You are on page 1of 1

Ekspedisi militer kedua terjadi pada tahun 1874, dipimpin oleh Mayor Jenderal Van Swieten.

Pertempuran terjadi kembali di sekitar Mesjid Raya Aceh. Pasukan rakyat Aceh dipimpin oleh Panglima Polim. Belanda mengarahkan serangannya ke istana. Melalui pertempuran yang berjalan sengit, istana dapat dikuasai oleh Belanda. Walaupun istana telah direbut Belanda, tetapi perjuangan rakyat Aceh terus berkobar. Daerahdaerah di luar kota dikuasai sepenuhnya oleh para pejuang Aceh. Mereka dipimpin oleh para teuku (panglima) dan teungku (ulama) Mayor Jenderal Van Swieten diganti oleh Jenderal Pel. Namun Jenderal Pel tewas dalam pertempuran di Tonga. Melihat kenyataan itu, pemerintah colonial Belanda akhirnya mengirim seorang misionaris ahli bernama Dr. Snouck Hurgronje dengan menggunakan nama samaran Abdul Gafar. Ia meneliti kehidupan rakyat Aceh dengan ikut berbaur ke dalamnya. Dengan tekanan yang keras, satu per satu pimpinan rakyat Aceh dapat ditaklukkan. Baik dengan jalan ditangkap maupun menyerahkan diri. Dengan hilangnya para pemimpin rakyat Aceh, akhirnya Aceh dapat dikuasai oleh Belanda pada tahun 1904. Demikianlah tidak ada satu pun rakyat atau kerajaan dan penguasa di wilayah Nusantara yang menyerah begitu saja kepada penjajah. Mereka berjuang mempertaruhkan segala harta, masa depan, bahkan nyawa untuk membela dan mempertahankan kedaulatan sebagai bangsa yang merdeka.

You might also like