You are on page 1of 22

PERKEMBANGAN, TANTANGAN, DAN PELUANG PERS INDONESIA

Oleh Khoirul Faizin Auditorium STAIN Kediri, 24 November 2007

PERIODESASI PERS
# Masa Penjajahan Belanda # Masa Penjajahan Jepang # Masa Revolusi # Masa Orde Lama # Masa Orde Baru # Era Reformasi

MASA PENJAJAHAN BELANDA


@ 1712: Batavia, dilarang diterbitkan oleh 17 direktur VOC @ 1744: 7 Agustus, Batavia Nouvelles en Politique Raisonnementen (Berita dan Penalaran Politik Batavia), terbit mingguan Ditutup, 20 Juni 1746

MASA PENJAJAHAN BELANDA


@ 1776-1809: Het Vendu-Nieuws (Berita Lelang), hanya berisi tentang perdagangan VOC, dan bukan berita dalam negeri @ 1856: Drukpers Reglement (UU Pers) Pra-cetak harus dikirim ke: - Kepala pemerintahan setempat - Pejabat justisi

MASA PENJAJAHAN BELANDA


@ 1906: UU Pers diperbarui dengan agak melonggarkan pembatasan terhadap pers (pengiriman pasca terbit dan edar) @ 1931: Persbreidel Ordonantie (UU Pembreidelan) Isinya:- Mengganggu ketertiban umum (8 hari) - Masih mengganggu (1 bln)

MASA JEPANG
# 1942-1945: UU Nomor 16 oleh Jepang Isinya: - Surat izin terbit - Sensor preventif - Menempatkan penasehat Jepang di kantor surat kabar Juga diberlakukan larangan untuk: - Surat kabar Belanda - Surat kabar Indonesia yang anti Jepang - Surat kabar Tionghoa anti agresi

MASA REVOLUSI
@ 1945-1949: DPKN melarang diedarkannya Revolusioner (Yogyakarta) yang menyebut Soekarno bombastis - Soeara Moeda (Solo, diterbitkan IPI) - Suara Rakjat (A. Aziz, Kediri), dibreidel oleh gubernur militer Jatim, memuat penembakan mati Muso (PKI) - 1948: Pemerintah RI di Yogyakarta membreidel 3 harian (Revolusioner, Patriot, dan Soeara Iboekota) karena dianggap menyuarakan komunis

MASA ORDE LAMA


@ 1949-1958: Pasca-penyerahan kedaulatan RI ke Indonesia, kebebasan pers tetap tidak terjamin @ 1952-1953: - Pemred Harian Keng Po dan Asa Bafaqih Pemred Pemandangan diadili atas tuduhan penyebaran berita bohong. - Asa Bafaqih diadili, dianggap membocorkan rahasia negara (rencana kenaikan gaji) - Harian Merdeka dan Berita Indonesia (BM Diah) dilarang terbit sementara oleh militer - Beberapa wartawan asing diusir

MASA ORDE LAMA


# 1956: 14 September terjadi pengendalian terhadap pers melalui keputusan KASAD Mayjen AH Nasution. Isinya: melarang percetakan, penerbitan dan penebaran serta pemilikan tulisan, gambar, klise atau lukisan yang mengecam, persangkaan atau penghinaan terhadap presiden, wapres, atau pejabat pemerintah lainnya Peraturan ini dicabut pada akhir Oktober 1956

MASA ORDE LAMA


# 1957: 13 September, pembreidelan massal pertama kali dalam sejarah Pers Nasional terhadap 10 surat kabar dan 3 kantor berita oleh penguasa militer Jakarta Raya # 1957: 2 Desember, penutupan semua media pers berbahasa Belanda demi kepentingan nasional (kasus Irian Barat)

MASA ORDE LAMA


# 1958-1965/1966: Pembreidelan dan ijin terbit di masa Demokrasi Terpimpin # 1958: semua surat kabar dan majalah harus mendaftarkan diri pada Penguasa Perang Daerah (Peperda) Jakarta Raya untuk memperoleh SIT # 1959: 25 surat kabar di Jakarta dan 6 surat kabar di daerah dibreidel

