Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
DEDI SYAFIKRI
K2D003207
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
STUDI STRUKTUR KOMUNITAS BIVALVIA DAN GASTROPODA
DI PERAIRAN MUARA SUNGAI KERIAN DAN SUNGAI SIMBAT
KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL
Oleh :
DEDI SYAFIKRI
K2D003207
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan Karya Ilmiah ini belum pernah
strata satu (S1) dari Universitas Diponegoro maupun Perguruan Tinggi lain.
Semua informasi yang dimuat dalam Karya Ilmiah ini yang berasal dari
penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi
penulis.
Dedi Syafikri
NIM. K2D003207
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
I Want To DediCaTe
For My LoveLy Family
My Father, My Mother & My
BroTher
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan :
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Pembimbing I Pembimbing II
Dekan Ketua
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Jurusan Ilmu Kelautan
LEMBAR PENGESAHAN
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Pada Tanggal : 25 Maret 2008.
Mengesahkan :
Dr. Ir.Ambariyanto, MSc Ir. Hadi Endrawati, DESU Dra. Ken Suwartimah
NIP. 131 771 275 NIP. 131 899 736 NIP. 131 675 254
Panitia Ujian Skripsi
Ketua
RINGKASAN
Muara sungai adalah tempat bercampurnya dua massa air yaitu massa air
tawar dan air laut yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik perairan seperti
musim, pasang surut, arus, suhu, dan salinitas. Daerah muara sungai memiliki
berbagai macam fungsi dan peranan bagi kelangsungan hidup biota perairan
khususnya hewan bentik. Bivalvia dan gastropoda merupakan salah satu
komoditas perikanan laut, yang bernilai ekonomis dan juga ekologis.
Keberadaannya dapat memberi gambaran mengenai kondisi ekologis suatu
wilayah perairan. Meningkatnya aktifitas manusia di sekitar perairan muara
sungai dimungkinkan akan mempengaruhi habitat tersebut yang selanjutnya
memberi dampak pada kehidupan biota di dalamnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan dan struktur
komunitas bivalvia dan gastropoda yang terdapat di sekitar perairan muara
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Sungai Kerian dan Sungai Simbat Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2007 berlokasi di perairan Muara
Sungai Kerian dan Sungai Simbat Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survai sekala terbatas dan
bersifat diskriptif, sedangkan untuk pengumpulan data menggunakan Sample
survey method. Penentuan stasiun didasarkan pada beberapa pertimbangan
sehingga diharapkan dapat mewakili daerah penelitian (Purpose sampling
method). Stasiun dibagi menjadi 14, yaitu 7 stasiun di Muara Sungai Kerian dan
7 stasiun di Muara Sungai Simbat. Materi yang digunakan yaitu Bivalvia dan
Gastropoda yang di dapatkan dari hasil sampling di wilayah ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelimpahan tertinggi bivalvia di
stasiun 7 Sungai Simbat (3,846 ind/dm3), terendahnya di stasiun 4 sungai yang
sama (0,170 ind/dm3). Sedangkan kelas Gastropoda kelimpahan tertinggi di
stasiun 3 Sungai Kerian (9,786 ind/dm3), terendahnya di stasiun 2 Sungai
Simbat (0,509). Untuk kelas Bivalvia indeks keanekaragaman tertinggi terdapat
di stasiun 6 Sungai Kerian (1,340), sementara Indeks keseragaman tertinggi di
stasiun 6 Sungai Simbat (0,935), sedangkan nilai indeks keanekaragaman dan
keseragaman terendahnya terdapat di stasiun 3, 4,5 Sungai Kerian dan stasiun 4
Sungai Simbat. Indeks dominansi tertingginya di stasiun 4 dan 5 masing-masing
bernilai 1, sedangkan terendahnya di stasiun 2 (0,283). Indeks keanekaragaman
tertinggi kelas Gastropoda terdapat di stasiun 4 Sungai Kerian (1,227) dan
terendahnya di stasiun 5 Sungai Simbat (0), sementara indeks keseragaman
tertinggi di stasiun 6 Sungai Kerian (0,989) dan terendahnya di stasiun 5 Sungai
Simbat (0). Untuk Indeks dominansi tertinggi terdapat di stasiun 5 Sungai
Simbat sebesar 1 sedangkan terendahnya di stasiun 5 Sungai Kerian (0,330).
Rivermouth is a place where two water mass are mixed, there are insipid
water mass and sea water that influenced by physic characteristic of water such
as climate, tidal wave, current, temperature, and salinity. Rivermouth areas have
so many role and function for continuity of life of water biota, especially
benthic. Bivalve and gastropods are one of sea fisheries commodity, which
valuable from economics and ecology aspect. Their existence can give a
description about ecological condition of estuary area. The increase of human
activity around rivermouth area assumed can affect the habits and then the biota
inside it.
The aim of this research is to know about abundance and community
structure of bivalve and gastropods that exist in around Kerian and Simbat
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Rivermouth of Kaliwungu Kendal. This research was conducted on July 2007
that located on Kerian and Simbat Rivermouth of Kaliwungu Kendal. This
research method was using limited scale survey method and have descriptive
feature, and then data collecting was using sample survey method. Station
selection is based on a few calculations so it can be represent the research area
(purpose sampling method). The stations are divided to 14, which are 7 stations
in Kerian rivermouth and 7 other in Simbat rivermouth. Samples used are
bivalve and gastropods taken from the research area.
The result showed that highest abundance of bivalve in station 7 of
Simbat River (3.846 ind/dm3), with lowest value is in station 4 in the same river
(0.170 ind/m3). Meanwhile the highest value of class Gastropods is in station 3
of Kerian River (9.786 ind/m3), with the lowest value is in station 2 of Simbat
River (0.509 ind/m3). Highest diversity index for class Bivalve is in station 6 of
Kerian River (1.340), while highest homogeneity index is in station 6 of Simbat
River (0.935), for lowest value of diversity and homogeneity index are in station
3, 4, 5 of Kerian river and station 4 of Simbat river. Highest domination index is
in station 4 and 5 for each value is 1, with the lowest value in station 2 (0.283).
Highest diversity index of class Gastropods is in station 4 of Kerian River
(1.227) and lowest value in station 5 of Simbat River (0), while highest
homogeneity index is in station 6 of Kerian River (0.989) with the lowest value
in station 5 Simbat River (0). To highest domination index is in station 5 Simbat
River with value 1, while lowest value is in station 5 Kerian river (0.330).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
Bivalvia dan Gastropoda di Perairan Muara Sungai Kerian dan Sungai Simbat
1. Ir. Nur Taufiq Spj, DEHW, M.App.Sc. selaku dosen pembimbing utama
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
2. Ir. Widianingsih, M.Sc. selaku pembimbing dalam pelaksanaan penelitian dan
3. Ir. Hariyadi, MT. Selaku dosen wali yang selama ini telah mendampingi dan
4. Para Dewan Penguji yang telah memberikan segala bentuk saran dan koreksi
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan untuk
perbaikannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halama
RINGKASAN.................................................................................................. v
SUMMARY...................................................................................................... vi
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
BAB I. PENDAHULUAN
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
BAB III. MATERI DAN METODA
3.1. Waktu dan Tempat.............................................................................. 26
3.2. Peta Lokasi Penelitian........................................................................ 26
3.3. Alat dan Bahan Penelitian.................................................................. 27
3.4. Metoda Penelitian ............................................................................. 27
3.4.1. Penentuan Lokasi Penelitian................................................... 28
3.4.2. Pengambilan Sampel............................................................... 29
3.5. Analisa Data....................................................................................... 31
3.5.1. Kelimpahan............................................................................. 31
3.5.1. Indeks Keanekaragaman......................................................... 31
3.5.2. Indeks Keseragaman............................................................... 33
3.5.3. Indeks Dominansi................................................................... 33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil .................................................................................................. 35
4.1.1 Kondisi Daerah Penelitian...................................................... 35
4.1.2 Kelimpahan............................................................................ 36
4.1.2.1. Kelimpahan Bivalvia................................................ 36
4.1.2.2. Kelimpahan Gastropoda............................................ 38
4.1.3 Kelimpahan Relatif................................................................. 40
4.1.3.1. Kelimpahan Relatif Bivalvia...................................... 40
4.1.3.2. Kelimpahan Relatif Gastropoda................................. 42
4.1.4. Nilai Indeks dalam Komunitas................................................ 43
4.1.4.1 Nilai Indeks Komunitas Bivalvia................................ 43
4.1.4.2 Nilai Indeks Komunitas Gastropoda........................... 44
4.1.5 Parameter Lingkungan............................................................. 45
4.2. Pembahasan......................................................................................... 47
