurang dan cukup untuk terjadi pemahaman, bantu klien mengenali ansietas untuk mulai memahami atau memecahkan masalah Dorong klien untuk menyimpan buku harian (mis., kapan mereka merasa cemas, apa yang mereka kerjakan atau piker? Siapa yang bersama mereka) Bantu menganalisis buku harian untuk mengidentifikasi pencetus Gali perilaku alternative apa yang dapat digunakan jika mekanisme kopingnya maladaptive (mis., latihan keasertifan)

5. Ajarkan penghentian ansietas untuk digunakan bila situasi yang menimbulkan stress tidak dapat dihindari Kontrol pernapasan Menurunkan bahu Memperlambat pikiran Mengubah suara Scruff your face mengubah ekspresi wajah Perubahan perspektif membayangkan melihat situasi dari jauh
Back

Peran Edukator Perawat


Pengobatan Istirahat Advokasi Ansietas

Pengobatan (patuh obat)


Anjurkan klien untuk minum obat teratur dan benar sesuai anjuran dokter selama enam bulan tanpa putus obat Melibatkan anggota keluarga untuk ikut aktif dalam mengawasi dan memastikan Tn.M meminum obat dengan teratur dan benar (DOTS) Memberi penjelasan, pendidikan kesehatan, dan informasi kepada Tn.M dan keluarganya mengenai pentingnya minum obat secara teratur atau patuh obat selama 6 bulan berturut-turut dan efek samping bila putus obat

Jelaskan bahwa TBC dapat sembuh Makan yang baik dengan menu gizi seimbang Melakukan pemeriksaan rutin Memantau kemajuan pengobatan Mengetahui ada/tidaknya efek samping obat Minta klien untuk tidak menghentikan pengobatan sebelum berkonsultasi dengan dokter
Back

Istirahat
Menganjurkan Tn. M untuk istirahat yang cukup Anjurkan pada Tn. M untuk berhenti merokok dan jelaskan pada klien bahwa TBCnya akan bertambah parah bila Tn. M terus merokok Olahraga secara teratur

Back

Advokasi
Menganjurkan Tn. M untuk berobat secara teratur di puskesmas karena puskesmas saat ini telah mencanangkan pengobatan gratis atau murah untuk penderita TBC namun tetap dengan kualitas yang baik Meminta Tn. M untuk tidak khawatir dengan program pengobatannya karena Tn. M dapat mengurus bhiaya pengobatan TBC melalui jamsostek, jamkesmas, askeskin, dll Memberi informasi dan pendidikan kesehatan bahwa bila Tn. M rutin berobat maka Tn. M akan semakin cepat sembuh dan bila cepat sembuh maka Tn. M tidak akan mengeluarkan banyak biaya dikemudian hari bila penyakitnya bertambah parah Back

Ansietas
Menjelaskan kondisi Tn. M saat ini Jelaskan bahwa TBC dapat sembuh Meminta keluarga untuk terus mendukung pengobatan Tn. M Proses penyembuhan dapat dipercepat bila Tn. M bila lingkungan fisik di sekitar perumahan Tn. M mendukung (ventilasi dibuka, pencahayaan cukup, terkena sinar matahari, berhati-hati dengan penderita TBC yang lainnya dan mengupayakan agar Tn. M juga tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain) Minta Tn. M untuk tidak stress dan mencurahkan perasaannya agar dapat membantu mengurangi kecemasannya agar pengobatan yang dilakukan Tn. M dapat berjalan efektif

Referensi
Black, J.M, Hawks, J.H. (2005). Medical surgical nursing: clinical management for positive outcomes. St.Louis: Elsevier Saunders. Digiulio, M, Jackson, D. (2007). Medical surgical nursing: a self teaching guide. New York: Mc Graw Hill. Smeltzer, S.C, Bare, B.G. (2002). Keperawatan medikal bedah: Brunner and Suddarth. Jakarta : EGC. www.medicastore.com

Baughman, Diane C. (2000). Keperawatan Medikal-bedah: Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC. Brunner&Suddarth. (1996). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Jakarta: Penerbit EGC. Carpenito, Linda Juall. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed. 10. Jakarta: EGC. Doenges. E. Marylin. (1992). Nursing Care Plan. Jakarta: EGC. Hand out Pemenuhan Kebutuhan O2 (2008) oleh Efi Afifah, SKp., M.Kes Pearce. C. Evelyn. (1990). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: EGC. Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan. Edisi 4, Volume 1. Jakarta: EGC Price. A Sylvia, Wilson. M Lorraine. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Universitas Indonesia.

http://www.infeksi.com (diakses pada 11 Maret 2010) http://www.infopenyakit.com/2007/12/penya kit-tuberkulosis-tbc.html (diakses pada 11 Maret 2010) http://www.medicastore.com/tbc/ (diakses pada 11 Maret 2010) http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_t bc.htm (diakses pada 11 Maret 2010)

You might also like