You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

Kelainan telinga luar dapat merupakan kelainan kongenital. Kelainan kongenital telinga luar adalah sebagai akibat gangguan perkembangan arkus brankialpertama dan kedua. Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan gangguan perkembangan arkus brankial pertamadan kedua salah satunya adalah fistula preaurikuler. Fistula preuarikuler merupakan kelainan kongenital yang umum ditemukan, pertama kali diuraikan oleh heusinger pada tahun 1864. Sering ditemukan pada pemeriksaan rutin berupa lubangkecil pada telinga luar, biasanya terdapat pada bagian anterior helix, tragus atau lobulus. Secara anatomi terletak di lateral dan superior dari nervus fasialis dan kelenjar parotis. Fistula atau sinus preaurikuler diturunkan secara autosomal dominan inkomplit, dengan manifestasi yang berbeda. Sekitar 25-50% kasus terjadi secara bilateral. Biasanya asimptomatik, beberapapasien menunjukan adanya sekret purulen yang kronis. Ciri khas dari terbukanya lubang preaurikuler ini mengeluatkan sekret seperti keju yang terjadi dari deskuamasi keratin debrispreaurikuler sinus jarang menimbulkan gejala kecuali jika terineksi, adanya sekret beerpotensi menjadi infeksi. Nyeri, nyeri tekan dan pembengkakan pada anterior aurikel menandakan adanya preaurikuler sinus yang terinfeksi. Menurut penelitian 52% pasien menunjukan inflamasi padasinusnya, 34% adanya abses, dan 18% sudah terinfeksi. Infeksi ini sering disebabkan oleh bakteri anaerob. Penyebab yang teientifikasi adalah staphylococcus epidermidis (31%) Staphylococcus aureus (31%), Streptococcus viridans (15%), Peptococcus Sp (15%), Proteus Sp (8%) Jika terdapat infeksi pada peaurikuler sinus harus diberikan antibiotiksistemik, penisilin merupakan terapi antibiotik awal yang dianjurkan. Jikaterdapat abses harus dilakukan insisi dan drainase. Terapi definitif dari lubang

preaurikuler dan sinus preaurikuler membutuhkan eksisi lengkap dari saluran lubang dan sinus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 ANATOMI TELINGA
TELINGA LUAR Telinga luar termasuk aurikula atau pinna, dan liang telinga. Liang telinga mempunyai bagian tulang dan tulang rawan. Membrana timpani memisahkan telinga luar dan telinga tengah. boies Telinga luar terdiri dari daun telinga dan kanal pendengaran luar.Keduanya memuat tulang rawan elastis yang diperoleh dari mesoderm dan sejumlah kecil jaringan subcutaneous, ditutup oleh kulit dengan adnexal appendagenya (1,2). Pada lobule terdapat lemak tetapi tidak ada tulang rawan. AURIKEL Rangka dari daun telinga adalah suatu struktur tulang rawan yang kompleks. Pada bayi dan anak-anak lembut, elastis dan dangkal. Bagian pinggir lateral superior dari daun telinga adalah helix. Secara urut dari belakang ke depan scapha, anti helix, fossa triangularis, antitragus dan conka dan yang letaknya lebih ke depan dari modus akustikus externus adalah tragus. Labulus tambahan pada bagian inferior dari daun telinga. Daun telinga punya tiga otot ekstrinsik anterior, superior dan posterior aurikulas dan enam otot instrinsik kanalis akustikus externus. KANALIS AKUSTIKUS EXTERNUS Panjang liang telinga kira-kira 2.5 cm, membentang dari bibir depan konka hingga membrana timpani. Sepertiga bagian luar adalah bagian kartilaginosa sedangkan duapertiga bagian dalam adalah bagian tulang. Bagian yang tersempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga bagian luar atau bagian kartilaginosa dari liang telinga yang dapat bergerak.. Bersama dengan lapisan luar membrana timpani, liang telinga membentuk suatu kantung berlapis epitel yang dapat memerangkap kelembaban, sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu. boies

