You are on page 1of 151

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA TAHUN 2003-2005

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

Oleh : Hanry Dwi Purnomo NIM.3351402045

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada: Hari Tanggal : Rabu : 18 Juli 2007

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Asrori, M.S. NIP.131570078

Drs. Sukardi Ikhsan M.si. NIP. 130515747

Mengetahui: Ketua Jurusan Akuntansi

Drs. Sukirman, M.Si . NIP. 131 967 646

ii

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada: Hari Tanggal : Jumat : 24 Agustus 2007

Penguji Skripsi

Drs. Agus Wahyudin, M.Si. NIP. 131658236

Anggota I

Anggota II

Drs. Asrori, M.S. NIP. 131570078

Drs. Sukardi Ikhsan Msi. NIP. 130515747

Mengetahui: Dekan

Drs. Agus Wahyudin, M.Si. NIP. 131658236 iii

iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIM Jurusan Judul Skripsi : : : : HANRY DWI PURNOMO 3351402045 AKUNTANSI S1 PENGARUH HARGA KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERBANKAN SAHAM PERUSAHAAN

YANG TERDAFATAR DI BURSA EFEK JAKARTA. Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

2007

Hanry Dwi Purnomo NIM. 3351402045

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto: Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap (QS. Alam Nasyrah: 6-8). Ketekunan membuat yang mustahil menjadi mungkin, yang mungkin menjadi kemungkinan besar, dan kemungkinan besar menjadi sebuah kepastian. (Robert Half) Kekalahan bukanlah merupakan suatu pilihan. (Hanry)

Persembahan: Skripsi ini aku persembahkan untuk Umi dan Abah tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan doa, Kakak dan Adekku yang aku sayangi, Semua sahabat dan teman-temanku. Almamaterku tercinta.

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmojo, M.M. Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si. Dosen penguji sekaligus Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah menguji dan memberikan kritik dan saran. 3. Drs. Sukirman, M.Si. Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 4. Drs. Asrori, M.S. Dosen Pembimbing I yang telah dengan sabar dan teliti memberikan petunjuk, dorongan dan semangat dalam penulisan skripsi ini. 5. Drs. Sukardi Ikhsan M.Si. Dosen Pembimbing II yang telah sabar dan teliti memberikan petunjuk, dorongan dan semangat dalam penulisan skripsi ini. 6. Azik Aslam Abdillah, S.Kom. Staf Pengelola Harian Pojok BEJ UNDIP yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian atas bantuannya dalam memperoleh data-data penelitian.

vi

vii

7. Seluruh dosen di Jurusan Akuntansi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama belajar di Universitas Negeri Semarang. 8. Umi dan Abah, yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan motivasi serta mutiara-mutiara kebajikan dalam menjalani kehidupan kepada penulis. 9. Sahabat-sahabat setiaku Satrio, Pipin. S.T (Heppis crew), Didik, Aconk, Sulkan, Yusuf K, S.E (You are the best in my life), dan teman-teman seperjuangan lainnya Akuntansi angkatan 2002. yang telah menghiasi harihariku dalam suka maupun duka yang telah memberikan arti indahnya kebersamaan. 10. Dan semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini. Semoga amal dan kebaikan Beliau diatas mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhir kata tiada kesempurnaan didunia ini melebihi kesempurnaan-Nya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan sumbang saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Kemudian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang,

2007

Penulis

vii

viii

SARI

Hanry Dwi Purnomo. 2007. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Drs. Asrori. M.S. Drs. Sukardi Ikhsan M.Si. Kata Kunci: CAR, RORA, NIM, ROA, LDR dan Harga Saham Perusahaan perbankan adalah salah satu industri yang ikut berperan serta dalam pasar modal. Perusahaan perbankan merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Dalam menilai suatu kinerja bank, pihak Bank Indonesia telah menetapkan standar pada tingkat rasio keuangan bank sebagai pedoman dalam melakukan penilaian atas kinerja keuangan pada sektor perbankan. Dalam dunia pasar modal, kinerja perusahaan dapat diapresiasikan dengan naik turunnya harga saham perusahaan. Salah satu analisis yang digunakan untuk digunakan memprediksi mengenai harga saham adalah analisis fundamental. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan bank yang telah terdaftar di BEJ sebanyak 54 dari 18 perusahaan bank yang telah dinyatakan Go Public selama tiga tahun periode 2003-2005. Variabel penelitian dalam penelitian ini terdapat lima variabel yaitu : CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR sebagai variabel bebas dan harga saham sebagai variabel terikat. Data yang diperoleh dalam penelitian menggunakan metode dokumentasi dan analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan alat bantu program SPSS. Hasil dalam peneltian secara simultan menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara CAR, RORA, NIM, ROA dan LDR terhadap harga saham. Besarnya kontribusi CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR terhadap harga saham adalah 38,1 % dan sisanya sebesar 61,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Secara parsial CAR memberi kontribusi sebesar 7,90% dengan signifikansi 0,048 < 0,05 sehingga CAR berpengaruh positif terhadap harga saham. RORA memberikan kontribusi sebesar 0,20% dengan signifikansi 0,755 > 0,05 sehingga RORA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham tetapi bersifat positif terhadap harga saham. NIM memberi kontribusi sebesar 5,76% dengan signifikansi 0,093 > 0,05 sehingga NIM tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham tetapi bersifat positif terhadap harga saham. ROA memberikan kontribusi sebesar 9,61% dengan signifikansi 0,029 < 0,05 sehingga ROA berpengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham. LDR memberikan kontribusi sebesar 1,61% dengan signifikansi 0,379 > 0,05 sehingga LDR tidak berpengaruh terhadap harga saham dan memiliki hubungan yang negatif terhadap harga saham. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR secara bersama-sama mempunyai pengaruh viii

ix

terhadap harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada periode tahun 2003-2005, dari kelima rasio tersebut, rasio ROA merupakan rasio yang paling dominan mempengaruhi harga saham. Terkait dengan hal tersebut, maka investor apabila berkeinginan membeli saham perusahaan perbankan harus memperhatikan rasio keuangan sebagai wujud nilai perusahaan. Karena dengan pengelolaan yang baik berarti kinerja perusahaan akan baik dan dengan kinerja yang baik itulah harga saham akan semakin baik.

ix

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................................... PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI........................................................... MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... KATA PENGANTAR ...................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ i ii iii iv v vi x xii

SARI ................................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah............................................................. 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sektor Perbankan ....................................................................... 2.1.1 Pengertian Bank .............................................................. 2.1.2 Fungsi Bank .................................................................... 2.1.3 Peranan Bank .................................................................. 2.1.4 Jenis Perbankan ............................................................... 2.2 Saham ........................................................................................ 2.2.1 Pengertian Saham ........................................................... 2.2.2 Nilai Saham .................................................................... 2.2.3 Bentuk Saham ................................................................. 15 15 16 17 18 19 19 19 20

1 11 12 13

xi

2.2.4 Harga Saham ................................................................... 2.3 Analisa Sekuritas ....................................................................... 2.4 Kinerja Keuangan ...................................................................... 2.5 Analisa Rasio Keuangan ........................................................... 2.5.1 CAR ................................................................................ 2.5.2 RORA ............................................................................. 2.5.3 NIM ................................................................................. 2.5.4 ROA ................................................................................ 2.5.5 LDR ................................................................................ 2.6 Kerangka Berpikir ..................................................................... 2.6.1 Pengaruh CAR, RORA, NIM, ROA, LDR terhadap harga saham .............................................................................. 2.7 Hipotesis Penelitian ................................................................... BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian .......................................................................... 3.2 Populasi Penelitian .................................................................... 3.3 Variabel Penelitian ..................................................................... 3.3.1 Variabel Independen ....................................................... 3.3.2 Variabel Dependen ......................................................... 3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 3.4.1 Metode Dokumentasi ...................................................... 3.5 Metode Analisis Data ................................................................ 3.5.1 Analisis Deskriptif .......................................................... 3.5.2 Analisis Regresi Berganda............................................... 3.6 Pengujian Asumsi Klasik .......................................................... 3.6.1 Uji Multikolinieritas ....................................................... 3.6.2 Uji Otokorelasi ................................................................ 3.6.3 Uji Heteroskedastisitas ................................................... 3.6.4 Uji Normalitas .................................................................

22 24 26 29 30 34 36 37 39 41 47 54

55 55 57 57 60 60 61 61 61 64 67 68 68 69 70

xi

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ......................................................................... 4.1.1 Deskripsi Obyek Penelitian ............................................ 4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian .......................................... 4.2 Pengujian Hipotesis ................................................................... 4.2.1 Pengujian secara simultan ............................................... 4.2.2 Pengujian secara parsial .................................................. 71 71 81 95 98 99

4.2.3 Koefisien Determinasi .................................................... 101 4.3 Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 102 4.3.1 Uji Normalitas ................................................................. 102 4.3.2 Uji Multikolinieritas ....................................................... 103 4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ................................................... 103 4.3.4 Uji Otokorelasi ................................................................ 104 4.3.4.1 Tindakan perbaikan adanya otokorelasi ............. 105 4.4 Pembahasan ............................................................................... 108 4.4.1 Keterbatasan penelitian ................................................... 120 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan .................................................................................... 122 5.3 Saran .......................................................................................... 123 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 125 LAMPIRAN ..................................................................................................... 126

xii

xiii

DAFTAR TABEL Halaman 1. Tabel 1 Daftar cuplikan nilai CAR, RORA, NIM, ROA, LDR ............... 2. Tabel 2 Tingkat CAR ............................................................................... 3. Tabel 3 Tingkat RORA ............................................................................. 4. Tabel 4 Tingkat ROA ............................................................................... 5. Tabel 5 Tingkat LDR ............................................................................... 6. Tabel 3.1 Daftar Populasi perusahaan perbankan .................................... 7. Tabel 3.2 Tingkat CAR ............................................................................ 8. Tabel 3.3 Tingkat RORA ......................................................................... 9. Tabel 3.4 Tingkat ROA............................................................................ 10. Tabel 3.5 Tingkat LDR ........................................................................... 11. Tabel 3.6 Durbin Watson ......................................................................... 12. Tabel 4.1 Perhitungan Rasio CAR .......................................................... 13. Tabel 4.2 Perhitungan Rasio RORA ....................................................... 14. Tabel 4.3 Perhitungan Rasio ROA.......................................................... 15. Tabel 4.4 Perhitungan Rasio NIM .......................................................... 16. Tabel 4.5 Perhitungan Rasio LDR ......................................................... 17. Tabel 4.6 Perhitungan Tingkat Harga Saham ........................................ 18. Tabel 4.11 Out put simultan ................................................................... 19. Tabel 4.12 Out put Uji Parsial dan nilai koefisien ................................. 10 34 35 39 41 56 62 62 63 63 69 82 85 87 89 91 94 96 96

20. Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolonieritas ....................................................... 103 21. Tabel 4.8 Hasil Uji Otokorelasi........................... ...................................... 104 22.Tabel 4.9 Hasil Perbaikan Uji Otokorelasi .. ............................................ 23. Tabel 4.10 Otokorelasi setelah perbaikan ................................................. 107 108

xiii

xiv

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................ 2. Gambar 4.1 Grafik Grafik rata-rata rasio CAR ........................................ 3. Gambar 4.2 Grafik rata-rata rasio RORA ................................................. 4. Gambar 4.3 Grafik rata-rata rasio ROA ................................................... 5. Gambar 4.4 Grafik rata-rata rasio NIM..................................................... 6. Gambar 4.5 Grafik rata-rata rasio LDR .................................................... 7. Gambar 4.6 Grafik rata-rata Harga Saham ............................................... 8. Gambar 4.7 P-plot Uji Normalitas ........................................................... 9. Gambar 4.8 P-plot Uji Heteroskedastisitas .............................................. 53 83 86 88 90 92 95 103 104

xiv

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaaan Bank Go Public ............................ 128

Lampiran 2. Tabel Data Hasil Penelitian......................................................... 129 Lampiran 3. Tabel Analisis Perbaikan Otokorelasi......................................... 130 Lampiran 4. Analisis Regresi Berganda.......................................................... Lampiran 5. Daftar Harga Saham Penutupan ............................................... Lampiran 6. Daftar Perhitungan CAR Tahun 2003-2005............................... Lmapiran 7. Daftar Perhitungan RORA Tahun 2003-2005 ............................ Lampiran 8. Daftar Perhitungan NIM Tahun 2003-2005 ............................... Lampiran 9. Daftar Perhitungan ROA Tahun 2003-2005............................... Lampiran 10. Daftar Perhitungan LDR Tahun 2003-2005 ............................. 131 142 143 144 145 146 147

Lampiran 11. Surat Keterangan Pelaksanaan Observasi.................................. 148

xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Falsafah yang melandasi kegiatan usaha bank adalah kepercayaan dari masyarakat atau nasabah. Sebagai lembaga kepercayaan maka bank dalam operasinya harus selalu menjaga kinerjanya sebagai fungsi dari nilai perusahaan, karena apabila kinerja sebuah perusahaan meningkat, maka nilai keusahaannya akan semakin tinggi (Mulyono 1995 : 18), pada bank yang telah memiliki status go public hal tersebut akan diikuti dengan kenaikan harga saham sebagai wujud dari meningkatnya kinerja perusahaan. Sebaliknya apabila terdapat persepsi yang buruk mengenai kinerja perusahaan akan diikuti dengan penurunan harga saham dikarenakan hilangnya kepercayaan terhadap perusahaan tersebut, hal ini yang menjadi landasan mengapa perubahan harga saham relevan berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan. Menurut Payamta dan Machfoedz dalam Mulyadi (2001: 124) kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam variabel atau indikator, sumber utama variabel atau indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan laporan ini dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar kinerja perusahaan. Dari beberapa pernyataan itu maka terhadap perusahaan yang telah mempunyai status go public, kinerjanya dapat dinilai melalui perubahan pada harga dan return

sahamnya dikarenakan perubahan harga saham bagi perusahaan yang telah go public merupakan fungsi dari nilai suatu perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan adalah suatu tampilan tentang kondisi keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu. Menurut keputusan Menteri Keuangan No: 740/KMK.00/1989 tanggal 28 juni 1989, dalam Singgih Bahwa yang dimaksud dengan kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut (Singgih: 2000:22). Sehingga berdasar pada ketentuan tersebut maka untuk mengetahui prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh suatu perusahaan dapat dilakukan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam kurun waktu atau periode tertentu. Menurut Resmi dalam Tadi (2002: 78) variasi harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan, sehingga harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan, maka terkait dengan hal tersebut keputusan investor dalam melakukan transaksi jual beli saham sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik mikro maupun makro perusahaan. Faktor mikro merupakan faktor internal perusahaan yang mempengaruhi transaksi perdagangan saham, antara lain harga saham, tingkat keuntungan yang diperoleh, tingkat risiko, kinerja perusahaan, dan corporate action yang dilakukan perusahaan tersebut. Sedangkan faktor makro merupakan faktor eksternal perusahaan, antara lain tingkat perkembangan inflasi, kurs rupiah, keadaan perekonomian dan kondisi sosial politik negara.

Hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penilaian terhadap kinerja keuangan bank go public yang berkaitan terhadap pergerakan harga saham adalah oleh Eny Kristiani (2004) dan Kristina (2005) dengan melakukan pengujian uni variate yang dimulai dengan uji one-sample kolmogorov-smirnov menunjukkan bahwa capital adequacy ratio, return on risked asset, net profit margin, return on asset dan loan to deposit ratio secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi harga saham dan secara parsial terdapat dua variabel yang memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap harga saham yaitu return on asset dan loan to deposit ratio. Tadi (2005) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa capital adequacy ratio, return on assets, dan loan to deposit ratio (struktur modal, tingkat profitabilitas, dan likuiditas,) secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial justru Return On Asset, dan Capital Adeduacy Ratio yang dimiliki bank mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Dari hasil kedua penelitian sebelumnya tersebut dapat diketahui bahwa hasil analisa terhadap penilaian kinerja keuangan bank serta pengaruhnya terhadap harga saham memiliki hasil yang berlainan, sehingga berdasarkan penelitian sebelumnya dalam penelitian ini akan dikaji lebih lanjut kebenaran yang ada sehingga apa yang menjadi hasil pada penelitian nanti diharapkan dapat mempertegas persepsi dan memperkuat teori yang sudah ada. Merujuk dari pendapat Syahrir dalam Anoraga dan Pakarti (2001: 18). Analisis rasio keuangan perusahaan merupakan salah satu alat untuk memperkirakan atau mengetahui kinerja perusahaan yang melakukan

penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi pada pihak manajemen,

karena pada dasarnya untuk menganalisis kinerja perusahaan digunakan analisis fundamental (kondisi internal perusahaan). Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan dengan kondisi internal atau keuangan perusahaan.(Suad Husnan, 2001: 315). Investasi berupa saham menjanjikan tingkat keuntungan yang relatif tinggi baik dari penerimaan deviden maupun dari capital gain yang nantinya akan diterima oleh investor sebagai pihak pemegang saham dan bukti kepemilikan perusahaan, akan tetapi investasi dalam bentuk saham juga mempunyai risiko yang tinggi, sesuai dengan prinsip investasi yaitu low risk low return high risk high return, oleh karena itu pengelola perusahaan hal ini perusahaan perbankan dalam melakukan usahanya dituntut untuk dapat menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, sehingga berangkat dari pengertian seperti itu, maka untuk mengurangi risiko didalam berinvestasi saham dibutuhkan informasi yang aktual, akurat, dan transparan yang berkenaan dengan kondisi internal perusahaan dengan mengetahui dari laporan keuangan perusahaan, hal ini untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, karena dengan mengetahui informasi dari kondisi laporan keuangan perusahaan investor dapat memilih dan menyeleksi saham mana yang dinilai akan lebih menguntungkan nantinya sebelum mengambil keputusan berinvestasi. Informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan investasi berupa surat berharga saham adalah informasi berupa faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham, yang meliputi faktor fundamental, faktor teknis, faktor sosial,

ekonomi dan politik. Menurut Jogiyanto (2000 : 8), terdapat dua macam analisis untuk menentukan nilai saham yaitu analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) pertimbangan keputusan investasi yang didasarkan pada kinerja perusahaan yang menerbitkan saham yang tercermin dalam laporan keuangan, dan analisis teknis (technical analysis) cenderung mengevaluasi pergerakan harga saham di pasar bursa. Pada dasarnya analisis fundamental mencoba

memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang, dan mengharapkan hubungan-hubungan variabel tersebut sehingga dapat diperoleh taksiran harga (Suad Husnan 2001 : 315). Sedangkan dalam perusahaan yang telah go public nilai suatu perusahaan dapat dilihat dari pergerakan harga saham yang mencerminkan kinerja dari perusahaan, dalam hal ini perusahaan perbankan. Beberapa pengertian dan peryataan dari para ahli telah menjelaskan apabila kinerja perusahaan publik meningkat maka nilai perusahaan akan semakin tinggi. Di bursa efek hal seperti itu akan diapresiasikan oleh pasar dalam bentuk kenaikan harga saham. Sebaliknya apabila terjadi konotasi atau anggapan berita yang buruk tentang kinerja perusahaan maka akan diikuti dengan penurunan harga saham dibusa efek. Argumentasi seperti itu yang melandasi mengapa perubahan harga saham relevan berkaitan menjadi dasar untuk penilaian tentang kinerja perusahaan publik, dalam hal ini perusahaan perbankan. Maka dari itu para pelaku pasar perlu mengetahui kinerja perusahaan sebelum mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham. Terkait dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan agar mereka mempunyai gambaran mengenai kondisi keuangan dan prospek perusahaan dimasa yang datang.

Menurut Mulyono (1995: 32), untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dapat diketahui dari aspek solvabilitas, likuiditas, dan rentabilitas. Dalam penelitian ini untuk menilai kinerja keuangan dari perusahaan bank go public , akan dinilai dari besarnya tingkat rasio keuangan yang telah ditentukan standarnya oleh Bank Indonesia. Rasio keuangan yang menjadi fokus penelitian nantinya diharapkan akan dapat mewakili tiap aspek dari kinerja bank, untuk kemudian dapat digunakan sebagai alat prediksi dalam menentukan perubahan harga saham perusahaan bank selaku penerbit surat berharga saham. Pentingnya penelitian tentang rasio keuangan perbankan dalam kaitannya dengan harga saham adalah karena rasio keuangan perbankan sedikit berbeda dengan rasio keuangan jenis perusahaan lain (Pernyataan Standar Akuntansi No. 31/2002), Pertimbangan lain adalah saham-saham perusahaan perbankan yang diperdagangkan di BEJ pada umumnya sangat peka terhadap gejolak indikator makro seperti tingkat inflasi, suku bunga, kurs valas, dan kebijakan moneter, selain faktor fundamental bank, karena aspek fundamental yang langsung berkaitan dengan kinerja bank diasumsikan mempunyai pengaruh cukup kuat terhadap harga saham. CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio keuangan yang berhubungan dengan struktur modal perusahaan. Rasio ini berkaitan dengan persediaan modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin akan timbul dari penanaman modal dan dalam aktiva produktif yang mengandung risiko. Jadi, secara teoritis rasio ini memiliki hubungan yang positif terhadap harga saham, karena bank yang mempunyai CAR yang tinggi berarti

bank tersebut mempunyai modal yang cukup untuk melakukan kegiatan usahanya. RORA (Return On Risked Assets) merupakan rasio keuangan yang berhubungan dengan kualitas aktiva atau aset yang berkaitan dengan kelangsungan usaha bank. Semakin tinggi RORA berarti akan semakin tinggi pula harga saham, karena bank yang mempunyai RORA yang tinggi berarti bank tersebut telah mampu mengoptimalkan modalnya dalam memperoleh laba. NIM (Net Interest Margin) merupakan rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan bank didalam menghasilkan net interest income melihat bagaimana kinerja manajemen bank didalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva produktif yang dimiliki. NIM (Net Interest Margin) rasio ini berfungsi untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan tingkat kembalian keuntungan bunga bersih terhadap pengelolaan aktiva produktifnya. Jika tingkat kembalian keuntungan atas bunganya tinggi maka akan diikuti kenaikan harga saham. Hal ini berarti NIM memiliki hubungan yang positif terhadap harga saham. Likuiditas merupakan indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi atau membayar kewajibannya (simpanan masyarakat) yang harus segera dipenuhi. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan dengan tepat waktu berarti perusahaan tersebut dalam keadaan liquid. Dalam dunia perbankan rasio likuiditas dapat diketahui dengan Loan To Deposit Ratio (LDR). Rasio tersebut merupakan rasio kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank yang bersangkutan. Semakin tinggi rasio LDR maka akan semakin tidak liquid perusahaan perbankan dikarenakan bank tidak mempunyai cash asset yang cukup untuk membayar tagihan atau penarikan para

deposannya sehingga akan mengakibatkan hilangnya kepercayaaan masyarakat akan kemampuan bank dalam pemenuhan likuiditasnya karena masyarakat tidak leluasa dalam melakukan penarikan atas dananya, jika bank tersebut tidak mempunyai cash asset yang cukup untuk membayar tagihan para deposannya. Apabila bank sudah tidak dipercaya lagi oleh investor atau masayarakat maka, akan berdampak pada menurunnya harga saham bank yang bersangkutan. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) mempunyai hubungan yang negatif terhadap harga saham. Rentabilitas merupakan rasio yang mengukur efektivitas perusahaan dalam memperoleh laba, atau dengan kata lain rentabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rentabilitas atau profitabilitas dalam dunia perbankan dapat dihitung dengan return on assets ROA. Kaitannya dengan harga saham, ROA mempunyai hubungan yang positif. Karena dengan ROA yang tinggi berarti profitabilitas (laba) juga tinggi. Kondisi seperti itulah yang akan berdampak pada kenaikan harga saham karena pada hakekatnya dalam ekonomi konvensional motif investasi adalah untuk memperoleh laba yang tinggi. Apabila rasio keuangan dalam kinerja keuangan perusahaan perbankan mengalami pertumbuhan dengan menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar, serta pemenuhan modal yang memadai, maka hal yang sama akan terjadi pada pergerakan harga saham perusahaan yang bersangkutan. Dengan rasio keuangan yang baik akan mencerminkan kondisi keuangan yang baik pula, sehingga akan mempengaruhi harga saham (Ang: 1997:8). Akan tetapi kenyataan yang terjadi

pada perusahaan perbankan yang tedaftar di Bursa Efek Jakarta periode 20032005 tidak selalu menunjukkan pertumbuhan pada harga saham meskipun rasiorasio keuangan mengalami kenaikan, demikian pula sebaliknya, penurunan rasio keuangan tidak selalu di ikuti dengan penurunan harga saham, hal ini jelas bertentangan dengan peryataan (Ang:1997:8) yang menyatakan dimana kinerja keuangan perusahaan akan menjadi tolok ukur seberapa besar risiko yang akan ditanggung investor untuk memastikan kinerja perusahaan berada dalam keadaan baik atau buruk dilakukan dengan menganalisa rasio keuangan dari laporan keuangan. Jadi secara teoritis jika kinerja keuangan perusahaan mengalami peningkatan, maka harga saham akan merefleksikannya dengan peningkatan harga saham demikian juga sebaliknya.(Ang : 1997:8). Fenomena dari pergerakan harga saham yang terjadi pada perusahaan perbankan periode 2003-2005 yang sebenarnya justru tidak sesuai dengan teori yang ada bahwa pertumbuhan rasio-rasio keuangan yang baik akan diikuti pula dengan pertumbuhan harga saham, hal ini terlihat dari kinerja keuangan bank yang dilihat dari perubahan rasio keuangan yang pada kenyataanya pada perusahaan perbankan yang terdaftar (listed) di Bursa Efek Jakarta menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori yang ada, pada Bank Arta Niaga Kencana misalnya, dengan peningkatan Net Interest Margin pada tahun 2004 ke tahun 2005 dari 4,35% menjadi 4,12% tidak diikuti dengan penurunan harga saham bahkan harga saham mengalami kenaikan dari Rp 770,00 per lembar menjadi Rp 905,00 per lembar saham. Net Interest Margin adalah rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan

10

pendapatan bunga bersih. Semakin besar nilai NIM berarti semakin tinggi tingkat pendapatan bunga yang diperoleh dari pengelolaan atas aktiva

produktifnya,sehingga berdampak pada kuatnya harga saham. Kemudian untuk rasio ROA pada tahun 2003 ke tahun 2004 dari 0,78% yang naik menjadi 1,58% justru harga saham perusahaan mengalami penurunan dari Rp. 900,-.menjadi Rp. 770,-per lembar saham. Berikut tabel daftar nilai kinerja keuangan CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR dan Harga saham Bank Arta Niaga Kencana periode 2003-2005.
Tabel 1 Daftar nilai CAR, RORA, NIM, ROA, LDR, dan Harga Saham. No. 1 Nama Bank Bank Arta Niaga Tbk Tahun 2003 2004 2005 CAR 21,80 20,99 22,57 RORA 20,91 14,80 16,17 NIM 6,59 4,35 4,12 ROA 0,78 1,58 1,52 LDR 62,07 71,26 74,15 Harga Saham 900,00 770,00 905,00

Fenomena tersebut juga telah dibuktikan oleh Lidiadni (2004),dan Kristina (2005) yang menyimpulkan bahwa CAR dan ROA tidak mempengaruhi harga saham perbankan, hal ini tidak sejalan dengan teori yang ada dimana semakin baik atau meningkatnya rasio CAR akan berdampak pada naiknya harga saham perusahaan dikarenakan bank tersebut berada dalam kondisi solvable (bank memiliki modal yang cukup untuk mendanai kegiatan operasionalnya), pernyataan Lidiadni dan Kristina ini juga berlainan dengan apa yang telah ditemukan Tadi (2005) yang menyimpulkan sebaliknya, bahwa CAR dan ROA berpengaruh terhadap harga saham, jadi disini terdapat persepsi yang berbeda mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Return On Asset kaitannya terhadap perubahan harga saham, sedangkan Anggreini (2004) dalam penelitiannya

11

menyimpulkan bahwa LDR tidak mempengaruhi pergerakan harga saham perusahaan perbankan. Sehingga dari latar belakang uraian teori dan pernyataan peneliti sebelumnya tersebut dalam penelitian ini akan dianalisa untuk dikaji lebih lanjut mengenai hubungan tingkat kualitas kinerja keuangan perusahaan perbankan dengan menggunakan rasio keuangan untuk selanjutnya diteliti lebih dalam pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham yang dimiliki. Banyaknya teori yang menyatakan bahwa kondisi rasio keuangan yang baik, nantinya akan membawa pengaruh yang positif terhadap kondisi keuangan perusahaan yang juga akan berpengaruh positif terhadap harga saham, dalam penelitian ini akan dikaji ulang sehingga apa yang menjadi hasil penelitian nantinya akan mempertegas dan memperkuat teori yang ada. Atas dasar penelitian tersebut diatas, serta teori yang menyatakan bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan (kinerja keuangan) perusahaan perbankan go public terhadap harga saham dan berdasarkan atas fenomena tersebut, maka peneliti mengungkap penelitian ini untuk dikaji lebih lanjut tentang Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan kenyataan yang terjadi,

maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

12

1. Apakah kinerja keuangan perbankan yang terdiri dari (CAR) Capital Adequacy Ratio, (RORA) Return On Risked Assets, (NIM) Net Interest Margin, (ROA) Return On Asset, dan (LDR) Loan To Deposit Ratio, secara parsial berpengaruh terhadap harga saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta? 2. Apakah kinerja keuangan perbankan yang terdiri dari (CAR) Capital Adequacy Ratio, (RORA) Return On Risked Assets, (NIM) Net Interest Margin, (ROA) Return On Asset, dan (LDR) Loan To Deposit Ratio, secara simultan berpengaruh terhadap harga saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta? 3. Seberapa besar pengaruh CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR terhadap harga saham perbankan, serta rasio keuangan manakah yang paling dominan mempengaruhi harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ ?

1.3

Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji secara parsial apakah ada pengaruh dari kinerja keuangan perusahaan perbankan yang dinilai berdasarkan rasio CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR terhadap harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. 2. Untuk menguji secara simultan apakah ada pengaruh dari kinerja keuangan perusahaan perbankan yang dinilai berdasarkan rasio CAR, RORA, NIM, ROA,

13

dan LDR terhadap harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdiri dari rasio CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR terhadap harga saham, serta rasio keuangan manakah yang secara dominan mempengaruhi harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ.

1.4

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Melalui penelitian ini di harapkan akan memperoleh manfaat teoritis antara lain : a. Mencoba untuk mengetahui sejauh mana kinerja keuangan perusahaan perbankan yang di proksikan dengan CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR (variabel independen) berpengaruh terhadap harga saham (variabel dependen), untuk mengetahui kontribusi dan apakah rasio keuangan (variabel independen) secara simultan berpengaruh terhadap harga saham (variabel dependen) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005. b. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan media dan wahana untuk belajar dan mengembangkan ilmu memecah masalah secara ilmiah dan memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan penerapannya di lapangan.

14

c. Bagi civitas akademik, sebagai bahan kajian dalam penelitian sejenis di waktu yang akan datang dan dapat dijadikan sumber bacaan yang dapat menambah wacana baru sebagai sumber pustaka.

2. Manfaat Praktis Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat praktis antara lain: a. Bagi pihak manajemen perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pihak manajemen perusahaan perbankan sebagai masukan atau dasar untuk meningkatkan kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari rasio keuangan yang baik, bahwa rasio keuangan yang baik menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. b. Bagi Investor. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh dari penilaian keuangan perusahaan terhadap harga saham yang diperdagangkan dipasar modal yang menyangkut investasi saham bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi menentukan perusahaan mana yang mempunyai risiko yang baik dan meramalkan harga-harga saham perusahaan perbankan di BEJ sehingga akan mengurangi risiko kerugian dan menghasilkan return saham yang baik.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Sektor Perbankan 2.1.1. Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 mengenai perubahan undang-undang Nomor 7 tahun 1997 tentang perbankan, menyebutkan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, (Undang-undang perbankan , 1998:9). Pengertian yang lebih teknis dapat ditemukan pada Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 792 Tahun 1990 dan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Berdasarkan SK Menteri Keuangan RI Nomor 792 tahun 1990 pengertian bank adalah: Bank merupakan suatu badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Sedangkan pengertian bank menurut IAI dalam PSAK Nomor 31 Standar Akuntansi Keuangan (2004: 215) adalah: Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki

15

16

kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Menurut Stuart dalam bukunya Malayu (2004:2) bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang lain, dengan memberikan kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain (nasabah). Sedangkan Malayu (2004:2) menyatakan bank adalah lembaga keuangan, berarti bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan semata. 2.1.2 Fungsi Bank Secara spesifik fungsi dari bank dapat di klasifikasikan dalam pengertian (Agen of Trust, Agen of Development, Agen of Services) (Susilo, 2000 : 6). Pengertian fungsi tersebut: 1. Agen of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan baik dalam hal penghimpunan maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak disalahgunakan oleh bank, akan dikelola dengan baik, dan juga percaya bahwa pada suatu saat yang telah di janjikan dapat menarik lagi simpanan dananya di bank.

17

2. Agen of Development Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tesebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dimana selalu berkaitan dengan penggunaan uang. 3. Agen of Services Disamping kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan. 2.1.3 Peranan Bank Bank mempunyai peranan yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa (Malayu, 2004 : 2), karena bank adalah: 1. Pengumpul dana dari masyarakat yang kelebihan dana (atau surplus spending unit) / SSU) dan penyalur kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana (atau defisit spending unit / DSU).

