You are on page 1of 14

Pengembangan Basisdata Sistem Surveilans Faktor Risiko Kejadian Pnemonia dalam Program ISPA

(Studi Kasus di Puskesmas Rewarangga Kabupaten Ende)

Wilhelmus Hami Dinas Kesehatan Kabupaten Ende wilhelmushami@yahoo.com Prof. Dr. Chatarina U. W., dr., M.S., M.PH Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga chatrin03@yahoo.com Arief Hargono, drg, M.Kes Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga ririef73@yahoo.com

LATAR BELAKANG MASALAH


Masalah kesehatan:
23,6% kematian pada balita disebabkan karena pneumonia (Depkes, 2007)

Masalah sistem informasi:


Puskesmas belum menggunakan format standar yang sesuai dengan petunjuk Depkes dalam Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita Perbedaan data pada rekap P2 ISPA dengan rekap data penderita ISPA berdasarkan desa atau kelurahan Redudancy karena puskesmas Rewarangga menggunakan dua pencatatan yaitu family folder dan kartu resep penderita Data tentang frekuensi pernafasan dan tarikan dinding dada pada format pencatatan belum terisi lengkap

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum:
Mengembangkan model basis data surveilans faktor risiko kejadian pneumonia dalam program ISPA di Puskesmas Rewarangga Kabupaten Ende

Tujuan Khusus:
Identifikasi faktor risiko pneumonia yang dibutuhkan di Puskesmas Rewarangga Merancang model basis data sistem surveilans faktor risiko pneumonia dalam program ISPA yang dibutuhkan di Puskesmas Rewarangga Kabupaten Ende Melakukan uji coba model basis data yang dikembangkan serta melihat kelebihan dan kelemahan

METODOLOGI PENELITIAN
Rancang bangun: Action Research dengan pendekatan System Development Life Cycle Informan:
Petugas program ISPA Puskesmas Rewarangga Pengelola program ISPA Dinas Kesehatan Kabupaten Ende

Teknik pengumpulan data: wawancara mendalam dan studi dokumen Data sekunder: kasus pnemonia puskesmas Rewarangga bulan Juli 2010

IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO


Status gizi Status imunisasi Kepadatan hunian Anggota keluarga yang merokok Kontak serumah Status vitamin A

RANCANGAN BASISDATA
Normalisasi family folder dan kartu resep penderita untuk mengurang redudancy pada data umur dan frekuensi napas Tabel yang terbentuk (5) data identitas, data faktor risiko, data pengobatan, data kelurahan/desa dan data Puskesmas

PROTOTYPE (1)

PROTOTYPE (2)

OUTPUT PROTOTYPE
Frekuensi kasus pneumonia, pneumonia berat dan batuk bukan pneumonia berdasarkan golongan umur, jenis kelamin dan tempat penderita Frekuensi terjadinya pneumonia, pneumonia berat dan batuk bukan pneumonia berdasarkan status gizi kurang. Frekuensi terjadinya pneumonia, pneumonia berat dan batuk bukan pneumonia berdasarkan status imunisasi yang tidak lengkap Frekuensi terjadinya pneumonia, pneumonia berat dan batuk bukan pneumonia berdasarkan kepadatan hunian Frekuensi terjadinya pneumonia, pneumonia berat dan batuk bukan pneumonia berdasarkan kontak dengan anggota keluarga yang merokok dalam rumah. Frekuensi terjadinya pneumonia, pneumonia berat dan batuk bukan pneumonia berdasarkan kontak dengan anggota keluarga yang menderita ISPA atau batuk lainya. Frekuensi terjadinya pneumonia, pneumonia berat dan batuk bukan pneumonia akibat kurang mendapat vitamin A

CONTOH OUTPUT
Diagnosis Anggota keluarga yang merokok di rumah Yes Row % Col % No Row % Col % TOTAL Row % Col % Batuk bukan pnemonia 55 71.4 79.7 14 56.0 20.3 69 67.6 100.0 Pnemonia 22 28.6 66.7 11 44.0 33.3 33 32.4 100.0 Total 77 100.0 75.5 25 100.0 24.5 102 100.0 100.0

HASIL UJI COBA


Pengolahan data menjadi lebih cepat Memuat faktor risiko Menjaga kelengkapan data Mengurangi redudancy Otomasi diagnosis pnemonia

SARAN
Pencatatan faktor risiko pnemonia upaya deteksi dini ISPA Meningkatkan kualitas data tentang diagnosis pnemonia melalui otomasi frekuensi napas dan tarikan dinding dada Peningkatan kualitas diagnosis pnemonia diharapkan meningkatkan optimalisasi pemberian pengobatan sesuai standar yang telah ditetapkan Kemenkes Menjalankan MTBS anamnesis sesuai dengan format pengkajian pengembangan basis data terutama frekuensi napas dan tarikan dinding dada. Pengembangan aplikasi yang mampu menghasilkan prevalance rate kejadian pnemonia dan ISPA serta dapat terkoneksi dalam suatu jaringan baik lokal maupun internet (web based)

TERIMA KASIH

You might also like