Kanal pendengaran luar dapat dilihat pada dua bagian. Bagian luar 40% adalah cartilaginous dan berisi suatu lapisan tipis jaringan subcutaneous antara kulit dan tulang rawan. Bagian dalam 60% adalah osseous, terbentuk terutama oleh tympanic ring, dan berisi sedikit sekali jaringan lembut antara kulin, periosteum, dan tulang. Panjang rata-rata kanal pendengaran luar orang dewasa adalah 2,5 cm. Karena posisi miring dari tympanic membran, maka bagian posterosuperior kanal adalah sekitar 6 mm lebih pendek daripada bagian anteroinferior (1). Persimpangan jalan cartilaginous dan bagian-bagian tulang kanal merupakan bagian sempit yang disebut isthmus.
bailey

Gambar 1.2 Anatomi Telinga

Gambar 1.3 Tulang Kartilago Daun Telinga Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam telinga. Tragus dan antitragus membentuk suatu rintangan parsial untuk jalan masuk benda-benda asing macroscopic. Secara menyamping ke bagian tengah, kanal membelok sedikit ke atas dan ke belakang dalam bentuk S yang lembut. Kulit kanal cartilaginous berisi banyak sel rambut dan kelenjar-kelenjar sevaceous dan apocrine seperti kelenjar-kelenjar cermumen (Gambar 135.2). Bersama-sama, tiga struktur adnexal ini memberikan suatu fungsi perlindungan dan disebut suatu laporan asam cerumen. TELINGA TENGAH TUBA EUSTAKIUS Saluran faringo-timpanik Menghubungkan telinga tengah dengan dinding lateral nasofaring di arah posterosuperior tepat setinggi bagian belakang konkha inferior. Tuba terletak dalam celah unit apopilosebaceous . Sekskresi-sekskresi glandular menyatu dengan sloghed squamous epithelium untuk membentuk

sempit antara Ala-major Os Sphenoid dan pars Petrosa Os Temporalis, tepi belakang-atas orifisium membentuk lipatan yang disebut Torus tubarius, di belakangnya terdapat resesus faringeus yang disebut fosa Rossenmuler. Ukuran dewasa 3-7 cm, pada bayi lebih horizontal, lebar dan pendek. 1/3 lateral terdiri dari kartilago sedang 2/3 medial bagian oseus. Dalam keadaan normal merupakan saluran tertutup, tetapi tidak membuka saat menelan, mengunyah atau menguap sehingga udara dapat masuk ke telinga tengah. Fungsi tuba untuk menjaga agar terjadi keseimbangan tekanan udara di luar dan di dalam telinga dengan memasukkan udara ke dalam kavum timpani. KAVUM TYMPANI Ruangan terletak antara Kanalis Akustikus Externus dengan telinga dalam Berisi Osikel, N Khorda-timpani, Pleksus timpanikus N IX dan M Intra-timpani Tensor dan Stapedius. Isi kavum timpani adalah osikel, otot-otot, Lipatan-ligamen-rongga, pembuluh darah dan saraf. Osikel terdiri dari Maleus, Inkus dan Stapes, saling membentuk cincin dan bekerja sebagai pengungkit yang menyebabkan vibrasi-energi mekanik ke cairan perilimfe. Maleus, tulang terbesar terdiri dari kepala terletak di atik berartikulasi dengan badan Inkus, leher Maleus di belakang pars flaksida membran timpani, manubrium Maleus melekat pada tunika propria NIT beserta insersi otot Tensor timpani. Inkus terdiri dari badan, prosesus brevis dan longus. Badan Inkus beratikulasi ke lateral dengan kepala Maleus, sedang prosesus longus berartikulasi dengan Stapes. Stapes, tulang pendengaran terkecil, terdiri dari kepala, Ieher, krura anterior, krura posterior dan foot Stapes. Tepi basis Stapes diliputi ligamentum annulare yang elastis sehingga Stapes dapat bergerak dan menutupi tepi fenestra ovalis. Di sini berinsersio otot Stapedius ke arah prominensia piramidalis.