18

2. Tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat. 3. Pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis dan ekonomis. 4. Penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan L/C (Letter of Credit). 5. Penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garasi. 2.1.4 Jenis Perbankan Jenis Perbankan menurut Undang- Undang pokok perbankan nomor 7 tahun 1992 yang kemudian ditegaskan kembali dengan dikeluarkannya Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 . Bank terdiri dari dua jenis (Kasmir, 2002 : 21) yaitu: 1. Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. 2. Bank Perkreditan Rakyat Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

19

2.2. Saham 2.2.1 Pengertian Saham Salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal adalah saham. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan penerbitnya (Ang, 1997 : 1.1). Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan terbuka (Darmadji dan Fakhruddin, 2001 : 5). Saham dapat diperjual belikan pada bursa efek, yaitu tempat yang dipergunakan untuk memperdagangkan efek sesudah pasar perdana. Penerbitan surat berharga saham akan memberikan berbagai keuntungan bagi perusahaan perbankan. 2.2.2 Nilai Saham Menurut Ang (1997 : 6), nilai suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi atas tiga kelompok : 1. Par value (Nilai nominal) Par value atau disebut juga stated value atau face value atau menurut bahasa Indonesia disebut sebagai nilai nominal. Nilai nominal suatu saham adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk tujuan akuntansi. Nilai ini tidak digunakan untuk mengukur sesuatu. 2. Base price (Nilai/ harga dasar) Harga dasar suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham yang dipergunakan didalam perhitungan ideks harga saham. Harga dasar suatu saham baru merupakan harga perdananya. Harga dasar ini dapat berubah sesuai aksi emiten yang dilakukan.

20

3. Market Price (nilai /harga pasar) Harga pasar merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Apabila pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham. 2.2.3 Bentuk Saham Bentuk saham dapat dikelompokkan dalam tiga kategori saham berdasarkan hak tagih, berdasarkan peralihan hak, dan berdasarkan kinerja. Darmadji dan Hendi, (2001:6). 1. Berdasarkan hak tagih atau klaim a. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah jenis saham yang memiliki hak klaim berdasar laba/rugi yang diperoleh perusahaan. Pemegang saham biasa mendapat prioritas paling akhir dalam hal pembagian deviden dan penjualan asset perusahaan jika terjadi likuidasi. b. Saham preferen (Prefered Stock) Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antar obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap.(seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki. 2. Berdasarkan Peralihan hak a. Saham atas Unjuk (Bearer stock)

21

Merupakan jenis saham yang memiliki karakteristik tidak tercantum nama pemilik dengan tujuan agar saham tersebut dapat dengan mudah dipindah tangankan dari suatu investor ke investor lainnya. Secara hukum, bahwa siapa yang memegang saham tersebut maka dialah diakui sebagai pemiliknya. b.Saham atas nama (Registered Stock ) Saham atas nama mencantumkan nama dari pemilik saham pada lembar saham. Saham atas nama juga dapat dipindah tangankan tetapi harus melalui prosedur tertentu. 3 Berdasarkan kinerja saham a. Blue chip stock Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden. b.Income Stock Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. c. Growth Stock Saham ini merupakan saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. d.Speculative Stock

22

Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti. e. Counter Cyclical Stock Saham ini merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. 2.2.4 Harga Saham Nilai pasar dari sekuritas merupakan harga pasar dari sekuritas itu sendiri. Untuk sekuritas yang diperdagangkan dengan aktif, nilai pasar merupakan terakhir yang dilaporkan pada saat sekuritas terjual. (Horne, 1997: 70) Horne (1997 : 5) mengemukakan bahwa harga pasar bertindak sebagai barometer dari kinerja bisnis. Harga pasar menunjukkan seberapa baik manajemen menjalankan tugasnya atas nama pemegang para pemegang saham. Pemegang saham yang tidak puas dengan kinerja perusahaan dapat menjual saham yang mereka miliki dan menginvestasikan uangnya di perusahaan lain. Tindakan-tindakan tersebut jika dilakukan oleh para pemegang saham akan mengakibatkan turunnya harga saham dipasar, karena pada dasarnya tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi internal dan eksternal perusahaan. Hal ini berkaitan dengan analisis sekuritas yang umumnya dilakukan investor sebelum membeli atau menjual saham.

23

Jadi harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bursa (pasar sekunder). Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan saham, harganya semakin naik. Sebaliknya semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, maka harganya semakin bergerak turun. Secara umum, semakin banyak kinerja suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba usahanya dan semakin banyak keuangan yang dapat dinikmati oleh pemegang saham juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik (Koetin, 1992) dalam kristina (2005: 45). Meskipun demikian, saham yang memiliki kinerja baik sekalipun harganya bisa saja turun karena kedaan pasar. Saham yang memiliki kinerja baik meskipun harganya mengalami penurunan karena keadaan pasar yang jelek (bearish) yang menyebabkan kepercayaan terhadap pemodal terguncang. Saham ini tidak akan sampai hilang, jika kepercayaan pemodal pulih, siklus ekonomi membaik ataupun hahal lain membaik (bullish). Maka harga saham yang baik ini akan kembali naik, jadi risiko dari pemegang suatu saham adalah turunnya harga saham. Cara mengatasinya adalah menahan saham tersebut untuk waktu yang cukup lama sampai keadaan pasar membaik kembali.

2.3 Analisa Sekuritas

24

Menurut Ghozali dan Sugiyanto (2002 : 91-96), untuk menentukan harga saham terdapat dua pendekatan, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental menekankan bahwa faktor-faktor fundamental mempengaruhi harga saham karena menitik beratkan pada analisis rasio keuangan. Melalui analisis rasio keuangan dapat diperoleh informasi atau gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan dan hasil operasional yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut. Jadi dapat disimpulkan dalam hal ini yang coba diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana mengetahui kinerja perusahaan perbankan yang diukur dengan tiap rasio-rasio keuangan serta bagaimana pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham yang dimiliki oleh perusahaan. 1. Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan salah satu cara yang lazim digunakan oleh para pemodal untuk menilai saham. Analisis fundamental memiliki asumsi dasar bahwa harga saham tidaklah diukur dari standar harga di pasar, melainkan diprediksikan terlebih dahulu dengan analisis perusahaan (Husnan, 1998 : 336). Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya akan menjadi milik investor apakah sehat atau tidak ataukah menguntungkan atau tidak dan sebagainya (Anoraga dan Pakarti, 2001 : 108 )

25

Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan (i) mengestimate nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan (ii) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham, model ini juga sering disebut sebagai share price forecasting model. (Suad Husnan (1998 : 299). 2. Analisis Teknikal Analisis teknikal didahului dengan asumsi dasar bahwa harga saham terbentuk dari hasil spekulasi (Ghozali dan Sugiyanto, 2004:94). Kegiatan spekulasi tersebut menitik beratkan pada trend yang dibentuk harga saham pada periode yang lalu dan tidak ada hubungannya dengan nilai intrinsik saham. Kenaikan dan penurunan harga saham pada periode sebelumnya digunakan untuk memprediksi harga saham pada periode berikutnya. Trend harga saham menjadi tolok ukur untuk memprediksi harga saham periode berikutnya. Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Dalam analisis fundamental, proyeksi harga saham dilakukan dengan mempertimbangkan proyeksi prestasi perusahaaan dimasa yang akan datang. Prestasi perusahaan yang dinilai dikalikan dengan kondisi fundamental atau kinerja keuangan perusahaan. Kondisi fundamental mencerminkan kinerja variabel-variabel keuangan yang dianggap mendasar atau penting. Jika prospek suatu perusahaan publik adalah sangat kuat dan baik, maka harga

26

saham perusahaan tersebut diperkirakan akan merefleksikannya dengan peningkatan harga saham. Analisis fundamental mencari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan, dengan kata lain saham mewakili nilai perusahaan. Para penganut analisis fundamental berasumsi bahwa apabila kondisi fundamental atau kinerja keuangan perusahaan semakin baik maka harga saham yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan (Ghozali, 2002 : 71-72).

2.4 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu tampilan tentang kondisi keuangan perusahaan selama periode tertentu. Untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan keungannya disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sebagai penunjang. Informasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam

menghasilkan arus kas dari sumber dana yang ada. Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik tampilan perusahaan yang berupa kegiatan operasional, struktur organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi,2001:178). Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik, laporan berupa neraca, rugi laba, arus kas, dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan digunakan investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan deviden dimasa mendatang dan

27

risiko atas penilaian tersebut (Weston Brigham,1993: 86). Dengan demikian pengukuran kinerja dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat prediksi pertumbuhan kekayaan pemegang saham. Kinerja keuangan pada perusahaan perbankan dapat dinilai dengan menggunakan pendekatan analisis rasio keuangan. Jika kinerja perusahaan publik meningkat maka nilai perusahaan akan semakin tinggi. Di bursa efek hal seperti itu akan di respon oleh pasar dalam bentuk kenaikan harga saham. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia IAI 1996 dalam Febriyani dan Zulfadin, (2003: 54), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan di masa lalu keuangan dan kinerja

seringkali digunakan sebagai dasar untuk

memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

28

Penilaian kinerja perbankan penting dilakukan baik oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan dan terkait dengan distribusi kesejahteraan di antara mereka. Helfert dalam Lidiadni: (2003: 36) mengemukakan bahwa dalam menilai kinerja perusahaan yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan dalam hal ini investor, manajer, kreditor, pemerintah dan masyarakat umum. Mereka akan menilai perusahaan dengan ukuran keuangan tertentu sesuai dengan tujuannya. Ketentuan tingkat kesehatan bank dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai tolok ukur bagi pihak-pihak yang berkepentingan tersebut. Menurut Ikhsan (2005:28) pengukuran kinerja dibagi menjadi dua yaitu : 2.3.1 Pengukuran kinerja konvensional Dalam manajemen konvensional, pencapaian visi misi organisasi sebagai institusi pencipta kekayaan diukur hanya dengan menggunakan ukuran keuangan yang bertolak pada hasil akhir yang nampak dari laporan keuangan terutama dari neraca dan laporan laba rugi yang merupakan rekaman data keuangan historis dan hasil realisasi anggaran yang merupakan refleksi dari proses operasional manajemen perusahaan.

2.3.2

Pengukuran kinerja kontemporer Dalam perkembangannya terdapat dua konsep pengukuran kinerja dalam pengukuran kinerja kontemporer yaitu :

29

1. Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari kegiatan atau strategisnya selama periode tertentu. 2. Balance Score Card (BCS) adalah suatu alat untuk mengukur kinerja eksekutif dimasa depan yang mencakup aspek keuangan dan non keuangan. Pengukuran kinerja keuangan pada sektor perbankan ini menggunakan pengukuran kinerja konvensional yang diukur dengan berdasarkan pada nilai rasio-rasio keuangannya yaitu CAR, RORA, NIM, ROA dan LDR.

2.5 Analisa Rasio Keuangan Analisa rasio keuangan adalah studi tentang informasi yang

menggambarkan hubungan diantara berbagai akun dari laporan keuangan yang mencerminkan keadaan serta hasil operasional perusahaan. Sumber data yang digunakan untuk melakukan analisa rasio keuangan adalah laporan keuangan yang telah melalui proses pemeriksaan (Auditing). Menurut Kartadinata (1990:62), rasio keuangan adalah ukuran tingkat atau perbandingan antara dua variabel keuangan. Horne dan Wachowicz dalam Luciana (1998:24) mendefinisikan rasio keuangan sebagai suatu indek yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka keuangan. Sedangkan Riyanto (1998: 52) menyatakan bahwa rasio adalah alat yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua data bila dihubungkan dengan masalah keuangan maka data

30

tersebut adalah data keuangan. Dengan demikian bila hubungan tersebut adalah hubungan matematik antara pos keuangan dengan pos lainnya, atau antara jumlah-jumlah di neraca dengan jumlah-jumlah di laporan laba rugi atau sebaliknya maka yang timbul adalah rasio keuangan. Rasio keuangan ini berfungsi sebagai ukuran dalam menganalisis laporan keuangan suatau perusahaan. Rasio keuangan yang dimaksud dan yang berhubungan dengan kinerja perusahaan perbankan adalah CAR (Capital Adequacy Ratio), RORA (Return On Risked Assets), NIM (Net Interest Margin), ROA (Return On Assets), LDR (Loan to Deposit Ratio). 2.5.1 CAR (Capital Adequacy Ratio) CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio perbandingan modal sendiri bank dengan kebutuhan modal yang tersedia setelah dihitung margin risk (pertumbuhan risiko) dari akibat yang berisiko (ATMR).(Siamat, 1993: 84). Modal bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal akan mempengaruhi keputusankeputusan manajemen dalam pencapaian laba dan kemungkinan timbulnya risiko. Modal yang terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi jumlah perolehan laba bank, sedangkan modal yang terlalu kecil disamping akan membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khusus para deposan, debitur, dan para pemegang saham bank. Dengan kata lain besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan

31

masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. (Siamat, 1993:56). Kecukupan modal adalah merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Menurut Mulyono (1995: 11), Capital Adequacy Ratio adalah rasio kecukupan modal atau kemampuan bank dalam hal permodalan guna menutup kerugian dalam perkreditan atau kemungkinan kerugian atas aktiva produktif dan perdagangan surat-surat berharga karena setiap kerugian akan mengurangi modal. Secara matematis CAR dapat dirumuskan dengan :

CAR =

Modal x 100% ATMR

Sumber : Susilo , 2000

2.5.1.1 Unsur-unsur CAR 1. Modal Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang pengertian modal, modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap (Widjanarto, 1993:40).

1.1 Modal Inti, berupa :

32

a. Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. b. Agio saham, yaitu selisih setoran modal yang diterima oleh bank akibat harga saham yang melebihi nilai nominal. c. Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual. d. Cadangan umum, yaitu cadangan dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau Rapat Anggota. e. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang ditahan dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan RUPS atau rapat anggota. f. Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh RUPS atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan. g. Laba tahun lalu, yaitu selisih laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS atau rapat anggota. Apabila bank mempunyai saldo laba rugi tahun lalu, maka kerugian tersebut merupakan faktor pengurang dari modal inti. h. Laba tahun berjalan yaitu 50% dari laba tahun buku berjalan setelah dikurangi pajak. Apabila pada tahun berjalan bank mengalami kerugian maka selisih kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. 1.2 Modal Pelengkap, berupa :

33

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Dirjen Pajak. b .Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP), yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Cadangan ini dibuat untuk menampung kerugian akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau selisih aktiva produktif. c. Modal pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal dan mempunyai ciri-ciri : 1 Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh. 2 Tidak dapat dikuasai atau ditarik atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan Bank Indonesia. 3 Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi laba yang ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi. 4 Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut. d. Pinjaman sub-ordinasi, yaitu pinjaman dengan ciri-ciri : 1 2 3 4 Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman. Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetujui penuh. Minimal berjangka waktu lima tahun.

34

Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari BI.

2. Total Loans Total Loans merupakan jumlah kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga dan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa setelah dikurangi penyisihan penghapusan. 3. Securities atau surat berharga Merupakan surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal atau pasar uang. Menurut SK BI No. 30/11/KEP/DIR/Tgl. 30 April 1997. Nilai CAR tidak boleh kurang dari 8 %. Berikut adalah ketentuan CAR dari Bank Indonesia. ( Hasibuan,2004:5)
Tabel 2 Tingkat Capital Adequacy Ratio Tingkat Peringkat 8 % Keatas Sehat 6,4 8 % kurang Sehat Di bawah 6,4 % Tidak sehat

Sumber : www.bi.go.id 2.5.2 RORA (Return On Risked Assets) RORA Return On Risked Assets merupakan rasio antara pendapatan operasi dengan risk asset. RORA mengukur kemampuan bank dalam berusaha mengoptimalkan penanaman aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba (Sumarta,2000:28). Nilai RORA yang tinggi mengindikasikan bahwa pendapatan yang diterima besar sehingga laba yang diperoleh juga optimal

35

dan akan berpengaruh pada kenaikan harga saham. Hal ini sesuai dengan penelitian Sundari (2003) dan Kristina (2005) bahwa RORA berhubungan positif terhadap harga saham. RORA diukur melalui perbandingan pendapatan operasional dengan total kredit dan jumlah investasi atau secara matematis dapat dirumuskan dengan :

RORA =

Operating Income x100% Total Loans + Investment

RORA merupakan rasio yang berhubungan dengan kualitas aset produktif (KAP) yang merupakan rasio antara operating income dengan total loans dan investasi . Rasio berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam mengoptimalkan aktiva yang dimilikinya untuk memperoleh laba dan mempunyai hubungan yang positif terhadap harga saham, karena dengan RORA yang tinggi mengindikasikan bahwa pendapatan yang diterima besar sehingga laba yang diperoleh juga optimal dan akan berpengaruh positif pada kenaikan harga saham. Berikut adalah ketentuan tingkat RORA dari Bank Indonesia :
Tabel 3 Tingkat Return On Risked Asets Tingkat Peringkat Dibawah 3,35% Tidak Sehat 3,35% - 5,60% Kurang Sehat 5,60 % - 7,85 % Cukup Sehat Diatas 7,85 % Sehat

Sumber : www.bi.go.id

2.5.3 NIM (Net Interest Margin)

36

Net Interest Margin NIM merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net interest income atas pengelolaan besar aktiva produktif. Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang dimiliki oleh bank (Tarmizi dan Willyanto, 2003:37-38), jadi semakin besar nilai NIM maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh dari pendapatan bunga dan akan berpengaruh pada kenaikan harga saham. Pendapatan bunga bersih merupakan selisih antara pendapatan bunga dengan beban bunga, sedangkan aktiva produktif atau disebut earning assets adalah penempatan pada bank lain, surat berharga, penyertaan dan kredit yang diberikan (pembiayaan) atau aktiva produktif yang digunakan adalah aktiva produktif yang menghasilkan pendapatan bunga. Dari besarnya rasio ini dapat dilihat bagaimana kemampuan bank dalam memaksimalkan pengelolaan terhadap aktiva yang bersifat produktif untuk melihat seberapa besar perolehan pendapatan bunga bersih yang diperoleh. Semakin tinggi rasio NIM maka meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank sehingga manajemen perusahaan telah dianggap bekerja dengan baik, sehingga kemungkinan suatu bank berada dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Peningkatan NIM menandakan bahwa perbankan mampu meningkatkan pendapatan bunga bersih atau pihak perbankan mampu memperbesar spread antara suku bunga kredit dengan suku bunga dana, sehingga akan diperoleh tanggapan positif dari pelaku pasar modal terutama dari sudut harga

37

sahamnya, sehingga dapat digunakan pertimbangan oleh investor dalam menentukan keputusan investasi sahamnya dan kecenderungan investor akan memilih berinvestasi dengan melihat kondisi perusahaan yang tidak sedang bermasalah. Dengan kata lain semakin tinggi nilai NIM suatu bank maka akan semakin tinggi pula harga sahamnya, sehinga NIM mempunyai hubungan yang positif terhadap harga saham. Secara matematis NIM dapat dirumuskan sebagai berikut: NIM = Net Interest Income x 100% Earning Asset

Sumber : Tramizi dan Williyanto, 2002, SK BI No. 3 2001.

