You are on page 1of 12

OBSERVASI, ANALISIS BREAK EVEN DAN OPTIMASI USAHA KERIPIK TEMPE

TUGAS EKONOMI TEKNIK

Disusun oleh : Kelompok 4 Nia Anjani Widyana Ratnasari P. Lucia Febritha Dian Pertiwi K. Prisca Adriana 08.70.0012 08.70.0051 08.70.0063 08.70.0065 08.70.0102

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
2011

1.

GAMBARAN USAHA

Usaha yang kami observasi adalah usaha rumah tangga (home industry) milik Bu Anis yang bergerak di bidang produksi keripik tempe. Usaha ini masih tergolong home industry karena dari proses produksi hingga penjualan dilakukan di tempat tinggal mereka sendiri. Usaha keripik tempe ini berlokasi di Kelurahan Ponganan RT 01/02, Kecamatan Gunung Pati, Semarang.

Gambar 1. Denah Lokasi Usaha

Profil Pemilik Usaha Nama Tempat/Tanggal Lahir Alamat Gunung Pati, Semarang Pendidikan terakhir : SLTA : Siti Anis Soimun : Semarang, 18 Desember 1970 : Kel. Pongangan RT01/02, Kec.

Gambar 2. Bu Anis

Usaha Bu Anis ini sudah ditekuni sejak lama sehingga sudah dikenal oleh para tetangga dan langganan. Tahun 2004 Bu Anis mulai merintis karirnya menjadi wirausahawan kecil dengan membuka toko kelontong dan juga memproduksi berbagai jenis keripik. Ia menjual keripikkeripik tempe kepada para tetangga dan pedagang asongan langganannya yang kemudian menjual kembali keripik-keripik yang mereka beli dari Bu Anis ke masyarakat luas. Usaha keripik tempe milik Bu Anis ini ternyata terus berkembang sehingga berprospek memiliki keuntungan yang cukup tinggi.

Rumah sekaligus tempat usaha Bu Anis sudah cukup luas sehingga cukup digunakan untuk berdagang keripik tempe. Ia membuka warung kecil atau toko kelontong di samping depan rumahnya. Di toko kelontong tersebut dijual berbagai macam kebutuhan sehari-hari seperti minuman sachet, susu, sereal, dan berbagai jenis kopi, shampoo sachet, tempe, sayur-mayur, berbagai jenis bumbu masak, mie instant, kecap, dan masakan yang siap saji. Beberapa makanan siap saji yang dijual Bu Anis yaitu bandeng, semur, tahu isi, tumis kangkung, kering tempe, ayam, ikan tengiri, bawal, lodeh, dsb. Berikut ini merupakan gambar warung milik Bu Anis.

Gambar 3. Warung milik Bu Anis

Rumah sekaligus tempat usaha Bu Anis sudah cukup luas namun masih perlu ditingkatkan lagi kebersihan serta kerapiannya. Dapurnya berada di bagian belakang samping rumah. Peralatan masak sudah tertata dengan rapi hanya saja perapian yang mereka gunakan untuk memasak masih kurang mendukung kelancaran proses produksi.

Gambar 3. Layout tempat produksi

Gambar 4. Dapur Produksi

Produk-produk keripik tempe yang dihasilkan oleh Bu Anis laku di pasaran. Bahkan, Bu Anis tidak perlu lagi pergi keliling untuk menawarkan produknya. Justru para pedagang (reseller) serta pembeli lain yang datang membeli untuk dijual kembali atau dikonsumsi sendiri. Setiap harinya, Bu Anis mulai membuat keripik tempe dari pagi hingga selesai kemudian dilanjutkan pada siang dan sore hari. Dan ternyata, produknya selalu habis terjual. Dari situ, Bu Anis melihat bahwa usaha ini memiliki peluang untuk dikembangkan dalam kuantitas yang lebih besar.

Dalam mengelola usahanya, Bu Anis bekerja sendiri. Akan tetapi ketika permintaan meningkat, ia membutuhkan tenaga kerja lebih. Biasanya ketika ada pesanan dalam jumlah besar, Bu Anis meminta tolong tetangganya untuk membantu dan diberi komisi ketika sudah selesai mengerjakan bagiannya.

2.

DATA KEGIATAN USAHA YANG DILAKUKAN

Bahan baku dari pembuatan keripik tempe beragam namun sangat sederhana dan mudah ditemukan, karena bahan-bahannya merupakan bahan pangan yang sering dikonsumsi untuk rumah tangga sehari-hari. Bahan-bahan pembuatan keripik tempe terdiri dari santan kelapa, tepung beras, tepung tapioka, penyedap rasa, telur, kemiri, ketumbar, garam, bawang putih, dan tempe sebagai bahan utamanya. Biasanya Bu Anis membeli bahan seminggu atau dua minggu sekali di berbagai tempat. Terkadang di Pasar Johar, Pasar Gunung Pati, atau jika dalam keadaan mendesak Bu Anis membelinya di toko Indomaret atau Alfamart.