MEMBRAN TYMPANI Merupakan batas antara telinga luar dan telinga tengah. Bentuk diskus elips dan bagian tertentu semitransparan. Tinggi vertical 9-10 mm, anterior-posterior 8-9 mm. Pada orang dewasa mebran timpani membentuk sudut 44 derajat dengan dinding superior Kanalis Akustikus Externus atau 55 derajat dengan dasar Kanalis Akustikus Externus. Pada bayi dan anak anak letaknya lebih mendatar. Membagi Kavum timpani menjadi Epi-timpanum, ineso danHipo- timpanum Lapisan luar adalah epitel yang sama Kanalis Akustikus Externus, lapisan tengah adalah jaringan fibrosa sirkuler dan radier, sedang lapisan dalam adalah mukosa kavum timpani. Terdiri dari Pars Flaksida atau Membrana Schrapnells dan Pars Tensa.

TELINGA DALAM Letak pada Os Temporalis pars Petrosa Terdiri dari pars Osseus dan pars Membranosa Labirin LABIRIN PARS OSSEA Terdiri dari rangka tulang yang paling keras di tubuh, terdiri dari beberapa ruangan dan bagian dalamnya dilapisi oleh periosteum Berisi cairan perilimf Labirin oseus terdiri dari: 1. Vestibulum Ruangan terletak antara kavum timpani dan kanalis akustikus internus dan bagian yang terletak antara kohlea dan kanalis semisirkularis. Merupakan pars oseus labirin yang membesar dengan ukuran panjang 5 mm, tinggi 5 mm dan dalam 3 mm. Dinding medialnya menghadap ke meatus akustikus internus dan ditembus oleh saraf.

Mempunyai 2 lubang yaitu fenestra ovale di dinding lateral yang ditutupi foot plate of stapes dan ligamen anularis yang berhubungan dengan skala vestibuli dan fenestra rotundum yang berhubungan dengan skala timpani Bagian anterior dinding medialnya ada aquaduktus vestibuli Sylvius yang berhubungan dengan duramater ke ruang subarahnoid, sedang dinding lateralnya berhubungan dengan Fenestra ovale 2. Kanalis Semi-Sirkularis Kanalis Semi-Sirkularis superior, posterior dan horizontalis dengan diameter 0.8 mm. Salah satu ujungnya membesar sebagai ampula yang mengandung organ sensoris vestibuler. Pada bagian kanalis yang tidak membesar yaitu yang superior dan inferior bersatu membentuk krus kemunis yang berakhir di dinding posterior vestibulum. Pada posisi berdiri Kanalis semi-sirkularis lateralis kedua telinga terletak pada bidang rniring ke bawah membentuk sudut 30 derajat deagan bidang horizontal dan ketiga kanalis ini saling tegak lurus satu terhadap yang lain. 3. Kohlea Berbentuk rumah siput terdiri dari 2-3 spiral, panjang 30-35 mm, diameter 3 mm. Aksis sentralnya disebut Modiolus adalah bidang khayal yang berbentuk kerucut yang terdapat di bagian dalam kohlea. Bagian ini berlubang yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan saraf untuk kohlea. Ruangan bagian dalam kohlea dibagi 2 oleh lamina spiralis oseus yang merupakan lapisan periosteum menjadi skala vestibuli dan skala timpani dan keduanya akan bersatu di helikotrema. LABIRIN PARS MEMBRANOSA Merupakan saluran dan kantung yang saling berhubungan, dilapisi oleh selapis endotel; bentuknya sama dengan labirin oseus tapi dengan ukuran yang lebih kecil. Saluran ini dipisahkan dari dinding labirin oleh cairan perilimf dan terletak dalam labirin pars osseus. Kantung ini menghubungkan duktus kohlearis dengan sakulus melalui duktus reunions dan di sini pula berhubungannya antara fungsi