2.5.4

ROA (Return On Assets)

ROA Return On Assets merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba (profitabilitas) pada tingkat pendapatan, asset dan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003:27). Semakin besar ROA bank, semakin besar pula posisi bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. (Dendawijaya, 2000:120). Laba bersih (net income) merupakan ukuran pokok keseluruhan keberhasilan perusahaan. Laba atau kurangnya laba mempengaruhi

kemampuan perusahaan untuk mendapat pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk berubah. Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa di dalam menilai

38

profitabilitas suatu perusahaan. Profitabilitas atau rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan itu rentable. (Munawir, 2001:57). Oleh karena itu bagi manajemen atau pihak-pihak yang lain, rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktiva secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini, rasio rentabilitas yang digunakan adalah Return on Assets (ROA), ROA merupakan rasio rentabilitas yang menunjukkan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih atau laba selama periode tertentu. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : ROA = Laba Bersih x 100 % Total Asset

Sumber : Hanafi dan Halim, 2003 Bank Indonesia mengisyaratkan tingkat ROA yang baik diatas 1,22%. Menurut Arisanti (2004:21), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap harga saham. Jadi semakin tinggi ROA semakin tinggi pula harga saham, dan sebaliknya.

39

Berikut ketentuan tingkat ROA dari Bank Indonesia yang terangkum dalam tabel 4.
Tabel 4 Tingkat Return On Assets Tingkat Peringkat Diatas 1,22% Sehat 0,99% - 1,22% Cukup Sehat 0,77 % - 0,99 % Kurang sehat Dibawah 0,77 % Tidak Sehat

Sumber : www.bi.go.id

2.5.5

LDR (Loan to Deposit Ratio)

LDR Loan to Deposit Ratio adalah rasio keuangan perusahaan bank yang berhubungan dengan aspek likuiditas. Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Dendawijaya,2000: 118). Likuiditas

bank adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan oleh para debiturnya tanpa terjadi penangguhan. Secara akuntansi keuangan atau perbankan, perhitungan atau pengukuran likuiditas dapat dilakukan melalui perhitungan rasio yang menggambarkan hubungan timbal balik antara assets dan liabilities. Dalam penelitian ini rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR adalah rasio yang menunjukkan berapa besar kredit yang diberikan dan dibiayai dengan dana pihak ketiga. 1. Kredit yang diberikan

40

Kredit yang diberikan adalah semua realisasi kredit dalam rupiah dan valuta asing yang diberikan bank. Meliputi dana pihak ketiga dan pihakpihak yang mempunyai hubungan istimewa. 2. Dana pihak ketiga Dana pihak ketiga merupakan dana simpanan masyarakat (ketiga dan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa). Komponen dana pihak ketiga terdiri dari giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan tabungan. Rasio LDR merupakan indikator kerawanan dan kemampuan suatu bank. Apabila kredit yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah, maka bank akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang dititipkan oleh nasabah. Oleh karena itu, pemerintah membatasi rasio antara kredit dibandingkan dengan simpanan masyarakat pada bank yang bersangkutan. Menurut Chaerudin (2002:7-8) bank dapat dikatakan likuid apabila : 1. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya. 2. Bank tersebut memiliki cash assets lebih kecil dari yang tersebut di atas, tetapi bank yang bersangkutan memiliki assets lain (khususnya surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengurangi nilai pasarnya. 3. Bank tersebut mempunyai kemampuan menciptakan cash assets baru melalui berbagai bentuk hutang.

41

Batas aman tingkat LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 110%. Menurut Haryati (2001:6) perhitungan rasio LDR diperoleh dengan membandingkan total kredit dengan total dana pihak ketiga (giro, tabungan, sertifikat deposito dan deposito) atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: LDR = Kredit yang diberikan x100 % Dana Pihak Ketiga

Sumber :Kasmir, (2002: 272) Tolok ukur untuk tingkat LDR yang baik menurut BI tampak pada tabel 5.
Tabel 5 Tingkat Loan to Deposit Ratio Tingkat Peringkat Dibawah 93,75 % Sehat 93,75% - 97,5% Cukup Sehat 97,5 % - 101,25 % Kurang sehat Diatas 101,25 % Tidak Sehat

Sumber : www.bi.go.id

2.6 Kerangka Berpikir

Dalam dunia perbankan pokok utama dalam pengelolaan bank atau peningkatan kinerja perusahaan salah satunya yaitu dengan menjaga keseimbangan antara pemeliharaan likuiditas yang cukup dengan pencapaian rentabilitas yang wajar, pemenuhan modal yang memadai, risiko yang relatif kecil dan kualitas manajemen yang baik. Dengan kondisi seperti itu maka kinerja perusahaan dapat dikatakan baik, maka dengan membaiknya kinerja keuangan perusahaan dalam dunia pasar modal dapat menigkatkan harga saham.

42

Perubahan harga saham di bursa atau pasar sekunder dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor internal perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan faktor internal perusahaan yang dapat dilihat dari rasio-rasio keuangan perusahaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Ang : 1997 : 8) pada dasarnya perusahaan yang baik kinerjanya akan mempunyai harga saham yang tinggi, karena dalam dunia investasi harga saham dapat direfleksikan pada kinerja perusahan, dimana semakin tinggi harga saham maka suatu perusahaan akan dikatakan semakin baik kinerjanya. Harga saham dipengaruhi oleh faktor fundamental

(Jogiyanto,2000:18). Kemudian menurut Anoraga dan Pakarti (2001:52) analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan begini diharapkan calon investor akan mengetahuhi bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Menurut Payamta dan Machfoedz (1999 : 55) perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam indikator. Sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian perusahaan adalah laporan keuangan yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim digunakan sebagai dasar penilaian kinerja perusahaan (CAR,RORA,NIM,ROA, dan LDR). Banyak teori yang menyatakan bahwa rasio keuangan perusahaan perbankan dapat mempengaruhi harga saham perusahaan perbankan,

43

menurut pendapat Ang jika kinerja perusahaan mengalami peningkatan, maka harga saham akan merefleksikannya dengan peningkatan harga saham demikian juga sebaliknya.(Ang : 1997:8). Akan tetapi teori-teori tersebut tidak selamanya dapat diuji kebenarannya karena memiliki hasil yang berbeda. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Moch.Tadi pada tahun 2005 dengan meneliti rasio keuangan CAR, LDR, dan ROA untuk dijadikan variabel kunci yang menyebutkan bahwa variabel CAR dan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan menilai kinerja pada perusahaan perbankan dengan memperhatikan dari tiga aspek yaitu dengan menggunakan aspek solvabilitas, likuiditas,dan rentabilitas.

Selanjutnya oleh Lidiadni dan Kristina yang menyimpulkan bahwa rasio CAR dan ROA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan bank, pada kenyataannya hasil tersebut tidak sama dengan kondisi kenyataan yang terjadi pada pergerakan harga saham bank go public pada tahun 2003-2005 yang menunjukkan bahwa tidak semua rasio keuangan yang dinilai baik akan diikuti dengan kenaikan harga saham, seperti halnya pada Bank BNP yang memiliki tingkat rasio CAR sebesar 13,67% pada tahun 2003 dan mengalami penurunan pada tahun 2004 sebesar 12,86% tetapi tidak terdapat perubahan pada harga sahammya, berdasarkan atas teori dan penelitian sebelumnya yang tidak sejalan serta gejala yang muncul memiliki perbedaan dengan teori yang ada bahwa perubahan harga saham merupakan cerminan dari nilai perusahaan apabila

44

perusahaan memiliki kinerja yang baik maka akan diikuti dengan menguatnya harga saham, dalam penelitian ini akan dikaji lebih lanjut dan diharapkan dapat mempertegas persepsi dan memperkuat teori yang sudah ada. Hal yang sama penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan kaitannya dengan perubahan harga saham juga telah dibuktikan diantaranya oleh: 1. Payamta dan Machfoedz (1999) Meneliti variabel CAMEL untuk mengevaluasi kinerja perusahaan perbankan sebelum dan sesudah IPO. Diukur berdasarkan rasio (CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, CML, dan KDN). Dimana sampel ada 22 bank publik yang dipilih secara purposive sampling 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah IPO,tahun 1989-1994. Teknik analisis menggunakan Wilcoxons Single Ranks dan uji manova. Hasil analisis menunjukkan bahwa tujuh rasio yang dianalisis, hanya rasio CAR, RORA, dan CML yang memberikan indikasi berbeda secara siginifikan, namun perbedaan kinerja tersebut hanya bersifat temporer dan tidak konsisten. Hal ini mengindikasikan tujuan penjualan saham perdana lebih banyak didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh dana sebagai tambahan modal kerja, perbaikan kualitas aktiva produktif, dan pelunasan kewajiban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank-bank go public tidak mengalami perbaikan kinerja keuangan secara signifikan. 2. Eni Kristiani Wahyuningsih (2002).

45

Dalam penelitiannya mengkaji keterkaitan kinerja keuangan dengan perubahan harga saham yang diukur menurut rasio (ROE, EPS, ROA, RORA, CR, LDR) pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, serta ingin mengetahui variabel-variabel bebas yang dominan mempengaruhi

keberhasilan suatu bank. Sampel penelitian adalah 59 bank swasta nasional tahun 1999-2001 terhadap harga saham bank tahun 1999 terdiri dari 29 bank yang gagal dan 60 bank yang sukses. Pengujian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan untuk data 3 tahun adalah CR, RORA, EPS, ROA. Variabel yang lain yaitu LDR dan ROE tidak signifikan. Sedangkan untuk data 1 tahun sebelum gagal variabel yang signifikan adalah EPS, ROE, CR, ROA, dan RORA. Pengujian diskriminan menunjukkan RORA dan ROA mempengaruhi keberhasilan bank. 3. Tadi dan Kristina (2005) Hasil penelitian yang berhubungan dengan analisa kinerja keuangan perbankan terhadap harga saham adalah Tadi (2005) menunjukkan bahwa capital adequacy ratio , return on asset, dan loan to deposit ratio secara bersama-sama mempengaruhi harga saham, selanjutnya pada penelitian Kristina, (2005) menunjukkan bahwa return on assets , net profit margin, earning per share, return on risked asset, likuiditas, struktur modal, secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial capital adequacy ratio, return on risked asset, Earning Per Share ,mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Leki (1997) menunjukkan hasil bahwa variabel fundamental dan teknikal secara bersama-sama

46

mempengaruhi harga saham, variabel tersebut adalah adalah return on investment, devidend pay out ratio, tingkat bunga, likuiditas volume penjualan saham, harga saham masa lalu dan capital gain on loss. Harga pasar saham adalah market clearing price ditentukan berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran. Harga saham memberikan ukuran yang objektif tentang investasi pada suatu perusahaan oleh karenanya harga saham memberikan indikasi perubahan harapan modal sebagai akibat perubahan kinerja keuangan (Ang,1997:28). Pada akhirnya variasi harga saham pada waktu tertentu memberikan sebuah indikasi berubahnya kinerja keuangan perusahaan (Purnomo,1998:20).

Naik turunnya harga saham tergantung dari perubahan satu atau lebih dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada saat kondisi perusahaan menurun maka harga saham akan turun demikian pula sebaliknya bila kondisi perusahaan emiten naik maka harga saham akan naik pula, sehingga pada saham biasa atau common stock terdapat harapan bahwa harga saham biasa akan naik sejalan dengan pertumbuhan perusahaan. Ini sesuai teori signal yang membahas bagaimana seharusnya sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agent) dapat disampaikan pada pemilik perusahaan (principal), dimana salah satunya melalui penerbitan laporan keuangan. Penyampaian laporan keuangan dapat dianggap merupakan sinyal apakah agent tersebut berbuat sesuai kontrak. Teori sinyal juga menunjukkan adanya asimetri antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut, misalnya kreditur dan investor. Asimetri informasi itu

47

terjadi ketika pihak manajer memiliki informasi internal perusahaan lebih banyak dan lebih cepat dalam mengetahui informasi tentang perusahaan dan prospek dimasa mendatang dibandingkan dengan principal. Dengan adanya asimetri informasi manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi baik mengenai perusahaan kepada publik secepat mungkin, seperti pencapaian laba yang akan mempengaruhi harga saham. Dalam kondisi demikian, manajer dapat menggunakan informasi yang diketahui untuk memanipulasi laporan keuangan dalam usaha memaksimalkan

kemakmurannya dan untuk menghindari kecurigaan pihak principal bahwa sebenarnya perusahaan berkinerja buruk (Atmaja dalam Tadi 2005:21). Hal ini berlainan dengan saham prioritas atau preffered stock dan obligasi yang penilaiannya didasarkan pada hasil yang akan diterima oleh pemilik dengan prosentase yang diketahui.
2.6.1 Pengaruh CAR, RORA, NIM, ROA dan LDR terhadap Harga Saham. 1. Pengaruh CAR terhadap Harga Saham.

Dalam dunia perbankan rasio solvabilitas sama dengan rasio permodalan, permasalahan modal adalah berapa modal yang harus disediakan oleh pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat terjaga, dengan CAR tinggi berarti bank tersebut semakin solvable bank memiliki modal yang cukup guna menjalankan usahanya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh sehingga akan terjadi kenaikan pada harga saham (Siamat,1993: 84). Indikator yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal suatu bank adalah dengan capital adequacy ratio (CAR).

48

Rasio ini mempunyai hubungan yang positif terhadap harga saham. Karena secara teoritis pada dasarnya semakin tinggi CAR maka akan semakin tinggi pula harga saham, karena bank yang mempunyai CAR yang tinggi berarti bank tersebut mempunyai modal yang cukup untuk melakukan kegiatan usahanya dan cukup pula untuk menanggung risiko apabila bank tersebut dilikuidasi. Semakin tinggi rasio CAR juga dapat menggambarkan bahwa bank tersebut semakin solvabel, karena dengan modal yang cukup maka suatu bank akan dapat membiayai produk jasanya dan dengan nilai CAR dan modal yang besar maka aktiva berisiko akan semakin kecil. Hal yang pokok dengan nilai CAR yang tinggi maka risiko dalam berinvestasi semakin rendah atau tingkat keamanan dalam berinvestasi tinggi. Hal itu yang nantinya yang akan mendorong para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran maka kondisi tersebut akan meningkatkan harga saham. Penetapan CAR memiliki pengaruh yang terhadap harga saham didasarkan pada penelitian sebelumnya Magdalena (2004), dan Tadi (2005) yaitu CAR berpengaruh positif terhadap harga saham.