4.2.1. Kondisi Perairan...................................................................... 47
4.2.2. Kelimpahan Bivalvia dan Gastropoda..................................... 48
4.2.3. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi........ 58
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan........................................................................................ 63
5.2. Saran.................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 65
LAMPIRAN..................................................................................................... 70
DAFTAR TABEL
Tabel Halama
n
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
9. Parameter lingkungan dan rata-rata kelimpahan bivalvia dan gastropoda
di Sungai Kerian dan Sungai Simbat...................................... ........................46
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
dominansi bivalvia periode II.................................................................... 75
7. Kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks
dominansi bivalvia periode III..................................................................... 76
8. Rerata perhitungan kelimpahan, indeks keanekaragaman, keseragaman
dan indeks dominansi bivalvia selama 3 periode pengambilan.................. 77
9. Kelimpahan, indeks keanekaragaman, keseragaman dan indeks
dominansi gastropoda periode I................................................................. 70
10. Kelimpahan, indeks keanekaragaman, keseragaman dan indeks
dominansi gastropoda periode II................................................................. 80
11. Kelimpahan, indeks keanekaragaman, keseragaman dan indeks
dominansi gastropoda periode III............................................................... 81
12. Rerata perhitungan kelimpahan, indeks keanekaragaman, keseragaman
dan indeks dominansi bivalvia selama 3 periode pengambilan................. 82
13. Grafik kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman
dan indeks dominansi……………………………………………………. 84
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
BAB I
PENDAHULUAN
jenis biota dari ekologi bentik. Kelompok organisme yang dominan menyusun
makrofauna di subtrat dasar perairan sub litoral (pasir, lumpur dan lumpur
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
detritus organik menjadi biomassa invertabrata, yang pada akhirnya biomassa
komunitas ini (Stowe, 1987). Setiap habitat dasar memiliki struktur komunitas
hewan bentik yang berbeda satu dengan yang lainnya, dikarenakan tiap hewan
Muara sungai adalah daerah dimana terjadi pertemuan air sungai untuk
masuk ke laut atau disebut juga estuaria. Estuaria atau muara sungai adalah
saluran tempat masuknya massa air dari laut ke dalam sungai, yang jauhnya
dibatasi oleh kenaikan pasang surut, yang biasanya dapat dibagi menjadi
perairan terbuka yang mengalir (lotik) yang mendapat masukan dari semua
Kondisi muara sungai dan ekosistem yang ada pada umumnya dipengaruhi debit
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
biasanya salah satu faktor mempunyai faktor yang paling dominan dari yang
musim, pasang surut dan jumlah air tawar. Demikian pula dengan suhu perairan
volume air kecil sedangkan luas permukaan lebih besar. Sementara itu tingkat
Sungai Kerian dan Suangai Simbat adalah dua sungai di perairan pantai
Tengah. Tingkat aktifitas manusia di sekitar muara kedua sungai ini semakin
aktifitas produksi industri PT. Kayu Lapis Indonesia (PT. KLI) yang tepat
akan memberi pengaruh pada individu dan juga komunitas hewan bentik,
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
mempengaruhi jumlah dan jenis fauna yang hidup di dalamnya. Hal ini
invertebrata ini dapat memberi gambaran pada tingkatan tropik yang lebih
dengan kondisi lingkungan yang ada maka dipandang perlu dilakukan penelitian
1.3. Tujuan
komunitas Bivalvia dan Gastropoda yang terdapat di Muara Sungai Kerian dan
1.4. Manfaat
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kelas Bivalvia dan Gastropoda yang terdapat di Sungai Kerian dan Sungai
Sebagaimana yang diungkapkan Datta dan Sarangi (1986) dalam Putro dan
Nganro (2000), studi hewan bentos dapat digunakan sebagai salah satu indikator
adanya bahan pencemar pada suatu kawasan pesisir dapat ditandai dengan
Studi Pustaka
Survei awal
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Analisa data : Data sekunder:
1. Analisa Distribusi dan kelimpahan 1. Data Pasang surut
2. Analisa Keanekaragaman 2. Data Gelombang
3. Analisa Keseragaman 3. Data Arus
4. Analisa Domonansi 4. Kualitas Perairan
Pembahasan
Kesimpulan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
diketahuinya nilai kepadatan relatif maka akan didapat juga nilai indeks
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
menggambarkan tingkat keanekaragam jenis organisme yang terdapat dalam
tiap jenisnya. Kepadatan jenis dalam suatu komunitas dinilai rendah jika
besar, meskipun nilai ini sangat tergantung dari jumlah inividu masing-masing
jenis (Wilhm dan Doris 1986). Pendapat ini juga didukung oleh Krebs (1985)
adalah komposisi tiap individu pada suatu spesies yang terdapat dalam suatu
menentukan dominasi dalam suatu area. Apabila satu atau beberapa jenis
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
melimpah dari yang lainnya , maka indeks keseragaman akan rendah. Jonathan
2.2. Bivalvia
Bivalvia atau lebih dikenal dengan nama kerang, mempunyai dua keping
atau belahan yaitu belahan sebelah kanan dan kiri yang disatukan oleh suatu
engsel bersifat elastis disebut ligamen dan mempunyai satu atau dua otot
balahan kiri cangkang terkadang mengalami kesulitan, hal ini biasa terjadi pada
bivalvia yang hidup menempel pada benda keras misalnya pada karang, karena
tubuh bivalvia hanya terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu kaki, mantel, dan
organ dalam. Kaki dapat ditonjolkan antara dua cangkang tertutup, bergerak
memanjang dan memendek berfungsi untuk bergerak dan merayap (Robert et al,
1982).
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Gambar 2.2. Bagian Cangkang bagian dalam dan luar Bivalvia
(Carpenter and Niem, 1998)
Kelas Bivalvia termasuk salah satu kelas dari phylum Molusca yang
beberapa di daerah pasang surut dan air tawar. Beberapa jenis laut hidup sampai
• Ordo Nuculacea
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
• Ordo Solenomyacea
• Ordo Taxodonta
Gigi pada hinge banyak dan sama; kedua otot aduktor berukuran
pantai laut.
• Ordo Anisomyaria
Pinctada.
• Ordo Heterodonta
Gigi pada hinge terdiri atas beberapa gigi kardinal dengan atau
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
biasanya mempunyai sifon. Cardium, Corbicula, Marcenaria,
• Ordo Schizodonta
Gigi dan hinge memiliki ukuran dan bentuk yang berfariasi; tipe
• Ordo Adapedonta
Cangkang selalu terbuka, ligamen lemah atau tidak ada; gigi pada
• Ordo Anomalodesmata
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
2.2.3. Habitat Bivalvia
mempunyai habitat yang berlainan walaupun mereka termasuk dalam satu suku
dan hidup dalam satu ekosistem. Bivalvia pada umumnya hidup membenamkan
dirinya dalam pasir atau pasir berlumpur dan beberapa jenis diantaranya ada
dasar laut dengan cara membenamkan diri di dalam pasir atau lumpur bahkan
pada karang-karang batu. Akan tetapi pada beberapa spesies bivalvia seperti
Mytillus edulis dapat hidup di daerah intertidal karena mampu menutup rapat
butir atau tekstur dasar laut, sehingga habitat Molusca dari berbagai lereng pasir-
makanan dengan cara menyaring partikel-partikel yang ada dalam air laut
(Nontji,1987).
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Pada golongan pemakan endapan, bivalvia ini membenamkan diri dalam
lumpur atau pasir yang mengandung sisa-sisa zat organik dan fitoplankton yang
hidup di dasar. Makanan tersebut dihisap dari dasar perairan melalui siphon.
(Nontji,1987).
2.3. Gastropoda
perubahan bentuk tubuh yang meliputi tiga tahapan utama, yaitu perkembangan
setelah bentuknya sempurna, Gastropoda tersusun atas kepala, leher, kaki dan
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Gambar 3.2. Bagan cangkang Gastropoda
(Sumber: Dharma, 1988)
berbentuk spiral. Pada bagian dasar atau bawahnya lebih lebar dan bagian atas
melingkar seperti kerucut (Mather & Bennet, 1984). Pernyataan ini juga
berbentuk tabung yang berisi jarigan tubuh. Gulungan cangkang yang paling
atas disebut apex, merupakan gulungan yang tertua. Sedangkan gulungan yang
terakhir berukuran paling besar disebut body-whorl yang berakhir pada lubang
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
obovatus, globose, lenticular, bulloid, cylindrycal dan trochoid (Keen, 1963 dan
memilin seperti spiral. Akibat dari putaran cangkang ini akan melindungi bagian
kategori yaitu pengerat atau penggaruk pada subtrat, pemakan tunas tumbuh
siklus hidupnya, hal ini dapat dilihat dari variasi habitatnya yang sangat
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Willson dan Gillet (1979) membagi gastropoda dalam 3 sub kelas
diantaranya :
Beberapa spesies ditemukan di laut, tapi ada juga yang ditemukan di air
dengan lapisan lendir, berwarna terang dan banyak species yang bersifat
Kelompok ini terdiri dari siput tanah walaupun beberapa hidup di laut,
estuari, sungai, danau dan kolam. Sub kelas Pulmonata dibagi kedalam 2
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
2.3.3. Habitat Gastropoda
menempel pada subtrat yang keras, akan tetapi ada juga yang hidup di subtrat
seperti pasir dan lumpur. Gastropoda juga dapat hidup di zona litoral, daerah
pasang surut dengan menempel pada terumbu karang, laut dalam maupun
dangkal bahkan ada yang hidup di air tawar (Barry, 1972). Pada lingkungan laut
gastropoda dapat ditemukan di daerah benthik, antara bebatuan dan pada subtrat
lunak (lumpur).
