You are on page 1of 6

Perencanaan pembangunan daerah di bidang sarana transportasi memegang peranan yang sangat penting sekali.

Hal ini dibuktikan dengan semakin baiknya sarana dan prasarana transportasi, maka akan semakin mudah dan tepat dalam rencana pembangunan dibuat. Dalam perencanaan pembangunan suatu daerah atau kota diperlukan data-data mengenai seberapa banyak alat transportasi, dimana data tersebut diperlukan untuk memperlancar aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi, sosial, budaya, politik, dan sebagainya. Pada prinsipnya penyelenggaraan pembangunan daerah tidak akan terlepas dari apa, siapa, dan bagaimana cara mendukung pembangunan tersebut. Di dalam Upaya pengembangan dalam rangka peningkatan pembangunan salah satunya dilakukan dengan cara pembangunan atau pengembangan, dan perbaikan di bidang transportasi, yang mana akan membawa pengaruh kepada adanya peningkatan kesejahteraan, pembangunan ekonomi, politik, sosial, budaya. Maka sarana dan prasarana di dalam transportasi tersebut harus diperhatikan. Permasalahan transportasi memang perlu mendapatkan perhatian, hal tersebut diperlukan untuk memperlancar aktifitas-aktifitas masyarakat, karena dengan adanya transportasi yang memadai baik sarana maupun prasarana yang digunakan. Kelancaran perhubungan khususnya menyangkut masalah perekonomian tidak terhambat, sehingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Pada bidang transportasi jaringan jalan merupakan prasarana fisik untuk menunjang kelancaran, kenyamanan dan keselamatan yang diharapkan bagi pengguna. Namun pada kenyataannya, jalan dalam pelayanannya mengalami penurunan kondisi. Dimana kondisi tersebut jalan keadaan baik, jalan keadaan sedang, jalan rusak ringan, dan jalan keadaan rusak berat. Kondisi kerusakan jalan dapat terjadi oleh beberapa faktor antara lain dikarenakan telah melewati umur rencana, penggunaan material bahan jalan yang tidak memenuhi spesifikasi, pelaksanaan yang tidak mengacu pada pedoman (standar spesifikasi pelaksanaan), kurangnya pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan, tidak teraturnya pemeliharaan dan peningkatan jalan untuk mengembalikan kondisi serta beberapa faktor penyebab lainnya. Kerusakan dapat terjadi pada perkerasan dan diluar perkerasan. Kerusakan di luar perkerasan jalan seperti :

1. Lokasi yang drainase tata alirnya tidak terpelihara, sehingga air sebagai pemicu. 2. Amblesan dan penurunan yang tidak merata karena berada diatas lapisan tanah lembek yang tebal. 3. Mengalami longsoran pada badan jalan karena berada pada daerah akumulasi air (air permukaan dan air tanah). Untuk merencanakan jalan yang baik perlu memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap air. Jika dilihat dari segi pelayanan, jalan harus rata, tidak licin, geometrik memadai dan ekonomis. Untuk itu, dibutuhkan suatu rancangan perkerasan yang mampu melayani beban berupa lalu lintas yang melewati perkerasan tersebut. Perkerasan jalan adalah lapisan atau badan jalan yang menggunakan bahan khusus, yaitu campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai terdiri dari batu pecah, batu belah, batu kali, sedangkan bahan ikat yang digunakan berupa aspal, semen. Dari segi jenis bahan pengikat yang dipergunakan dikenal jenis perkerasan yaitu perkerasan lentur, perkerasan kaku dan perkerasan komposit.

Perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya. Bagian perkerasan jalan umumnya terdiri dari lapis pondasi bawah (sub base course), lapis pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface course). Perkerasan kaku (rigid pavement), atau jalan beton semen terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar sedangkan konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), plat beton sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan. Sedangkan perkerasan komposit merupakan gabungan konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement) dan lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) di atasnya. Jenis-jenis perkerasan jalan raya tersebut untuk lebih lanjutnya kita akan bahas pada edisi tulisan berikutnya. Berikut ini gambar perkerasan jalan.