Pembelian bahan baku dan keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan selama ini tidak dicatat, namun hanya diperkirakan saja. Menurut Bu Anis, keuntungan yang diperolehnya per hari mencapai kurang lebih Rp 50.000,00 dengan penjualan 100 bungkus keripik. Harga keripik tempe di pasaran berkisar antara Rp 2.000,00. Tetapi biasanya penghasilannya selalu mencapai lebih dari Rp 50.000,00. Untuk usahanya ini, Bu Anis tidak memerlukan investasi alat. Untuk membuat keripik tempe, ia hanya menggunakan kompor, wajan penggorengan, baskom, tampah, dan alat masak lain yang sudah ia miliki untuk kebutuhan rumah tangga. Ia hanya memerlukan tambahan biaya listrik dan air per bulannya sekitar Rp 30.000,00. Menurut Bu Anis hasil penjualannya sudah mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari ia dan keluarganya, misalnya untuk makan, membayar air dan listrik, sekaligus untuk perputaran modal usaha, ditabung bahkan digunakan untuk arisan.

Bahan-bahan yang digunakan untuk 50 bungkus keripik keripik tempe antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Bahan Bumbu masak (ketumbar, kemiri, garam, bawang putiih, penyedap) Telur Tepung beras Tepung tapioka Kelapa Air Minyak Tempe TOTAL BIAYA TOTAL BIAYA PER BUNGKUS Jumlah 1 1 0,5 0,25 0,5 4 5 1 Satuan butir kg kg butir gelas liter bungkus Harga (Rp) 2.500 1.000 4.000 3.000 1.250 1.000 50.000 2.500 65.250 1.305

Diagram alir proses produksi dan pembuatan keripik tempe ialah sebagai berikut.

Telur, tepung, santan kelapa, penyedap rasa

bawang putih, garam, kemiri, ketumbar

tempe

diiris tipis

dihaluskan

digoreng matang

dicampur

digoreng hingga matang

tunggu hingga tidak begitu panas

dikemas dalam wadah plastik

KERIPIK TEMPE

Keterangan : : proses : bahan

Gambar Proses Produksi Keripik Tempe :

Pembuatan santan kelapa

Adonan tepung yang sudah dicampur telor dan penyedap rasa

Santan kelapa dicampur dengan adonan

Tempe yang sudah dimasak matang

Tempe matang dicelup adonan bumbu

Proses penggorengan

Keripik tempe ditiriskan

Proses pengemasan

Hasil pengemasan

Bu Anis dan hasil produksinya

3.

ANALISA DATA

a) Analisa Break Even Point

Dari hasil observasi, diketahui bahwa biaya keripik tempe Bu Anis meliputi : Variable cost (VC) Fixed cost (FC) Total cost (TC) Total revenue (TR) = Rp 1.350,00 per unit = Rp 30.000,00 = Rp 31.350,00 per unit = Rp 2.000,00 per unit

Jika dibuat dalam bentuk tabel, biaya keripik tempe Bu Anis sampai unit ke-100 ialah sebagai berikut. Unit 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Variable cost Rp 13.050,00 Rp 26.100,00 Rp 39.150,00 Rp 52.200,00 Rp 65.250,00 Rp 78.300,00 Rp 91.350,00 Rp 104.400,00 Rp 117.450,00 Rp 130.500,00 Fixed cost Rp 30.000,00 Rp 30.000,00 Rp 30.000,00 Rp 30.000,00 Rp 30.000,00 Rp 30.000,00 Rp 30.000,00 Rp 30.000,00 Rp 30.000,00 Rp 30.000,00 Total cost Rp 43.050,00 Rp 56.100,00 Rp 69.150,00 Rp 82.200,00 Rp 95.250,00 Rp 108.300,00 Rp 121.350,00 Rp 134.400,00 Rp 147.450,00 Rp 160.500,00 Total revenue Rp 20.000,00 Rp 40.000,00 Rp 60.000,00 Rp 80.000,00 Rp 100.000,00 Rp 120.000,00 Rp 140.000,00 Rp 160.000,00 Rp 180.000,00 Rp 200.000,00

Grafik BEP 1 Produk (Keripik Tempe)

Grafik BEP dan Biaya Keripik Tempe Bu Anis


250000 200000 Cost (Rp) 150000 variable cost 100000 50000 total revenue 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

BEP

total cost fixed cost

Unit

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa titik potong antara total cost dan total revenue berada pada titik (44; 88,000). Hal ini menunjukkan bahwa BEP keripik tempe dicapai pada penjualan 44 unit dengan harga jual sebesar Rp 88.000. Atau jika dihitung dengan rumus, maka perhitungannya sebagai berikut. TR = TC P . Q = FC + VC . Q 2000 . Q = 30000 + 1305 . Q 695 Q = 30000 Q= 43,17 44 Jadi, Bu Anis harus menjual 44 bungkus keripik tempe untuk mencapai kondisi impas, di mana ia tidak mengalami laba dan tidak mengalami kerugian.