Sebagian dari gastropoda juga hidup di daerah hutan Bakau, ada yang
hidupnya di lumpur atau tanah yang tergenang air, ada juga yang menempel
pada akar dan batangnya, bahkan adapula yang memiliki kemampuan memanjat,
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
2.3.4. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan gastropoda sangat beragam. Hal ini dapat dilihat pada
mempelajari radulanya kita dapat lebih jelas membedakan jenis gastropoda jika
pada proses pencernaannya, termasuk dalam hal ini semua aktifitas yang
makanan dari aliran air sedangkan “Deposit feeder” menyerap yang terdapat
Pada jenis Gastropoda yang memburu makanan ada dua aspek yang
atau subtrat. Dalam proses mencari makan dibutuhkan waktu yang paling
Cassidae berburu bintang laut (Echinoidea) pada waktu malam hari, pada siang
harinya bersembunyi dalam pasir. Nucella lapillus mencari tritip dan kerang
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
hijau pada saat pasang tertinggi dan pada saat surut berada pada tempat yang
berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang
merupakan salah satu sumber makanan utama bagi hewan bentos. Adapun faktor
abiotik adalah kondisi fisika-kimia air yang diantaranya: suhu, arus, pasang
surut, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia
(COD), kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar (Allard and
perairan.
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Kekeruhan
Sinar matahari
Padatan
tersuspensi *) Kedalaman
Penetrasi
cahaya
Kanalisasi Nutrien
Suhu *)
Kecepatan
arus
Substrat Oksigen terlarut *)
pH *)
Bahan beracun *)
Keterangan :
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
2.4.1. Kecepatan Arus
arus pasang yang menuju ke muara sungai akan mempengaruhi pola penyebaran
limbah yang ada di estuaria. Pola yang terbentuk ini tergantung pada arah arus
yang terjadi baik yang berasal dari arus laut pada waktu pasang maupun surut
subtidal. Pengaruh arus membuat partikel dan nutrien dari daratan maupun
plankton dari laut menjadikan daerah tersebut tercukupi sumber pakan bagi
2.4.2. Kedalaman.
species atau genera antara kedalaman 0,2 – 4 m adalah kecil, akan tetapi jumlah
2.4.3. Kecerahan
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
mempengaruhi penetrasi cahaya matahari sehingga produktifitas microalga
bentik yang merupakan salah satu sumber makanan hewan makrobenthos, akan
terganggu. Hal ini selaras dengan pendapat Widyorini (1995) yang menyatakan
tersedia. Lebih lanjut Mason (1981) menyatakan bahwa perairan yang keruh
(Soedharma, 1994).
2.4.4. Suhu.
Lichtkopper (1979) bahwa suhu perairan sangat berpengaruh pada suhu tubuh,
Susilowati, 1991).
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
2.4.5. Derajat Keasaman (pH)
toleransi yang berbeda-beda terhadap nilai pH. Namun pada umumnya biota air
Sumich (1992) dalam Ardi (2002), menyebutkan bahwa subtrat berpasir tidak
menyediakan tempat yang stabil bagi organisme karena aksi gelombang secara
hidupnya jelas akan sangat tergantung kepada kondisi tanah dasar tempat
tinggalnya (Hutabarat dan Evans, 1985). Tekstur tanah dasar sangat dipengaruhi
oleh kecepatan arus, apabila arus di tempat tersebut kuat maka partikel yang
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
lemah maka partikel yang berukuran kecil yang akan banyak dijumpai di daerah
tersebut.
2.4.7. Salinitas
organisme laut hanya dapat mentoleransi terhadap perubahan yang kecil dan
lambat (Hutabarat dan Evans, 1985). Hal ini diperkuat oleh Astuti (1990) bahwa
dengan kemampuan organisme untuk dapat hidup pada suatu perairan dengan
organisme laut yang dapat menyesuaikan diri dengan habitat atau lingkungan
Menurut Bukman dan Brady (1982) bahan organik merupakan salah satu
Perbandingan jumlah bahan organik dalam sedimen relative lebih kecil apabila
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
organik merupakan suatu unsur pokok tanah yang penting dan khas.
bahan organik antara lain sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang
struktur tanah.
penting bahan organik berasal dari daratan melalui sungai sehingga didaerah
yang berdekatan dengan muara sungai terdapat sejumlah besar bahan organik.
Lebih lanjut menjelaskan bahwa bahan organik banyak ditemukan pada sedimen
lumpur yang berukuran halus. Hal ini disebabkan pergerakan air di daerah
tersebut cenderung lebih rendah sehingga bahan organik akan terendapkan dan
bahan organik terdapat dalam bentuk detritus. Sejumlah besar bahan organik
tersebut terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan atau hewan bentik yang hidup di
perairan pantai yang dangkal. Sumber bahan organik yang lain adalah sisa-sisa
organisme pelagis yang mati dan tenggelam ke dasar, serta kotoran binatang di
perairan. Odum (1993) menjelaskan bahwa bahan organik yang terlepas dari
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Tabel 1.2. Kriteria kandungan bahan organik dalam sedimen
Kandungan bahan
No Kriteria
organik (%)
1 > 35 Sangat tinggi
2 17 – 35 Tinggi
3 7 – 17 Sedang
4 3,5 – 7 Rendah
5 <3 ,5 Sangat rendah
Sumber : Reynold (1971)
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
BAB III
Tengah.
Gambar 5.3. Peta lokasi Sungai Kerian dan Sungai Simbat Kecamatan
Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
3.3. Alat dan Bahan Penelitian
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
eksploratif dimana menggambarkan suatu fenomena keadaan (Nazir,1988).
Sedangkan metode yang digunakan adalah metode survey sekala terbatas, yaitu
penelitian serta kejadian yang erat kaitannya dengan objek yang diteliti pada
lokasi dan waktu yang terbatas dan tidak dapat digeneralisasikan untuk tempat
Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
kecerahan, kecepatan arus, pasang surut, jenis subtrat dasar dan kandungan
meliputi; tipe subtrat, vegetasi yang tumbuh, rataan pasang surut, garis pantai
dan arah terhadap laut bebas. Survey pendahuluan ini dilakukan seminggu
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Penentuan stasiun dilakukan dengan metode purposive sampling method,
Kerian dan sekitarnya serta 7 (tujuh) stasiun lagi di muara Sungai Simbat.
metode pengambilan data dengan cara mencatat sebagian kecil populasi yang
ada secara sistematik. Dari hasil yang didapat diharapkan dapat menggambarkan
sifat populasi secara kuantitatif dari objek penelitian dan dapat digunakan untuk
tenggang waktu ± 7 hari (1 minggu), yaitu perioda ke-1 pada tanggal 11 Juli
2007, perioda ke-2 tanggal 17 dan yang ke-3 tanggal 23 Juli 2007. Pada setiap
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Pengambilan sampel dilakukan pada saat air pasang, sehingga
Grab” sampai kedalaman ± 10 cm, hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
dalam botol sampel berlabel yang sudah diisikan larutan formalin 4% sebagai
bahan pengawet.
didapat dengan melihat perubahan warna pada kertas lakmus yang diteteskan
dengan air muara. Untuk kadar salinitas diukur dengan cara meneteskan sample
Kecepatan arus diukur dengan menggunakan Bola duga selama 3 hari atau
dengan metode Admiralty. Stasiun pengamatan arus dan pasang surut terletak
Penyebrangan dan Barang Kabupaten Kendal yang berada diantara kedua muara
sungai tersebut.
menggunakan Sieve Shaker dan pemipetan (Buckman dan Brady 1982) untuk
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
mendapatkan ukuran butir, kemudian dipersentasekan dalam grafik granulometri
Furnace 500 ºC ± selama 4 jam (Radojevic and Bashkin, 1999) (Lampiran 24).
