You are on page 1of 21

Dalam kedokteran, baik kedokteran umum maupun kedokteran gigi pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran tekanan darah

merupakan hal yang sangat penting karena digunakan untuk indikator dalam menilai sistem kardiovaskuler. Pemeriksaan denyut nadi sangat mudah dilakukan dengan cara palpasi, kita dapat melakukan sendiri. Di samping itu dengan perkembangan teknologi saat ini dapat menggunakan alat elektronik yang canggih.

PEMERIKSAAN DENYUT NADI DAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH Dalam kedokteran, baik kedokteran umum maupun kedokteran gigi pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran tekanan darah merupakan hal yang sangat penting karena digunakan untuk indikator dalam menilai sistem kardiovaskuler. Pemeriksaan denyut nadi sangat mudah dilakukan dengan cara palpasi, kita dapat melakukan sendiri. Di samping itu dengan perkembangan teknologi saat ini dapat menggunakan alat elektronik yang canggih. Tekanan darah dapat diukur dengan dua metoda : 1.Metoda Langsung (Direct Method). Metoda ini menggunakan jarum atau kanula yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah dan dihubungkan dengan manometer. Metoda ini merupakan cara yang sangat tepat untuk pengukuran tekanan darah tapi butuh peralatan yang lengkap dan ketrampilan khusus. 2.Metoda tidak langsung (Indirect Method). Metoda ini menggunakan shpygmomanometer (tensi meter). Tekanan darah dapat diukur dengan dua cara, yaitu : a.Cara Palpasi. Dengan cara ini hanya dapat diukur tekanan sistolik b.Cara Auskultasi. Dengan cara ini dapat diukur tekanan sistolik maupun tekanan diastolic Cara ini memerlukan alat Stethoscope .
Guyton, A & Hall, J.2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Edisi 9. Jakarta

Denyut Nadi Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) dipermukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Pada jantung manusia normal, tiap-tiap denyut berasal dari noddus SA (irama sinus normal, NSR= Normal Sinus Rhythim). Waktu istirahat, jantung berdenyut kira-kira 70 kali kecepatannya berkurang waktu tidur dan bertambah karena emosi, kerja, demam, dan banyak rangsangan yang lainnya. Denyut nadi seseorang akan terus

meningkat bila suhu tubuh meningkat kecuali bila pekerja yang bersangkutan telah beraklimatisasi terhadap suhu udara yang tinggi. Denyut nadi maksimum untuk orang dewasa adalah 180-200 denyut per menit dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung dalam waktu beberapa menit saja.30 Tempat meraba denyut nadi adalah: pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis), dileher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah kiri tepat di apex jantung (Arteri temparalis) dan di pelipis (Muffichatum, 2006).

Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis kelamin, keadaan kesehatan, riwayat kesehatan, intensitas dan lama kerja, sikap kerja, faktor fisik dan kondisi psikis (Muffichatum, 2006). a. Usia Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung menetap dan iramanya terratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya. Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia. b. Jenis Kelamin Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154

denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit. c. Keadaan Kesehatan31 Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit frekuensi jantungnya cenderung meningkat. d. Riwayat Kesehatan Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga mengakibatkan peningkatan denyut nadi. e. Intensitas dan Lama Kerja Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi, lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal. Apabila melakukan pekerjaan yang berat dan waktu yang lama akan mengakibatkan denyut nadi bertambah sangat cepat dibandingkan dengan melakukan pekerjaan yang ringan dan dalam waktu singkat. f. Sikap Kerja Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja duduk. Sehingga pada posisi berdiri denyut nadi lebih cepat dari pada saat mekakukan pekerjaan dengan posisi duduk. g. Ukuran Tubuh Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh seseorang. Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih cepat.32 h. Kondisi Psikis Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan

kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan, kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang. 7. Pengaruh Panas terhadap Denyut Nadi Iklim kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas,

Muffichatum, 2006. Hubungan antara Tekanan Panas, Denyut Nadi dan Produktivitas Kerja pada pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji Dororejo Batang. http://digilib.unnes.ac.id. Diakses pada tanggal 3 April 2010

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani dam beraktivitas. Olehnya itu, kita dianjurkan untuk berolah raga pasling kurang dua kali dalam seminggu. Olah raga memiliki sangat bermanfaat untuk kesehatan sistem kardiovaskuler. Seseorang yang sehat dan fit akan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari tanpa kelelahan yang berarti. Ia masih mempunyai cadangan tenaga yang cukup untuk suatu kegiatan ekstra seperti berolahraga dan rekreasi. Sehat dalam arti umum adalah dengan cara menjaga makanan agar cukup gizi dan menjaga kebersihan sehari-hari. Kebersihan ini meliputi kebersihan diri sendiri, misalnya mandi, berpakaian, dan lain-lain. Kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita membandingkan bagaimana kesanggupan kita melakukan aktivitas dengan orang lain. Misalnya ketika menaiki gedung dengan tangga bersama teman, ada yang merasa sangat lelah dan adapula yang terlihat biasa saja. Hal ini dipengaruhi oleh kebugaran jasmani setiap orang. Orang yang sering berolahraga, tubuhnya akan terbiasa atau beradaptasi sehingga ketika melakukan aktivitas yang berat cadangan kekuatannya lebih banyak dibandingkan dengan yang jarang berolah raga. Selain itu, orang yang rajin berolah raga juga memiliki kerja jantung yang baik dan berujung pada lebih rendahnya tekanan darah dibanding yang jarang berolah raga.(1) Oleh karena itu dalam percobaan ini, kita akan mempelajari bagaimana pengaruh aktivitas terhadap kerja jantung dan perubahan fisiologis. Untuk menentukan kesanggupan badan kita dalam melakukan suatu aktivitas maka dilakukan tes harvard. Tes ini bertujuan untuk menentukan indeks kesanggupan badan untuk melakukan kerja, di sini kita menilai kebugaran dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. B. Tujuan

Tujuan percobaan yaitu menentukan kesanggupan badan untuk melakukan suatu kerja (menentukan kapasitas kerja).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tes Harvard Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi dan atau mendiagnosa kelainan kardivaskuler. Tes ini juga salah satu ukuran yang bagus bagi kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari olahraga berat. Semakin cepat jantung kembali normal maka semakin bugar tubuhnya.(2) Otot dibagi kedalam tiga kelompok utama menurut fungsi kontraksi dan hasil gerakan dari seluruh bagian tubuh. Pengelompokannya adalah sebagai berikut : a) Otot rangka (otot lurik) terdapat pada sistem skelet ,memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan postur tubuh dan menghasilkan panas. b) Otot visceral (otot polos) terdapat pada saluran pencernaan, saluran perkemihan, pembuluh darah. Otot-otot ini mendapat rangsangan dari saraf otonom berkontraksi diluar kesadaran. c) Otot cardiak hanya terdapat pada jantung, berkontraksi diluar Seperti halnya tulang, Otot juga mempunyai beberapa fungsi, antara lain : 1. Untuk menggerakkan skelet 2. Untuk menghasilkan panas 3. Untuk mempertahankan sikap badan B. Jaringan Otot pengendalian

