You are on page 1of 3

LALIQ UGAAL Upacara Adat Menugal

Pendahuluan
Kehidupan Suku Dayak pada umumnya dan khususnya Suku Dayak Bahau Busaang Sangat dipengaruhi oleh faktor alam sekitarnya. Tingkah laku dan perbuatan/tindakan bahkan alam pikiran terpadu satu dengan alam dan lingkungannya. Alam dan lingkungan dirasakan memberi kebaikan, kemudahan, kemurahan, kesejahteraan dan kebahagiaan. Hal itu tampak dalam kegiatan sehari-hari terutama dalam kegiatan berladang ( membersihkan lahan untuk menanam padi ). Salah satu kegiatan yang sangat pokok, penting dan mulia adalah kegiatan berladang. Pekerjaan berladang adalah hal yang yang vital dan mulia dalam kehidupan mereka. Karena dengan bekerja berladang mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, yaitu pangan. Oleh karena itu berladang tidak boleh asal-asalan saja. Berladang harus melalui prosedur aturan adat tradisi dari nenek moyang turun temurun, supaya hasil panen melimpah. Bila hasil ladang ( panen ) melimpah mereka senang dan bahagia. Pada saat ini mereka mengadakan pesta syukur, misalnya diadakan upacara Adat Dangai ( adat/hadui anaak), yaitu upacara pengukuhan nama anak dan pesta/upacara Perkawinan Adat ( laliq/hadui Hawaq ). Sebaliknya bila panen gagal mereka merasa sedih dan susah. Otomatis dalam tahun itu tidak ada pesta meriah dan suasana kampung menjadi sepi. Jadi hampir seluruh kegiatan ( pekerjaan ) penting harus ada laliq ( adat ) yang dilaksanakan baik secara sederhana maupun meriah. Dengan dilaksanakan laliq/adat mereka merasa aman tentram, bebas dari rasa khawatir, was-was dan rasa takut pada HANTU (Penguasa Alam). BEBERAPA KATA / ISTILAH YANG HARUS DIPAHAMI Dalam masyarakat Suku Dayak Bahau Busaang jaman dulu ada empat ( 4 ) golongan/tingkat/status yang dikenal dengan nama : HIPUI, PENGGAWAQ, PANYIN DAN DIPAN. HIPUI : adalah kaum bangsawan (raja) yang dihormati,disegani, paling tinggi status Dalam masyarakat dan paling berkuasa PENGGAWAQ : adalah orang yang menjadi kaki tangan/membantu (kapir tulang ) Hipui. Mereka ini harus menguasai aturan adat dari nenek moyang.dan mereka ini Yang melaksanakan upacara-upcara adat. PANYIN : adalah masyarakat biasa ( rakyat jelata ). DIPAN : adalah orang yang menjadi pesuruh/pelayan Hipui. Mereka ini berasal

Dari kelurga Hipui dari suku lain yang kalah dalam peperangan (ditawan). Oooo0000oooo

Dari keterangan di atas jelas bahwa kaum bangsawan ( Hipui ) berkuasa penuh mengatur masyarakatnya. Dengan kata lain masyarakat harus patuh/tunduk/setia pada perintah kaum bangsawan dan pengetahuan tentang aturan adat/laliq didominasi oleh kaum Hipui dan penggawaq Umumnya masyarakat Suku Dayak Bahau Busang tinggal dan hidup di sekitar hutan belantara yang masih alami. Hutan dan pepohonan memberi kemudahan dan mensejahterakan. Hutan dan sungai dijaga. Jenis kayu tertentu diolah menjadi ramuan rumaktuah. Bekas ladang dibiarkan menjadi hutan kembali baru bisa dibukan untuk berladang lagi. Biasanya dan menurut tradisi Suku dayak Bahau Busang bila rencana suatu kegiatan dalam kampung Kaum Bangsawan mengudang masyarakat untuk membahas kegiatan tersebut. Begitu juga sebelum membuka ladang (lahan) Kaum Bangsawan ( Hipui ) mengumpulkan masyarakatnya untuk membahas rencana kegiatan berladang.Yang dibahas adalah rencana kegiatan berladang khususnya waktu memulai berladang. Setelah diputuskan kapan waktu yang baik (tepat), maka orang-orang tua (kepala adat) ditugasi untuk mengamati tanda atau pedoman tertentu biasanya matahari. Dari tempat tertentu yang telah disepakati pengamat (kepala adat) berdiri mengamati dari kejauhan posisi matahari melewati puncak gunung atau lembah atau pohon tertentu dan hal itu dilakukan setiap tahun. Bila posisi atau waktunya sudah tepat baru bisa mulai menebas. Yang boleh menebas lebih dahulu adalah kaum bangsawan (Hipui), setelah itu baru masyarakat biasa. Bagi masyarakat yang membuka ladang hutan belantara,pohon besar menebas lebih dulu (sekitar bulan Mei) bagi yang membuka lahan belukar boleh lambat, karena kayunya kecil dan cepat kering. Selanjutnya kita akan mengikuti tahap demi tahap kegiatan berladang dan adat/laliq yang harus dilaksanakan sesuai tahapan-tahapan kegiatan SEBELUM MENEBAS LADANG Sebelum menebas secara umum dimulai, kaum bangsawan (Hipui) memulai kegiatan menebas.Dua atau tiga oraang pergi menebas dilahan yang sudah rencanakan. Mereka mendirikan pondok sederhana (lujung) tempat tidur selama semalam dan besoknya menebas kurang lebih satu atau dua jam saja. Sebelum menebas dibaca mantra (doa) sebagai berikut : ........................................ Kegiatan ini disebut : MITANG LUMAQ, artinya menebas sebagian kecil sebagai tanda ( syarat awal ) bahw di tempat itu akan dibuka ladang. Sejak berangkat dari rumah ( kampung ) selama dalam perjalanan menuju lokasi dan selama berada di lokasi bahkan sampai pulang ke kampung mereka

berusaha mencari pertanda yang disebut YOQ. Pertanda atau yoq bisa berupa binatang atau bunyi binatang, seperti suara rusa, suara kijang, Suara/bunyi burung-burung tertentu, seperti : suara/bunyi burung elang, burung hisit (bahasa busang), yaitu burung kecil biasa mengisap bunga buah pisang, burung telajan (bahasa busang) biasa hidup di hutan jauh dari rumah, kaki seribu. Dalam masyarakat Suku Dayak Bahau Busang ada kata/istilah YOQ. Yoq berarti .pertanda. Ada yoq atau pertanda yang baik, ada yoq yang buruk/jahat. Apa bila yoq itu baik usaha berhasil, tetapi apa bila yoq tidak baik usaha apapun tidak akan berhasil. Yoq ini lazim diberlakukan pada saat pergi berburu, saat pergi mendulang emas, saat membangun pondok atau rumah, termasuk saat sebelum menebas ladang..

YOQ YANG BAIK Yoq yang baik Apa bila pada hari pertama berada di lokasai ladang yang akan ditebas, mereka mendengar suara burung hisit yang terbang melintas di depan dari arah kiri ke arah kanan. Itu pertanda baik (ini persyaratan minimal).

You might also like