2. Pengaruh LDR terhadap Harga Saham

Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank (Dendawijaya,2000:118). LDR

49

merupakan indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi atau membayar kewajibannya (simpanan masyarakat) yang harus segera dipenuhi. Dalam dunia perbankan rasio likuiditas dapat diketahui dengan loan to deposit ratio (LDR) merupakan rasio kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank yang bersangkutan. Semakin tinggi rasio LDR maka akan semakin tidak likuid sehingga risiko dalam berinvestasi menjadi tinggi karena perusahaan perbankan tidak memiliki kemampuan untuk membayar kembali kewajiban atas dana nasabah (pihak ketiga). Secara teorotis dalam dunia pasar modal LDR mempunyai hubungan yang negatif terhadap harga saham. Tinggi rendahnya LDR dapat mempengaruhi harga saham. Dari aspek likuiditas, LDR yang tinggi berarti risiko dalam berinvestasi menjadi tinggi karena perusahaan dalam keadaan tidak liquid serta perusahaan dianggap tidak memiliki kemampuan untuk membayar kewajibannya atas dana dari pihak ketiga dalam operasionalnya. Dengan likuiditas bank yang rendah maka hal tersebut akan berdampak pada hilangnya kepercayaan investor pada bank tersebut. Kalau masyarakat sudah kehilangan kepercayaan pada suatu bank, maka investorpun juga enggan untuk membeli saham perusahaan yang bersangkutan. Dengan terjadinya hal tersebut maka secara otomatis akan berdampak pada menurunnya harga saham perusahaan tersebut. LDR berpengaruh terhadap harga saham didasarkan pada penelitian Tadi (2005) bahwa LDR mempunyai pengaruh yang negatif terhadap harga saham.
3. Pengaruh ROA terhadap Harga Saham

50

Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang berhubungan aspek profitabilitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengukur efektivitas kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

(Dendawijaya,2000:120). Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam dunia perbankan dapat dihitung dengan return on assets (ROA). Kaitannya dengan harga saham, ROA mempunyai hubungan yang positif karena sesuai teori dengan ROA yang tinggi berarti rasio profitabilitas juga tinggi. Dengan pencapaian laba yang tinggi, maka investor dapat mengharapkan keuntungan dari deviden karena pada hakekatnya dalam ekonomi konvensional, motif investasi adalah untuk memperoleh laba yang tinggi maka, apabila suatu saham menghasilkan deviden yang tinggi ketertarikan investor juga akan meningkat, sehingga kondisi tersebut akan berdampak pada peningkatan harga saham. Penetapan ROA berpengaruh terhadap harga saham ini didasarkan pada penelitian Sundari (2003) dan Tadi (2005).
4. Pengaruh RORA terhadap Harga Saham

Return On Risked Assets (RORA) merupakan rasio keuangan yang berhubungan dengan segi aset perusahaan yang dinilai melalui kualitas aktiva produktifnya. Indikator yang digunakan adalah RORA. RORA adalah rasio yang membandingkan antara pendapatan operasional dengan besarnya

51

risked asset (total loans dan invesments) yang dimiliki. RORA mengukur kemampuan bank dalam usahanya mengoptimalkan penanaman aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba (Sumarta, 2000:28). Berdasarkan pada teori semakin tinggi RORA maka akan semakin tinggi pula harga saham. Karena bank yang mempunyai RORA tinggi berarti bank tersebut telah mampu mengoptimalkan modalnya dalam rangka memperoleh laba, sehingga akan menjadi pertimbangan bagi para investor untuk melakukan penanaman modal. Penetepan RORA berpengaruh terhadap harga saham didasarkan pada penelitian Sundari (2003) dan Magdalena (2004) yaitu RORA berpengaruh positif terhadap harga saham.
5. Pengaruh NIM terhadap Harga Saham

Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio keuangan yang berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam mengelola aktiva produktif untuk menghasilkan net interest income. Net Interest Margin (NIM). NIM yaitu perbandingan antara jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang dimiliki oleh bank (Tarmizi dan Willyanto, 2003:37-38). Digunakan NIM ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung keuntungan dari pendapatan bunga bersihnya. Semakin tinggi rasio NIM maka meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola oleh bank sehingga kemungkinan suatu bank berada dalam kondisi bermasalah semakin kecil, dengan begitu manajemen perusahaan telah dianggap bekerja dengan baik, peningkatan NIM menandakan bahwa perbankan mampu meningkatkan pendapatan bunga

52

bersih atau pihak perbankan mampu memperbesar spread antara suku bunga kredit dengan suku bunga dana, sehingga akan diperoleh tanggapan positif dari pelaku pasar modal terutama dari sudut harga sahamnya, sehingga dapat digunakan pertimbangan oleh investor dalam menentukan keputusan investasi sahamnya. Dengan kata lain semakin tinggi nilai NIM suatu bank maka akan semakin tinggi pula harga sahamnya, sehinga NIM mempunyai hubungan yang positif terhadap harga saham. Berdasarkan uraian diatas maka perubahan harga saham di bursa atau pasar sekunder lebih dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor internal perusahaan. Dengan lebih memperhatikan pada kinerja keuangan perusahaan yang merupakan faktor internal perusahaan yang dapat dilihat melalui rasio-rasio keuangan perusahaan investor dapat memprediksi prospek keuntungan dalam berinvestasi . Pada dasarnya perusahaan yang baik kinerjanya akan mempunyai harga saham yang tinggi (Ang: 1997:8) karena dalam dunia investasi harga saham dapat direfleksikan pada kinerja keuangan perusahaan, dimana semakin tinggi harga saham maka suatu perusahaan akan dikatakan semakin baik kinerjanya. Kerangka pemikiran antara kinerja keuangan dengan harga saham digambarkan seperti pada bagan 2.1 di bawah: Perusahaan Perbankan

Laporan Keuangan

Rasio Keuangan Bank

53

CAR

RORA

NIM

ROA

LDR

CAR Naik

CAR Turun

RORA Naik

RORA Turun

NIM Naik

NIM Turun

ROA Naik

ROA Turun

LDR Naik

LDR Turun

Modal Kuat Kep.masy meningkat

Modal Lemah Kep.masy menurun

P.Aktiva Maks. Kep.Masy meningkat

P.Aktiva Minim. Kep.Masy menurun

Laba bunga Tinggi Kep.Masy meningkat

Laba bunga Rendah Kep.Masy menurun

Laba Tinggi Kep.Masy meningkat

Laba Rendah Kep.Masy menurun

Likuiditas Rendah Kep.Masy menurun

Likuiditas Tinggi Kep.Masy meningkat

Harga Saham Naik Harga Saham Turun

Gambar 2.1. Hubungan Kerangka Berpikir kinerja keuangan perusahaan perbankan yang berpengaruh terhadap harga saham.

2.7 HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,2002:64)

54

Berdasarkan teori dan kerangka berpikir diatas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : Ha1 : Terdapat pengaruh antara kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Risked Assets (RORA), Net Interest Margin (NIM), Return On Assets (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial terhadap harga saham. Ha2
:

Terdapat pengaruh antara kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Risked Assets (RORA), Net Interest Margin (NIM), Return On Assets (ROA), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara simultan terhadap harga saham

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus terhadap perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 20032005. Studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu (Arikunto, 1996 : 129). Periodisasi data penelitian yang mencakup data

keuangan bank periode tahun 2003-2005 dipandang cukup mewakili kondisi perbankan di Indonesia pada saat itu dan indikator-indikator keuangan pada periode itu dapat digunakan untuk menganalisa maupun mengetahui kinerja keuangan bank.

3.2. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan (totality) obyek psikologis (psychological objects) yang dibatasi oleh kriteria tertentu (Rasyid,1993:1). Dalam penelitian ini yang dimaksud obyek psikologis adalah laporan keuangan bank go public selama tiga tahun 2003-2005 yang memiliki ukuran populasi population size berjumlah 54, yaitu laporan keuangan 18 bank selama tiga tahun. Populasi dalam penelitian ini merupakan keseluruhan data laporan keuangan bank go public yang nantinya akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian.

55

56

Populasi yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah seluruh bank go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang mengeluarkan laporan keuangan tahunan berdasarkan Surat Edaran No. 27/5/ UPPB tanggal 25 januari 1995, yaitu perbankan diwajibkan mempublikasikan laporan keuangan dimedia cetak dua kali setiap akhir Juni dan Desember. Dalam penelitian ini digunakan laporan keuangan laporan keuangan akhir Desember. Berikut adalah daftar perusahaan bank yang tergolong dalam populasi penelitian :
Tabel 3.1 Daftar Populasi Perusahaan bank Go public

NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Nama Bank PT. Bank Permata Tbk. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. PT. Bank Panin Tbk. PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Buana Indonesia Tbk. PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. PT. Bank Niaga Tbk. PT. Bank BII Tbk. PT. Bank NISP Tbk. PT. Bank Central Asia Tbk. PT. Bank Danamon Tbk. PT. Bank Mega Tbk. PT. Bank Victoria Tbk PT. Bank Swadesi Tbk PT. Bank Mandiri Tbk PT. Bank Kesawan Tbk PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk

Sumber data : Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ) 2006

57

Penelitian ini merupakan data time series, jadi jumlah data sesuai dengan jumlah keseluruhan populasi yaitu data laporan keuangan dari 18 perusahaan bank selama tiga tahun 2003-2005.

3.3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian (Arikunto, 1998 : 97). Variabel dibedakan menjadi dua yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). 3.3.1 Variabel Independen (X). Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang tidak dipengaruhi atau tidak tergantung oleh variabel lain dengan kata lain variabel mempengaruhi variabel lain (Algifari 2000 :2). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan perbankan yang diproksikan dengan rasio keuangan CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR dari laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar (listed) di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005 sebanyak 18 perusahan perbankan. Rasio keuangan tersebut meliputi : 1. Capital Adequacy Ratio (CAR), (X1). Rasio kecukupan modal bank. Dalam penelitian ini CAR adalah nilai CAR pada laporan keuangan bank yang terdaftar di BEJ periode 2003-2005. Data CAR diperoleh dari laporan perhitungan rasio keuangan bank yang dipublikasikan melalui

58

situs JSX fact book yang diperoleh dengan perbandingan antara jumlah modal dengan Aktiva Tetimbang Menurut Risiko (ATMR).
CAR = Modal 100% ATMR

(Susilo,2000)

2. Return on Risked Assets (RORA), (X2). Rasio Kualitas Aktiva. RORA adalah rasio yang mengukur kemampuan bank dalam

mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba. Data RORA diperoleh dari laporan perhitungan rasio keuangan bank dengan perbandingan antara Operating Income dengan total loan dan investments yang dimiliki. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: RORA = Operating Income x 100 % Total Loans + Investment

(Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004)

3. Net Interest Margin (NIM), (X3). Rasio Perolehan Bunga Net Interest Margin (NIM), adalah rasio yang mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan net interest income yang diperoleh dari pengelolaan aktiva produktif yang dimiliki. Data NIM diperoleh dari perhitungan rasio dari laporan keuangan bank dengan membandingkan antara pendapatan bunga bersih dengan jumlah aktiva produktif. Kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup menajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan

59

bermuara

pada

perolehan

laba

bank

tersebut

(Payamta

dan

Machfoedz,1999:32).
NIM = Pendapa tan Bunga Bersih x 100% Aktiva Pr oduktif

(Tarmizi dan Willyanto, 2003 dan SE BI No.3/30/DPNP/2001)

4. Return On Asset (ROA), (X4). Rasio Profitabilitas. Return On Assets (ROA), adalah rasio yang mengukur kemampuan manjemen bank dalam menghasilkan tingkat profitabilitas dan efektifitas perusahaan dengan memanfaatkan seluruh aset yang ada. ROA merupakan rasio rentabilitas yang menunjukkan efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih atau laba selama periode tertentu. Data ROA diperoleh dari laporan perhitungan rasio keuangan bank dengan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : ROA = Laba Bersih x 100 % Total Aktiva

(Hanafi dan Halim, 2003)

5. Loan to Deposit Ratio (LDR), (X5). Rasio Likuiditas. LDR adalah rasio yang mengukur tingkat likuiditas bank untuk menjadikan kreditnya sebagai sumber likuiditas menunjukkan seberapa besar kemampuan bank guna membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali pada deposannya. Tingkat likuiditas bank diukur dengan menggunakan rasio kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga yang diterima.

60

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: LDR = Kredit yang diberikan x 100 % Dana pihak ketiga
(Sumber, : kasmir 2002)

3.3.2 Variabel Dependen (Y) Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham, harga saham yang digunakan sebagai dasar perhitungan adalah harga saham rata-rata perusahaan perbankan pada saat penutupan (closing price) tiga hari sebelum dan setelah tanggal publikasi pada laporan keuangan perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode tahun 2003-2005. Karena harga pasar pada saat closing price merupakan harga yang dihasilkan oleh interaksi pasar atas informasi yang diterima.
Harga saham rata - rata =

value share traded t volume share traded t


Magdalena dalam Hasbi

(2004)

3.4

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data historis laporan keuangan yang telah dikumpulkan atau dihimpun oleh Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan situs JSX (Jakarta Stock Exchange) yang berupa financial report laporan bank go public periode 2003-2005 yang dipublikasikan untuk umum serta tercantum dalam direktori perbankan

61

Indonesia yang diterbitkan Bank Indonesia dan situs BEJ serta dari sumbersumber lainnya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui metode dokumentasi : 3.4.1 Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda, dan lain-lain. (Arikunto, 2002: 206). Dokumentasi didalam penelitian ini didapat dari data-data lunak dan tertulis berupa laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar (listed) secara umum di Bursa Efek Jakarta.

3.5

Metode Analisis Data

Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul untuk kemudian dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi berganda untuk mengukur pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham perbankan. 3.5.1 Analisis Deskriptif a. Capital Adequacy Ratio (CAR) CAR adalah rasio yang membandingkan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Perbandingan ini dicari untuk mengukur kemampuan bank dalam menanggung risiko yang mungkin

62

terjadi sehingga kebutuhan nasabah akan terjamin. Berikut adalah ketentuan tingkat CAR dari Bank Indonesia :
Tabel 3.2 Tingkat Capital Adequacy Ratio Tingkat Peringkat 8 % Keatas Sehat 6,4 8 % kurang Sehat Di bawah 6,4 % Tidak sehat

Sumber : www.bi.go.id b. Return on Risked Assets (RORA) RORA merupakan rasio antara pendapatan operasi dengan risk assets. RORA mengukur kemampuan bank dalam mengoptimalkan penanaman aktiva yang dimiliki dalam memperoleh laba. Berikut adalah ketentuan tingkat RORA dari Bank Indonesia :
Tabel 3.3 Tingkat Return On Risked Asets Tingkat Peringkat Dibawah 3,35% Tidak Sehat 3,35% - 5,60% Kurang Sehat 5,60 % - 7,85 % Cukup sehat Diatas 7,85 % Sehat

Sumber : www.bi.go.id c. Net Interest Margin (NIM) NIM merupakan rasio yang mengukur kemampuan kinerja manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih dari aktiva produktif yang dimiliki. Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah pendapatan bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang dimiliki bank. d. Return On Asset (ROA) ROA merupakan rasio perbandingan antara laba/rugi bersih dengan total assets. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam

63

mendapatkan laba bersih dengan menggunakan seluruh aset yang ada. Berikut adalah ketentuan tingkat ROA dari Bank Indonesia :

Tabel 3.4 Tingkat Return On Assets Tingkat Peringkat Diatas 1,22% Sehat 0,99% - 1,22% Cukup Sehat 0,77 % - 0,99 % Kurang sehat Dibawah 0,77 % Tidak Sehat

Sumber : : www.bi.go.id

e. Loan to Deposit Ratio (LDR) LDR merupakan rasio perbandingan total kredit terhadap dana pihak ketiga. Perbandingan ini untuk menunjukkan kemampuan likuiditas bank untuk menjadikan kreditnya sebagai sumber likuiditas. Berikut adalah ketentuan tingkat LDR dari Bank Indonesia :

Tabel 3.5 Tingkat Loan to Deposit Ratio Tingkat Peringkat Dibawah 93,75 % Sehat 93,75% - 97,5% Cukup Sehat 97,5 % - 101,25 % Kurang sehat Diatas 101,25 % Tidak Sehat

Sumber : www.bi.go.id

3.5.2. Analisis Regresi Berganda Secara umum, analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas) dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang

64

diketahui

(Gujarati,

2003:72).

Pengujian

hipotesis

dalam

penelitian

menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui apakah rasio keuangan yang merupakan variabel bebas dapat mengukur tingkat harga saham. Analisis ini untuk menunjukkan hubungan pengaruh antara kinerja keuangan yang diproksikan dengan rasio CAR (x1), RORA (x2), NIM (x3), ROA (x4), dan LDR (x5). Terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan (Y). Persamaan regresi linier ganda adalah sebagai berikut: Y = a + bX1+b X2+bX3 +bX4+bX5+ e Keterangan : Y a b = Harga Saham Perusahaan Perbankan = Bilangan Konstanta = Koefisien regresi variabel independen.

X1, X2, X3, X4, X5 = Prediktor ( CAR, RORA, NIM, ROA, LDR) e = Residual Spesifikasi model tersebut harus memenuhi berbagai asumsi klasik sebagai berikut : (Algifari,2000 : 83 ). 1. Non Multikolinieritas, yaitu antara variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. 2. Homoskedastis, yaitu varian semua variabel adalah konstan.