Jaringan otot bertanggung jawab untuk sebagian besar interaksi kita dengan dunia luar. Fungsi-fungsi ini termasuk bergerak, berbicara, dan sejumlah tindakan sehari-hari lainnya. Namun tidak kalah penting, adalah internal fungsi otot. Internal fungsi otot adalah pompa darah kita dan mengatur alirannya, makanan kita bergerak karena sedang dicerna dan menyebabkan pembuangan limbah, dan berfungsi sebagai pengatur kritis berbagai proses internal. (3 :138) Jaringan otot memiliki karakteristik yang unik mengenai konstraktilitas, ekstensibilitas, elastisitas, dan iritabilitas. Karena otot bersifat elastis maka dalam bekerja, otot-otot ini berpasangan namun memiliki aksi yang berlawanan; ketika satu otot berkontraksi (penggerak yang utama) maka yang lain akan mengendor (antagonis). Gerakan terjadi karena otot menarik tulang yang berfungsi sebagai tangkai dan persendian bekerja sebagai engsel. Kekuatan setiap gerakan atau kontraksi tergantung pada panjang asli dari serabut-serabut, jumlah serabut yang diaktifkan oleh sistem syaraf dan keadaan metabolik otot.(4) C. Faktor-Faktor yang Berperan pada Kegiatan Otot Bertahap 1. Pengaruh Denervasi

Pada hewan atau manusia yang hidup, otot rangka yang normal tidak berkontraksi kecuali sebagai respons terhadap rangsang saraf motoriknya. Kerusakan persarafan ini menimbulkan atropi ototdan juga menyebabkan kepekaan otot yang abnormal serta meningkatkan kepekaan otot yang abnormal serta meningkatkan kepekaan otot terhadap asetilkolin yang beredar dalam darah. 2. Unit motorik Oleh karena setiap akson neuron motor spinal, yang mempersarafi otot rangka, bercabang-cabang untuk mempersarafi kelompok-kelompok serat otot, jumlah terkecil otot yang dapat berkontraksi sebagai respons terhadap perangsangan oleh satu motor neuron bukan satu serat otot melainkan seluruh serta otot yang dipersarafi neuron tersebut. 3. Elektromiografi Penggiatan unit motorik dapat dipelajari dengan elektromiografi, proses perekaman kegiatan listrik otot pada osiloskop sinar katoda. 4. Faktor-Faktor yang Berperan pada Kegiatan Otot Bertahap Otot rangka manusia saat istirahat, kalaupun ada, hanya sedikit ada sedikit kegiatan spontan. Pada kegiatan volunter minimal, sejumlah kecil unit motorik terbangkit, dan dengan meningkatnya kegiatan volunter makin banyak unit motorik yang terbangkit. 5. Kekuatan Otot Rangka Otot rangka manusia dapat menahan 3-4 kg tegangan per cm2 potongan melintang. Nilai itu kira-kira sama dengan yang diperoleh pada berbagai hewan percobaan dan tampaknya sama pada semua spesies mamalia. Oleh karena otot manusia banyak yang potongan melintangnya reatif besar, tegangan yang dihasilkannya dapat sangat besar. 6. Mekanik tubuh Gerakan tubuh secara keseluruhan diatur berdasarkan pemanfaatan prinsip-prinsip fisiologi. Misalnya, otot-otot tubuh melekat pada tubuh dengan panjang awal yang sama dengan atau mendekati panjang istirahatnya, pada saat otot akan mengawali kontraksinya. 7. Penyakit otot Mutasi kode-kode genetik untuk berbagai komponen dari kompleks distrofin glikoprotein menyebabkan distrofi otot, suatu sindroma yang ditandai oleh kelemahan otot progresif. Sebagian besar dari bentuk penyakit ini menimbulkan kecatatan berat dan berakhir fatal. 8. Perkembangan Otot Perlu diingat bahwa telah terjadi kemajuan yang sangat berarti dalam pengetahuan mengenai pengendalian genetik terhadap perkembangan otot beberapa tahun terakhir ini. Miogenin merupakan faktor transkripsi yang utama pada proses ini. Miogenin merangsang fibroblas menjadi sel-sel otot, dan ketika mencit yang dibuat menjadi homozigot untuk gen miogenin mutant dilahirkan, mereka mati karena ketiadaan otot, termasuk otot-otot yang perlu untuk pernapasan.(5 : 72) D. Mekanisme Umum Kontraksi Otot

Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut. 1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya pada serabut otot. 2. Di setiap ujung, saraf menyekresi subtansi neurotransmitter, yaitu asetilkolin, dalam jumlah sedikit. 3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka banyak kanal asetilkolin melalui molekul-molekul protein yang terapung pada membran. 4. Terbukanya kanal asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Peristiwa ini menimbulkan suatu potensial aksi pada membran. 5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut orot dengan cara yang sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut saraf. 6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot dan banyak aliran listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpan di dalam retikulum ini. 7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin, yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan menghasilkan proses kontraksi. 8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh pompa membran Ca++, dan ion-ion ini tetap disimpan dalam retikulum sampai potensial aksti otot yang baru datang lagi, pengeluran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontaksi terhenti.(6:74) Ada tiga jenis kerja otot yaitu : a) Kerja dinamis positif, yang membuat otot-otot yang terlibat untuk bergantian berkontraksi dan relaksasi (misalnya, menaiki bukit). b) Kerja dinamis negatif, yang membuat otot-otot yang terlibat untuk bergantian memperpanjang istirahat sementara (istirahat kerja) dan berkontraksi tanpa beban (misalnya, menuruni bukit). c) Kerja statis postural, yang membuat otot terus menerus kontraksi (misalnya, berdiri tegak). Banyak kegiatan melibatkan kombinasi dari dua atau tiga jenis pekerjaan otot.Efek kerja mekanik diarahkan diproduksi di aktivitas otot dinamis, tapi tidak dalam pekerjaan murni postural. Dalam kasus terakhir, gaya x jarak = 0. Namun, energi kimia masih digunakan dan benar-benar berubah menjadi bentuk panas disebut pemeliharaan panas (kekuatan otot kali durasi kerja postural).(7 : 74) E. Hubungan Aktivitas Kerja dengan Perubahan Kardiovaskuler

