You are on page 1of 3

Terapi Farmakologi Klien CHF

Oleh Suci Juwita, 1006673020

CHF (Congestive Hearth Failur ) atau gagal jantung kongesti merupakan keadaan patologis diamana jatung tidak mampu untuk memompakan darah secara adekuat dalam memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan nutrisi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa penyebab seperti kelainan otot jantung, aterosklerosis, hipertensi sistemik atau pulmonal, dan penyebab-penyebab lainnya. Mekanisme dasar yang menyebabkan CHF adalah gangguan kontraktillitas jantung yang menyebabkan curah jantung menjadi tidak normal. Apabila curah jantung yang dialirkan ke seluruh tubuh tidak adekuat maka akan banyak sekali masalah yang akan terjadi seperti sesak nafas, edema pada ekstermitas bawah, meningkatnya volume intravaskuler dan penurunan tekanan perfusi ginjal. Untuk menangani masalah-masalah di atas diperlukan terapi non-farmakologis dan farmakologis. Dalam LTM ini penulis akan menjelaskan lebih luas mengenai terapi farmakologi untuk klien CHF. Terapi farmakologis untuk klien CHF pada umumnya bertujuan untuk mengatasi disfungsi sistolik. Gangguan sistolik pada ventrikel kiri hampir selalu disertai adanya aktivitas sistem neuroendokrin. Berikut ini ada beberapa terapi farmakologi yang dapat diberikan untuk klien dengan CHF: 1. Inhibitor ACE. Bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II bekerja di ginjal dengan menahan ekskresi cairan (Na+ dan H2 O) yang dapat meningkatkan tahanan perifer dan berefek pada peningkatan tekanan darah. Dengan adanya ACE inhibitor maka tidak akan terbentuk angiotensin II, mengurangi retensi cairan, terjadi vasodilatasi dan mengurangi kerja jantung. Beberapa jenis dari ACE inhibitor adalah enalapril lisinopril, benazepril, quinapril, fisinopril, ramipril dan yang banyak digunakan adalah Captopril. Indikasinya untuk antihipertensi, left ventricular disfunction disertai myocardial infraction, vasodilatror dan CHF. Kontraindikasi untuk hipersensitivitas terhadap captopril, wanita hamil dan menyusui. Memiliki efek samping ruam, berkurangnya persepsi pengecapan, sakit kepala, batuk kering, hipotensi sementara, neutropenia, proteinurea, dan gagal ginjal pada stenosis arteri renalis bilateral.

2. Diuretik. Merupakan dasar untuk terapi simptomatik. Bertujuan untuk mengatasi retensi cairan sehingga mengurangi beban volume sirkulasi yang menghambat kerja jantung. Pada pemberian duretik harus diawasi kadar kalium darah karena hipokalsemia mudah terjadi karena gangguan irama jantung. Duretik harus diberikan dalam jumlah yang besar untuk menghilangkan edema paru dan atau perifer. Efek samping utama adalah hipokalemia. Ada beberapa macam duretik yang dapat digunakan, seperti spironolakton, lasix, bumetanide, hydrochlorothiazide, dan yang paling sering digunakan adalah furosemid (lasix). Penggunaan diuretik biasanya dikombinasikan dengan ACE inhibitor. Kombiasi dari kedua obat ini akan memiliki efek tambahan pada miokardium untuk mencegah perkembangan jaringan parut miokard dan pembesaran. 3. Antagonis Reseptor Angiotensin II. Bekerja dengan menghambat antagonisme langsung terhadap reseptornya. Masuk antagonis A.II yang spesifik adalah losartan, valsatran, kandesartan, dan irbesartan, sifatnya mirip dengan inhibitor ACE. Perbedaanya dengan inhibitor ACE adalah obat golongan ini tidak menghambat pemecahan bradikinin dan kinin-kinin lainyya, sehingga tidak menimbulkan batuk kering. Inidikasi dan kontraindikasi sama dengan inhibitor ACE. Dapat menjadi alternatif untuk pasien yang harus menghentikan inhibitor ACE akibat batuk persisten. Memiliki efek samping ringan seperti hipotensi somatik, hiperkalemia kadang-kadang terjadi serta angioedema. 4. Beta bloker. Diberikan hanya pada pasien yang stabil, denan dosis rendah dan serta dinaikkan secara bertahap. Berfungsi untuk menurunkan kegagalan pompa serta kematian mendadak akibat aritmia. Kontraindikasi untuk pasien yang mengalami gangguan saluran pernapasan asma, karena dapat menginduksi bronkospasma sehingga dapat memperparah asma. Yang termasuk beta bloker adalah bisoprolol, metoprolol, dan karvedilol. 5. Kombinasi hidralazin dengan issorbid dinitrat ( 37,5 mg/tablet dan 20 mg/tablet). Obat ini diindikasikan untuk gagal jantung pada individu ras kulit hitam didasarkan pada penelitian gagal jantung Afrika Amerika. Diindikasikan untuk pasien yang intoleran dengan inhibitor ACE

Keadekuatan jantung untuk memompakan darah ke seluruh tubuh sangat prnting untuk kelangsungan hidup individu. Ketika terjadi suatu masalah pada jantung maka seluruh fungsi

tubuhpun akan ikut terkena imbasnya. Supali oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh akan ikut terganggu yang tentunya akan mengganggu proses metabolisme sel-sel tubuh. Oleh karena itu ketika terjadi kasus gagal jantung kongesti atau CHF diperlukan terapi medik yang tepat dan efektif. Beberapa obat untuk CHF memiliki fungsi untuk menurunkan tekanan darah dan meringankan kerja jantung. Terdapat beberapa efeks samping dan kontraindikasi yang harus kita perhatikan ketika ingin memberikan terapi farmakologi tersebut.

Daftar Pustaka Anderson, P.O., Knoben, J.E., and Troutman, W.G., 2002, Handbook of Clinical Drug Data, 10th edition, 326-327, McGraw-Hill Companies, Inc., USA Anonim, 2006, Informasi Spesialite Obat Indonesia, volume 41, 39, 270-277, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance, L.L., 2006, Drug Information Handbook, 14th edition, 262-264, Lexi-Comp, Inc., USA http://www.emedicinehealth.com/congestive_heart_failure/page9_em.htm#Medications http://www.pom.go.id/npdata/ioni/2_3_4.htm

You might also like