vestibuler dan kohlear pendengaran. Labirin ini berisi cairan endolimf yang BDnya lebih besar dan komposisinya berbeda dengan perilimf. Cairan perilimf dibentuk dengan cara ultra-filtrasi plasma dari vena ruangan periostik yang keseimbangannya diatur oleh tekanan hidrostatik dan osmotic. Pembentukan endolimf terjadi di striae vaskularis yang terdapat di sepanjang duktus kohlearis. Selain pembentukan endolimf, striae ini berfungsi mengabsorpsi endolimf bila kelebihan, bersama sakus endolimfatikus pars rugosa, pengaturan endolimf terjadi juga di ampulla. Labiriu pars membranasea terdiri dari: 1. Sakulus dan Utrikulus Adalah dua ruangan labirin membranasea yang terletak dalam vestibuluin, keduanya dihubungkan dengan duktus utrikulo-sakulus. Sakulus adalh kantung yang berbentuk, di dalamnya mengandung end organ neuro-sensoris makula. Utrikulus adalah kantung berbentuk oval, dimana bagian antero-lateralnya terdapat macula. 2. Duktus Semi-Sirkularis Membranosa Duktis ini dalam lumn kanalis semi-sirkularis dengan diameter bagian kanalis semi-sirkularis dan berhubungan dengan utrikulus melalui 5 lubang. Ketiga duktus ini terletak pada 3 bidang yang berisi epitel saraf yang disebut Krista ampularis 3. Duktus Kohlearis Bentuk duktus ini mengikuti bentuk spiral kohlea labirin oseus. Pada penapang melintang duktus ini terlihat bentukan segi-tiga dengandasar duktusnya spiralis dibentuk oleh membrane basilaris yang membentang dari tepi lamina spiralis oseus ke dinding tulang kohlea. a. Skala Media, berisi cairan endolimf yang strukturnya sama dengan cairan intraseluler, mengandung kadar Kalium tinggi dan Natrium yang rendah. b. Skala Vestibuli, berbatasan dengan kavum timpani lewat Fenestra ovale.

c. Skala Timpani,

berbatasan dengan kavum timpani lewat Fenestra

rotundum ke ruang subarakhnoid. 4. Organ Korti Sepanjang duktus kohlearis di atas membrana basilaris terdapat reseptor organ yang disebut organ korti. Organ korti merupakan struktur kompleks yang terdiri dari 3 bagian utama yaitu sel penyangga, sel sensoris yaitu sel-sel saraf rambut dan membrana tektoria. Organ korti mengandung 15.000 sel rambut yaitu 3.500 sel rambut dalam dan 12.000 sel rambut luar.

II.2 EMBRIOLOGI TELINGA


Secara perkembangan tiga lapisan gerininal menyumbang dengan cara yang berbeda dan menjadi struktur yang berbeda. Ektoderm membentuk auricular, meatus dan membrane timpani, komponen telinga luar dan membrane labirin dari telinga dalam. Mesoderm membentuk kartilago aurikuler dan otot-otot telinga luar dan tengah, celah timpani, asikel, lapisan tengah membrane timpani dan labirin periotik, kapsula otik pada telinga dalam. Entoderm hanya berperan pada perkembangan telinga tengah, membentuk sel udara tubotympanik dari orificium tuba eustachi ke saluran-saluran udara yang lebih jauh. PERKEMBANGAN TELINGA LUAR Daun telinga berkembang di sekitar grankhial grove yang pertama dari enam hillocks dari his. Hillocks ini berasal dari bersatunya arkus mandibula dan arkus hyoid pada bulan tetiga kehidupan fetus. Grankhial grove mengalami invaginasi untuk bersatu dengan kantong endodermal faringeal primitif. Tetapi entodermal-ektodermal aposisi dilanggar oleh elemen superior dan inferior mesodermal yang berpisah secara cepat. Mesodermal akan menbentuk komponen osikular sebagai kantung yang merupakan awal pembentukan tubotimpanum primitif. Elemen mesodermal akan membentuk dinding kartilago ventral dan dorsal di sekeliling kartilago primitif. Meatus akustikus externus dan lateral kanalis akustikus externus. Inti padat dari sel epitel dibatasi meatal plate, tumbuh menjadi faringeal tube endodermal. Elemen mesodermal medial mulai mengalami osifikasi pada bulan keempat sampai kelima untuk membentuk cincin timpani atau anulus untuk mendukung membrane timpani. Bagaimanapun ini tidak sampai bulan kelima sampai keenam kehidupan janin. Cincin timpani terdiri dari pusat osifikasi yang kecil. Tulang