Adaptasi fisiologik terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut dan kronik. Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan dan adaptasi kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan fisik. Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan teijadinya mekanisme penyesuaian dari alat/organ tubuh bergantung kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah organ yang terlibat selama kerja fisik tersebut. Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar darah ke jaringan yang aktip termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari jaringan tersebut ke alat ekskresi. Untuk melakukan tugas tersebutbeberapa parameter tubuh mengalami perubahan, antara lain : 1) Frekuensi Denyut Jantung Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhana dan mudah diukur dan cukup informatip untuk faal kardiovaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi denyut jantungberkisar antara 60 - 80 per menit. Hal ini mudah dideteksi dengan cara palpasi maupun dengan menggunakan alat seperti pulse meter. cardiac monitoring dan sebagainya; tempat pengukuran dapat di a.radialis, a. carotis dan pada apex jantungsendiri. Frekuensi denyut jantung terendah diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dariposisi duduk. Hal ini disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke jantung yang selanjutnya mengurangi jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar curah jantung tetap maka frekuensi denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang melakukan kerja fisik, frekuensi denyut jantung pra kerja meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat. Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang sarna. Pada suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung tetap. Frekuensi denyut jantung pada keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai frekuensi maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai hubungan erat dengan faktor usia. 2) Curah Jantung/Cardiac Output (CO) Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung, khususnya oleh ventrikel selama satu menit. Variasi produksi curah jantung dapat disebabkan oleh perubahan dari denyut jantung dan volume sekuncup. Denyut jantung terutama dikontrol oleh persarafan jantung, rangsangan simpatis meningkatkan denyut jantung dan perangsangan parasimpatis menurunkannya. Volume sekuncup juga tetap pada bagian yang dipersarafi, perangsangan simpatis membuat serabut otot jantung berkontraksi dengan kuat ketika diberikan perangsangan yang lama dan parasimpatis akan member rangsangan balik (bertolak belakang). Ketika kekuatan kontraksi naik tanpa peningkatan serabut yang lama, maka darah banyak yang tertinggal di dalam ventrikel, dan peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase sistol yaitu volume darah dalam ventrikel berkurang. Total volume darah dalam sistem peredaran darah dari rata-rata orang adalah sekitar 5 liter (5000 mL). Menurut perhitungan, seluruh volume darah dalam system peredaran darah akan dipompa oleh jantung setiap menit (pada saat istirahat). Latihan (aktivitas fisik) dapat meningkatkan output jantung hingga 7 kali lipat (35 liter / menit.

3) Volume Sekuncup (Stroke Volume) Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap kontraksi dari ventrikel kiri dan diukur dalam ml/kontraksi. Volume sekuncup meningkat sebanding dengan aktivitas fisik. Pada keadaan normal (tidak dalam aktivitas lebih) setiap orang memilki volume sekuncup rata-rata 50-70ml/kontraksi dan dapat meningkat menjadi 110130ml/kontraksi scara intensif, ketika melakukanaktivitas fisik. Pada atlet dalam keadaan istirahat memiliki stroke volume rata-rata 90-110 ml/ kontraksi dan meningkat setara dengan 150-220ml/kontraksi. 4) Arus Darah Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang membutuhkan dengan cepat dan berjalan pada daerah yang hanya membutuhkan oksigen. Pada keadaan istirahat 15-20% uplai darah di sirkulasi pada otot skelet. Selama melakukan aktivitas fisik, ini bisa meningkat menjadi 80-85% dari curah jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan usus. Ini akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas. Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan kebutuhan masing-masing jaringan baik dalam keadaan istirahat maupun pada kerja fisik. Jumlah absolut darah yang ke otak selalu tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan meningkat sesuai dengan bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal, lambung dan usus akan berkurang pada beban kerja yang meningkat. Peningkatan arus darah ke otot yang aktif merupakan kerja persarafan vasodilator dan peningkatan metabolisme yang menimbulkan penurunan pH atau peningkatan derajat keasaman dan pada tingkat lokal akan terlihat lebih banyak kapiler dan arteriol yang membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan arus darah adalah siklus jantung. Telah diketahui bahwa dengan bertambahnya beban kerja, akan terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan hal ini mengakibatkan lebih singkatnya waktu yang digunakan untuk satu siklus jantung termasuk fase diastole. Sedangkan pengisian pembuluh darah koroner yang terbanyak adalah pada fase diastole. Dengan berkurangnya fase diastole maka arus darah koroner juga akan berkurang. 5) Tekanan Darah Dalam keadaan istirahat, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140 mmHg dan 60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan maksimum pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan diastolrelaif tidak berubah secara signifikan ketika melakukan latihan intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga latihan intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan. Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara keseimbangan peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer dengan adanya vasodilatasi pada pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat bahwa tekanan sistolik akan meningkat secara progresiv sedangkan pada tekanan diastolik tetap atau sedikit menurun (8) Tekanan dalah arteri ialah kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menampungnya. Tekanan ini berubah-ubah pada setiap tahap siklus jantung. Selama sistole ventrikuler, pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai puncak, yang disebut tekanan sistolik. Selama diastole tekanan menurun. Nilai terendah yang dicapai disebut tekanan diastolik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah, yaitu : 1) Kekuatan memompa jantung. 2) Banyaknya darah yang beredar. 3) Viskositas (kekentalan) darah. 4) Elastisitas dinding pembuluh darah. 5) Tahanan tepi (resistensi periferi).(9 : 141)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Nama Percobaan Percobaan Harvard (Harvard Step Test) B. Alat dan Bahan 1. Bangku Harvard 2. Metronom 3. Stopwatch 4. Sphygmanometer 5. Stetoskop C. Prosedur Kerja 1. Sebelum percobaan dimulai aturlah metronom dengan kecepatan 30 kali permenit yaitu sesuai dengan kecepatan naik turun bangku yang akan dilakukan. 2. Ukurlah tekanan darah dan kecepatan denyut nadi orang coba dalam keadaan istirahat (duduk). 3. Bila tekanan darah melebihi 160 mmHg (systole) sebaiknya percobaan ini jangan dilakukan pada orang tersebut. 4. Mintalah orang coba untuk melakukan kerja naik turun bangku Harvard dengan kecepatan tetap 30 kali naik turun satu menit sesuai dengan bunyi metronom. 5. Kerja dilakukan sesanggup mungkin tetapi tidak lebih 5 menit. 6. Setelah selesai dengan kerja ini orang coba segera diminta duduk dan ukurlah tekanan darah dan denyut nadi orang coba. 7. Kemudian lakukan pencatatan denyut nadi pada 1 menit, 2 menit, 3 menit. Setelah percobaan (denyut nadi dihitung selama 30 detik). Pencatatan denyut nadi : F1 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 1 menit sampai 1 menit 30 detik kemudian F2 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 2 menit sampai 2 menit 30 detik kemudian F3 = Denyut nadi/30 detik yang dihitung 3 menit sampai 3 menit 30 detik kemudian 8. Hitunglah Indeks Kesanggupan Badan (IKB) dengan memakai rumus berikut ini. Rumus Indeks Kesanggupan Badan Cara Cepat : Cara Lambat :

Ket : T = Lamanya orang turun naik (dalam detik) Penilaian : Cara Cepat Cara Lambat

: <50 : 50-80 >80 <55 55-64

: kesanggupan kurang : kesanggupan sedang : kesanggupan baik : kesanggupan kurang : kesanggupan sedang