3.5.1. Kelimpahan
sebagai jumlah individu persatuan luas atau volume (Odum 1993). Karena
Xi
A = ...................................................................................................(1)
ni
Dimana :
A : Kelimpahan (individu/m3)
Xi : Jumlah individu dari spesies ke-i
ni : Volume Ekman Grab untuk spesies i yang ditemukan (m3)
jumlah individu suatu jenis terhadap jumlah seluruh individu yang terdapat di
ni
KR = X 100% .....................................................................................(2)
N
Dimana :
KR = Kelimpahan relatif
ni = Jumlah individu spesies ke – i
N = Jumlah seluruh individu
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
3.5.2. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiever (H’) (Odum, 1993)
diversity indices) dapat dilihat dari dua komponen. Pertama adalah jumlah genus
dalam komunitas, yang sering disebut sebagai kekayaan jenis (genus richness).
spesies.
diterapkan pada komunitas acak dengan ukuran yang besar, dimana jumlah total
Dimana :
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
3.5.3. Indeks Keseragaman Evenness (e) (Krebs, 1985)
keseragaman, yaitu ukuran kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu
H'
e = ………………………………………………………...
ln S
(4)
Dimana :
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
akan mengarah pada komunitas yang labil maupun tertekan. Dominansi ini
2
n
n n
C = ∑ p = ∑ i
2
i
………………………………………...(5)
i =1 i =1 N
Dimana :
C = Indeks Dominansi
ni = Jumlah individu ke-i
N = Jumlah total individu
Dengan kisaran :
Semakin besar nilai indeks dominansi (C), maka semakin besar pula
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
BAB IV
4.1. Hasil
Secara Geografis, Muara Sungai Kerian dan Sungai Simbat terletak pada
6054’41,0″ Lintang Selatan (LS) dan 110015’50,1″ Bujur Timur (BT), dan
Sungai Kerian terletek pada 6055’03,8″ Lintang Selatan (LS) dan 110018’00,9″
Bujur Timur (BT). Sedangkan secara administratif kedua sungai termasuk dalam
Kedua sungai ini bermuara di Pantai Utara Jawa Tengah, sehingga baik
secara langsung maupun tidak, dapat memberikan pengaruh dari darat terhadap
pendatang, ditambah lagi dengan aktifitas produksi industri PT. Kayu Lapis
Indonesia (PT. KLI) yang tepat berada di sebelah timur Sungai Kerian dan
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Kondisi ini ada hampir sepanjang garis pantai yang menghubungkan kedua
muara sungai tersebut. Selain itu bagian muara dari kedua sungai telah
mengalami pembelokan yang diperkirakan oleh proses abrasi dan akresi yang
4.1.2. Kelimpahan
famili ditemukan hanya ada satu genus, yaitu genus Solen, Pholas, Anadara,
memiliki nilai kelimpahan, karena bivalvia tidak ditemukan di ketiga stasiun ini.
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
vaginalis, yaitu 1,244 ind/dm3 terendah adalah Mactra violacea (0,396 ind/dm3)
(Tabel 3.4).
4
Kelimpahan Total
( ind / dm3 )
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun Pengamatan
Sungai Kerian Sungai Simbat
Gambar 6.4. Histogram kelimpahan total bivalvia di Sungai Kerian dan Sungai
Simbat Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal (Ind/dm3).
orbita dengan kelimpahan sebesar 0.509 ind/dm3 di Sungai Kerian. Begitu juga
itu di stasiun 5 Sungai Kerian hanya ditemukan 1 jenis spesies yaitu Pholas sp
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Tabel 3.4. Kelimpahan total bivalvia di Muara Sungai Kerian dan Sungai
Simbat Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal (ind/dm3).
Sungai Kerian Sungai Simbat
Taxa
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Fam Solenidae
1.07 1.24 0.56 0.33 0.73
- - - - - - - - -
Solen vaginalis 5 4 6 9 5
Fam Pholadidea
0.73 1.18 0.56 0.45 0.33 0.62
- - - - - - - -
Pholas sp 5 8 6 3 9 2
Fam Arcidae
0.45 0.28 0.39 0.39 0.50
- - - - - - - - -
Anadara antiquata 3 3 6 6 9
Fam Mactridae
1.07 0.67 0.39 0.17 0.96
- - - - - - - - -
Mactra violacea 5 9 6 0 2
Fam Cardiidea
Trachycardium 0.50 0.50 0.28 0.39 0.17 0.62 1.01
- - - - - - -
orbita 9 9 3 6 0 2 8
Fam Isognomonidea
0.33 0.28
- - - - - - - - - - - -
Isognomon sp 9 3
0.50 0.33 0.73 3.39 2.43 2.20 0.96 0.17 1.01 1.69 3.84
Total (individu/dm3) - - -
9 9 5 4 2 6 2 0 8 7 6
famili Cerithiidea terdiri atas 2 genus, yaitu Cerithium dan Clypoemorus, famili
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Kelimpahan gastropoda tertinggi di Sungai Kerian terdapat di stasiun 3
10
Kelimpahan Total
8
( ind / dm3 )
0
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun Pengamatan
Sungai Kerian Sungai Simbat
ind/dm3) di stasiun 2 Sungai Kerian dan terendah oleh Terebralia palutris (0,057
ind/dm3) di stasiun 2 Sungai Simbat. Begitu juga dengan stasiun 3 dan 4 kedua
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
kelimpahan terendah dimiliki oleh Fusinus colus (0,170 ind/dm3). Sementara itu
Table 4.4. Kelimpahan total gastropoda di Sungai Kerian dan Sungai Simbat
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal (ind/dm3)
Sungai Kerian Sungai Simbat
Taxa
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Fam Potamididea -
2.31 3.95 7.97 2.20 0.62 0.84
- - - - - - - -
Cerithidea cingulata 9 9 6 6 2 8
0.84 0.67 0.84 0.39 0.05 0.96
- - - - - - -
Tetrebralia palutris 8 9 8 6 7 2
Fam Cerithiidea
0.62 0.28 0.56 0.17
- - - - - - - - - -
Cerithium cobelti 2 3 6 0
0.67 0.28 0.39 0.22 0.50 0.28
- - - - - - - -
Cerithium alveolum 9 3 6 6 9 3
0.62 0.39 0.96
- - - - - - - 0.113 - - -
Clypoemorus coralium 2 6 2
0.39 0.56 0.28 0.50
- - - - - - - - - -
Clypoemorus battilariaformis 6 6 3 9
0.39 0.56 1.30 0.22 0.90
- - - - - - - - -
Cerithium columna 6 6 1 6 5
Fam Crepidulidea
0.17 0.05
- - - - - - - - - - - -
Crepidula walshi 0 7
Fam Buccinidea
0.17 0.17 0.45
- - - - - - - - - - -
Pisania crocata 0 0 3
Fam Cymatiidea
0.50 0.22 0.39
- - - - - - - - - - -
Gyrineum gyrinum 9 6 6
Fam Fusciolariidea
0.39 0.17
- - - - - - - - - - - -
Fusinus Colus 6 0
3.73 4.63 9.78 4.52 1.92 1.58 0.96 1.01 0.50 1.75 1.98 0.56 2.03 0.67
Total (individu/dm3)
3 8 6 5 3 4 2 8 9 3 0 6 6 9
di Sungai Kerian kedua stasiun ini bivalvia tidak ditemukan, begitu juga dengan
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
stasiun 2 Sungai Simbat. Sementara di stasiun 1 Sungai Simbat persentase
kelimpahan relatif bivalvia tertinggi oleh Solen vaginalis, yaitu 56,43 % dan
dan 4 Sungai Kerian, serta stasiun 4 Sungai Simbat bivalvia ditemukan hanya 1
muara sungai. Di stasiun 5 Sungai Kerian ditemukan hanya 1 jenis yaitu Pholas
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
sp dengan persentase sebesar 100%. Sementara di Stasiun 6 kedua sungai
81,51% dan 47,55% di Sungai Kerian dan terendah Crepidula walshi (2,83%)
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Pisania crocata 4.55 - - 6.11 - - - - - - 22.88 - - -
Fam Cymatiidea
Gyrineum gyrinum - - - - - 32.15 23.50 - - - - - - 58.25
Fam Fusciolariidea
Fusinus Colus - - - - 20.55 - 17.67 - - - - - - -
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
Jumlah Total
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Spesies 4 2 4 5 4 4 3 2 3 4 4 1 3 2
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
1 - - -
2 - - -
3 0 0 0.667
Kerian 4 0 0 1.000
5 0 0 1.000
6 1.340 0.921 0.283
7 0.907 0.825 0.475
1 0.765 0.912 0.502
2 - - -
3 0.558 0.625 0.640
Simbat 4 0 0 0.333
5 0.462 0.667 0.667
6 0.986 0.935 0.403
7 1.329 0.919 0.295
Nilai indeks keseragaman (e) tertinggi di Sungai Kerian terdapat di
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
tertinggi terdapat di stasiun 4, yaitu sebesar 0,922, sedangkan terendah di stasiun
5 (Tabel 8.4).
(Tabel 8.4).
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
4.1.5 Parameter Lingkungan
Tabel 9.4. Kondisi lingkungan setiap stasiun di kedua lokasi relatif sama dan
tidak terlihat adanya fluktuasi yang tinggi. Di Sungai Kerian kisaran suhu antara
nilai salinitas di Sungai Kerian berkisar antara 25.17 - 28.42‰, dan di Sungai
Simbat antara 25.42 - 28,28‰. Demikian pula dengan rata-rata kedalaman dan
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Rerata kandungan bahan organik setiap stasiun di kedua lokasi penelitian
masuk dalam kategori rendah sampai sangat rendah, rerata kandungan bahan
organik Sungai Kerian sebesar 4,98%, sedangkan Sungai Simbat sebesar 3,27%.