65

3. Non-Otokorelasi, yaitu tidak terdapat pengaruh dari variabel dalam model melalui tenggang waktu (time lag) 4. Nilai rata-rata kesalahan (error) populasi dalam model stokhastiknya adalah sama dengan nol 5. Variabel independen adalah non-stokhastik (artinya nilai X dianggap tetap dalam sampel yang berulang). Apabila dalam model telah melakukan asumsi klasik tersebut, maka model tersebut dapat dikatakan sebagai model yang ideal, dalam ekonometrika dinamakan BLUE (Best Linier Unbiased Estimato). Untuk menguji apakah model yang digunakan diterima secara ekonometrika dan apakah estimator yang diperoleh dengan metode kuadrat terkecil sudah memenuhi syarat BLUE, maka dapat dilakukan uji multikolinearitas, uji heteroskedastis dan uji otokorelasi. Pembuktian hipotesis dilakukan dengan : 1. Uji t atau Uji Parsial Digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. 1. Jika thitung < ttabel (n-k-1) maka menerima hipotesis nol (Ho) artinya variabel rasio keuangan (CAR, RORA, NIM, ROA, LDR) tersebut tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan. 2. Jika thitung > ttabel (n-k-1) maka menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (Ha), maknanya secara parsial setiap rasio keuangan

66

(CAR, RORA, NIM, ROA, LDR) yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. 3. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0,05 ( = 0,05) 2. Uji F atau Uji Simultan Uji F dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh tingkat kinerja bank terhadap terjadinya perubahan harga saham secara simultan. Digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh secara bersama-sama antara variabel bebas terhadap variabel terikat atau dependen. Pengujian ini dilakukan menggunakan uji distribusi F, yaitu dengan membandingkan antara kritis (Ftabel ) dengan F hitung (Frasio ). 1. Jika Fhitung < Ftabel (k-1,n-k) maka diterima hipotesis nol (Ho), artinya secara statistik dapat dibuktikan bahwa semua variabel setiap rasio keuangan (CAR, RORA, NIM, ROA, LDR) tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan. 2. Jika Fhitung > Ftabel (k-1,n-k) maka menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (Ha), artinya secara simultan dapat dibuktikan bahwa semua variabel rasio keuangan (CAR, RORA, NIM, ROA, LDR) berpengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan. 3. Menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0,05 ( = 0,05) 3. Koefisien Determinasi. ( R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti

67

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2005:31). Nilai yang mendekati 1(satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.6 Analisis Ekonometri (Pengujian Asumsi Klasik)

Pengujian jenis ini digunakan untuk menguji asumsi, apakah model regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi klasik layak uji atau tidak. Uji asumsi klasik digunakan untuk memastikan bahwa otokorelasi, multikorelasi dan heteroskedastisitas tidak terdapat dalam model yang digunakan dan data yang digunakan terdistribusi normal. Jika semua itu terpenuhi bahwa model analisis telah layak digunakan (Gujarati, 2003:86). Uji penyimpangan asumsi klasik dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

3.6.1 Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menunjukkan apakah terdapat hubungan (korelasi) yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel bebas yang terdapat dalam model, yaitu koefisien korelasinya tinggi atau bahkan satu (Algifari, 2000: 84). Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinieritas dilakukan dengan melihat harga VIF (Variance Inflation Factor) melalui SPSS. Apabila nilai tolerence-nya diatas 0,1 dan VIF

68

dibawah

10,

maka

model

regresi

bebas

dari

multikolinieritas

(Ghozali,2002:65). 3.6.2 Uji Otokorelasi Uji Otokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode pertama dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Otokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini muncul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas di satu observasi ke observasi lain. Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya otokorelasi dapat diketahui dengan deteksi uji Durbin Watson Test (DW) yang telah ada klasifikasinya untuk menilai perhitungan yang diperoleh, jika DW terletak diantara du dan 4-du maka disimpulkan tidak terjadi otokorelasi (Algifari, 2000 : 89). Dasar yang digunakan untuk pengambilan keputusan untuk n = 54, dan sebagai berikut (Algifari, 2000:86).
Tabel 3.6 Durbin Watson Hasil Perhitungan Klasifikasi Kurang dari 1,38 Ada Otokorelasi 1,38 sampai dengan 1,77 Tanpa Kesimpulan 1,77 sampai dengan 2,23 Tidak ada Otokorelasi 2,23 sampai dengan 2,62 Tanpa Kesimpulan Lebih dari 2,62 Ada Otokorelasi (Algifari, 2000: 89).

k = 5 adalah

3.6.3 Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah didalam model regresi didapat penaksir yang efisien baik dalam sampel besar maupun kecil karena itu maka dilakukan uji heteroskedastisitas. Melalui SPSS dapat dilihat pola

69

yang dihasilkan dari scatter plot. Apabila scatter plot menunjukkan pola tertentu maka model regresi dinyatakan memiliki gejala heteroskedastisitas, (Ghozali,2000:210). Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot yang menunjukkan hubungan antara Regression Studentised Residual (SRESID) dengan Regression Standardized Predicted Value (ZPRED) (Ghozali,

2001). Dasar pengambilan keputusan berkaitan dengan gambar tersebut adalah : 1. Jika terdapat pola tertentu, yaitu titiknya membentuk pola tertentu dan teratur (bergelombang,melebar kemudian menyempit), maka

diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas. 2. Jika tidak terdapat pola yang jelas, yaitu jika titik-titiknya menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. 3.6.4 Uji Normalitas Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan mengamati grafik Normal Probability Plot yang dihasilkan melalui perhitungan SPSS. Apabila grafik tersebut menunjukkan titik-titik yang menyebar disekitar garis lurus diagonal dan mengikuti arah garis tersebut atau berada disekitar dan sepanjang garis 450, maka regresi memiliki distribudi data normal, sebaliknya jika titik-titik menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak

70

mengikuti arah garis tersebut, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas, (Ghozali, 2000 : 214 ). Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 12.0.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Obyek Penelitian

1. PT Bank Permata Tbk. Berdiri pada tanggal 19 februari 1957 dengan nama PT.Bank Bali. Pada tanggal 18 Oktober 2002 berganti nama menjadi PT. Bank Permata Tbk yang merupakan penggabungan usaha dari PT.Bank Universal Tbk, PT.Bank Artamedia, PT.Bank Patriot, dan PT.Bank Prima Express. Nama bank telah listing di Bursa Efek Jakarta tanggal 10 Januari 1990 atas nama Bank Bali. Bank ini memiliki 302 kantor cabang dan cabang pembantu domestik dengan kantor pusat di bank Bali Tower Lt. 15 Jend. Sudirman No. 58 Jakarta. Pada tanggal 15 januari 1990 bank melakukan penawaran saham perdananya sebanyak 3.999.000 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp. 3.999,00 melalui Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Sampai akhir 2003, kepemilikan saham sebesar 97,17% dikuasai pemerintah indonesia dan sisanya sebesar 2,83% dikuasai oleh publik. 2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. PT. Bank Rakyat Indonesia didrikan pada tanggal 18 Desember 1968 berdasarkan Undang-undang No.21 Tahun 1968. Pada tanggal 29 April 1992, berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No.21

71

72

tahun 1992, bentuk badan hukum BRI diubah menjadi perusahaan perseroan (Persero). Pengalihan BRI menjadi persero diaktakan dengan akta No. 133 tanggal 31 juli 1992. Anggaran dasar BRI telah mengalami beberapa kali perubahan, antara lain dengan akta No.7 tanggal 4 september 1998 pasal 2 tentang jangka waktu berdirinya perseroan dan pasal 3 tentang maksud dan tujuan serta kegiatan usaha. Berdasarkan pasal 3 anggaran dasar BRI yang terakhir, ruang lingkup kegiatan BRI adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya dengan melakukan usaha di bidang perbankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, termasuk melakukan kegiatan sesuai dengan prinsip syariah. 3. PT. Bank Panin Tbk. Bank Pan Indonesia (Panin), berdiri sejak tanggal 18 Agustus 1971 dengan nama PT. Bank Pan Indonesia Tbk. Semula bank ini berdiri atas penggabungan usaha antara Bank Abadi Jaya tahun 1971, Bank Lingga Artha tahun 1973, Bank Pembanguan Ekonomi tahun 1975, dan Bank Pembangunan Sulawesi tahun 1975. Kepemilikan atas saham bank ini diantaranya dipegang oleh PT. Panin Life sebesar 41,98%, Votraint No. 1103 PTY Limited sebesar 11,16%, Cristal Chain holding Ltd. sebesar 8,99%.dan sisanya dimiliki publik sebesar 29,02%. 4. PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk.

73

PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. pertama kali didirikan di Surabaya pada tanggal 18 september 1969 dengan nama PT. Bank Surabaja Djaya. Perusahaan ini bergerak dalam bidang perbankan dengan wilayah operasinya hanya pada lingkup daerah Jawa Timur. Setelah tanggal 10 April 1984 PT. Bank Surabaja Djaya berubah nama menjadi PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. atau Bank ANK. Untuk memperbesar perusahaanya, pada tahun 1989 Bank ANK membuka cabangnya di Jawa Tengah dan Jakarta. Pada tanggal 28 September 2000, Bank ANK merubah statusnya menjadi bank yang go public. Pada awalnya saham perusahaan bank ini dikeluarkan atau dijual sebanyak 50 juta lembar saham dengan nilai perlembarnya Rp.500,00 dan memperoleh tambahan modal sebesar Rp. 25 miliar. Tambahan dana tersebut di alokasikan sebagai biaya operasional diantaranya untuk pembiayaan pembangunan kantor cabang yang baru dan peningkatan kualitas teknologi informasi perusahaan. Sampai pada tahun 2003, Bank ANK mempunyai 19 kantor yang terdiri dari satu kantor pusat operasional, enam kantor cabang, dan dua belas kantor cabang pembantu. Sampai pada akhir tahun 2005 kepemilikan atas saham bank ANK meliputi dari berbagai perusahaan diantaranya : PT. Murni Galaxy yang memiliki hak atas saham sebesar 22%, PT. Giga Galaxy yang menguasai 22%, PT. Samudera Anugerah Megah yang memiliki 11% kepelimilikan atas saham perusahaan, PT. Ramadewan yang memiliki 7% saham, PT. Prima Rukun Langgeng yang

74

menguasai 7% atas saham, dan PT. Finkom Surya Puttra yang mempunyai kepemilikan atas saham sebesar 4% dan sisanya dikuasai oleh publik.

5. PT. Bank Mandiri Tbk. PT. Bank Mandiri Tbk. berdiri tepatnya pada tanggal 2 Oktober 1998. PT. Bank Mandiri merupakan suatu penggabungan usaha atau merger dari beberapa badan atau lembaga keuangan perbankan lainnya yang dianggap tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia sehingga terkena likuidasi. Perusahaan tersebut diantaranya PT. Bank Bumi Daya, PT.Bank. Dagang Negara, PT. Bank Ekspor Impor, dan PT. Bank Pembangunan Indonesia. Setelah diadakan penggabungan usaha atau merger dari empat lembaga keuangan perbankan tadi, dan sejalan dengan proses perkembangannya, PT. Bank Mandiri menjadi perusahaan perbankan yang terbesar dan terluas di Indonesia. 6. PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Negara Indonesia Tbk. Berdiri pada tanggal juli 1946 dengan nama Bank Negara Indonesia 1946, kemudian berubah menjadi Bank Negara Indonesia (Persero) pada tanggal 31 juli 1992. Pada tanggal 25 November 1996 bank dinyatakan go public , kemudian pada tanggal 28 Oktober 1996, bank melakukan penawaran perdana sahamnya

75

sebanyak 1.085.032.000 lembar saham seri B dengan nilai nominal Rp. 500,00 dan harga penawaran Rp.850,00 yang dilakukan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Kepemilikan atas saham perusahaan diantaranya 99,10% dipegang oleh Pemerintah Indonesia, dan sisanya sebesar 0,9% dikuasai oleh publik. 7. PT. Bank Buana Indonesia Tbk. Bank ini mulai beroperasi sebagai bank komersial pada tanggal 3 Agustus 1956 dengan nama PT. Bank Buana Indonesia, pada tanggal 6 September 2000, berganti nama menjadi Bank Buana Indonesia. Bank ini merupakan merger antara PT. Bank Pembinaan Nasional (1972) yang berpusat di Bandung, PT. Bank Kesejahteraan Masyarakat (1974) yang berpusat di Semarang, dan PT. Bank Aman makmur (1975) yang berpusat di Jakarta. Pada tahun 1989 mengadakan join venture dengan Mitsubishi Buana bank. Bank ini tercatat masuk pasar bursa pada tanggal 28 juli 2000. Penawaran perdana saham pada bulan Juni sebanyak 194.000 lembar dengan nilai nominal Rp.500,00 dan nilai penawaran Rp.700,00. Bank Buana Indonesia mempunyai kantor pusat di jalan Gajah Mada No. 1A Jakarta 10130. Kepemilikan atas saham dari bank ini diantaranya PT.Sari Dasa karsa yang memiliki saham 55,45%, IFC memiliki saham 6,7%, PT. Makindo Tbk. memiliki saham 5,97%, dan sisanya sebesar 31,86% dimiliki oleh publik. 8. PT. Bank Mayapada Internasional Tbk.

76

PT. Bank Mayapada berdiri pada tahun 1989 di Jakarta dibawah naungan PT. Bank Mayapada International. Kemudian pada tahun 1995 berubah dengan nama PT. Bank Mayapada Internasional. Bank mulai melakukan kegiatan operasional pada tahun 1990. Berdasarkan surat keputusan menteri keuangan No.342/KMK.013/1990 pada tanggal 16 Maret 1990. Untuk lebih meningkatkan mutu serta pelayanan pada nasabah, perusaahaan memperluas wilayah operasionalnya, dengan membuka kantor operasional diluar Jakarta dan Syrabaya, Semarang, Solo, dan Denpasar, yang memiliki kesamaan tingkat pelayanan pada nasabah pada tiap kantor operasionalnya. 9. PT. Bank Niaga Tbk. Berdiri pada tanggal 30 September 1955 dengan nama PT. Bank Niaga. Tahun 1973 Bank Niaga melakukan penggabungan usaha dengan Bank Agung, dan tahun 1983 dengan Bank Amerta. Bank ini memiliki 5 wilayah yang membawahi 181 kantor cabang domestik. Kepemilikan atas saham bank dipegang Oleh Commerce Asset ( Holding Bernad Malaysia),sebesar 52,82%, BPPN sebesar 26,15% dan sisanya sebesar 21,03%, dikuasai oleh publik. 10. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk berdiri pada tanggal 13

Oktober 1959 dengan nama PT. Bank Internasional Indonesia. Merupakan hasil dari merger PT. Bank Tabungan Umum 1859 pada tahun 1979.

77

PT.Bank Internasional Indonesia Tbk melakukan penawaran perdana sahamnya pada bulan Oktober 1989 sejumlah 12 juta lembar dengan nilai nominal Rp. 1000,00 per lembar. Saham bank masuk bursa pada tanggal 21 November 1989. Kepemilikan atas saham bank ini diantaranya oleh Sorak Financial Holdings Pte.Ltd. sebesar 56,88%, PT.PPA qq menteri Keuangan Republik Indonesia sebesar 20,78% dan sisanya sebesar 22,34% dimiliki oleh publik. 11. PT. Bank NISP Tbk. PT. Bank NISP berdiri pada tanggal 17 Mei dengan nama NV. Nederlands Indische Spaar Deposito . Pada tahun 1972 berganti nama menjadi PT. Bank NISP. Bank NISP tercatat masuk bursa pada tanggal 20 Oktober 1994. Kepemilikan saham atas bank ini diantaranya dipegang oleh OCBC (OFC Nominees Pte.Ltd) sebesar 22,50%, oleh International Finance Corporation sebesar 15, 05%, PT.Udayawira Utama sebesar 11,63%, PT. Suryasono Sentosa, dan sisanya sebesar 39,19% dimiliki oleh publik. 12. PT. Bank Central Asia Tbk. Bank BCA berdiri pada tanggal 10 Agustus 1955 di Jakarta dengan nama Bank Central NV. BCA semula merupakan penggabungan usaha antara Bank Sarana Indonesia (1976), Bank Gemari (1976), dan Indo Commercial Bank (1979). Pada tanggal 11 Mei 2000, bank ini merubah statusnya menjadi bank go public dengan menawarkan sahamnya sebesar 66,4 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp.500,00 dan nilai

78

penawaran sebesar Rp. 1400,00. Perubahan status BCA ini merupakan usulan dari IBRA (Indonesian Bank Restructuring Agency) yang bertujuan agar BCA tidak mengalami kesulitan likuiditas akibat krisis ekonomi. Kepemilikan atas saham BCA diantaranya Farindo Investment (Mauritius) Ltd. sebesar 51,37%, Indonesian Government sebesar 5,04%, Andre Halim 2,06%, Antoni Salim sebesar 1,82%, Soedono Salim sebesar 1,10%, dan sisanya sebesar 38,61% dimiliki oleh publik. 13. PT. Bank Danamon Tbk. Bank Danamon berdiri dan mulai beroperasi sejak bulan Juli 1956 dengan nama PT. Bank Kopra dan mulai terdaftar sebagai bank komersial pada bulan september 1956 dan menjadi foreign Exchange bank pada bulan November 1998. Nama Bank Kopra Indonesia berganti dengan nama PT.Bank Persatuan Indonesia pada tahun 1958 dan pada tanggal 11 Desember 1976 berubah menjadi Bank Danamon. Bank Danamon merupakan penggabungan dari: Asia-Afrika Banking Corp. (1981), PT.Bank Delta tanggal 6 Juni1996, PT. PDFCI pada tanggal 20 Desember 1999,PT. Bank Duta Tbk, PT.Bank Rama Tbk, dan PT. Bank Tamara. Bank ini tercatat di Bursa Efek Jakarta tanggal 8 Desember 1989. Sampai pada akhir tahun 2003, kepemilikan atas saham bank dimiliki oleh Asia Financial Indonesia sebesar 61,88%, dan pemerintah Indonesia sebesar 28,36%, dan sisanya sebesar 9,76% dimiliki oleh publik. 14. PT. Bank Mega Tbk.