>64 : kesanggupan baik D. Hasil Percobaan Nama orang coba : Tn. HR Pemeriksa : Nn. F Umur : 18 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa Jenis Kelamin : Laki-Laki Sebelum melakukan aktivitas : Tekanan darah kontrol : 120/70 mmHg Denyut nadi : 78 kali/menit Saat melakukan aktivitas : T = 74 detik Tekanan darah : 130/80 mmHg Denyut nadi : F1 = 44 kali/30 detik F2 = 40 kali/30 detik F3 = 34 kali/30 detik Indeks Kesanggupan Badan : a) Cara Cepat : = 30,57 (Kesanggupan kurang) b) Cara Lambat : IKB = 31,35 (Kesanggupan kurang) E. Analisis Hasil Percobaan Sebelum melakukan aktivitas pada orang coba yaitu Tn. HR didapatkan hasil pemeriksaan tekanan darah normal 120/70 mmHg dan denyut nadi 78 kali/menit. Hal ini berarti orang coba dapat mengikuti test harvard. Apabila orang coba mempunyai tekanan darah di atas 130 mmHg (sistole) maka orang coba tidak boleh mengikuti test ini, begitu pun dengan denyut nadi apabila melebihi 80 kali permenit maka orang coba tidak boleh mengikuti test ini. Setelah melakukan aktivitas yaitu test harvard yang dilakukan Tn. HR, tekanan darah meningkat menjadi 130/80 mmHg, dan denyut nadi meningkat pada F1 = 44 kali/30 detik, F2 = 40 kali/30 detik dan F3 = 34/30 detik. Setelah itu dilakukan perhitungan indeks

kesanggupan kerja dan didapatkan hasil pada perhitungan cara cepat yaitu 30,57 dan cara lambat 31,35. Hal ini menunjukkan bahwa orang coba mempunyai kesanggupan kerja kurang, karena dalam pengukuran dengan cara cepat hasil yang didapatkan hasil <50, demikian pula dengan cara lambat <55 pada hasil ini temaksud pada golongan kesanggupan kerja kurang. Hal ini mungkin disebabkan karena orang coba kurang istirahat dan kurang berolahraga secara teratur. Pada orang coba dapat dilihat peningkatan tekanan darah dan denyut nadi. Hal ini disebabkan karena aktivitas orang coba meningkat maka curah kerja jantung ikut meningkat hal ini bertujuan untuk menyuplai O2 dan nutrisi dari jantung ke bagian tubuh yang membutuhkan. Karena peningkatan curah jantung darah akan lebih banyak dipompa melalui aorta sehingga berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah dimana peningkatan ini mengakibatkan tekanan darah yang berjalan disepanjang arteri semakin cepat dan selanjutnya akan mengakibatkan denyut nadi meningkat. Dari hasil yang diperoleh, belum tentu menunjukkan bahwa kesanggupan orang coba kurang karena mungkin terdapat beberapa faktor misalnya beban kerja yang diberikan lebih berat dari yang biasanya dan tanpa pemanasan sebelumnya, frekuensi naik turun harvard kurang maksimum, atau standar yang dipakai pada rumus ini merupakan standar dari luar negeri dimana orang barat dominan memiliki kapasitas kerja lebih dibandingkan kita orang Indonesia, misalnya karena faktor pemenuhan gizi atau perbedaan pola hidup dalam pekerjaan sehari-hari.

BAB IV

PENUTUP A. Kesimpulan Kapasitas kerja adalah kesanggupan orang coba untuk melakukan kerja hingga batas kemampuan kerja dalam percobaan ini setelah dilakukan perhitungan adalah cara cepat 30,57 dan cara cepat 31,35 hal ini termasuk dalam kategori kesanggupan badan kurang. Aktivitas dapat mengakibatkan peningkatan carah jantung karena peningkatan diastole sebagai akibat dari peningkatan tonus otot. Selain itu, karena adanya rangsangan otonom yang meningkatkan kerja saraf simpatis sehingga denyut jantung juga meningkat. B. Saran 1) Sebaiknya orang coba dalam keadaan baik agar hasil yang didapatkan maksimal. 2) Alat yang digunakan dalam laboratorium sebaiknya ditambah untuk kelancaran praktikum. 3) Ruangan praktikum sebaiknya diperluas agar semua kelompok dapat masuk secara bersamaan untuk mengifisienkan waktu. 4) Sebaiknya ruangan praktikum diberi penyejuk ruangan agar pada saat praktikum mahasiswa tidak mengalami kegerahan.

DAFTAR PUSTAKA 1. Uchenk.2008.Laporan Fisiologi Harvard.in www.uchenk-korzlet01.blogspot. com.Last Update Senin, 12 Juli 2010. 2. Firhazona.2008.Tes Harvard.in www.musfirahmad.blogspot.com.Last Update Senin, 12 Juli 2010. 3. Williams, Lippincott.2004.Medical Physiology.Edisi 2.Indiana:Indiana Universty School of Medicine Indianapolis 4. Prohealt.2008.Fisiologi Otot dan Jantung.in www.puskesmas-oke.blogspot.com. Last Update Senin, 12 Juli 2010. 5. Ganong, William F.2008.Fisiologi Kedokteran.Edisi 20.Jakarta:EGC. 6. Guyton, Arthur.2006.Text Book of Medical Physiology.Edisi 11.Cina:Elsevier Saunders. 7. Despopoulos, Agamemnon.2003.Color Atlas of Physiology.Edisi 5.Jerman: Georg Thieme Verlag. 8. Odhemila.2008.Laporan Fisiologi Harvard.in www.odhemila.blogspot.com. Last Update Senin, 12 Juli 2010. 9. Pearce, Everlyn C.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: Gramedia.

Latar Belakang Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat seseorang yang memeriksa tekanan darah dengan menggunakan alat yang sering disebut tensimeter. Dari pengukuran tekanan darah ini kemudian didapatkan hasil, misalnya 120/80 mmHg yaitu tekanan darah sitole per diastole. Naik turunnya gelembung tekanan darah seirama dengan pemompaan jantung untuk mengalirkan darah di pembuluh arteri. Tekanan darah memuncak pada saat jantung memompa, ini dinamakan systole:, dan menurun sampai pada tekanan terendah yaitu saat jantung tidak memompa (relaxes) ini disebut Diastole Kemudian timbul pertanyaan dalam benak kita bagaimana cara menentukan angka-angka tersebut, atau adakah hal yang memepengaruhi sehingga tekanan darah setiap orang berbeda-beda

dan bagaimana pengaruhnya terhadap keadaan fisiologis seseorang. Masalah-masalah tersebut akan dipraktikkan dan dipelajari dalam praktikum ini.

1.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalh : 1. Mempelajari cara-cara pengukuran tekanan darah arteri. 2. Mempelajari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tekanan darah adalah hal vital dalam hidup. Tekanan darah memungkinkan untuk darah bersirkuasi ke seluruh tubuh kita. Dengan setiap gerakan jantung, darah di pompa keluar dari jantung ke pembuluh-pembuluh darah. Darah merupakan pembawa oksigen dan makanan ke organ-organ vital seperti otak, jantung dan ginjal sehingga mereka bisa bekerja. Tekanan darah adalah kekuatan darah terhadap didnding pembuluh darah (www.upmc.com, 2004). Tekanan darah arteri adalah kekuatan darah ke didinding pembuluh darah yang menampung , mengakibatkan tekanan ini berubah-ubah pada setiap siklus jantung. Pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk ke aorta ,tekanan naik sampai puncak yang disebut tekanan sistolik. Pada waktu diastole tekanan turun sampai mncapai titik terendah yag disebut tekanan diastole (Guyton,2007). Tekanan darah dinilai dalam 2 nilai, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat. Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa (http://id.wikipedia.org, 2008). Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup, tanpa tekanan inin, otot dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organorgan tersebut dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh telalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningktkan resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan lupturnya pembuluh-pembuluh halus (Sherwood, 2005). Pusat integritas yang menerima impuls aferen menegenai status tekanan arteri adalah pusat control kardiovaskuler, yang terletak pada medulla di batang otak. Sebagai jalur aferen adalah system saraf otonom. Jika karena suatu hal tekanan arteri meningkat di atas normal, baroreseptor sinus karotis dan lengkung aorta meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen. Setelah mendapatkan informasi bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan potensial tersebut, pusat control kardiovaskuler berespons dengan mengurangi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis ke system kardiovaskuler. Sinyal-sinyal eferen ini menurunkan kecepatan denyut jantung, menurunkan volume sekuncup, dan menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena, yang pada gilirannya menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah kembali ke tingkat normal (Sherwood, 2005). Tekanan darah di aorta dan di brakial dan arteri besar lainnya pada orang dewasa tekanan sitolik berkisar 120 mmHg selama siklus jantung dan turun menjadi minimum (tekanan diastole) sekitar 70 mmHg. Takanan darah arteri biasanya ditulis dengan tekanan systole per tekanan diastole, 120/70