b) Analisa Profit Untuk mengetahui laba bersih yang diperoleh Bu Anis dari usaha pembuatan keripik tempenya, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Jumlah produk Sales (Rp) Variable expenses (Rp) Contribution margin (Rp) Fixed Cost (Rp) Net Income (Rp) Current sales 100 unit 200000 130.500 69.500 30.000 39.500

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dengan penjualan 100 bungkus keripik tempe setiap harinya, Bu Anis memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 39.500,00. Padahal, sebelumnya Bu Anis memperkirakan keuntungan yang diperolehnya per hari mencapai kurang lebih Rp50.000,00 dengan penjualan 100 bungkus keripik. Jadi, ternyata perhitungan laba Bu Anis selama ini kurang tepat, karena Bu Anis tidak memperhitungkan biaya fixed cost dan biaya investasi lainnya.

Dari hasil perhitungan tersebut, laba bersih yang diperoleh Bu Anis per hari tampaknya masih relatif rendah, sehingga diperlukan suatu peningkatan produksi keripik tempe untuk meningkatkan laba yang diperoleh. Untuk itu , maka diperlukan suatu perhitungan target laba bersih yang baru. Hal ini dapat dilakukan dengan menetapkan target net profit. Sebagai

asumsi, laba yang diinginkan Bu Anis sebesar Rp 100.000,00. Maka, perhitungannya sebagai berikut. Unit solds to earn target profit
     

=187,1 unit 188 unit Dari perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa untuk memperoleh target laba sekitar Rp 100.000,00 maka keripik tempe yang harus dijual oleh Bu Anis setiap harinya ialah sebesar 188 bungkus. Perbandingannya dengan penjualan sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut. Jumlah produk Sales (Rp) Variable expenses (Rp) Contribution margin (Rp) Fixed Cost (Rp) Net Income (Rp) Current sales 100 unit 200.000 130.500 69.500 30.000 39.500 Proposed sales 188 unit 376.000 245.340 130.660 30.000 100.660

Sebenarnya, untuk meningkatkan laba yang diperoleh, selain meningkatkan jumlah produksi, dapat juga dilakukan dengan meningkatkan harga jual per unit produk keripik tempe tersebut. Misalnya dengan jumlah produksi per harinya tetap 100 unit, namun harga jual produk per unitnya dinaikkan menjadi Rp 2.500,00. Perhitungannya ialah sebagai berikut. Jumlah produk Sales (Rp) Variable expenses (Rp) Contribution margin (Rp) Fixed Cost (Rp) Net Income (Rp) Current sales 100 unit 200000 130.500 69.500 30.000 39.500 Proposed sales 100 unit 250000 130.500 119.500 30.000 89.500

Cara ini juga dapat dilakukan. Akan tetapi, dengan menaikkan harga produk, akan timbul resiko produk akan lebih sulit laku. Apalagi produk keripik tempe Bu Anis ini banyak yang dijual lagi oleh para reseller yang sudah berlangganan. Jadi untuk memperoleh laba lebih tinggi, memang sebaiknya harga jual produk keripik tempe ini tetap atau tidak dinaikkan, melainkan dengan meningkatkan jumlah produksinya.

4.

SARAN BAGI USAHA YANG BERSANGKUTAN

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa, usaha kecil dan menengah seperti home industry milik Bu Anis, masih kurang tepat dalam memperhitungkan laba, sehingga pendapatan yang diperoleh Bu Anis sebenarnya tidak sebanyak yang ia perkirakan. Selain itu, keuangan usahanya juga belum diatur dengan baik, karena antara keuangan usaha dan keuangan rumah tangganya masih belum ada pemisahan atau pembagian yang jelas. Dari situ, ada beberapa saran yang dapat kami berikan untuk usaha keripik tempe Bu Anis, di antaranya ialah : i Untuk mengelola usahanya dengan baik, sebaiknya Bu Anis perlu melakukan suatu pengelolaan keuangan yang baik. Caranya, yakni dengan melakukan pembukuan keuangan usaha yang dipisahkan dari keuangan rumah tangga, melakukan perhitungan target laba bersih dengan memperhitungkan semua biaya-biaya secara rinci dan lengkap, serta menetapkan target net profit secara jelas. i Jika usaha Bu Anis ingin memperoleh laba yang lebih tinggi, maka sebaiknya jumlah produk yang dihasilkan juga ditingkatkan. Jadi, untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi, maka harus menjual produk sebanyak 188 unit sehingga diperoleh laba sebesar Rp 100.660,00. i Disarankan pula, untuk kelangsungan dan perkembangan usahanya, maka Bu Anis sebaiknya perlu menyisihkan sebagian keuntungannya untuk investasi alat. Sehingga, suatu saat ia dapat membeli alat yang ukurannya lebih besar untuk memproduksi keripik tempe dengan jumlah yang lebih banyak, sehingga keuntungannya pun akan semakin besar.

You might also like