MASA ORDE LAMA


@ 1960: Pemerintah membentuk Badan Pembinaan dan Pengendalian Pers - Pemerintah menyita lebih dari selusin percetakan swasta - Oktober: PP Nomor 3/1960 melarang terbit media yang tidak berbahasa latin dan Arab - 12 Oktober: PP Nomor 10/1960 tentang Surat Ijin Terbit (SIP)

MASA ORDE BARU


1965-1974: - Pasca G 30 S/PKI, awal Orde Baru dibreidel sebanyak 163 surat kabar tanpa batas waktu - Oktober 1966: Diberlakukan Surat Izin Cetak (SIC) bagi setiap terbitan pers SIC dicabut, 3 Mei 1977 - 12 Des. 1966: UU RI No. 11 tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers - Januari 1974: menghentikan pers oposan, pemberedeilan terhadap antara lain; Harian Nusantara, KAMI, Indonesia Raya, Abadi, The Jakarta Times, dan Pedoman

MASA ORDE BARU


@ 1974-1978: Pers Pendukung Pembangunan # 1977-1978: - Larangan terbit selama 2 minggu terhadap 7 harian ibukota. (Kompas, Merdeka, Sinar Harapan, Pelita, The Indonesia Times, Sinar Pagi, Pos Sore) - Pembreidelan terhadap 7 surat kabar mahasiswa (Jakarta: Salemba, Tridharma; Bandung: Kampus, Integritas, Berita ITB; Yogyakarta: Muhibah; Palembang: Aspirasi)

MASA ORDE BARU


@ 1978-1986: Pers Maju-Mundur # 1981: Ada 49 imbauan larangan menyiarkan berita tertentu (Sinar Harapan) # 1982: 20 September ditetapkan UU RI No. 21 Tahun 1982 tentang Perubahan atas UU No. 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers. SIT dalam UU Pokok Pers No 11 Tahun 1966 diganti dengan SIUPP No. 21/1982

MASA ORDE BARU


@ 1984: # 31 Oktober, Permen Penerangan No. 01/Per/Menpen/1984 tentang SIUPP, 20 persen sahan terbitan pers atau modal perusahaan harus dimiliki wartawan dan karyawan pers # 30 November, SK Menteri Penerangan No. 214A/Kep/Menpen/1984 tantang Prosedur dan Persyaratan Mendapat SIUPP

MASA ORDE BARU


@ 1993, Oktober, The Jakarta Post, mendapat peringatan karena memuat tulisan menimbulkan kesan negatif tentang Menteri Keuangan Malaysia # Karni Ilyas (Pemred Forum Keadilan): - Sekitar 5 tahun tidak ada pressure pada pers - Pembatasan terhadap pers agak longgar - Kehidupan pers dipersulit karena PWI tidak mandiri dan independen

ERA REFORMASI
Semua sendi kehidupan, tidak terkecuali Pers, mengalami euphoria kebebasan. Khususnya Pers menjadi Full Power (baik lewat aturan, konvensi, atau adopsi terhadap tradisi pers LIBERAL)

FUNGSI PERS
Sebagai salah satu pilar dari demokrasi, pers memiliki fungsi dan peran sebagai: # to Educate # to Inform # to Intertaint # to Control

PELUANG
Bila dibandingkan dengan 5 (lima) masa sebelumnya, kondisi pers hari ini jauh lebih baik (berpeluang) untuk eksis dan berkembang.Minimal jika dilihat dari: # Sikap/Kebijakan Pemerintah # Iklim Kebebasan Pers # Kondisi Masyarakat Global

TANTANGAN
@ IKLIM GLOBALISASI @ TUNTUTAN PASAR (MARKET) @ PROFESIONALISME PERS @ KEMANDIRIAN PERS @ SIKAP KRITIS MASYARAKAT

TERIMA KASIH

You might also like