mmHg. Tekanan nadi, berbeda antara tekanan sistole dan diastole, normalnya sekitar 50 mmHg. Tekanan rata-rata adalah tekanan rata-rata seluruh siklus jantung. Karena systole lebih singkat daripada diastole, tekanan rata-rata merupakan nilai tengah antara tekanan systole dan diastole. Hal ini sebenarnya bisa hanya ditentukan oleh luas integritas dari kurva tekanan, bagaimanapun sabagai perkiraan, tekanan rata-rata sebanding dengan tekanan diastole ditambah satu-tiga dari tekanan nadi (Ganong, 2000). Dua faktor utama yang mempengaruhi tekanan nadi, (1) curah volume sekuncup dari jantung dan (2) komplians dari sistem arteri. Volume sekuncup jantung adalah jumlah darah yang dipompa dari tiaptiap ventrikel pada setiap denyut jantung, dalam keadaan normal volume sekuncup sekitar 70 ml, tetapi dalam keadaan yang sesuai dengan kehidupan ,volume sekuncup dapat turun sampai beberapa milimeter per denyut dan dapat meningkat sampai sekitar 140 ml per denyut pada jantung normal dan sampai lebih lebih dari 200 ml/ denyut pada orang dengan jantung yang sangat besar, seperti pada beberapa atlit. (Guyton,2007) Pada umumnya semakin besar curah volume sekuncup semakin besar jumlah darah yang harus ditampung di sistem arteri pada setiap denyut jantung . dan karena itu semakin besar peningkatan dan penurunan tekanan selama diastol dan sistol ,jadi menyebabkan semakin besar tekanan nadi. Sebaliknya semakin kecil komplians sistem arteri maka makin besar tekanan yang akan terjadi pada volume sekuncup darah tertentu yang dipompa ke dalam arteri. Kadang-kadang tekanan nadi meningkat sebanyak dua kali normal pada orang lanjut usia karena arteri menjadi lebih kaku akibat arterioskolosis dan karena itu tidak fleksibel.Kemudian sebagai akibatnya tekanan nadi ditentukan kurang lebih oleh rasio curah volume sekuncup terhadap komlians arteri. Setiap kondisi sirkulasi yang mempengaruhi satu atau kedua faktor tersebut akan juga mempengaruhi tekanan nadi. .(Guyton, 2007) Fisiologi dari system sirkulsi sangat kompleks. Dapat dikatakan, ada banyak factor yang dapat mempengaruhi tekanan arteri. Diantaranya bisa dipengaruhi oleh factor fisiologi, seperti diet, kegiatan fisik, saki, obat-obatan atau alcohol, obesitas, keelbihan berat dan dan seterusnya (http://en.wikipedia.org, 2008). Faktor-faktor yang dapat mempertahan aliran darah adalah sebagai berikut, (1) Kekuatan jantung memompakan darah membuat tekanan yang dilakukan jantung sehingga darah bisa beredar ke seluruh bagian tubuh dan darah dapat kembali lagi ken jantung, (2) Visikositas atau kekentalan darah,disebabkan oleh protein plasma dan jumlah sel darah ang beredar dalam aliran darah, (3) elastisitas dinding aliran darah. Didalam arteri tekanan lebih besar darip[ada di dalam vena sebab otot yang membungkus arteri lebih elastis dari pada vena, (4) tahanan tepi. Tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalkir dalam pembuluh darah dalam sirkulasi darah besar yang berda dalam arterial. Turunnya tekanan mengakibatkan denyut jantung pada kapiler dan vena tidak teraba.(Guyton,2007) Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari (http://id.wikipedia.org, 2008). Hingga saat sekarang alat ukur yang masih terandalkan untuk mengukur tekanan darah secara tidak langsung ialah sfigmomanometer air raksa. Kadang-kadang dijumpai sfigmomanometer dengan pipa air raksa yang letaknya miring terhadap bidang horisontal (permukaan air) dengan maksud untuk memudahkan pembacaan hasil pengukuran oleh pemeriksa. Untuk sfigmomanometer semacam ini perlu dilakukan koreksi skala ukurannya karena seharusnya pipa air raksa tegak lurus terhadap permukaan air. Manset yang digunakan dapat berbeda lebarnya bergantung kepada lingkar lengan. Secara garis besar American Heart Association menganjurkan penggunaan lebar manset sebagai berikut: di bawah 1 tahun 2.5 cm ,1 -- 4 tahun 5 atau 6 cm, 4 -- 8 tahun 8 atau 9cm, dewasa 12.5 cm, dewasa obese 14 cm (http://do.qwertyy.cn/do.htm, 2008 ). Menurut laporan WHO yang panting ialah lebar kantong udara dalam manset harus cukup lebar untuk menutupi 2/3 panjang lengan atas. Demikian pula panjang manset harus cukup panjang untuk menutupi 2/3 lingkar lengan atas. Ukuran manset yang tertentu tersebut bertujuan agar tekanan udara dalam manset yang ditera dengan tinggi kolom air raksa, benar-benar seimbang dengan tekanan sisi pembuluh darah yang akan diukur (http://do.qwertyy.cn/do.htm, 2008 ). Metode Palpasi Nilai minimum dari systole dapat dihitung secara kasar tanpa perlatan dengan cara palpasi., pada umumnya dipakai dalam keadaan darurat. Palpasi dari arteri radial indikasi tekanan darahnya yaitu 80 mmHg, arteri femuralis paling rendah 70 mmHg, dan nadi karotis minimal 60 mmHg (http://en.wikipedia.org, 2008). Metode Auskultasi