Perkerasa komposit

Bagaimana Merencanakan Perkerasan Lentur (Plexibel Pavment) Menggunakan Metode Bina Marga. Bagi para kontraktor ada baiknya sebagai body of knowledge didalam pengerjaan perkerasan jalan raya untuk mendapatkan kualitas jalan raya yang ideal atau sesuai dengan umur rencana jalan dan bukan hanya gambar desain atau RAB (Rencana Anggaran Biaya) semata hanya mengejar profitnya saja maka dalam perencanaan perkerasan lentur perlu dipertimbangkan seluruh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan konstruksi jalan seperti

7.

1. 2. 3.

1. Fungsi jalan. 2. Kinerja perkerasan. 3. Umur rencana. 4. Lalu lintas yang merupakan beban dari perkerasan jalan. 5. Sifat tanah dasar. 6. Kondisi lingkungan. Sifat dan banyak material yang tersedia dilokasi, yang akan dipergunakan sebagai bahan lapisan perkerasan. Pertimbangan lain di dalam pemilihan komposisi perkerasan yaitu Lapisan permukaan pada umumnya harga mahal sehingga diusahakan menggunakan tebal minimum. Lapisan pondasi relatif murah sehingga penggunaannya relatif tebal. Untuk lapisan pondasi bawah yang harganya paling murah (ekonomis), penggunaan tebal perkerasan diusahakan maksimum. Tetapi mungkin saja dengan menggunakan metode ini kemungkinan para pemborong profitnya akan sedikit. Sebagai pengetahuan di dalam pengerjaan lapis perkerasan jalan raya ini untuk menghasilkan kualitas jalan raya yang baik atau ideal sebaiknya berpatokan kepada metoda ini. Perencanaan tebal perkerasan yang akan diuraikan ini adalah merupakan dasar dalam menentukan tebal perkerasan lentur yang dibutuhkan untuk suatu jalan raya. Yang dimaksud perkerasan lentur (fleksibel pavement) dalam perencanaan ini adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran aspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapis bawahnya. Pada perencanaan lapis perkerasan ini perlu dilakukan survey terlebih dahulu untuk mendapatkan desain yang tepat dan menghasilkan kinerja jalan yang baik. Sebagai contoh dasar perencanaan lapisan perkerasan jalan raya dengan interprestasi, evaluasi dan kesimpulan-kesimpulan yang akan dikembangkan dari hasil penetapan ini harus juga memperhitungkan penerapannya secara ekonomi sesuai dengan kondisi setempat, tingkat keperluan, kemampuan pelaksanaan dan syarat-syarat teknis lainnya, sehingga kontruksi jalan yang direncanakan itu adalah optimal. Sebagai interpretasi desain lapisan perkerasan jalan raya dengan data sebagai berikut : Fungsi Jalan : Arteri Daerah : Dalam Kota Tipe jalan : 4 / 2 UD Daerah medan : Datar Curah Hujan : 700 mm/thn Umur Rencana : 20 tahun Perkembangan Lalu-lintas (i) : 5 % (kenadaraan ringan), 3 % (kendaraan berat) : 4 6 4 5 6 6 5.5 - 4.5 5 (hasil pengujian laboratorium) Kendaraan ringan 2 ton (LV) = 500 kendaraan/hari/2 arah Bus Besar 8 ton (LB) = 170 kendaraan/hari/2 arah Truk 2 as 9 ton (MHV) = 90 kendaraan/hari/2 arah = 50 kendraan/hari/2 arah

ton 1.

Perencanaan Bahan-bahan Perkerasan Lapisan Permukaan : Asbuton, MS 744 Lapisan Pondasi : Laston atas, MS 340 Lapisan Pondasi bawah : Batu Pecah Kelas A
Nilai CBR yg dipakai : 4.2 (hasil laboratorium)

2.

Lalu Lintas Harian rata-rata (LHR)