79

PT. Bank Mega berdiri pada tanggal 15 April 1969 dengan nama PT. Bank Karman. Pada tanggal 18 Januari 1992 berganti nama dengan dengan PT. Bank Mega, kemudian pada tanggal 17 Januari 2000 mengganti namanya dengan nama Bank Mega Tbk. Bank Mega melakukan penawaran perdana sahamnya sebesar 12.500 juta lembar sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Kepemilikan saham Bank Mega ini dimiliki oleh PT. Para Global Investindo sebesar 64,51%, PT. Trimegah Securities Tbk. sebesar 6,69%, dan sisanya sebesar 28,80% dimiliki oleh publik. 15. PT. Bank Victoria Tbk. Bank Victoria didirikan pada tanggal 28 Oktober 1992 dengan akta notaris dan mendapatkan izin beroperasi pada tanggal 10 Agustus 1994, dengan perkembangan pada tahun 1994 mulai beroperasi sebagai bank umum, pada tahun 1997 memperoleh izin sebagai pedagang valas, pada tahun 1999 menjadi Bank publik dengan melakukan penawaran umum saham perdana sejumlah 250 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp.100,- per saham dan harga penawaran perdana Rp.100,- persaham. Penerbitan saham tersebut disertai dengan 8 juta waran seri 1 saham Bank Victoria dengan nama BVIC tercatat di Bursa Efek Jakarta. Membuka kantor operasional pertama di luar kantor pusat yaitu di Graha BIP. JL. Gatot Subroto Kav. 23 Jakarta. 16. PT. Bank Swadesi Tbk.

80

PT. Bank Swadesi Tbk. didirikan pada tahun 1968 dengan nama PT. Bank Pasar Swadesi. Anggaran dasar bank telah mengalami perubahan beberapa kali, yang terakhir dengan akta No. 44 tanggal 15 November 2001, yang berisi tentang perubahan dan penyusunan kembali anggaran dasar bank agar sesuai dengan ketentuan UU.No. 8 tahun 1985 tentang pasar modal dan keputusan BAPEPAM tanggal 30 April 1997 tentang pokok-pokok anggaran dasar perseroan yang melakukan penawaran umum efek bersifat ekuitas dan penawaran publik antara lain mengenai perubahan nama menjadi PT. Bank Swadesi Tbk. Kantor pusat Bank berlokasi di Jakarta dengan alamat di Jl. H. Saman Hudi No. 27 Jakarta. 17. PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. PT. Bank Nusantara Parahyangan berkantor di Bandung, dahulu bernama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan. Didirikan tanggal 18 Januari 1972 sesuai dengan SK. BI No. 27/54/KEP/DIR tanggal 5 Agustus 1994. Bank Indonesia telah menyetujui untuk meningkatkan status bank menjadi bank devisa. Sesuai dengan pasal 2 anggaran dasar bank, ruang lingkup kegiatan bank adalah menjalankan kegiatan umum perbankan. Pada tahun 2000 bank telah melakukan penawaran umum sejumlah 50 juta saham biasa atas nama dengan harga penawaran Rp.525, per saham, dan 20 juta waran seri 1 yang menyertai saham biasa atas nama, sampai saat ini bank mempunyai cabang-cabang di Bandung, Jakarta, Surabaya, Cirebon, Denpasar, Majalaya, dan Serang.

81

18. PT. Bank Kesawan Tbk. PT. Bank Kesawan Tbk. berdiri di Medan dengan nama NV. Chunghwa Shangyeh ( The Chinese Trading Company limited ), tahun 1913. Bank melakukan usaha sebagai bank umum pada tahun 1958, pada tahun 1965 bank berganti nama menjadi PT. Bank Kesawan untuk lebih memantapkan positioning bank dan untuk pengembangan usaha yang lebih baik, pada tahun 1990 kantor pusat bank pindah ke Jakarta. Pada tahun 1996 mendapatkan izin peningkatan status menjadi bank umum devisa. Pada tahun 2000 terjadi pengambil alihan kepemilikan saham PT. Dormex Corporation sebagai pemegang saham mayoritas PT. Bank Kesawan kepada pihak pemegang saham baru dan mengubah sistem manajemen menjadi profesional manajemen. Pada tahun 2002 bulan November melakukan penawaran umum perdana sejumlah 78,8 juta lembar saham melalui Bursa Efek Jakarta.
4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian.

Deskripsi variabel penelitian merupakan bagian dari hasil penelitian yang mempunyai fungsi untuk menggambarkan tingkat variabel Independen (bebas), dan variabel Dependen (terikat). Berikut penjelasan beberapa variabel tersebut: a. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio merupakan rasio kecukupan modal bank yang dihitung dengan mengukur rasio antara modal bank (equity capital) dengan jumlah (ATMR) Aktiva Tertimbang Menurut Risiko. Data dihitung dan diukur

82

mulai tahun 2003 sampai dengan 2005. Keterangan mengenai perhitungan rasio CAR ini tampak pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Capital Adequacy Ratio
Capital Adequacy Ratio % ( CAR ) NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nama Bank PT. Bank Permata Tbk. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. PT. Bank Panin Tbk. PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Buana Indonesia Tbk. PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. PT. Bank Niaga Tbk. PT. Bank BII Tbk. PT. Bank NISP Tbk. PT. Bank Central Asia Tbk. PT. Bank Danamon Tbk. PT. Bank Mega Tbk. PT. Bank Victoria Tbk PT. Bank Swadesi Tbk PT. Bank Mandiri Tbk PT. Bank Kesawan Tbk PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk Rata-rata Sumber : Laporan keuangan yang diolah 2003 10.80 16.64 18.45 21.80 18.16 22.32 14.82 11.58 22.05 13.78 27.95 26.80 14.04 12.22 26.65 27.70 15.99 13.67 18.63 2004 12.40 17.19 19.43 20.99 19.09 23.83 14.43 12.29 23.24 15.11 24.95 27.00 16.53 12.55 26.95 28.30 14.84 12.86 19.00 2005 10.50 18.29 17.72 22.57 17.99 24.92 15.24 11.24 21.74 15.71 25.53 24.50 16.13 15.28 27.06 25.70 15.34 12.78 18.79 Rata-rata 11.23 17.37 18.53 21.79 18.41 23.69 14.83 11.70 22.34 14.87 26.14 26.10 15.57 13.35 26.89 27.23 15.39 13.10 18.81

Tabel diatas merupakan hasil dari olah penelitian berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang tergolong kedalam populasi penelitian. Dari keterangan tabel 4.1 menunjukkan bahwa diketahui nilai CAR tertinggi untuk tahun 2003 dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk. yaitu sebesar 27,95%, untuk tahun 2004, nilai CAR tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk. yaitu sebesar 28,30% dan pada tahun 2005 nilai CAR tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Swadesi sebesar 27,06%. Untuk nilai CAR terendah dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 masing-masing dimiliki oleh PT. Bank Permata Tbk. pada tahun 2003 yaitu sebesar 10,80%, PT. Bank Niaga

83

Tbk. pada tahun 2004 sebesar 12,29% dan pada tahun 2005 nilai CAR terendah dimiliki oleh PT. Bank Permata yaitu sebesar 10,50% . Nilai rata-rata CAR perusahaan perbankan pada tahun 2003 adalah sebesar 18,63%, sedangkan pada tahun 2004 mengalami peningkatan menjadi 19,00% kemudian mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi 18,79%. Perubahan nilai rata-rata CAR tampak pada grafik 1. Grafik 4.1 Rata-rata CAR tahun 20032005
Diagram 19.00 19.00 18.80 CAR 18.60 18.40 2003 2004 Tahun 2005 18.63 18.79

Nilai rata-rata CAR perusahaan perbankan selama tiga tahun adalah sebesar 18,81%, dari keseluruhan perusahaan perbankan yang terdaftar dalam sampel penelitian pada tahun 2003 sampai dengan 2005 PT. Bank Mandiri Tbk. merupakan bank yang memiliki nilai rata-rata CAR paling tinggi yaitu sebesar 27,23%. Sedangkan nilai rata-rata CAR terendah dimiliki oleh PT. Bank Permata Tbk. yaitu sebesar 11,23% yang berarti secara keseluruhan bank telah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu nilai CAR suatu bank tidak kurang dari 8%.

b. Return On Risked Asset (RORA)

84

Return On Risked Assets merupakan rasio keuangan yang berhubungan dengan segi aset bank yang dinilai melalui kualitas aktiva produktifnya dengan menghitung rasio antara besarnya pendapatan operasional dengan total kredit dan investasi yang di miliki oleh bank (risk assets). RORA mengukur kemampuan bank dalam mengoptimalkan penanaman aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba. Data diperhitungkan dan diukur mulai dari tahun 2003 sampai dengan 2005. Data mengenai perhitungan RORA tampak pada tabel 4.2 yang merupakan hasil olah dari penelitian berdasarkan laporan keuangan tahunan bank. Dari tabel 4.2 menunjukkan tingkat RORA pada tahun 2003, 2004, 2005, nilai RORA tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia pada tahun 2003 yaitu sebesar 47,95%, dan pada tahun 2004 nilai RORA tertinggi juga dimiliki oleh PT.Bank Central Asia sebesar 33,61% dan Nilai RORA tertinggi pada tahun 2005 dimiliki oleh PT. Bank Victoria Tbk.yaitu sebesar 33,75%. Sedangkan nilai RORA terendah pada tahun 2003, RORA terendah dimiliki oleh PT. Bank Kesawan Tbk yaitu sebesar 11,88%, pada tahun 2004 tingkat RORA terendah dimiliki oleh PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk sebesar 14,80%, dan pada tahun 2005 RORA terendah dimiliki oleh PT. Bank Niaga Tbk. yaitu sebesar 14,34%. Keterangan dari perhitungan nilai Return On Risked Assets (RORA), dari keseluruhan perusahaan perbankan yang tergolong di dalam sampel penelitian ditunjukkan pada tabel 4.2 dari tahun 2003 sampai dengan 2005 dan rata-rata

85

besar nilai RORA selama tiga tahun yang merupakan hasil olah dari penelitian berdasarkan laporan keuangan yang telah di publikasikan. Tabel 4.2 Return On Risked Assets
Return On Risked Asset % ( RORA ) NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nama Bank PT. Bank Permata Tbk. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. PT. Bank Panin Tbk. PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Buana Indonesia Tbk. PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. PT. Bank Niaga Tbk. PT. Bank BII Tbk. PT. Bank NISP Tbk. PT. Bank Central Asia Tbk. PT. Bank Danamon Tbk. PT. Bank Mega Tbk. PT. Bank Victoria Tbk PT. Bank Swadesi Tbk PT. Bank Mandiri Tbk PT. Bank Kesawan Tbk PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk Rata-rata Sumber : Laporan keuangan yang diolah 2003 40.92 36.96 36.32 20.91 34.27 31.29 21.95 20.52 42.01 17.68 47.95 41.43 26.43 34.11 26.04 43.91 11.88 25.17 31.10 2004 23.74 29.79 28.88 14.80 26.77 20.42 17.47 14.92 31.41 16.64 33.61 27.80 23.42 28.52 20.00 27.12 22.80 18.50 23.70 2005 17.60 25.61 22.16 16.17 26.08 17.74 16.09 14.34 25.03 17.90 29.14 28.34 21.27 33.75 21.47 24.83 22.51 17.93 22.11 Rata-rata 27.42 30.79 29.12 17.29 29.04 23.15 18.50 16.59 32.81 17.41 36.90 32.52 23.71 32.12 22.50 31.95 19.06 20.53 25.64

Rata-rata RORA pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 menunjukkan penurunan pada tiap tahunnya. Pada tahun 2003 rata-rata RORA sebesar 31,10%, pada tahun 2004 rata-rata RORA sebesar 23,70%, sedangkan pada tahun 2005 sebesar 22,11% yang mengalami penurunan dari tahun 2004. Secara keseluruhan tingkat rata-rata RORA tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk. yaitu sebesar 36,90%, dan rata-rata RORA terendah dimiliki oleh PT.Bank Niaga Tbk sebesar 16,59%. Kemudian rata-rata nilai RORA selama tiga tahun adalah sebesar 25,64%. Perubahan tingkat nilai RORA per tahun akan tampak pada grafik 2.

86

Grafik 4.2 Rata-rata RORA tahun 2003-2005


Diagram

35.00 30.00 25.00 R OR A 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00

31.10 23.70 22.11

2003

2004 T ahun

2005

Rata-rata RORA tahun 2003, 2004, 2005 secara berurutan sebesar 31,10%, 23,70%, 22,11% dan rata-rata RORA selama tiga tahun yaitu sebesar 25,64%. c. Return On Assets (ROA) Return On Asset merupakan rasio profitabilitas yang mengukur efektifitas perusahaan perbankan dalam menghasilkan laba (pengembalian aset) dengan memanfatkan seluruh aktiva yang dimiliki dan seluruh sumber daya yang ada. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka semakin efisien penggunaan aktiva (mampu mengembalikan aset yang digunakan) sehingga akan memperbesar laba. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aset. Data dari perhitungan diambil mulai tahun 2003 sampai dengan 2005. Data dari perhitungan ROA tampak pada tabel 4.3 yang merupakan hasil olah dari penelitian berdasarkan laporan keuangan tahunan bank yang terdaftar pada sampel penelitian.

87

Tabel 4.3 Return On Assets


Return On Asset % ( ROA ) NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nama Bank PT. Bank Permata Tbk. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. PT. Bank Panin Tbk. PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Buana Indonesia Tbk. PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. PT. Bank Niaga Tbk. PT. Bank BII Tbk. PT. Bank NISP Tbk. PT. Bank Central Asia Tbk. PT. Bank Danamon Tbk. PT. Bank Mega Tbk. PT. Bank Victoria Tbk PT. Bank Swadesi Tbk PT. Bank Mandiri Tbk PT. Bank Kesawan Tbk PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk Rata-rata Sumber : Laporan keuangan yang diolah 2003 1.94 4.11 2.38 0.78 0.77 2.31 0.18 1.92 0.87 1.71 2.60 3.20 3.24 0.69 2.45 2.80 0.36 1.84 1.90 2004 2.30 5.77 5.61 1.58 2.41 2.66 2.11 2.76 2.32 2.50 3.21 4.50 2.99 1.54 2.34 3.10 0.37 1.98 2.78 2005 1.20 5.04 2.27 1.52 1.61 3.13 0.84 2.06 1.70 1.52 3.44 3.10 1.25 1.46 2.06 0.50 0.30 1.59 1.92 Rata-rata 1.81 4.97 3.42 1.29 1.60 2.70 1.04 2.25 1.63 1.91 3.08 3.60 2.49 1.23 2.28 2.13 0.34 1.80 2.20

Dari tabel 4.3, pada tahun 2003, nilai ROA tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia yaitu sebesar 4,11%, dan ROA terendah dimiliki oleh PT.Bank Mayapada Internasional Tbk.yaitu sebesar 0,18%. Pada tahun 2004, ROA tertinggi masih dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia sebesar 5,77%, dan ROA terendah dimiliki oleh PT.Bank Kesawan Tbk yaitu sebesar 0,37%. Pada tahun 2005, ROA tertinggi dimiliki oleh PT.Bank PT. Bank Rakyat Indonesia yaitu sebesar 5,04% dan nilai terendah dimiliki oleh PT. Bank Kesawan Tbk. yaitu sebesar 0,30%. Rata-rata ROA perusahaan perbankan pada tahun 2003 sampai dengan 2005 tidak selalu mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2003 sebesar 1,90%,

88

yang naik menjadi 2,78%, pada tahun 2004, dan mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi 1,92%.

Grafik 4.3 Rata-rata ROA tahun 2003-2005


Diagram 3.00 ROA 2.00 1.00 0.00 2003 2004 Tahun 2005 2.78 1.90 1.92

Rata-rata ROA bank selama tiga tahun adalah sebesar 2,20%, dan dari keseluruhan nilai ROA rata-rata terbesar dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. yaitu sebesar 4,97%, dan nilai ROA terendah dimiliki oleh PT. Bank Kesawan Tbk. yaitu sebesar 0,34%. d. Net Interest Margin (NIM) Merupakan rasio keuangan yang diperoleh dengan membandingkan antara pendapatan bunga bersih bank (Net Interest Income) dengan aktiva produktif. Data dari perhitungan NIM diambil mulai dari tahun 2003 sampai dengan 2005 laporan keuangan bank. Data dari perhitungan NIM tampak pada tabel 4.4 yang merupakan hasil dari perhitungan berdasarkan laporan keuangan tahunan bank.