Untuk melakukan pengukuran tekanan secara rutin pada penderita, tidaklah mungkin untuk menggunakan bermacam-macam pencatatan tekanan yang mengaharuskan jarum masuk kedalam arteri,walaupun cara tersebut kadang-kadang diperlukan pada penelitian khusus. Sebagai gantinya para klinisi menetukan tekanan sistolik dan diastolik deengan cara tidak lansung bisanya dengan menggunakan cara auskultasi. .(Guyton, 2007) Memperlihatkan cara auskultasi untuk menentukan tekanan arteri sistolik dan diastolik.sebuah stetoskop diletakkan pada arteri antecubiti, dan disekeliling lengan atasdipasang sebuah manset tekanan darah yang digembungkan. Selama manset mnekan lengan dengan sedikit sekali tekanan sehingga arteri tetap terdistensi dengan darah, tidak ada bunyi yang terdengar melalui stetoskop ,walaupun sebenarnya darah alam arteri tetap berdenyut . bila tekanan dalam manset itu cukup besar untuk menutup arteri selama sebagian siklus tekanan arteri, pada setiapa denyutan akan terdengar bunyi. Bunyi-bunyi ini di sebut bunyi korotkoff. (Guyton, 2007) Auskultasi adalah metode yang menggunakan stetoskop dan sphygmomanometer. Ini terdiri dari sebuah inflatable (riva rocci) spontan ditempatkan di sekitar lengan atas di sekitar yang sama vertikal tinggi sebagai jantung, terlampir ke air raksa atau aneroid manometer. The raksa manometer, dianggap sebagai standar baku untuk pengukuran tekanan arterial, mengukur ketinggian kolom dari air raksa, memberikan hasil yang mutlak tanpa perlu untuk kalibrasi, dan akibatnya tidak tunduk pada kesalahan dan penyimpangan dari kalibrasi yang mempengaruhi metode lain. Penggunaan air raksa manometers sering diperlukan dalam percobaan klinik dan untuk pengukuran klinis hipertensi pada pasien berisiko tinggi, seperti ibu hamil (http://en.wikipedia.org, 2008). Dalam menentukan tekanan darah dengan cara auskultasi ,tekanan dalam manset mula-mula dinaikkan sampai tekanan diatas arteri sistolik. Selama tekanan ini lebih tinggi daripada tekanan sistolik ,arteri brakialis tetap kolaps dan tidak ada darah yang mengalir kedalam arteri yang lebih distal sepanjang bagian siklus tekanan yang manapun .oleh karena itulah, tidak akan terdenga bunyi korotkoff dibagian arteri yang lebih distal. Namun kemudian tekanan dalam manset secara bertahap dikurangi. Begitu tekanan dalam manset menurun dibawah tekanan sistolik akan ada darah yang mengalir melalui arteri yang terletak dibawah manset elama puncak tekanan sistolik dan kita mulai mendegar bunyi berdetak dalam arteri antecubiti yang sinkron dengan denyut jantung. Begitu bunyi terdengar , nilai tekanan yang ditunjukkan oleh manometer yang dihubungkan dengan manset kirakira sama dengan tekanan sistolik.(Guyton, 2007). Bila tekanan dalam manset diturunkan lebih lanjut ,terjadi perubahan kualitas bunyi berdetaknya menjadi berkurang namun lebih berirama dan bunyinya lebih kasar. Kemudian,akhirnya sewaktu tekanan dalam manset turun sampai sama dengan tekanan diastolik ,arteri tersebut tidak tersumbat lagi , yang berarti bahwa faktor dasar yang menimbulkan terjadinya bunyi dalah pancaran darah melewati arteri yang tertekan tidak ada lagi. Oleh karena itu bunyi tersebut mendadak berubah menjad meredam dan biasanya menghilang seluruhnya setelah tekanan dalam manset turun lagi sebanyak 10 sampai 10 milimeter. Kita catat tekanan pada manometer ketika bunyi korotkoff berubah menjadi meredam,dan tekanan ini kurang lebih sama dnga tekanan diastolik. .(Guyton, 2007) Ketika tekanan darah tinggi, ini akan menyebabkan krusakan pembuluh, serangan jantung, stroke, dan masalah lainnya. Tekanan darah yang tinggi biasa disebut silent killer, karena biasanya tidak menimbulkan gejala sampai terjadi kerusakan (http://blstc.msn.com, 2007).

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.1 Alat Alat-alat yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah : 1. Manometer air raksa atau aneroid. 2. Stetoskop.

III.2 Cara Kerja Dalam mencatat tekanan darah secara fisiologis, orang coba harus berada dalam keadaan yang menyenangkan dan lepas dari pengaruh-pengaruh yang dapat mempengaruhi hasil pencatatan. Pencatatan tekanan darah ini adalah dengan metode tak langsung. I. Cara palpasi (metode Riva Rocci) Segala bentuk pakaian harus dilepaskan dari lengan atas dan manset dipasang dengan ketat dan sempurna pada lengan. Bila manset tidak terpasang dengan tepat maka dapat diperoleh pembacaan yang abnormal tinggi. Saluran karet dari manset kemudian dihubungkan dengan manometer. Sekarang rabahlah arteri radialis pada pergelangan tangan orang coba dan tekanan dalam manset dinaikkan dengan memo,pa sampai denyut nadi (denyut arteri radialis) menghilang. Tekanan dalam manset kemudian diturunkan dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan kira-kira 3 mm/detik. Saat dimana denyut arteri radialis teraba kembali menunjukkan tekanan darah sistolis. Dengan metode ini kita tidak dapat menentukan tekanan darah diastolis. Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan sistolis yang dihatapkan. II. Cara auskultasi Metode ini pertama-tama diperkenalkan oleh seorang dokter Rusia yaitu Korotkoff pada tahun 1905. Kedua tekanan sistolis dan diastolis dapat diukur dengan menggunakan metode ini, dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brachialis yang disebut bunyi Korotkoff. Bunyi ini terjadi akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak paling sedikit 5 cm, antara manset dan tempat meletakkan stetoskop. Mula-mula rabahlah arteri brachialis untuk mengetahui tempat meletakkan stetoskop. Kemuadian pompalah manset sehingga tekanannya melebihi tekanan sistolis (yang diketahui dari palpasi). Turunkanlah tekanan manset perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop diatas arteri brachialis pada siku. Mula-mula tidak akan terdengar suatu bunyi kemuadian akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkoff dan dapat dibagi dalam empat fase yang berbeda : Fase I : timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan makin lama makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14 mmHg berikutnya. Ini disebut pula nada letupan. Fase II : bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15-20 mmHg berikutnya. Fase III : bunyi sedikit berubah dalam kualitas, tetapi menjadi jelas dan keras selama penurunan tekan 5-7 mmHg berikutnya. Fase IV : bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg berikutnya. Setelah itu bunyi menghilan. Fase V : titik dimana bunyi menghilang. Permulaan dari fase I yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar merupakan tekanan sistolis. Permulaan fase IV atau fase V merupakan tekanan diastolis, dengan perbedaan sevagai berikut : Fase IV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg lebih tinggi daripada tekanan diastolis intra arterial yang diukur secara langsung. Fase V terjadi pada tekanan yang sangat mendekati tekanan diastolis intra arterial pada keadaan istirahat. Pada keadaan latihan otot atau pada keadaan yang meningkatkan aliran darah, maka fase V jaug lebih rendah dari tekanan diastolis yang sebenarnya. Pada anak-anak, fase IV lebih tepat digunakan sebagai index tekanan diastolis. Catatlah hasil pemeriksaan sebagai berikut : 12/82/78,yaitu : 120 = tekanan sistolis; 82 = fase IV; 78 = fase V. Bils fase IV dan fase V adalh sama, maka ditulis : 120/78/78. Ulangilah pencatatan beberapa kali untuk memperoleh hasil yang pasti. III. Cara Osilasi Yaitu dengan melihat osilasi air taksa pada manometer. Manset dipompa sampai tekanannya 10-20 mmHg melebihi tekanan sistolis yang ditentukan dengan metode Riva Rocci. Tekanan manset diturunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan air raksa manometer. Saat timbulnya asilasi pada manometer menunjukkan tekanan sistolis. Tekanan manset terus diturunkan sampai osilasi menghilang yang menunjukkan tekanan diastolis. Di dalam praktel, ketiga cara ini harus dikombinasikan untuk memperoleh hasil yang memuaskan dan dapat dipercaya. URUTAN PENGUKURAN : Mula-mula tentukan tekanan sistolis dengan cara palpasi. Kosongkan manset sebentar agar orang coba tidak merasa nyeri akibat tekanan mansetyang terlalu lama. Kemudian pompalah manset sampai tekanannya melebihi tekanan sistolis sebesar 10-20 mmHg. Letakkan stetoskop dengan hati-hati pada