tumbuh dari cincin secara terus menerus sampai tahun pertama kelahiran sebab cincin berkembang menjadi dua bagian, yaitu bagian superior yang kecil menjadi karnalis akustikus externus dan bagian inferior yang kecil menjadi foramen huschke. Setelah perkembangan, lubang pada cincin timpanik menetap pada bagian superior, incisura timpani. Sebagai tambahan untuk pembentukan anulus tulang, pertumbuhan cincin timpani meningkat lebih ke bawah sepanjang meatus. Malformasi daun telinga disebabkan kegagalan diferensiasi arkus grankhial pertama dan kedua yang meliputi anotia, mikrotia, beberapa malformasi kartilago aurikuler. Kegagalan perkembangan grove grankhial pertama menyebabkan atresia kanalis external congenital yang biasanya bersamaan dengan tidak adanya membran timpani, spas telinga tengah yang kecil dan deformitas rantai osikula.

PERKEMBANGAN TELINGA TENGAH Dikarenakan invaginasi grankhial grove pertama mendekati tobotimpanik entodermal primitif berhenti, mesodermal mengalami agregasi ke atas dan ke bawah untuk memisahkan primitif junction. Membran timpani dan struktur telinga luar akan berkembang termasuk osikel, otot dan tendon. Kantong faringeal pertama yang dibatasi entoderm meluas membentuk tuba eustachi dan kavum telinga tengah. Ketiga lapisan germinal akan berperan dalam pembentukan membran timpani. Bagian superior dari incus dan maleus dibentuk dari arkus mandibular pertama. Bagian inferior dari incus dan maleus dan arkus stapes dibentuk dari arkus hyoid kedua. Awalnya stapes menyerupai anular, tetapi pada bulan keempat kehamilan tampak seperti tapal kuda. Lempeng kaki stapes dibentuk dari dua asal yaitu lateral (timpanik) berasal dari arkus hyoid dan bagian medial (vestibular) berasal dari otik kapsul. Sekitar bulan keempat kehamilan osikel mengalami osifikasi. Entodermal primordial daru tuba eustachi menghasilkan epitel bersilia untuk membatasi kavum timpani, altik, antrum dan sistem sel udara mastoid.

Kesalahan pada diferensiasi kantung faringeal pertama menyebabkan kesalahan perkembangan tuba eustachi telinga tengah dan mastoid.

PERKEMBANGAN TELINGA DALAM Telinga dalam mulai berkembang tinga minggu setelah konsepsi dengan gambaran ausitory placode, endodermal menebal di sisi yang sama dari rombenchepalon. Auditory placode dengan cepat membentuk lubang yang menutup permukaannya, membentuk otokist atau vesikel otik. Invaginasi dinding vesikular membentuk komponen vestibular berdiferensiasi menjadi tiga kanalis semisirkalaris telah terbentuk dengan baik. Koklea berubah ukuran dan utrikulus dan sakulus dapat dikenali. Minggu ke-9 sampai 10 komponen matur dari telinga dalam dapat dengan mudah dibedakan. Minggu ke 25 duktus koklea telah tampak seperti bentuk koklea dewasa. Organ karti dilapisi oleh epitel bertingkat selama dua bulan kehidupan janin. Pada bulan kelima epitel lebih berdiferensiasi dan memiliki karakter yang sama dengan dewasa. Lokasi anatomi mengandung mesoderm yang penting untuk perkembangan adnexa, tertarik lebih ke medial dan inferior dari kanalis eksternus sebagai sturktur lain dari arkus pertama

II.3 KELAINAN TELINGA LUAR


Penyakit yang berhubungan dengan anomali telinga luar dan telinga tengah dapat dikelompokkan sesuai dengan asalnya menjadi 6 kelompok 1. Penyakit yang tidak diketahui etiologinya 2. penyakit akibat kelainan kroimosom 3. Penyakit herediter 4. Penyakit yang berhubungan dengan infeksi prenatal 5. Penyakit akibat penyalahgunaan obat oleh ibu 6. Penyakit akibat ototoxisitas iatrogenik 7. Pwnyakit yang berhubungan dengan faktor lingkungan Penyakit yang tidak diketahui etiologinya