Sementara itu derajat keasaman (pH) di kedua sungai berkisar antara 7 sampai
dengan 7,83. Sedangkan jenis subtrat dasar yang ditemukan di seluruh stasiun
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
4.2. Pembahasan
dua kekuatan, yaitu yang berasal dari daratan berupa aliran air sungai yang
membawa asupan sedimen dan mineral lainnya dari daratan serta yang berasal
pada kegiatan peridustrian. Sementara itu di sebelah timur muara Sungai Kerian
langsung ke sungai.
menyebabkan daerah ini paling mudah terkena dampaknya. Dahuri, dkk (1996),
perairan pantai diantaranya adalah; pencemaran, erosi pantai, banjir, intrusi air
kualitas perairan dan sedikit banyak akan mempengaruhi habitat yang berimbas
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
pada pertumbuhan, perkembangan, bahkan sangat mungkin mempengaruhi
pengembangan wilayah pesisir dan laut yang layak dan sesuai dengan ekosistem
Dalam hal ini, upaya manajemen pesisir dan laut secara terpadu yang berpedoman
wilayah studi maka dapat dikatakan bahwa kedalaman rata-rata perairan hingga
jarak 500 m dari muara dan pantai masih kurang dari 5 m (Lampiran 19). Adanya
muara sungai mengekibatkan daerah sebelah kiri dan kanan pemecah gelombang
tersebut terkena abrasi yang diakibatkan oleh pantulan gelombang dan arus dari
break water tersebut. Hal ini terlihat dari berubahnya lahan tambak di sepanjang
garis pantai sebelah barat Sungai Kerian serta sebelah timur dan barat Sungai
membenamkan diri dalam pasir atau pasir berlumpur seperti famili Solenidea,
Pholadide, Arcidea (Tabel 5.4) dan (Tabel 9.4). Nontji (1987) menyebutkan
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
bahwa, bivalvia hidup menetap di dasar laut, ada yang membenamkan diri dalam
pasir atau pasir berlumpur bahkan ada yang membenamkan diri dalam kerangka
karang-karang batu.
famili yang terdiri dari 6 genus Bivalvia yaitu famili Solenidea, Pholadidea,
ditemukan hanya ada 1 genus (Tabel 3.4). Sedangkan untuk gastropoda ditemukan
kelas Bivalvia, hal ini bisa dilihat pada jumlah dan sebarannya di setiap stasiun
baik di muara Sungai Kerian ataupun Sungai Simbat. Hal ini dimungkinkan
karena kelas Gastropoda memiliki radula atau gigi parut yang memudahkannya
alga yang menempel di bebatuan dan mencerna bahan makanan yang berupa
serasah daun mangrove, lamun dan sejenisnya. Dengan adanya radula ini
Gastropoda juga memiliki kemampuan bergerak lebih aktif dalam proses mencari
peluang atau kesempatan yang lebih besar dalam kompetisi makanan. Selain itu
kelas Gastropoda merupakan kelas yang paling sukses dalam siklus hidup dan
juga memiliki jumlah spesies paling banyak dibandingkan kelas yang lain dalam
philum Moluska.
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Barnes (1987) menyebutkan bahwa gastropoda merupakan kelas dari
Moluska yang paling sukses dalam siklus hidupnya, hal ini dapat dilihat dari
hidup di laut mampu untuk hidup pada berbagai tipe subtrat dasar perairan.
kelas Bivalvia terdapat di stasiun 7 Sungai Simbat dan terendah di stasiun 4 pada
sungai yang sama (Tabel 3.4). Stasiun 7 yang terletak di bagian depan muara ke-2
sungai kondisinya selalu terendam air sehingga biota yang berada di wilayah ini
tidak mengalami tekanan fisik yang terlalu besar seperti halnya stasiun 4 dan
beberapa stasiun lain yang berada di wilayah pasang surut (Gambar 2.1).
makanan dan sumber energi bagi hewan bentos di stasiun 7 ini lebih tinggi jika
dibandingkan stasiun lain yang ada di Sungai Simbat, hal ini memungkinkan
hewan bentos yang ada di stasiun ini mendapatkan asupan makanan dan energi
yang cukup untuk dapat bertahan hidup. Sedangkan stasiun 4 kandungan bahan
organiknya tergolong sangat sedikit, bila mengacu pada standar yang ditetapkan
Reynold (1971), maka kandungan bahan organik di stasiun ini masuk dalam
kategori sangat rendah sementara di stasiun 7 masuk dalam kategori sedang (Tabel
9.4).
Sungai Kerian dan didominasi oleh famili Potamididea yaitu C. Cingilata dan
Stasiun 3 yang terletak dibagian muara Sungai Kerian memiliki kandungan bahan
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
organik lebih tinggi dibandingkan stasiun yang lain, yaitu sebesar 10,22% (Tabel
9.4). Letak stasiun ini yang cukup terlindungi oleh ekosistem mangrove
memungkinkan hewan bentos yang mendiami stasiun ini lebih dapat bertahan
ditemukan melimpah di daerah yang berair payau, estuarin yang berlumpur, dan
tidak ditemukan. Hal ini berlawanan dengan keberadaan gastropoda yang mana
pada stasiun 1 dan 2 di kedua muara sungai kelimpahannya relatif tinggi terutama
oleh beberapa faktor diantaranya persaingan atau kompetisi dimana kelas Bivalvia
gastropoda di kedua stasiun tersebut cukup tinggi dan didominasi oleh genus
merupakan spesies yang luas penyebarannya dan paling banyak jenisnya serta
mampu untuk hidup dalam berbagai macam subtrat dasar perairan. Faktor lain
aktifitas pertambakan penduduk yang sangat tinggi terutama di sebelah kanan dan
kiri stasiun 1 dan 2 Sungai Kerian, dimana pada kedua stasiun ini terdapat
beberapa mesin diesel berbahan bakar solar yang digunakan untuk mamasukkan
dan membuang air tambak dari dan kedalam sungai. Hal ini sangat mungkin
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
mengakibatkan kondisi di kedua stasiun ini sudah mengalami penurunan kualitas
makrobentos.
tergolong sangat sedikit baik dari segi jumlah ataupun jenisnya. Di stasiun 3 dan 4
mencapai kelimpahan tertinggi di kedua muara sungai. Sama seperti stasiun 1 dan
2 genus Cerithidea di kedua stasiun ini masih mendominasi (Tabel 4.4). Faktor
ketiga stasiun ini dimana di stasiun 3 dan stasiun 4 pada kedua sungai bivalvia
bahwa jika suatu jenis mampu memenangkan kompetisi baik ruang maupun
Gastropoda lebih aktif dalam upaya mencari dan mengambil makanan jika
dibandingkan dengan bivalvia. Ada dua aspek yang berperan terhadap efisiensi
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
pergerakannya dan kondisi jalan atau subtrat. Dalam proses mencari makan
mempengaruhi kelangkaan spesies bivalvia ini. Dengan posisi seperti ini, stasiun
dengan stasiun yang lain. Kondisi pantai yang terlindung dengan karakteristik
ombak yang tidak besar memungkinkan lebih banyak jenis moluska yang
ditemukan. Selain itu kondisi subtrat yang berpasir juga turut memberi pengaruh
baik lansung ataupun tidak terhadap kelimpahan dan penyebaran bivalvia dan
gastropoda, jenis sedimen dasar dapat menjadi faktor pembatas bagi penyebaran
organisme bentos.
kandungan oksigen relatif lebih besar dibandingkan pada subtrat yang halus,
karena pada subtrat berpasir terdapat pori udara yang memungkinkan terjadinya
pencampuran yang lebih intensif dengan air di atasnya, tetapi pada subtrat
berpasir ini tidak banyak terdapat nutrient, sedangkan pada substrat yang lebih
halus, walaupun oksigen sangat terbatas tapi cukup tersedia nutrient dalam jumlah
yang besar (Wood, 1987). Driscol dan Brandon (1973) dalam Rangan (1996)
besar kecilnya diameter butiran sedimen di dalam atau di atas tempat mereka
berada. Subtrat berpasir tidak menyediakan tempat yang stabil bagi organisme
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
karena aksi gelombang secara terus menerus menggerakkan pertikel subtrat
depan muara kedua sungai (Gambar 2.1), kelimpahan bivalvia di ketiga stasiun ini
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun lain yang berada di muara
penurunan. Ketiga stasiun ini memiliki kedalaman rata-rata lebih dari 1 m dan
selalu tergenang air (Tabel 9.4). Sedangkan kelas Gastropoda dominan ditemukan
di kawasan mangrove, daerah muara yang selalu mengalami ritme pasang dan
surut, serta daerah yang berair payau. Dharma (1988) menyebutkan kelas
muara sungai dan rawa dekat garis pasang tertinggi, misalnya famili Potamididea
dan Cerithiidea. Sebaliknya bivalvia cenderung menyukai darah atau habitat yang
dirinya dalam pasir atau pasir berlumpur di dasar perairan. Nontji (1992)
membenamkan diri di dalam pasir atau lumpur, juga menempel pada karang-
karang batu serta benda-benda keras dengan semacam serabut yang dinamakan
byssus. Akan tetapi pada beberapa spesies bivalvia seperti Mytillus edulis dapat
Selain itu dalam suatau ekosistem bivalvia dan gastropoda akan saling
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lainnya, misalnya dalam kompetisi baik
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
ruang ataupun makanan. Menurut Nybakken (1988), dalam setiap ekosistem,
kedua, sampai pada periode ketiga pengambilan sampel (11, 17 dan 23 Juli 2007).
