You are on page 1of 2

KETERSEDIAAN SARANA PRODUKSI DAN ALAT MESIN PERTANIAN DI INDOESIA a) SARANA PRODUKSI Sarana produksi pertanian (saprotan) merupakan

salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung perkembangan atau kemajuan pertanian terutama untuk mencapai tujuan terciptanya ketahanan pangan. Pupuk dan pestisida (obat-obatan pertanian) adalah sarana produksi pertanian utama yang paling banyak diperlukan petani dalam kegiatan pertanian. Pupuk dalam hal ini terdiri dari pupuk organik (kompos, kotoran hewan, kasting, dan pupuk hijau) dan pupuk anorganik (urea, ZA, TSP, SP36 dan KCL). Sedangkan pestisida meliputi, herbisida, insektisida, fungisida, dan lainnya. Alsistan terdiri dari mesin-mesin yang berfungsi untuk menunjang pertanian, seperti misalnya mesin traktor, mesin perontok, sprayer, dll. Dengan semakin berkembangnya dan semakin majunya sistem pertanian di Indonesia, kombinasi yang tepat dari penggunaan sarana produksi pertanian, khususnya pupuk dan pestisida, sehingga permintaan sarana produksi pertanian (saprotan) yang terus meningkat dapat dipenuhi dengan terpenuhinya prinsip enam Tepat yaitu, tepat jumlah/dosis, tepat jenis, tepat harga, tepat mutu/kualitas, tepat waktu aplikasinya, dan tepat tempatnya (pupuk tersedia di kios saprotan). Pupuk, pestisida, dan sarana produksi lainnya seperti alat-alat pertanian, umumnya disediakan oleh pengecer yang biasanya berbentuk koperasi atau usaha dagang. Toko/kios saprotan merupakan salah satu usaha dagang yang banyak berada di sekitar petani yang menyediakan saprotan yang dibutuhkan petani. Dengan demikian, kios saprotan merupakan lembaga yang sangat penting bagi petani di dalam menyediakan saprotan. Namun kenyataannya seringkali fungsi lembaga ini menjadi terganggu yang disebabkan karena faktor teknis maupun ekonomis sehingga tidak tercapainya prinsip enam T seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Seringkali pada awal musim tanam, dimana petani sangat membutuhkan saprotan, toko/kios saprotan tidak mampu melayani petani, baik karena jumlahnya yang kurang dari yang diperlukan, ataupun karena tidak mampu menyediakan saprotan sama sekali. Hal itu disebabkan karena terhambatnya pasokan dari distributor maupun sub distributor yang telah ditunjuk, sedangkan distributor/sub distributor sangat tergantung pada pabrik pupuk (PT. PUSRI, PT. KUJANG, PUPUK KALTIM) yang melayani pupuk sesuai dengan wilayahnya masing-masing sampai lini III (tingkat kabupaten). Hal ini sejalan dengan diberlakukannya SK Menperindag No. 38 tahun 1996 tentang pengadaan dan penyaluran pupuk. Dari uraian di atas terlihat bahwa toko/kios saprotan merupakan lembaga yang sangat penting yang berhubungan langsung dengan petani dalam hal penyediaan sarana produksi pertanian (saprotan). Dengan kata lain, toko/kios saprotan berperan sebagai agent of development dalam menunjang keberhasilan pembangunan pertanian. Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana karakteristik industri toko/kios saprotan baik skala kecil maupun menengah, dikaji dari aspek teknis dan aspek pasar yang meliputi pembelian dan penjualan
1

saprotan, aspek finansial, prospek dan tingkat resiko yang dihadapi industri toko/kios saprotan tersebut. b) ALAT DAN MESIN PERTANIAN Sedangkan mesin-mesin pertanian, pemanfaatannya bergantung pada kondisi geografis dan demografis setempat. Alsistan akan bermanfaat secara optimal apabila digunakan di daerah yang tidak bisa dilakuka pengolahan secara manual dan jumlah tenaga kerja sangat sedikit. Sebagai contoh adalah penggunaan pompa air. Penggunaan pompa air akan lebih efektif dan efisien apabila diaplikasikan di daerah yang ketersediaan airnya kurang. Pemanfaatan dari alsistan sendiri diharapkan dapat dikolaborasikan dengan pemanfaatan saprodi untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Pengadaan dari alat dan mesin pertanian adalah melalui lembaga masyarakat atau koperasi, dengan sistem balas jasa. Sebagai contoh, pemanfaatan pompa air oleh petani dengan mengajukan permohonan peminjaman pompa kepada koperasi. Selanjutnya, koperasi akan menyetujui permohonan peminjaman oleh petani, dengan disertai perjanjian pembayaran. Petani kemudian memanfaatkan pinjama pompa tersebut untuk mengolah sawah. Pembayaran didasarkan pada penggunaan per jam, dengan biaya solar ditanggung sendiri oleh petani.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2010.http://binaukm.com/2010/05/peluang-usaha-perdagangan-sarana-produksipertanian-saprotan/ diakses tanggal 2 April 2011 Anonymous.2011.http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/pros-10_2004.pdf Diakses tanggal 2

April 2011.
Anonymous.2011.http://www.anneahira.com/alat-dan-mesin-pertanian.htm.

diakses tanggal 2

April 2011.
Anonymous.2011.http://www.drn.go.id/index2.php?option=isi&do_pdf=1&id=110

diakses

tanggal 2 April 2011.

You might also like