siku di atas arteri brachialis. Jangan terlalu keras menekan stetoskop oleh karen dapat menimbulkan turbulensi yang tidak diinginkan. Turunkan tekanan manset sembari mendengarkan bunyi yang timbul dan memperhatikan osilasi yang terjadi pada manometer. Dengan cara-cara ini pasti akan diperoleh hail yang memuaskan. Setiap kali selesai melakukan pengukuran, kosongkan manset agar orang coba tidak terganggu. Hindari kontraksi otot-otot lengan orang coba oleh karena dapat mempengaruhi hasil pencatatan. PROTOKOL 1.) Tekanan darah istirahat. Ukurlah tekanan darh orang coba, setelah berbaring selama 5 menit, etelah duduk 5 menit, dan setelah berdiri 5 menit. Orang coba harus berada dalam keadaan santai! Bandingkanlah hasil ketiga pencatatan ini. Dalam mencatat tekanan darah, gunakan kombinasi ketiga cara tadi. 2.) Pengaruh perubahan sikap. Orang coba berbaring selama 5 menit. Ukurlah tekanan darah, kemudian orang coba diminta segera berdiri dan ukurlah segera tekanan darah dengan lengan lurus ke bawah. Tekanan darah diukur 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 menit sesudah berdiri. 3.) Pengaruh kerja otot. Orang coba diminta untuk melakukan kegiatan misalnya berlari ditempat selama kurang lebih 3-5 menit kemuadian catatlah tekanan darah kontrol (sebelum kegiatan). 4.) Pengaruh berpikir. Catatlah tekanan darah kontrol. Kemudian orang coba diminta untuk berpikir dengan kuat yaitu memecahkan soal matematika yang susah. Cststlsh trksnsn dsrshnys secepst mungkin, kslsu perlu delsgi orsng cobs berpikir. Bandingkanlah dengan tekanan darah kontrol. 5.) Percobaan Valsava (Valsavas Maneufer). Buatlah pencatatan kontrol. Orang coba diminta untuk melakukan ekspirasi kuat dengan glottis tertutup(mengedam). Catatlah tekanan darah pada saat ini dan bandingkan dengan tekanan darah kontrol. 6.) Percobaan Muller. Oramg coba diminta untuk inspirasi kuat dengan glottis tertutup. Ukurlah tekanan darah dan bandingkan dengan tekanan darah kontrol.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Adapun hasil yang didapatkan dalam percobaan ini adalah : 1. Cara palpasi Dengan melakukan cara palpasi didapatkan tekanan sistolik yaitu: - Maftuha : 100 mmHg - Waode Nurmila : 110 mmHg - Asrianti : 100 mmHg - Musdhalifah : 110 mmHg - Irma Iryanidar : 110 mmHg - Andi Buana Sari : 110 mmHg 2. Cara auskultasi Nama orang coba : Andi Buana Sari Nama pemeriksa : Irmayani TD : 110/80 mmHg PROTOKOL a. Takanan darah istirahat Nama orang coba : Waode Nurmila Nama pemeriksa : Irmayani Baring : 110/80 mmHg Duduk : 120/80 mmHg Berdiri : 120/80 mmHg b. Pengaruh perubahan sikap Nama orang coba : Laode Andrias

Nama pemeriksa : Syahrul TD Normal : 120/80 mmHg Menit ke: 0 : 130/80 mmHg 1 : 110/80 mmHg 2 :110/70 mmHg 3 : 110/80 mmHg 4 : 110/80 mmHg 5 : 110/80 mmHg c. Pengaruh kerja otot Nama orang coba : Musdhalifah Nama pemeriksa : Waode Nurmila TD Normal : 110/70 mmHg Setelah melakukan aktivitas : 110/70 mmHg d. Pengaruh berpikir Nama orang coba : Laode Andrias Nama pemeriksa : Rahman TD Normal : 110/80 mmHg Setelah berpikir : 110/90 mmHg e. Valsava Nama orang coba : Maftuhah Nama pemeriksa : Waode Nurmila TD Normal : 100/80 mmHg Valsava : 120/90 mmHg f. Muller Nama orang coba : Maftuhah Nama pemeriksa : Waode Nurmila TD Normal : 110/80 mmHg Muler : 110/100 mmHg

IV.2 Pembahasan 1. Cara Palpasi Cara palpasi hanya dapat menentukan tekanan diastole dimana pada percobaan ini tekanan diastole didapatkan berkisar antara 100 mmHg sampai 110 mmHg. Palpasi dilakukan sebelum melakukan auskultasi karena dari pengukuran palpasi kita akan mendapatkan nilai standar patokan untuk mengukur tekanan darah dengan cara auskultasi. 2. Cara Auskultasi Cara auskultasi dilakukan untuk mendengar bunyi pada stetoskop dalm hal ini untuk menentukan tekanan darah orang coba dan didapatkan tekanan sistolle yang sama dengan cara palpasi yaitu 110/80 mmHg. Timbulnya bunyi pada pada pemeriksaan terutama disebabkan oleh semburan darah yang melewati pembuluh yang mengalami hambatan parsial. Semburan darah ini menimbulkan aliran turbulen di dalam pembuluh yang terletak di luar area manset, dan keadaan ini akan menimbulkan getaran yang terdengar melalui stetoskop yang dikenal dengan bunyi Korotkoff. Protokol 1. Tekanan Darah Istirahat Pada protocol ini didapatkan tekanan darah orang coba ketika baring 110/80 mmHg dan meningkat ketika duduk menjadi 120/90 mmHg. Peningkatan ini menunjukkan bahwa posisi tubuh berpengaruh terhadap tekanan darah meskipun pada saat perubahan posisi dari duduk ke berdiri tidak mengalami perubahan karena mungkin diopengaruhi oleh beberapa factor misalnya kesalahan pengukuran atau kurangnya keakuratan alat. Peningkatan tekanan darah ini terjadi karena adanya gaya grafitasi yang memepengaruhi tekanan pompa jantung lain halnya pada saat berbaring letak estermitas atas dan bawah sejajar dengan jantung sehingga kecepatan aliran darah standar. Tapi bila dalam keadaan berdiri bagian ekstermitas atas dan kepala lebih tinggi dari jantung sehingga agar supaya darah dapat sampai ke tempat yang dituju dengan pasokan yang sama dengan pada waktu berbaring, maka