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya fisik, kimia dan biologi
yang semuanya saling mempengaruhi satu sama lain. Allard and Moreau ( 1987)
dalam APHA (1992) mengatakan bahwa keberadaan hewan bentos pada suatu
perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun
merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor abiotik
adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut (DO),
kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen
(N), kedalaman air, dan substrat dasar. Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi
karena adanya natalitas dan imigrasi serta pengurangan karena mortalitas dan
jumlah biota yang ditemukan. Jarak waktu sampling ini tergolong sangat singkat
sehingga peluang dan kesempatan hewan bentos dan juga lingkungan sangat
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Faktor lingkungan yang kurang mendukung diduga menjadi salah satu
penyebab utama kelangkaan organisme bentos di kedua lokasi ini. Selain itu
wilayah pesisir utara Jawa Tengah khususnya yang terbentang dari Semarang
hingga Kabupaten Kendal termasuk dalam kawasan padat industri yang mana
Sungai Simbat.
Dari hasil analisa subtrat yang dilakukan didapatkan bahwa jenis subtrat
pada kedua lokasi penelitian ini berupa pasir dengan rata kandungan bahan
organik (BO) termasuk dalam kategori rendah sampai sangat rendah. Adapun
primer pantai berpasir rendah, selain itu kebanyakan bentos pada pantai berpasir
mengubur diri dalam substrat. Bahan organik merupakan suatu unsur pokok tanah
yang penting dan khas sebagai sumber makanan dan energi bagi organisme bentik
khususnya bivalvia dan gastropoda yang hidup di atas dan terbenam di dalam
bahwa fungsi bahan organik antara lain sebagai sumber energi bagi
air dan memperbaiki struktur tanah. Jumlah dan laju penambahan bahan organik
dasar, sedimen yang kaya akan bahan organik sering didukung oleh melimpahnya
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Kedalaman dan kecerah perairan Muara Sungai Kerian dan Sungai Simbat
sedangkan kecerahannya berkisar antara 0,35 – 0,79 m (Tabel 9.4). Perairan yang
dangkal dan tingkat kecerahan yang rendah merupakan salah satu ciri khas dari
matahari bisa sampai lansung ke dasar perairan, hal ini memungkinkan terjadinya
kenaikan suhu dasar perairan. Sementara kecerahan yang rendah disebabkan oleh
banyaknya partikel tersuspensi akibat dari proses erosi, abrasi dan sedimentasi,
partikel tersuspensi ini dapat menghambat penetrasi cahaya matahari yang masuk
sebagian besar cahaya matahari yang masuk ke perairan akan dipentulkan kembali
Demikian pula halnya dengan hewan bentos, kekeruhan yang tinggi akan
Suhu, salinitas dan pH (Tabel 9.4) setiap stasiun di kedua lokasi tidak
rentangan tergolong sangat kecil serta masih dalam ambang batas normal. Hal ini
diduga perubahan suhu, salinitas dan pH tidak memberikan pengaruh besar pada
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
4.2.3. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Indeks Dominansi
Simbat cukup bervariasi (Tabel 7.4), yaitu berkisar antara 0 - 1,340. Jika kita
berpatokan pada Wilhm and Dorris (1986) yang mengatakan bahwa jika nilai H` <
Kerian dan Sungai Simbat berada dalam kategori sedang sampai rendah. Hanya
stasiun 6 Sungai Kerian dan stasiun 7 Sungai Simbat yang masuk kedalam
stasiun 7 Sungai Simbat, yang mana di stasiun tersebut memiliki nilai kelimpahan
bivalvia lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun yang lainnya serta jumlah
antara 0 - 1,227 (Tabel 8.4). Hanya stasiun 4, 5 dan 6 Sungai Kerian yang
menempati kelimpahan tertinggi namun dari segi jenis yang ditemukan, stasiun ini
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
oleh nelayan yang menggunakan jenis jaring ”Trawl” atau Pukat Harimau,
pembuangan limbah rumah tangga oleh penduduk dan juga aktivitas industri serta
pembangunan pelabuhan yang berada diantara kedua muara sungai (Gambar 2.1)
dan berbagai macam aktivitas lain yang intensif dimungkinkan menjadi salah satu
mortalitas dari biota itu sendiri serta faktor biologi dan fisika perairan seperti jenis
subtrat dasar yang berpasir, ketersediaan bahan organik yang rendah (Tabel 9.4),
gelombang dan arus juga dimungkinkan berperan dalam hal ini. Odum, (1993)
keanekaragaman jenis biota akan semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya indeks
spesies yang ada dalam suatu ekosistem, ketika suatu ekosistem memiliki indeks
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
terdegradasi”. Sesuai dengan pendapat Clark (1974) tersebut, maka kondisi
ekosistem di muara Sungai Kerian dan Sungai Simbat berada dalam kondisi
terdegradasi.
untuk indeks keseragaman bivalvia di semua stasiun pada kedua lokasi lebih
condong pada kategori tinggi. Nilai indeks keseragaman yang diperoleh berkisar
antara 0 - 0,935 (Tabel 7.4). Berdasarkan ketentuan Krebs (1985), nilai ini masuk
kedalam kategori rendah sampai dengan tinggi. Namun beberapa hal yang perlu
dijelaskan dalam hal ini bahwa indeks keseragaman yang bernilai 0, yaitu stasiun
3, 4 dan 5 Sungai Kerian serta stasiun 4 Sungai Simbat bukan karena spesiesnya
yang tidak ditemukan, namun lebih karena individu yang ditemukan di stasiun
Berdasarkan pada rumus indeks keseragaman (Krebs, 1985) bahwa nilai indek
Kerian dan Sungai Simbat secara umum masuk dalam kategori tinggi, dimana
rerata indeks keseragaman seluruh stasiunnya di atas 0,6 kecuali stasiun 3 Sungai
Kerian, stasiun 1, 2 dan 7 Sungai Simbat yang berada dalam kategori sedang
bahwa dominasi jenis atau spesies tertentu sangat kecil, sementara stasiun yang
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
memiliki nilai keseragaman rendah menggambarkan bahwa di stasiun tersebut
berada di bawah 0,5 sehingga tidak ditemukan adanya dominansi spesies tertentu
di kedua stasiun tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan indeks
keseragamannya, dimana pada kedua stasiun ini baik di Sungai Kerian ataupun
Sungai Simbat memiliki nilai indeks keseragaman yang tinggi (Tabel 7.4). Hal
demikian pada ketiga stasiun ini terdapat dominansi oleh spesies-spesies tertentu.
stasiun 1, 4, 6 dan 7 Sungai Simbat indeks dominansinya di bawah 0,5 hal ini
indeks dominansinya mencapai 1, hal ini lebih dikarenakan pada stasiun tersebut
hanya diketemukan 1 jenis spesies yaitu Cerithium cobelti. Spesies ini merupakan
bagian dari famili Cerithiidea yang umumnya hidup di perairan dangkal dengan
subtrat berpasir hingga berlumpur dan juga bisa ditemukan di lingkungan muara
atau estuaria khususnya di wilayah perairan tropis. Hidup dengan berkoloni dan
merupakan hewan herbivora, memakan alga-alga kecil, bakteri dan debris organic.
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
BAB V
5.1. Kesimpulan
1) Kelas Bivalvia dan Gastropoda yang ditemukan di Sungai Kerian dan Sungai
Sungai Simbat memiliki kisaran nilai yang hampir sama. Namun dilihat dari
kedua biota tersebut masuk dalam kategori rendah sampai dengan sedang.
4) Terdapat dominansi oleh suatu jenis tertentu di perairan muara Sungai Kerian
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
5.2. Saran
lanjutan secara periodek dengan cakupan lokasi yang lebih luas serta variasi
parameter yang lebih lengkap, sehingga keberadaan fauna bentik dapat diketahui,
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
DAFTAR PUSTAKA
APHA. 1992. Standart Methods for the Examination of Water and Waste Water.
18th edition. Washington.
Buckman, H.O. dan N.C, Brady 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara.
Jakarta. 788 Hlm.
Carpenter, E.K. dan V.H. Niem. 1998. The Living Marine Resource of The
Western Central Pacific. Vol 1. Seaweed, Corals, Bivalves,
and Gastropod. New York: Food and Agriculture Organizations
United Nations. 686 pp.
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Clark, J. 1974. Coastal Ecosystems. Ecological Considerations For
Management Of The Coastal Zone. Washington D.C.
Publications Department The Conservations Foundations. 178
pp.
Coles, B. 1977. The Biology of Estuarine and Coastal Waters. Academic Press
Inc. London. New York. 667 hlm.
Dharma, B. 1988. Siput Dan Kerang Indonesia I. PT. Sarana Graha, Jakarta.
Indardjo, A., dan Muslim. 1996. Tingkat Fluktuasi Biovaliabel Phospat Sedimen
dan Terlarut Terhadap Kehidupan Makrobentos dan Karang di Pantai
Teluk Awur Jepara. Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro.
Semarang. 53 hlm.
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Krebs, C.J. 1985. Ecology: The Experimental Analysis of Distributions and
Abundance. Ed. New York: Harper and Row Publishers. 654 pp.
Leviton, J. S. 1982. Marine Biology. Prentice Hall Inc. New Jersey. USA. 526 p.
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Radojevic, M. and Bashkin, V. N. 1999. Practical Environmental Analysis.
Published The Royal Society of Chemistry. Chambridge. U. K. 154
pp.
