Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau absorbans suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang. Tujuan percobaan ini adalah untuk memeriksa keaditifan, panjang gelombang maksimum dan absorbansi KMnO4 dan K2Cr2O7 dengan spektrofotometer. Metode spektrofotometri sinar tampak (visible) didasarkan pada penyerapan sinar tampak oleh suatu larutan berwarna. Percobaan dilakukan dengan melakukan pengenceran terlebih dahulu terhadap larutan KMnO4 dan K2Cr2O7 pada konsentrasi yang berbeda-beda, kemudian mengukur absorban dari larutan tersebut sehingga diperoleh grafik antara panjang gelombang dengan absorbansi untuk menentukan panjang gelombang maksimum. Sedangkan larutan campuran dapat ditentukan konsentrasinya dari perhitungan dengan menggunakan grafik hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi. Dari grafik dapat diketahui bahwa panjang gelombang maksimum untuk KMnO4 526 nm dan untuk K2Cr2O7 434 nm. Nilai K pada larutan KmnO4 dengan panjang gelombang 434 nm dan 526 nm masing-masing adalah 93,473 dan 2646,4 sedangkan pada larutan K2Cr2O7 pada panjang gelombang 434 nm adalah 486,9 dan pada panjang gelombang 410 adalah 25,785. Pada pengukuran larutan campuran pada panjang gelombang 434 nm dan 526 nm konsentrasi masing-masing yang diperoleh 4,276 x 10-4 M untuk KMnO4 dan 1,435 x 10-3 M K2Cr2O7. Kata kunci: spektofotometer, absorban, K2Cr2O7, KMnO4, contoh sebagai fungsi panjang gelombang. Alat ini dapat digunakan untuk analisis dua
PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau absorbans suatu
komponen pada campuran yang tidak saling berinteraksi. Pada campuran tidak yang saling komponen berinteraksi,
EKSPERIMEN Peralatan yang digunakan untuk percobaan kali ini ialah spektrofotometer, buret 5.00 mL, pipet volume 5 mL, dan labu takar. Sedangkan untuk bahan yang
penyusunnya
apabila diukur absorbannya, absorban dari campuran tersebut merupakan penjumlahan dari absorbansi masing-masing komponen yang terdapat pada campuran. Ini
digunakan ialah larutan induk KMnO4 0.0200 M, larutan induk K2Cr2O7 0.0166 M, dan larutan H2SO4 2 M
merupakan sifat keaditifan suatu larutan yaitu keseluruhan absorban larutan pada panjang gelombang tertentu adalah jumlah dari absorban komponen-komponen yang terdapat dalam larutan. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut jika yang terlibat adalah 2 komponen dalam larutan: A1 ! k11 C1 k12 .C2 A2 ! k21 C1 k2 2 .C2 Hubungan penentuan komponen, ini memungkinkan masing-masing Keaditifan absorbans larutan KMnO4 dan K2Cr2O7 Larutan-larutan KMnO4 0,0200 M, K2Cr2O7 0,0166 M dan larutan campuran KMnO4 dan K2Cr2O7 disiapkan.
Absorbans larutan KMnO4 0,0200 M, K2Cr2O7 0,0166 M diukur dengan panjang gelombang 400-550 nm. Kemudian dibuat grafik hubungan antara panjang gelombang dengan nilai absorbans dan panjang
konsentrasi
gelombang maksimum ditentukan dimana absorbans bernilai maksimum. Nilai K Larutan standar KMnO4 0,0001 0,0004 M disiapkan dalam labu takar 50 ml dari larutan induk KMnO4. Ditambahkan 5 ml H2SO4 2 M. Diencerkan sampai tanda batas. Larutan standar K2Cr2O7 0,0013 0,0023 M disiapkan dalam labu takar 50 ml dari larutan induk K2Cr2O7 0,0166 M. Ditambahkan 5 ml H2SO4 2 M. Diencerkan sampai tanda batas. Diukur absorbans
saling tumpang tindih. Nilai tetapan k dapat diperoleh dari kurva kalibrasi masingmasing larutan standar yang diukur pada panjang gelombang maisng-masing
komponen. Absorptivitas dapat ditentukan dengan memakai hukum Lamber Beer ( A ! I b C ). Dalam sistem 2 persamaan, terdapat 2 variabel yang tidak diketahui yaitu C1 dan C2, maka persamaan tersebut dapat diselesaikan. Akhirnya C1 dan C2 dapat ditentukan.