diperlukan tekanan pompa yang besar sehingga sehingga curah meningkat kemudian aliran balik vena meningkat dan sleanjutnya meningkatkan tekanan darah. 2. Pengaruh Perubahan Sikap Perubahan sikap dapat mempengaruhi tekanan darah dimana tekanan darah meningkat yang semula duduk orang coba memiliki tekanan darah sebesar 120/80 mmHg meningkat ketika berdiri menjadi 130/80 mmHg. Hal ini karena adanya gaya grafitasi karena darah akan mengumpul pada pembuluh kapasitas vena ekstermitas inferior. Sehingga darah akan terlokalisir pada suatu tempat. Pengisian atrium kanan jantung akan berkurang sehingga pada posisi berdiri akan terjadi penurunan sementara. Setelah beberapa menit kemudian tekanan darah akan kembali normal karena sudah mulai beradaptasi dengan perubahan posisi tubuh. Hal ini karena adanya baroresptor yang menjaga tekanan arteri di kepala dan tubuh bagian atas tetap konstan. Karena tekanan arteri meningkat, baroreseptor sinus karotis dan lengkung aorta meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen. Setelah mendapatkan informasi bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan potensial tersebut, pusat kontrol kardiovaskuler berespons dengan mengurangi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis ke system kardiovaskuler. Sinyal-sinyal eferen ini menurunkan kecepatan denyut jantung, menurunkan volume sekuncup, dan menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena, yang pada gilirannya menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah kembali ke tingkat normal. 3. Pengaruh Kerja Otot Pada percobaan ini didapatkan tekanan darah orang coba sebelum dan sesudah melakukan aktivitas adalah sama. Akan tetapi, secara fisiologis tekanan darah setelah melakukan aktivitas seharusnya meningkata. Hal inbi mungkin disebabkan karena ketidakakuratan alat atau orang coba sering berolahraga sehingga tekakan darahnya tidak segera mengalami perubahan dibandingkan orangorang yang tidak sering berolahraga. Ketika kita beraktivitas maka otot-otot akan saling berkontraksi. Dalam proses kontraksi, otot memerlukan suplai oksigen yang banyak uantuk memenuhi kebutuhan akan energi. Darah sebagai media yang bertujuan untuk menyuplai O2 harus segera memenuhinya. Oleh karena itu, curah jantung akan ditingkatkan ubntuk memenuhi kebutuhan darah terseburt dan selanjutnya akan meningkatkan aliran darah. Selain itu, perangsangan implus simpatis menyebabkan vasokonstriktor pembuluh darah pada tubuh kecuali pada otot yang aktif, terjadi vasodilatasi. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah akan meningkat setelah melakukan aktivitas fisik. Selain itu, sewaktu otot-otot itu berkontraksi, otot-otot tersebut menekan pembuluh darah di seluruh tubuh. Akibatnya terjadi pemindahan darah dari pembuluh perifer ke jantung dan paru. Dengan demikian akan meningkatkan curah jantung yang selanjutnya m,eningkatkan tekanan darah. 4. Pengaruh Berfikir Berpikir berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah. Hal ini dapat dilihat dari hasil percobaan dimana ketika berpikir tekanan darah orang coba meningkat dari 110 80 mmHg menjadi 110/90 mmHg. Peningkatan kerja otak membutuhkan nutrisi dan O2 yang banyak sehingga darah akan dipompa lebih banyak ke otak. Sehingga kardiak output akan ditingkatkan yang selanjutnya akan meningkatkan aliran balik vena dan meningkatkan tahanan perifer yang kemudian menyebabkan tekanan darah meningkat. Selain itu letak otak berada diatas jantung sehingga dibutuhkan tekanan yang lebih kuat untuk mendorong darah ke otak. 5. Percobaan Valsava (Valsavas Maneuver) Dalam percobaan ini seharusnya tekanan darah orang coba akan menurun tetapi karena kesalahan perhitungan atau ketidakakuratan alat menyebabkan penyimopangan hasil. Seseorang melakukan ekspirasi kuat dengan glottis tertutup dimana tekanan intratorakal sehingga aliran balik vena menurun yang mengakibatkan curah jantung menurun dan selanjutnya menyebebkan penurunan tekanan darah. 6. Percobaan Muller Dalam percobaan ini seharusnya tekanan darah orang coba akan menurun tetapi karena kesalahan perhitungan atau ketidakakuratan alat menyebabkan penyimopangan hasil. Seseorang melakukan inspirasi kuat dengan glottis tertutup maka CO2 banyak keluar. Sehingga menurunkan volume darah yang akan mengangkut Oksigen dan menurunkan curah jantung sehingga tekanan darah akan menurun. Selain itu, hal yang dapat kita kaji dalam percobaan ini adalah penyakit Arterioskelerosis atau pengerasan arteri. Istilah Arterioskelerosis atau pengerasan arteri sebetulnya meliputi setiap keadaan pembuluh arteri yang mengakibatkan penebalan atau pengerasan dindingnya. Arterioskelerosis merupakan penyakit yang melibatkan aorta ,cabang-cabangnya yang besar dan arteri yang berukuran sedang seperti arteri yang menyuplai darah ke bagian-bagian ekstermitas ,otak, jantungdan organ dalam utama. Arterioskelerosis tidak menyerang arteriol dan juga tidak melibatkan sirkulasi vena. Penyakit ini multifokal dan lesi unit,atau ateorema, terdiri dari massa bahan lemak dengan jaringan

ikat fibrosa. Sering disertai endapan skunder garam kalsium dan poduk-produk darah. Tekanan darah merupakan faktor penting bagi, insiden dan beratnya arteriosklerosis. Pada umumnya penderita hipertensi akan megalami arteriosklerosis lebih awal dan lebih berat dan beratnya penyakit berhubungan dengan tekanan darah, walaupun dalam batas normal. Arteriosklerosis tidak terlihat pada arteria pulmonalis kecuali jika tekanannya meningkat secara abnormal, kedaan ini dinamakan hipertensi pulmonal. Faktor risiko lain dalam perkembangan arteriosklerosis adalah merokok. Merokok merupakan faktor lingkungan utama yang menyebabkan arteriosklerosis menjadi semakin buruk.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Cara-cara pengukuran tekanan darah arteri adalah dengan cara palpasi, auskultasi dan osilasi. 2. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secra fisiologis adalah karena istirahat, perubahan sikap, kerja otot dan pengaruh berfikir, inspirasi dan ekspirasi yang kuat. 3. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara diantaranya yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, dan bertambahnya cairan dalam sirkulasi. 5.2 Saran Sebaiknya bagian praktikum melengkapi alat-alat laboratorium yang akan digunakan.

DAFTAR PUSAKA F. ganong, William. 2001. Review of Medical Pghysiology. Lange Medical Books: New York. Guyton and Hall. 2007. Fisiologi kedokteran. EGC : Jakarta. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Mnusia dari Sel ke Ssitem. EGC : jakarta. Healthwise. 2007. High Blood Pressure (Hypertension) http://blstc.msn.com, diakses pada tanggal 19 Nopember 2008. University of Pittsburgh Medical Center . 2004. Blood Pressure. UPMC: USA. www.upmc.com, diakses pada tanggal 19 Nopember 2008. Singgih, Amin. 2008. Pembakuan Pengukuran Tekanan Darah. http://do.qwertyy.cn/do.htm, diakses pada tanggal 19 Nopember 2008. Wikipedia, the free encyclopedia. 2008. Blood Pressure . http://en.wikipedia.org, diakses pada tanggal 19 Nopember 2008. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2008. Pemeriksaan Fisik http://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 19 Nopember 2008.

You might also like