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Tarumingkeng, R. 1994. Dinamika Populasi, Kajian Ekologi
Kuantitatif. Jakarta: Universitas Kristen Krida Wacana. 283 hal.
Wilhm, J. L., and T.C. Doris. 1986. Biologycal Parameter for water quality
Criteria. Bio. Science: 18.
Wilson, B. R., and K. Gillett. 1979. A Field Guide To Australian Shells. A.H. &
A.W. reed Pty Ltd, Sidney. 287 p.
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Sungai Stasiun Koordinat
LS : 06055’42,0’’
1
BT : 110017’56,5’’
LS : 06055’32,6’’
2
BT : 110017’56,8’’
LS : 06 055’03,8’’
3
BT : 110018’00,9’’
LS : 06 055’03,8’’
Kerian 4
BT : 110018’00,9’’
LS : 06055’26,1’’
5
BT : 110018’18,3’’
LS : 06055’25,7’’
6
BT : 110018’07,8’’
LS : 06055’26,5’’
7
BT : 110017’49,5’’
LS : 06054’51,2’’
1
BT : 110015’50,0’’
LS : 06054’44,5’’
2
BT : 110015’47,5’’
LS : 06054’41,0’’
3
BT : 110015’50,1’’
LS : 06054’41,0’’
Simbat 4
BT : 110015’50,1’’
LS : 06055’31,8’’
5
BT : 110015’29,7’’
LS : 06054’31,2’’
6
BT : 110015’39,5’’
LS : 06054’31,8’’
7
BT : 110015’49,9’’
Keterangan :
LS : Lintang Selatan
BT : Bujur Timur
Lampiran 2. Jumlah total bivalvia dan gastropda tiap stasiun di muara
Sungai Kerian dan Sungai Simbat
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Sungai Kerian Sungai Simbat
Taxa Bivalvia
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Solenidae
1 2 1
Solen vaginalis 9 2 0 6 13
Pholadidea
1 2 1
Pholas sp 3 1 0 8 6 11
Arcidae
Anadara antiquata 8 5 7 7 9
Mactridae
1 1
Mactra violacea 9 2 7 3 17
Cardiidea
Trachycardium sinense 9 9 5 7 3 11 18
Isognomonidea
Isognomon sp 6 5
1 6 4 3 1 1 3
Total 0 0 9 6 3 0 3 9 0 7 3 8 0 68
Jumlah Spesies 0 0 1 1 1 5 4 3 0 3 1 2 4 5
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
6 8 17 8 3 2 1 1 3 3 1 3
Total 6 2 3 2 4 8 7 9 9 1 5 0 6 11
Jumlah Spesies 4 2 4 5 4 4 3 2 3 4 4 1 3 2
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 3. Persentase kelimpahan relatif bivalvia tiap stasiun di muara Sungai Kerian dan Sungai Simbat
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 4. Persentase kelimpahan relatif gastropoda tiap stasiun di muara Sungai Kerian dan Sungai Simbat
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 5. Kelimpahan, indeks keanekaragaman, keseragaman dan indeks dominansi bivalvia periode I
( Pengambilan Sampel Tanggal 11 Juli 2007 )
Lampiran 6. Kelimpahan, indeks keanekaragaman, keseragaman dan indeks dominansi bivalvia periode II
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
( Pengambilan Sampel Tanggal 17 Juli 2007 )
Lampiran 7. Kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi bivalvia periode III
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
( Pengambilan Sampel Tanggal 23 Juli 2007 )
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 8. Rerata perhitungan kelimpahan, indeks keanekaragaman, keseragaman
dan indeks dominansi bivalvia selama 3 periode pengambilan
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
0 0 0 0 0 0 7 4 0 2 0 3 2 7
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.31 0.45 1.07 0.00 0.00 0.00 0.00 0.94 1.44
2
0 0 0 0 0 0 1 8 0 0 0 0 3 5
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.34 0.97 0.69 0.00 0.00 0.69 0.68 0.96
3 1.011
0 0 0 0 0 0 4 3 0 0 3 3 5
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.34 0.90 0.76 0.00 0.55 0.00 0.46 0.98 1.32
Rerata
0 0 0 0 0 0 7 5 0 8 0 2 6 9
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03 0.42 0.28 0.00 0.51 0.00 0.40 0.32 0.32
SD
0 0 0 0 0 0 7 4 0 4 0 0 7 2
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Indeks Dominansi Bivalvia (C)
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 9. Kelimpahan, indeks keanekaragaman, keseragaman dan indeks dominansi gastropoda periode I
( Pengambilan Sampel Tanggal 11 Juli 2007 )
Sungai Kerian Sungai Simbat
Taxa
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Potamididea
Cerithidea cingulata 19 39 57 22 9 8
Terebralia palutris 9 4 7 4 11
Cerithiidea
Cerithium cobelti 6 3 4
Cerithium alveolum 5 3 5 4 4 4
Clypoemorus coralium 7 4 10
Clypoemorus battilariaformis 3 6 3 5
Cerithium columna 4 6 13 4 7
Crepidulidea
Crepidula walshi 1
Buccinidea
Pisania crocata 3 2 3
Cymatiidea
Gyrineum gyrinum 5 7
Fusciolariidea
Fusinus Colus 3
Jumlah Spesies 4 2 4 4 3 4 2 2 2 3 4 1 2 2
Kelimpahan (ind/dm3) 5.939 7.297 12.388 7.127 2.715 2.885 1.527 2.206 1.358 2.545 3.394 0.679 2.885 1.867
H` 1.139 0.309 0.755 1.100 1.043 1.366 0.637 0.617 0.693 1.010 1.110 0.000 0.677 0.655
e 0.822 0.446 0.545 0.793 0.949 0.985 0.919 0.890 1.000 0.919 0.801 0.000 0.977 0.945
C 0.381 0.831 0.627 0.387 0.367 0.260 0.556 0.574 0.500 0.396 0.390 1.000 0.516 0.537
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 10. Kelimpahan, indeks keanekaragaman keseragaman dan indeks dominansi gastropoda periode II
( Pengambilan Sampel Tanggal 17 Juli 2007 )
Sungai Kerian Sungai Simbat
Taxa
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Potamididea
Cerithidea cingulata 13 21 53 7 3 4
Terebralia palutris 3 3 5 1 3
Cerithiidea
Cerithium cobelti 2 4 3
Cerithium alveolum 6 2 2 5
Clypoemorus coralium 2 3 2 5
Clypoemorus battilariaformis 4 3 2
Cerithium columna 4 5 4
Crepidulidea
Crepidula walshi
Buccinidea
Pisania crocata 1 4
Cymatiidea
Gyrineum gyrinum 2 3
Fusciolariidea
Fusinus Colus 4
Jumlah Spesies 2 2 4 4 4 3 2 2 0 4 2 1 3 0
Kelimpahan (ind/dm3) 2.715 4.073 11.200 3.224 1.697 1.188 1.018 0.679 0.000 2.206 1.188 0.679 2.036 0.000
H` 0.483 0.377 0.711 1.238 1.332 1.079 0.693 0.562 0.000 1.306 0.683 0.000 1.078 0.000
E 0.697 0.544 0.513 0.893 0.961 0.982 1.000 0.811 0.000 0.942 0.985 0.000 0.981 0.000
C 0.595 0.781 0.658 0.307 0.280 0.347 0.500 0.625 0.000 0.290 0.510 1.000 0.347 0.000
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 11. Kelimpahan, indeks keanekaragaman, keseragaman dan indeks dominansi gastropoda periode III
( Pengambilan Sampel Tanggal 23 Juli 2007 )
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
0.44 0.55 0.83 0.31 0.34 0.50 0.50 1.00 1.00 1.00 0.40 1.00 0.59 1.00
C 0 6 9 5 4 0 0 0 0 0 6 0 2 0
5.93 7.29 12.38 7.12 2.71 2.88 1.52 2.20 1.35 2.54 3.39 0.67 2.88 1.86
1 9 7 8 7 5 5 7 6 8 5 4 9 5 7
2.71 4.07 3.22 1.69 1.18 1.01 0.67 0.00 2.20 1.18 0.67 2.03 0.00
2 5 3 11.200 4 7 8 8 9 0 6 8 9 6 0
2.54 2.54 3.56 1.35 0.67 0.33 0.33 0.17 0.50 1.35 0.33 1.18 0.17
3 5 5 5.770 4 8 9 9 9 0 9 8 9 8 0
3.73 4.63 4.63 1.92 1.58 0.96 1.07 0.50 1.75 1.98 0.56 2.03 0.67
Rerata 3 8 9.786 8 3 4 1 5 9 3 0 6 6 9
1.91 2.43 2.16 0.70 1.15 0.59 0.99 0.74 1.09 1.22 0.19 0.84 1.03
SD 2 6 3.528 2 6 5 6 4 0 1 8 6 9 2
Indeks Keanekaragaman ( H` )
Sungai Kerian Sungai Simbat
Periode 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
1 1.13 0.30 0.75 1.10 1.04 1.36 0.63 0.61 0.69 1.01 1.110 0.00 0.67 0.65
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
9 9 5 0 3 6 7 7 3 0 0 7 5
0.48 0.37 1.23 1.33 1.07 0.69 0.56 0.00 1.30 0.68 0.00 1.07 0.00
2 3 7 0.711 8 2 9 3 2 0 6 3 0 8 0
0.95 0.63 0.29 1.34 1.08 0.69 0.69 0.00 0.00 0.00 0.97 0.00 0.59 0.00
3 0 7 8 2 2 3 3 0 0 0 4 0 8 0
0.85 0.44 0.58 1.22 1.15 1.04 0.67 0.39 0.23 0.77 0.92 0.00 0.78 0.21
Rerata 7 1 8 7 2 6 4 3 1 2 2 0 4 8
0.33 0.17 0.25 0.12 0.15 0.33 0.03 0.34 0.40 0.68 0.21 0.00 0.25 0.37