larutan
pada
Pengukuran dilakukan pada range panjang gelombang ultraviolet dan sinar tampak. Pada proses pembuatan larutan
standar dan larutan sampel ke dalam larutan ditambahkan sejumlah H2SO4. Penambahan ini bertujuan supaya H2SO4 yang berperan sebagai reduktor mereduksi K2Cr2O7 dan KMnO4 menjadi ion-ionnya. Hal ini
diperoleh empat grafik dan empat nilai K (nilai K sebagai slope). Analisis Contoh Campuran Komposisi campuran yang diberikan ditetapkan absorbans dengan larutan jalan itu pada mengukur panjang
dikarenakan K2Cr2O7 dan KMnO4 stabil dalam bentuk ionnya dan absorban yang diukur adalah dalam bentuk ionnya. Reaksi yang terjadi adalah
Cr2 O7
2
H 2 O 2CrO 4
standar
2
2H
dengan
Larutan HASIL DAN DISKUSI Percobaan yang dilakukan kali ialah analisa dua komponen tanpa pemisahan pada KMnO4 dan K2Cr2O7. Keaditifan absorbans larutan KMnO4 dan K2Cr2O7 Analisa percobaan spektrofotometri terhadap larutan yang kali pada yang digunakan ini pada
dibuat
maksud untuk membuat kurva standar atau kurva kalibrasi sehingga nanti akan
diperoleh panjang gelombang maksimum dari larutan standar tersebut. Hal ini dikarenakan di sekitar panjang gelombang maksimum tersebut, bentuk kurva serapan adalah datar sehingga hukum Lambert-Beer akan terpenuhi dengan baik sehingga
adsorpsi berwarna
kesalahan yang ditimbulkan pada panjang gelombang maksimum dapat diperkecil. Dari hasil pengamatan diperoleh panjang gelombang standar: maks [K2Cr2O7] = 434 nm maks [KMnO4] = 525 nm maksimum untuk larutan
kemampuan KMnO4 dan K2Cr2O7, yaitu untuk K2Cr2O7 yang dilarutkan dalam air akan memberikan warna orange kemerahmerahan dan untuk KMnO4 yang dilarutkan di dalam pelarut air, maka warna yang dihasilkan larutan ialah ungu kebiruan.
senyawa KmnO4
P
434 525
K2Cr2O7
434 525
Berdasarkan data diatas maka diperoleh Nilai K Nilai k dapat ditentukan dengan cara mengukur absorbans dari larutan-larutan dengan konsentrasi yang berbeda yang telah diencerkan sebelumnya pada panjang
1.2 y = 2646.4x - 0.0382 1 R = 0.9995 0.8 0.6 0.4 0.2 y = 93.473x - 0.0233 R = 0.9872 0 0 -0.2 0.0005 y = 486.9x - 0.1063 R = 0.9875
Grafik K
gelombang maksimum tersebut. Nilai k ditentukan dari kemiringan kurva standar hubungan absorbansi dengan konsentrasi larutan. Absorban yang diperoleh untuk
larutan [KMnO4] pada panjang gelombang 434 nm dan 526 nm. [KMnO4] (M) 0.0001 0.0002 0.0003 0.0004 A pada maks 434 nm -0.014421 -0.0049693 0.0066905 0.01285 526 nm 0.21978 0.49863 0.76086 1.0145
y = 25.785x - 0.0178 R = 0.6058 0.001 0.0015 0.002 0.0025 KMnO4 pada 434 nm KMnO4 pada 526 nm K2Cr2O7 pada 434 nm K2Cr2O7 pada 526 nm
Absorban yang diperoleh untuk larutan [K2Cr2O7] pada panjang gelombang 434 nm dan 526 nm. [K2Cr2O7] A pada maks (M) 434 nm 526 nm
y y y y
K KmnO4 pada 434 nm (K1) = 93,473 K KmnO4 pada 526 nm (K2) = 2646,4 K K2Cr2O7 pada 434 nm (K3) = 486,9 K K2Cr2O7 pada 526 nm (K4) = 25,785
dengan Analisis Contoh Campuran Dari sejumlah data yang diperoleh dialurkan kurva kalibrasi antara absorpsi dengan konsentrasi larutan untuk
konsentrasi
komponen-kompnen
menentukan nilai K yang memenuhi hukum Hukum Lambert-Beer dirumuskan sebagai A = bC = k.C, yaitu nilai k merupakan gradien dari kurva kalibrasi tersebut. Aborban yang diperoleh sampel: Sampel A pada maks 434 nm 0,73873 526 nm 1,05900 KESIMPULAN Dari grafik dapat diketahui bahwa panjang gelombang maksimum untuk KMnO4 526 nm dan untuk K2Cr2O7 434 nm. Nilai K A1 = K1C1 + K3C2 93,473 C1 + 486,9C2 = 0,73873 A2 = K2C1 + K4C2 2646,4 C1 + 25,785 C2 = 1,059 (2) (1) pada larutan KmnO4 dengan panjang Hal ini dapat terjadi dimungkinkan karena ada interaksi antara KMnO4 dan K2Cr2O7.
gelombang 434 nm dan 526 nm masingmasing adalah 93,473 dan 2646,4 sedangkan pada larutan K2Cr2O7 pada panjang
Dengan menggunakan cara eliminasi pada persamaan (1) dan (2), maka diperoleh diperoleh : [KMnO4] = C1 = 4,276 x 10-4 M [K2Cr2O7] = C2 = 1,435 x 10-3 M Pada percobaan ini seharusnya berlaku sifat aditif pada campuran KMnO4 dan K2Cr2O7, tetapi dari data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa pada pengukuran pada panjang gelombang KMnO4 nilai absorbansi campuran tidak sama dengan nilai aljabar dari masing-masing larutan yang terpisah jika konsentrasinya sama
gelombang 434 nm adalah 486,9 dan pada panjang gelombang 410 adalah 25,785. Pada pengukuran larutan campuran pada panjang gelombang 434 nm dan 526 nm konsentrasi masing-masing yang diperoleh 4,276 x 10-4 M untuk KMnO4 dan 1,435 x 10-3 M K2Cr2O7.
REFERENSI Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. McGraw Hill. p 388-402 Skoog, Dauglas A., F. James Holler, Timothy A. Nieman. 1998. Principles of Instrumental Analysis. Fifth Ed. Page 343-346. Saunders College
Publishing.