Makrotia Etiologi tidak diketahui, dapat berdiri sendiri dan tidak umum ditemukan . Mikrotia Terjadi pada bayi baru lahir, dengan frekuensi 0,03%. Kelainan ini selalu berhubungan dengan stenosis atau atresia kanalis akutikus externus dan sering disertai dengan anomali osikular. Kebanyakan kasus mikrotia kongenital dan atresia aural terpisah dan sporadis. Meskipun beberapa kasus diturunkan secara autosomal dominin dan autosomal resesif. Berdasarkan derajat beratnya mikritia dibagi menjadi tiga grade. 1. Grade I : Malformasi pina dengan ukuran lebih kecil dari normal 2. Grade II : Pinna rudimenter, rendah, elevasi berbentuk empat persegi panjang, serta berbentuk bulan sabit pada bagian kranial, yang bersesuaian dengan helix 3. Grade III : Hanya terdapat malformasi lobulus tanpa disertai adanya bakal pina.

BAB III PEMBAHASAN


FISTEL PREAURIKULER
III.1 DEFINISI Suatu fistula adalah suatu kelainan kongenital atau didapat berupa saluran yang dibatasi oleh epitel antara suatu viscus dan epitel permukaan atau antara dua garis epitel permukaan. Merupakan suatu lubang dangkal yang disebabkan adanya ketidaksempurnaan penutupan dari lengkung brankhial pertama atau kedua. Saluran yang lengkap disebut fistula. Penutupan sabagian saluiran membentuk suatu sinus dan penutupan terpisah dari saluran membentuk kista. Sinus preaurikuler lebih dalam dibandingkan fistel peaurikuler dan dibatasi oleh epitel gepeng bertingkat atau epitel kolumner. Sinus preaurikuler ujungnya berakhir di cincin timpani. Fistula lengkung pertama brankhial (Collaural fistula) memiliki satu saluran yang berawal dari sambungan tulang rawan dan tulang meatus akustikus eksternus. Salurannya berjalan di depan dan memiliki bagian yang berhubungan dengan nervus fasialis (dapat di permukaan atas dalam) dan berjalan ke muka untuk keluar di kulit depan otot sternokleidomaetoideus setinggi tulang hyoid. Fistula lengkung kedua grankhial memiliki ruang terbuka di dalam, biasanya difosa tansialris dan salurannya berjalan ke bawah melewati antara arteri karotis interna dan esterna. Saluran ini menuju ke permukaan ke nervus hipaglosus dan glasopharingeus, tapi bagian dalam ke rongga belakang dari otot digastrik dan terbuka pada batas depan otot sternokleidomaetoideus. CELAH KISTA GRANKHIAL PERTAMA

Kelainan bentuk dari celah grankhial pertama akibat dari fusi yang tidak lengkap dari arkus grankhial pertama dan kedua dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu: aplasia, atresia, stenosis dan duplikasi. Kelainan lengkung pertama tidak umum dibandingkan kelainan lengkung kedua. Terlihat pada minggu ketiga dan keempat perkembangan embrio, struktur mesodermal ini dipisahkan oleh celah ektodermal dan kantung endodermal. Celah pertama menetap sebagai kanalis akustikus eksternus, sedang bagian tengah membentuk kavum konka dan bagian ventral secara normal mengalami obliterasi. Kegagalan dari bagian ventral untuk mengalami obliterasi secara lengkap dapat menyebabkan kelainan celah brankhial pertama. Diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu: 1. Tipe I, berasal dari ektodermal dan tampak sebagai duplikasi membran kanalis eksterna, lokasi anatominya dekat dengan kanalis externa, posterior, inferior dan media dari kartilago konka dan pina, jalur sinusnya menyambung dengan kanalis externus. Jalur dapat juga berada sekitar jaringan parotis normal dan biasanya tidak selalu lateral dari nervus fasialis. karena tidak dipengaruhi oleh pertumbuhan mesoderm arkus brankhial pertama dan kedua. Tidak terdapat sturktur adnexa pada kelainan ini.kekhasanya berupa kista atau fistula dekay konka atau resio pretragus. 2. Tipe II, kelainan yang timbul dari elemen ektoderm celah brankhial pertama dan elemen mesoderm dari arkus brankhial pertama dan kedua. Terlihat sebagai duplikasi dari kedua membran kartilago kanalis eksternus. Mengandung mesoderm yang penting untuk perkembangan adnexa. Tertarik lebi ke medial dan inferior dari kanalis externus sebagai struktur lain dari arkus pertama dan kedua. Lebih jarang jika dibandingkan denagan tipe I, dan biasanya terdapat pada tahun pertama kehidupan sebagai kista superfisial atau sinus dibawah angulus mandibula dan anteior dari segitida leher. Secara histologi kelainannya sama, yaitu epitel ekuamosa yang berkreatin dan menunjukkan jumlah yang berbeda-beda pada inflamasi akut dan kronis. Pernah dilaporkan terdapatnya degenerasi maligna dari kista epitel celah branchial menjadi karsinoma celah brankial. Karena terdaat hubungan antara