SD 8 3 2 1 7 8 2 1 0 5 8 0 7 8
Indeks Keseragaman ( e )
Sungai Kerian Sungai Simbat
Periode 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
0.82 0.44 0.54 0.79 0.94 0.98 0.91 0.89 1.00 0.91 0.80 0.00 0.97 0.94
1 2 6 5 3 9 5 9 0 0 9 1 0 7 5
0.69 0.54 0.51 0.89 0.96 0.98 1.00 0.00 0.94 0.98 0.00 0.98 0.00
2 7 4 3 3 1 2 0 0.811 0 2 5 0 1 0
0.86 0.91 0.43 0.83 0.98 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00 0.88 0.00 0.86 0.00
3 5 9 0 4 5 0 0 0 0 0 7 0 3 0
0.79 0.63 0.49 0.84 0.96 0.98 0.97 0.56 0.33 0.62 0.89 0.00 0.94 0.31
Rerata 5 6 6 0 5 9 3 7 3 0 1 0 0 5
0.08 0.25 0.05 0.05 0.01 0.01 0.04 0.49 0.57 0.53 0.09 0.00 0.06 0.54
SD 7 0 9 0 8 0 7 3 7 7 2 0 7 6
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Indeks Dominansi ( C )
Sungai Kerian Sungai Simbat
Periode 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
0.38 0.83 0.62 0.38 0.36 0.26 0.55 0.57 0.50 0.39 0.39 1.00 0.51 0.53
1 1 1 7 7 7 0 6 4 0 6 0 0 6 7
0.59 0.78 0.65 0.30 0.28 0.34 0.50 0.62 0.00 0.29 0.51 1.00 0.34 0.00
2 5 1 8 7 0 7 0 5 0 0 0 0 7 0
0.44 0.55 0.83 0.31 0.34 0.50 0.50 1.00 1.00 1.00 0.40 1.00 0.59 1.00
3 0 6 9 5 4 0 0 0 0 0 6 0 2 0
0.47 0.72 0.70 0.33 0.33 0.36 0.51 0.73 0.50 0.56 0.43 1.00 0.48 0.51
Rerata 2 3 8 6 0 9 9 3 0 2 5 0 5 2
0.14 0.04 0.04 0.12 0.03 0.23 0.50 0.38 0.06 0.00 0.12 0.50
SD 0.111 6 0.115 4 5 2 2 3 0 3 5 0 5 0
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 13. Grafik kelimpahan, indeks keanekaragaman,
indeks keseragaman dan indeks dominansi
5 12
4 10
( ind / dm3 )
Kelimpahan
( ind / dm3 )
Kelimpahan
3 8
6
2
4
1 2
0 0
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Stasiun Pe ngamatan Stasiun Pe ngamatan
1.000
1.000
0.800 0.800
0.600 0.600
0.400 0.400
0.200 0.200
0.000 0.000
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Stasiun Pe ngamatan Stasiun Pe ngamatan
Inde ks Ke ane karagaman Inde ks Ke se ragaman Inde ks Ke ane karagaman Inde ks Ke se ragaman
Inde ks Dominansi Inde ks Dominansi
Struktur komunitas bivalvia Sungai Kerian Struktur komunitas gastropoda Sungai Kerian
1.400 1.2
1.200 1
Nilai Indeks
1.000 0.8
Nilai Indeks
0.800 0.6
0.600 0.4
0.400 0.2
0.200 0
0.000 1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7 Stasiun Pe ngamatan
Stasiun Pe ngamatan
Inde ks Ke ane karagaman Inde ks Ke seragaman
Inde ks Ke ane karagaman Inde ks Ke se ragaman Inde ks Dominansi
Inde ks Dominansi
Struktur komunitas bivalvia Sungai Simbat Struktur komunitas gastropoda Sungai Simbat
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
di Sungai Kerian dan Sungai Simbat.
100
90
80
70
Persentase (%)
60
50
40
30
20
10
0
S. S. S. S. S. S. S. S. S. S. S. S. S. S.
Kerian Simbat Kerian Simbat Kerian Simbat Kerian Simbat Kerian Simbat Kerian Simbat Kerian Simbat
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun Pengamatan
Solen vaginalis Pholas sp Anadara antiquata Mactra violacea Trachycardium orbita Isognomon sp
90
80
70
Persentase ( % )
60
50
40
30
20
10
0
S. Kerian S. Simbat S. Kerian S. Simbat S. Kerian S. Simbat S. Kerian S. Simbat S. Kerian S. Simbat S. Kerian S. Simbat S. Kerian S. Simbat
1 2 3 4 5 6 7
Stasiun Pengamatan
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 15. Data pasang surut paruh bulan Juli 2007
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 16. Pola arus saat pasang menuju surut pada musim peralihan dari musim barat ke musim timur
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 17. Pola arus saat surut menuju pasang pada musim peralihan dari musim barat ke musim timur
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 18. Dokumentasi keadaan lokasi penelitian
Badan Sungai Kerian Muara Sungai Simbat Stasiun 5, 6 dan 7 Sungai Simbat
Stasiun 3 dan 4
Pertambakan dan perumahan Pengerukan pelabuhan Kendal
dekat objek wisata
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 19. Dokumentasi kegiatan dan peralatan penelitian
Pengayakan sampel di muara Pengambilan sampel di wilayah laut Bola Duga alat pengukur arus
Sampel biota dan subtrat dasar Biota hasil ayakan Pengukuran suhu
Pengukuran kedalaman
Pengukuran morfologi sampel Identifikasi sempel
dan kecerahan
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 20. Dokumentasi biota sempel
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 21. Klasifikasi Bivalvia
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
3. Family: Cardiidae (Cockles)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia
Subclass : Pteriomorphia
Order : Veneroida
Superfamily : Cardiacea
Family : Cardiidae
Major Genera
• Genus: Acanthocardia
• Genus: Cardium
• Genus: Cerastoderma
• Genus: Parvicardium
• Genus: Trachycardium, dll.
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
5. Family: Mactridae (Surf or Trough Clams, Mactras)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia
Subclass : Heterodonta
Order : Veneroida
Superfamily : Mactracea
Family : Mactridae
Major Genera
• Genus: Anatina
• Genus: Lutraria
• Genus: Mactra
• Genus: Mactrellona
• Genus: Raeta
• Genus: Rangia
• Genus: Spisula
• Genus: Tresus , dll.
6. Famili : Isognomonidea
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia
Order : Pterioida
Family : Isognomonidea
Major Genera
• Genus: Isognomon, dll.
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 22. Klasifikasi Gastropoda
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
• Genus: Clypeomorus
3. Family: Crepidulidae (Calyptraeidae) Slipper Shells
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Subclass : Prosobranchia
Order : Caenogastropoda
Superfamily : Crepidulacea
Family : Crepidulidae
Major Genera
• Genus: Calyptraea
• Genus: Cheilea
• Genus: Crepipatella
• Genus: Crepidula
• Genus: Crucibulum, dll.
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
• Genus: Gyrineum, dll.
5. Family: Buccinidae Rafinesque,1815
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda
Subclass : Prosobranchia
Order : Neogastropoda
Family : Buccinidae
Major Genera
• Genus Pisania
• Genus Ancistrolepis
• Genus Antillophos
• Genus Bailya
• Genus Bartschia
• Genus Bathybuccinum
• Genus Beringius
• Genus Buccinum, dll.
Klasifikasi
Class : Gastropoda
Subclass : Prosobranchia
Order : Caenogastropoda
Superfamily : Buccinacea
Family : Fasciolariidae
Major Genera
• Genus: Fasciolaria
• Genus: Fusinus
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
• Genus: Latirus
• Genus: Opeatostoma
Lampiran 23. Metode penentuan jenis sedimen dasar
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
Lampiran 24. Analisa Kandungan Bahan Organik
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Utan, Sumbawa, pada tanggal 27 Juni
1984, anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Bp.
Abdul Gani SPd dan Ibu Har’in. Karier akademis penulis
dari Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Utan, Sumbawa
kemudian dilanjutkan di SLTP 1 Utan, Sumbawa. Pada
tahun 2000 penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas
di SMA Negeri 5 Mataram NTB dan tamat pada tahun
2003. Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro pada tahun 2003 melalui
Seleksi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (PSSB).
M a r i n e S c i e n c e U N D I P.
fik_marine@yahoo.co.id