Komposisi kendaraan awal umur rencana (2011) : Kendaraan ringan 2 ton (LV) = 500 kend/hari/2 arah Bus Besar 8 ton (LB) = 170 kend/hari/2 arah Truk 2 as 9 ton (MHV) = 90 kend/hari/2 arah Truk 3 As 20 ton = 50 kend/hari/2 arah 3. Perhitungan LHR pada tahun 2031(akhir umur rencana) : LHR Rn LHRo x (1 + i )n Kendaraan ringan 2 ton (LV) = 500 x ( 1 +5% )20 = 1327 kendaraan/ hari Bus Besar 8 ton (LB) = 170 x ( 1 + 5% )20 = 452 kendaraan/ hari Truk 2 as 9 ton (MHV) = 90x ( 1 + 5% )20 = 239 kendaraan/ hari Truk 2 as 9 ton (MHV) = 50 x ( 1 + 5% )20 = 133 kendaraan/ hari 4. Menentukan Angka Ekuivalen ( E ) Kendaraan ringan 2 ton (LV)(1+1).0,0002 + 0,0002 = 0,0004 Bus Besar 8 ton (LB)(3+5).............0,0577 + 0,1410 = 0,0627 Truk 2 as 9 ton (MHV) @ Distribusi beban roda depan dan belakang = 34% dan 66% = 0,0198 + 0,2808 = 0,3006
Truk 3 As 20 ton @ Distribusi beban roda depan dan belakang = 25 % dan 75%

= 0,1410 + 0,0006 = 0,1416 5. Menentukan LEP

Kendaraan ringan 2 ton (LV) Bus Besar 8 ton (LB) Truk 2 as 9 ton (MHV) Truk 3 as 20 ton (LT) LEA

0,3 x 1327x 0,0004 = 0.159 0,45 x 452 x 0.1593 = 32.40 0,45 x 239 x 0.3006 = 32.33 0.45 x 133 x 0.1416 = 8.47

+ = 73.759

6.

7.

Menentukan LET LET10 = ( LEP + LEA10 ) = (19.087 +73.759) = 46.423 Menentukan LER

8.

9.

Menentukan Tebal Lapisan Perkerasan Dari nomogram korelasi DDT dan CBR, dengan CBR tanah dasar = 4.2 % diperoleh nilai DDT = 4,4 Faktor Regional % kendaraan berat

10. Indeks Permukaan Lapis permukaan (asbuton) IPo = 3.9 - 3.5 Arteri, LER20 = 92.846 IPT = 2 11. Indeks Tebal Perkerasan Digunakan nomogram no.4 ITP = 7 12. Menetapkan Tebal Perkerasan Koefisien Kekuatan Relatif Lapisan permukaan,Asbuton, MS 744 a1 = 0,35 Lapisan Pondasi Laston atas, MS 340 a2 = 0,24 Lapisan Pondasi bawah Batu Pecah Kelas A a3 = 0,14 Tebal Lapisan Minimum Lapisan permukaan Laston, MS 744 D1 = 7.5 cm Lapisan Pondasi Laston atas, MS 340 D2 = 10 cm Lapisan Pondasi bawah Pasir Batu Kelas B D3 = 10 cm Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam Pemilihan komposisi Perkerasan : 1. Lapisan permukaan pada umumnya harga mahal sehingga diusahakan menggunakan tebal minimum. 2. Lapisan pondasi relative murah sehingga penggunaannya relatif tebal. 3. Untuk lapisan pondasi bawah yang harganya paling murah (ekonomis), penggunaan tebal perkerasan diusahakan maksimum.
Dari beberapa pertimbangan diatas maka perlu dilakukannya perhitungan ulang, dalam hal ini untuk memaksimalkan penggunaan lapisan pondasi bawah ( Pasir batu kelas B ), maka tebal lapis perkerasan perhitungan di atas
ITP 7 7 = a1.D1min + a2.D2min + a3.D3max = (0,35.7,5) + (0,24.10) + (0,14.D3max) = 2.625 + 2.4 + (0,14.D3max)

D3max

16.46 cm 17.5 cm

Susunan Lapis Perkerasan Jalan

Berharap tulisan tentang perencanaan tebal perkerasan lentur (Plexibel Pavment) untuk perkerasan jalan raya dengan metode Bina Marga dengan menggunakan ini merupakan tambahan wawasan bagi para perencana, pemborong atau yang haus akan khasanah keilmuan pada rekayasa jalan raya ini. Menyadari sekali pada dasarnya bukan hanya gambar dan RAB tetapi sangat diperlukan sekali kajian sebagai bahan dasar perencanaan serta acuan dalam perencanaan tebal perkerasan ini. Dengan maksud untuk menghasilkan suatu produk prasarana yang mempunyai kinerja jalan yang baik aman, nyaman bagi si pengguna jalan tersebut. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan kita.***

You might also like