saluan sinus atau fistula dengan nervus fasial, sebagian besar pasien memerlukan tindakan paritidektomi superfisial dengan mengidentifikasi nervus fasial.

III.2 EPIDEMIOLOGI Preaurikuler fistel diwariskan secara autosomal dominan. Pria dan wanita sama. Dapat terjadi bilateral, tapi umumnya terjadi unilateral pada 75% dan lebih sering ditemukan pada orang kulit hitam. Insidensi pada kulit putih 0,0 0,6%. Insidensi di Afrika, Amerika dan Asia 1% 10%. Taiwan 1,6% - 2,5%. Skotlandia 0,06%. Hungaria 0,47%. New York 0,23%. Resiko terjadinya sinus preaurikuler meningkat pada bayi yang dikandung oleh ibu yang menderita diabetes. III.3 DIAGNOSIS

Biasanya asimptomatik, hanya 1/3 dari seluruh populasi kelainan yang sadar dengan kelainannya(int). Sinus praurikuler lebih dalam dibandingkan dengan lubang preaurikuler. Dengan menggunakan probe yang digunakan secara berhatihati dapat menentukan apakah kelainan suatu sinus preaurikuler atau lubang preaurikuler. Beberapa pasien menunjukan adanya sekret purulen yang kronis. Ciri khas dari terbukanya lubang preaurikuler ini dapat mengeluarkan sekret seperti keju yang terdiri dari deskuamas keratin debris. preaurikuler sinus jarang menimbulkan gejala kecuali jika terinfeksi, adanya sekret berpotensi menjadi infeksi. Nyeri, nyeri tekan dan pembengkakan pada anterior aurikel menandakan adanya preaurikuler sinus yang terinfeksi.(text) Dapat bergejala sebagai selulitis fasial atau ulserasi yang terlatak dianterior sampai ke telinga. Kondisi yang biasanya ditemukan bersamaan dengan sinus preaurikuler termasuk impaksi dari molar 3, kelainan ginjal, kehilangan pendengaran, fidtula brtankhiogenik, lubang pada komisura bibir, serta kelainian telinga luar. Menurut penelitian 52% pasien menunjukan inflamasi pad sinusnya, 34% adanya abses, san 18% sudah terinfeksi. Infeksi ini sering disebabkan oleh bakteri anaerob. (text) Penyebab yang teridentifikasi adalah Staphylococcus epidermidis (31%), Staphylococcus aureus (31%), Streptococcus viridans (15%), Peptococcus Sp (15%), Proteus Sp (8%). Bila terdapat eksudat dari sinus diperlukan kultur dan uji resisyensi untuk kepentingan therapi. USG menggambarkan preaurikules sinus dengan cepat dan hubungannya dengan arterei temporalis superfisial, anterior crus heliks dan tragus. Pemeriksaan lain adalah fistulografi, yaitu dengan memasukan zat kontras kedalam muara fistula, lalu dilakukan pemeriksaan radiologi. CT scan (High Resolution Computed Tomography) dapat membantu rencana preoperative. CT lebih disukai dari pada MRI karena dapat menggambarkan tulang secara detai dan membantu membedakan suatu masa kistik. III.4 PENGOBATAN

