You are on page 1of 4

Agita Rachmawati Setiati 190110110097 Filsafat Umum Tahap Tahap Perkembangan Moral Menurut Kohlberg Perkembangan seseorang berlangsung

g sejak bayi hingga akhir hayat. Perkembangan merupakan suatu proses pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pembentukan pribadi dalam keluarga, bangsa dan budaya. Perkembangan sosial merupakan perkembangan moral, sebab perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundamental dalam bertingkah laku sosial. Proses perkembangan sosial dan moral selalu berkaitan dengan proses belajar. Dengan demikian, kualitas hasil perkembangan sosial sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya belajar sosial), baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Dalam dunia psikologi belajar terdapat aneka ragam aliran pemikiran yang berhubungan dengan perkembangan moral. Teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap. Dalam teori Kohlberg mendasarkan teori perkembangan moral pada prinsip - prinsip dasar hasil temuan Piaget. Kohlberg melakukan wawancara yang unik dengan anak-anak selama 20 tahun. Dalam wawancara , anak-anak diberi serangkaian cerita dimana tokoh - tokohnya menghadapi dilema moral. Ini ialah dilema Kohlberg yang paling populer Di Eropa seorang perempuan hampir meninggal akibat sejenis kanker khusus. Ada satu obat yang menurut dokter dapat menyelamatkannya. Obat tersebut adalah sejenis radium yang baru-baru ini ditemukan oleh seorang apoteker di kota yang sama. Biaya membuat obat ini sangat mahal, tetapi sang apoteker menetapkan harganya 10X lebih mahal dari biaya pembuatan obat tersebut. Untuk pembuatan 1 dosis obat ia membayar $200 dan menjualnya $2.000. Suami pasien perempuan, Heinz, pergi ke setiap orang yang ia kenal untuk meminjam uang, tetapi ia hanya dapat mengumpulkan $1.000 atau hanya setengah dari harga obat. Ia memberitahu apoteker bahwa istrinya sedang sakit dan memohon agar apoteker bersedia menjual obatnya lebih murah atau membolehkannya membayar setengahnya kemudian. Tetapi sang apoteker berkata Tidak, aku menemukan obat dan aku harus mendapatkan uang dari obat itu. Heinz menjadi nekat dan membongkar toko obat itu untuk mencuri obat bagi istrinya. Cerita tersebut dalah salah satu dari 11 cerita yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk menginvestigasi hakikat pemikiran moral. Setelah membaca cerita, anak - anak yang menjadi responden menjawab serangkaian pertanyaan

tentang dilema moral. Haruskah Heinz mencuri obat? Apakah mencuri obat tersebut benar atau salah? Pataskah suami yang baik itu mencuri? Dll. Berdasarkan penalaran-penalaran yang diberikan oleh responden dalam merespon dilema moral ini dan dilema moral lain. Dengan adanya cerita di atas Kohlberg menyimpulkan terdapat 3 tingkat perkembangan moral, yang masing-masing ditandai oleh 2 tahap. Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg , ialah internalisasi yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal. Tahap - tahap perkembangan moral tersebut, ialah : 1. Tingkat Prakonvensional (Moralitas Prakonvensional) Tingka yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral. Penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal. Dengan kata lain aturan dikontrol oleh orang lain (eksternal) dan tingkah laku yang baik akan mendapat hadiah dan tingkah laku yang buruk mendapatkan hukuman. Tahap 1 : Orientasi pada kepatuhan dan hukuman. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas hukuman dan anak taat karena orang dewasa menuntut mereka untuk taat. Anak melakukan sesuatu agar memperoleh hadiah dan tidak mendapatkan hukuman Tahap 2 : Individualisme dan tujuan. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas imbalan (hadiah) dan kepentingan sendiri. Anak tidak lagi secara mutlak tergantung aturan yang ada. Mereka mulai menyadari bahwa setiap kejadian bersifat relatif dan lebih berorientasi pada prinsip kesenangan. Orientasi moral anak masih bersifat individualistis, egosentris dan konkrit. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah. 2. Tingkat Konvensional (Moralitas Konvensional) Penalaran Konvensional merupakan suatu tingkat internalisasi individual menengah dimana seseorang tersebut menaati stndar-stndar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak menaati stndar-stndar orang lain (eksternal), seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat. Tahap 3 : Norma norma interpersonal. Dimana seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan - pertimbangan moral. Anak memperlihatkan perbuatan yang dapat dinilai oleh orang lain Tahap 4 : Moralitas sistem sosial.

Menyadari kewajiban untuk melaksankan norma norma yang ada dan mempertahankan pentingnya keberadaan norma. Artinya untuk dapat hidup secara harmonis, kelompok sosial harus menerima peraturan yang lebih disepakati bersama dan melaksanakannya. Dimana suatu pertimbangan itu didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban. 3. Tingkat Pasca-Konvensional (Moralitas Pasca-Konvensional) Suatu pemikiran tingkat tinggi dimana moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seseorang mengenal tindakan - tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan - pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode. Tahap 5 : Orientasi pada perjanjian antara individu dengan lingkungan sosialnya. Pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara individu dengan dengan lingkungan sosialnya, artinya bila seseorang melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan tuntutan norma sosial, maka ia berharap akan mendapatkan perlindungan dari masyarakat. Tahap 6 : Prinsip universal. Pada tahap ini ada norma etik dan norma pribadi yang bersifat subjektif. Artinya dalam hubungan antara seseorang dengan masyarakat ada unsur unsur subjektif yang menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak baik moral atau tidak. Disini dibutuhkan unsur etik / norma etik yang sifatnya universal sebagai sumber untuk menentukan suatu perilaku yang berhubungan dengan moralitas. Seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak - hak manusia universal. Dalam artian bila seseorang itu menghadapi konflik antara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati. Pada perkembangan moral menurut Kohlberg menekankan dan yakin bahwa dalam ketentuan diatas terjadi dalam suatu urutan berkaitan dengan usia. Pada masa usia sebelum 9 tahun anak cenderung pada prakonvensional. Pada masa awal remaja cenderung pada konvensional dan pada awal masa dewasa cenderung pada pasca-konvensional. Demikian hasil teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam psikologi umum. Perbuatan kita dalam lingkungan masyarakat tak lepas dari pembelajaran hidup kita tentang moralitas. Pengalaman dan pembelajaran sosial akan membentuk kepribadian kita yang bergantung pemikiran tentang moral. Menurut saya, moral tak tergantung usia karena lihat saja masih banyak orang yang sudah berumur dewasa tetapi tak mempunyai moral. Namun, memang kita perlu terus belajar tentang moral dari kita lahir hingga akhir hayat. Tentunya dengan begitu

semakin dewasa semestinya kita memiliki moral dalam setiap pola tingkah laku kita. Sumber : y Rizky, Dek (2009). Tahap tahap perkembangan moral menurut Kohlberg. Dari : file:///D:/mypapers/filum/Tahap%20tahap%20perkembangan%20moral%2 0menurut%20kohlberg%20%20%20Kuliah%20Dek%20Rizky%20Psikolo gi.htm , 18 Oktober 2011 17.42 WIB Rofiah (2010). Teori Perkembangan Moral Menurut Kohlberg. Dari : file:///D:/mypapers/filum/TEORI%20PERKEMBANGAN%20MORAL% 20MENURUT%20KOHLBERG%20%C2%AB%20Orthevie's%20Blog.ht m , 17.32 WIB

You might also like