Jika terdapat infeksi pada preurikuler sinus harus diberikan antibiotik sistemik, Jika terdapat abses harus dilakukan insisi dan drainase. Therapy definitif dari lubang preaurikuler dan sinus preaurikuler membutuhkan eksisi lengkap dari saluran lubang dan sinus (text). Juga dilakukan bila terjadi infeksi dengan keadaan eksaserbasi akut dan berulang. Dengan syarat pembedahan dilakukan setelah infeksinya diterapi dengan antibiotik dan inflamasi telah tenang. Insisi awal dan drainase dari inflamasi akut sebaiknya tidak dilakukan karena akan menimbulkan skar yang akan menyulitkan reaksi. Tindakan bedah dilakukan setelah dipastikan pasien bebas dari infeksi Tindakan ini dilakukan oleh ahli bedah yang mengetahui dengan baik anatomi dari Nervus Fasialis. Beberapa ahli percaya bahwa saluran sinus harus diangkat saat sinus preaurikuler tidak bersejala, karena bila dilakukan setelah ada gejala atau setelah mengalami infeksi akan menimbulkan skar, yang menyebabkan tidak lengkapnya sinus preaurikuler yang diangkat dan akan menyebabkan rekurensi pasca operasi. Angka rekurensi pasca operasi adalah 13-42%. Kebanyakan rekurensi pasca operasi terjadi karena tidak lengkapnya pengangkatan saluran sinus. Salah satu pencegahan pengangkatan saluran sinus yang tidak lengkap dengan melukis saluran selama operasi.Injeksi Methylen Blue ke dalam traktus sinus dapat digunakan untuk mengisdentifikasi dan menurunkan resiko terjadinya eksisi yang tidak lengkap. Beberapa ahli bedah memasukan Methylen blue melalui bibir kedalam saluran sinus tiga hari sebelum. Lubang otik diangkat melalui insis elips, jalur sinus diekskresi sambil mengembalikan kontinuitas kartilago. Observasi nervus fasialis mungkin diperluakn, terutama jika pasien telah mendapat terapi bedah sebelumnya atau telah mengalami infeksi yang berulang kronis. Eksisi lengkap dilakukan ke kanalis akustikus eksternus atau ruang telinga tengah, dan eksisi harus diikuti dengan rekonstruksi kanal, membran timpani, atau struktur telinga tegah dengan teknik timpanoplasti standar.

BAB IV KESIMPULAN
Fistula preaurikuler merupakan kelainan kongenital telinga luaryang berhubungan dengan gangguan perkembangan arkus brankialpertama dan kedua. Suatu fistula adalah suatu kelainan kongenital atau didapat berupa saluran yang dibatasi oleh epitel antara suatu viscus dan epitel permukaan atau antara dua garis epitel permukaanm Meerupakan suatu lubang dangkal yang disebabkan adanya ketidaksempurnaan penutupan dari lengkung brankial pertama dan kedua. Saluran yang lengkap disebut fistula. Penutupan sebagian saluran membentuk suatu sinus dan penutupan yang terpisah dari saluran membentuk suatu kista. Biasanya asimtomatik, hanya 1/3 dari seluruh populasi kelainan yang sadar dengan kelainannya. Sinus preaurikuler jarang menimbulkan gejala kecuali terinfeksi,adanya sekret berpotensi menjadi infeksi. Nyeri, nyeri tekan pembengkakan pada anterior aurikel menandakan adanya preaurikuler sinus yang terinfeksi. Jika terdapat infeksi pada peaurikuler sinus harus diberikan antibiotiksistemik, penisilin merupakan terapi antibiotik awal yang dianjurkan. Jikaterdapat abses harus dilakukan insisi dan drainase. Terapi definitif dari lubang preaurikuler dan sinus preaurikuler membutuhkan eksisi lengkap dari saluran lubang dan sinus.

You might also like