89

Tabel 4.4 Net Interest Margin


Net Interest Margin % ( NIM ) NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nama Bank PT. Bank Permata Tbk. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. PT. Bank Panin Tbk. PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Buana Indonesia Tbk. PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. PT. Bank Niaga Tbk. PT. Bank BII Tbk. PT. Bank NISP Tbk. PT. Bank Central Asia Tbk. PT. Bank Danamon Tbk. PT. Bank Mega Tbk. PT. Bank Victoria Tbk PT. Bank Swadesi Tbk PT. Bank Mandiri Tbk PT. Bank Kesawan Tbk PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk Rata-rata Sumber : Laporan keuangan yang diolah 2003 4.40 9.54 9.78 6.59 4.33 5.19 6.76 4.48 3.20 3.69 4.45 5.12 6.73 2.44 6.05 3.65 5.83 3.50 5.32 2004 5.80 12.16 6.38 4.35 5.59 5.75 6.67 5.30 5.22 4.66 5.02 7.56 5.83 5.17 5.60 4.41 4.95 4.60 5.83 2005 5.90 12.17 4.11 4.12 5.35 6.08 5.04 5.06 6.25 4.15 6.08 7.67 3.39 3.82 4.85 3.81 3.56 4.05 5.30 Rata-rata 5.37 11.29 6.76 5.02 5.09 5.67 6.16 4.95 4.89 4.17 5.18 6.78 5.32 3.81 5.50 3.96 4.78 4.05 5.49

Dari tabel 4.4, pada tahun 2003, nilai NIM tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Panin Tbk. 9,78%, dan nilai NIM terendah dimiliki olah PT. Bank Victoria yaitu sebesar 2,44%. Pada tahun 2004 nilai NIM tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia sebesar 12,16 %, dan nilai NIM terendah dimiliki oleh PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. sebesar 4,35%. Pada tahun 2005 nilai NIM paling tinggi dimiliki oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. yaitu sebesar 12,17%, dan nilai NIM terendah dimiliki oleh PT.Bank Mega Tbk. yaitu sebesar 3,39%. Rata-rata NIM selama tiga tahun mulai dari 2003 sampai dengan 2005 terjadi perubahan tiap tahunnya. Pada tahun 2003 nilai rata-rata NIM adalah sebesar 5,32%, dan mengalami kenaikan pada tahun 2004 sebesar 5,83%, kemudian terjadi penurunan pada tahun 2005 sebesar 5,30%.

90

Grafik 4.4 Rata-rata NIM tahun 2003-2005


Diagram 5.83

6 5.8 5.6 NIM 5.4 5.2 5

5.32

5.30

2003

2004 Tahun

2005

Rata-rata NIM bank selama tiga tahun adalah sebesar 5,49%, dan dari keseluruhan rata-rata nilai NIM, nilai terbesar dimiliki oleh PT.Bank Rakyat Indonesia Tbk. yaitu adalah sebesar 11,29%, dan nilai rata-rata NIM terendah dimiliki oleh PT.Bank Victoria yaitu sebesar 3,81%. e. Loan to Deposit Ratio (LDR) Merupakan rasio likuiditas bank yang diperoleh dengan membandingkan antara jumlah kredit yang diberikan (total loan) dengan jumlah dana pihak ketiga (total deposit) ditambah modal sendiri (equity capital). Data dari perhitungan nilai LDR diperhitungkan dan diukur mulai dari tahun 2003 sampai dengan 2005 berdasarkan laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan oleh bank. Perhitungan LDR tampak pada tabel 4.5

91

Tabel 4.5 Loan to Deposit Ratio


Loan To Deposit Ratio % ( LDR ) NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nama Bank PT. Bank Permata Tbk. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. PT. Bank Panin Tbk. PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Buana Indonesia Tbk. PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. PT. Bank Niaga Tbk. PT. Bank BII Tbk. PT. Bank NISP Tbk. PT. Bank Central Asia Tbk. PT. Bank Danamon Tbk. PT. Bank Mega Tbk. PT. Bank Victoria Tbk PT. Bank Swadesi Tbk PT. Bank Mandiri Tbk PT. Bank Kesawan Tbk PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk Rata-rata Sumber : Laporan keuangan yang diolah 2003 41.30 62.37 72.35 62.07 44.09 43.37 78.45 72.82 34.91 77.95 24.62 56.50 55.61 40.22 59.17 42.50 43.90 40.43 52.92 2004 57.20 75.69 72.93 71.26 55.12 58.55 73.74 85.28 44.22 77.34 30.60 72.20 48.80 54.72 54.11 53.70 52.32 52.39 60.57 2005 78.50 77.83 55.17 74.15 54.24 79.96 82.35 85.26 57.10 77.62 41.78 80.80 51.25 41.20 55.36 51.80 55.40 57.03 64.27 Rata-rata 59.00 71.96 66.82 69.16 51.15 60.63 78.18 81.12 45.41 77.64 32.33 69.83 51.89 45.38 56.21 49.33 50.54 49.95 59.25

Berdasarkan tabel 4.5, menunjukkan nilai LDR pada tahun 2003 sampai pada tahun 2005. Nilai LDR tertinggi pada tahun 2003 dimiliki oleh PT. Bank Mayapada Internasional Tbk, yaitu sebesar 78,45%, dan nilai terendah dimiliki oleh PT. Bank Central Asia sebesar 24,62%. Untuk tahun 2004, nilai LDR tertinggi dimiliki oleh PT.Bank Niaga yaitu sebesar 85,28%, dan nilai terendah dimiliki oleh PT.Bank Central Asia sebesar 30,60%. Sedangkan pada tahun 2005, nilai LDR tertinggi juga dimiliki oleh PT. Bank Niaga yaitu sebesar 85,26%, dan nilai LDR terendah dimiliki oleh PT. Bank Victoria yaitu sebesar 41,20%. Rata-rata nilai LDR selama tiga tahun mulai dari 2003 sampai dengan 2005 selalu mengalami peningkatan tiiap tahunnya. Kemudian rata-rata nilai

92

LDR selama tiga tahun adalah sebesar 59,25%. Perubahan tingkat nilai LDR per tahun akan tampak pada grafik 5. Grafik 4.5 Rata-rata LDR tahun 2003-2005
Diagram 64.27

80 60 LDR 40 20 0

52.92

60.57

2003

2004 Tahun

2005

Rata-rata LDR selama tiga tahun mulai dari 2003 sampai dengan 2005, ditunjukkan pada grafik, tahun 2003 nilai rata-rata LDR adalah sebesar 52,92%, dan mengalami kenaikan pada tahun 2004 sebesar 60,57%, kemudian terjadi kenaikan pada tahun 2005 sebesar 64,27%. Sedangkan rata-rata LDR bank selama tiga tahun adalah sebesar 59,25%, dan dari keseluruhan rata-rata nilai LDR, nilai terbesar dimiliki oleh PT.Bank Niaga yaitu sebesar 81,12%, dan nilai rata-rata LDR terendah dimiliki oleh PT.Bank Central Asia yaitu sebesar 32,33%. Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa tingkat LDR semua bank secara keseluruhan telah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yang memberi batasan tetapan atas batas aman tingkat LDR sebesar 110%. f. Harga Saham Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham perusahaan perbankan rata-rata penutupan (closing price) pertahun pada tiga

93

hari sebelum dan tiga hari setelah tanggal publikasi akhir tahun pada laporan keuangan bank yang telah di publikasikan selama periode pengamatan, karena harga saham inilah yang menyatakan naik turunnya pergerakan dari harga saham dan harga pasar pada saat closing price merupakan harga yang dihasilkan oleh interaksi pasar atas informasi yang diterima. Periode penelitian didasarkan pada data yang digunakan dalam analisis merupakan data historis, artinya data yang terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis. Perhitungan mengenai harga saham perusahaan perbankan periode 2003 sampai dengan 2005 tampak seperti pada tabel 4.6 : Tabel 4.6 Harga Saham rata-rata
Harga Saham NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nama Bank PT. Bank Permata Tbk. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. PT. Bank Panin Tbk. PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Buana Indonesia Tbk. PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. PT. Bank Niaga Tbk. PT. Bank BII Tbk. PT. Bank NISP Tbk. PT. Bank Central Asia Tbk. PT. Bank Danamon Tbk. PT. Bank Mega Tbk. PT. Bank Victoria Tbk PT. Bank Swadesi Tbk PT. Bank Mandiri Tbk PT. Bank Kesawan Tbk PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk Rata-rata Sumber : Laporan keuangan yang diolah 2003 35.00 1533.00 340.00 900.00 1138.00 500.00 135.00 37.00 120.00 498.00 3829.00 2763.00 1150.00 52.50 330.00 1358.33 180.00 700.00 866.60 2004 802.00 2833.00 506.00 770.00 1790.00 893.00 138.00 490.00 200.00 808.00 3413.00 4379.00 2304.00 56.67 400.00 1695.00 370.00 700.00 1252.65 2005 707.00 3579.00 496.00 905.00 1282.00 948.00 200.00 399.00 153.00 697.00 3783.00 4121.00 2404.00 80.83 420.00 1666.67 394.17 760.00 1277.54 Rata-rata 514.67 2648.33 447.33 858.33 1403.33 780.33 157.67 308.67 157.67 667.67 3675.00 3754.33 1952.67 63.33 383.33 1573.33 314.72 720.00 1132.26

94

EBerdasarkan tabel 4.6, pada tahun 2003 harga saham rata-rata tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk. yaitu sebesar Rp. 3829,- per lembar saham dan harga saham terendah di miliki oleh PT. Bank Permata Tbk. sebesar 35,- per saham. Pada tahun 2004 harga saham tertinggi dimiliki oleh Bank Danamon Tbk. yaitu sebesar 4379,- per saham dan harga saham terendah dimiliki oleh PT. Bank Victoria Tbk. sebesar 56,67%. Untuk tahun 2005 harga saham tertinggi kembali dimiliki oleh PT. Bank Danamon Tbk. yaitu sebesar Rp.4121,- per saham, sedangkan harga saham terendah juga dimiliki oleh PT. Bank Victoria Tbk. sebesar Rp.80,83,- peru sahaan. Grafik 4. 6 Harga saham rata-rata 2003-2005
Diagram 1252.65 866.60

1500.00 Harga Saham 1000.00 500.00 0.00 2003

1277.54

2004 Tahun

2005

Rata-rata harga saham pada tahun 2003 adalah sebesar 866,60, kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2004 yaitu sebesar 1252,65. Untuk tahun 2005 harga saham rata-rata naik menjadi 1277,54. Rata-rata harga saham bank selama tiga tahun 2003 sampai dengan 2005 adalah sebesar 1132,26, dengan rata-rata tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Danamon Tbk. Yaitu sebesar 3754,33 dan rata-rata terendah dimiliki oleh PT. Bank Victoria Tbk yaitu sebesar 63,33.

95

4.2. Pengujian Hipotesis

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005. Data tersebut merupakan data sekunder yang telah diterbitkan dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2006. Laporan keuangan tersebut digunakan untuk menghitung rasio-rasio keuangan yang hasil perhitungan rasio keuangan tersebut selanjutnya dapat bermanfaat jika menimbulkan pengaruh terhadap harga saham, oleh karena itu dilakukan pengujian dan analisis terhadap rasio keuangan yang telah di hitung. Untuk mengetahui pola pengaruh variabel bebas dalam penelitian ini, maka di susun persamaan regresi berganda. Regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas (CAR, RORA, NIM, ROA dan LDR) terhadap variabel terikat (Harga Saham). Analisis regresi tersebut menghasilkan koefisien-koefisien regresi yang menunjukkan arah hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan perhitungan komputer program statistik SPSS (Statistical Program Solution Service) windows release 12 diperoleh hasil analisis output seperti terangkum dalam tabel 4.11 dan 4.12 berikut:
ANOVA(b) Tabel 4.11 Model 1 Sum of Squares 28748676.839 df 5 48 53 Mean Square 5749735.368 763561.293 F 7.530 Sig. .000(a)

Regression Residual

36650942.082 Total 65399618.921 a Predictors: (Constant), X5, X2, X1, X4, X3 b Dependent Variable: Y

96

Coefficients(a) Tabel 4.12 Ringkasan Analisis Regresi koefisien t parsial antara CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR terhadap Harga Saham

Variabel Konstanta X1 X2 X3 X4 X5
a.

Koefisien

Sig
0.401 0.048 0.755 0.093 0.029 0.379

Partial
0.281 0.045 0.24 0.31 -0.127

-532.809 -0.847 51.176 2.031 5.664 0.314 137.52 1.712 295.182 2.255 -9.155 -0.888 Dependent Variable: Harga Saham

Keterangan F hitung R R2

Nilai 7,530 0,663 0,381

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa model persamaan regresi berganda yang diperoleh yaitu : Y = -532,809 + 51,176X1 + 5,664X2 + 137,52X3 + 295,182X4 9,155X5. Persamaan regresi tersebut mempunyai makna : 1. Konstanta = - 532,809 Konstanta sebesar -532,809 dan bertanda negatif menandakan bahwa harga saham yang dihitung dengan persamaan regresi akan lebih kecil dari yang diharapkan. Konstanta tersebut menyebutkan bahwa apabila variabel lain CAR, RORA, NIM, ROA,dan LDR dianggap tetap atau nol, maka konstanta akan dapat menurunkan harga saham sebesar 532,809. 2. Koefisien regresi X1 = 51,176 Apabila nilai CAR mengalami peningkatan sebesar satu satuan naik (satu %) sedangkan variabel lain RORA, NIM, ROA, dan LDR dianggap tetap, maka akan menyebabkan kenaikan pada harga saham sebesar 51,176. 3. Koefisien regresi X2 = 5,664

97

Jika nilai RORA mengalami peningkatan sebesar satu satuan naik (satu %) sementara variabel lain CAR, NIM, ROA, dan LDR dianggap tetap, maka akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar 5,664. 4. Koefisien regresi X3 = 137,52 Apabila nilai NIM mengalami peningkatan sebesar satu satuan naik (satu %), sedangkan variabel lain CAR, RORA, ROA, dan LDR dianggap tetap, maka akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar 137,52 5. Koefisien regresi X4 = 295,182 Jika nilai ROA mengalami peningkatan sebesar satu satuan naik (satu%), sementara variabel lain CAR, RORA, NIM, dan LDR dianggap tetap, maka akan menyebabkan kenaikan harga saham sebesar 295,182. 6. Koefisien regresi X5 = - 9,155 Apabila nilai LDR mengalami peningkatan sebesar satu satuan naik (satu %), sementara variabel lain CAR, RORA, NIM, ROA dianggap tetap, maka akan menyebabkan penurunan pada harga saham sebesar 9,155. Untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan maka dilakukan pengujian dengan menggunakan alat uji statistik yaitu uji f dan uji t.
4.2.1 Pengujian secara simultan (uji F)

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan perhitungan analisis regresi berganda menggunakan program SPSS .12 yang tercantum dalam tabel 4.11 diperoleh F hitung = 7,530 dengan harga signifikansi sebesar 0,000, karena harga signifikansi kurang dari 0,05 dan ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung yang diperoleh tersebut lebih besar dibanding dengan Ftabel (k-1, n-k) maka

98

diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,41, dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa harga signifikansi kurang dari 0,05 dan nilai Fhitung > dari Ftabel , maka akan menerima (Ha) dan menolak (H0), yang mempunyai makna bahwa seluruh variabel CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham secara simultan. Derajat hubungan CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR dengan harga saham secara bersama-sama atau secara simultan dapat diketahui dari harga korelasi secara simultan atau R. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan program komputsai SPSS for Windows release 12 yang tercantum pada tabel 4.12, maka diperoleh harga koefisien korelasi secara simultan sebesar 0,663. Keberartian dari korelasi secara simultan ini diuji dengan uji F seperti pada uji keberartian persamaan regresi. Dari hasil pengujian tersebut dimana menunjukkan bahwa Fhitung signifikan, maka dapat diartikan bahwa hubungan antara CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR dengan harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) adalah signifikan.
4.2.2 Pengujian Secara Parsial (Uji t)

Pengujian hipotesis secara parsial ini dimaksudkan untuk menguji keberartian pengaruh dari masing-masing variabel bebas yaitu

CAR,RORA,NIM, ROA, dan LDR terhadap harga saham . 1. Pengaruh CAR terhadap Harga Saham. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran dan terangkum pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa untuk variabel CAR diperoleh thitung =

99

2,031 dengan nilai probability 0,048 dan berdasarkan perhitungan dari kritik ttabel ( n-k-1) dengan jumlah n = 54 k = 6 diperoleh nilai t tabel = 2,02 hasil ini menunjukkan bahwa dapat disimpulkan nilai t
hitung

>t

tabel

dan

nilai probability kurang dari 0,05 yang berarti nilai t yang diperoleh adalah signifikan, hal ini berarti bahwa variabel CAR (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.(Y).

2. Pengaruh RORA terhadap Harga Saham. Berdasarkan hasil perhitungan pada hasil out put SPSS yang tercantum pada lampiran dan tabel 4.12 menunjukkan bahwa untuk variabel RORA diperoleh nilai t
hitung

= 0,314 dengan nilai probability 0,755 dan

berdasarkan perhitungan dari kritik t tabel (n-k-1) diperoleh nilai t tabel = 2,02 hasil ini menunjukkan bahwa dapat disimpulkan nilai t
hitung

<t

tabel

dan

oleh karena nilai probability > 0,05 hal ini berarti nilai t yang diperoleh adalah tidak signifikan, hal ini berarti bahwa untuk variabel RORA (X2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham (Y). 3. Pengaruh NIM terhadap Harga Saham. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.12 dan lampiran maka menunjukkan bahwa untuk variabel NIM diperoleh nilai t
hitung

= 1,712

dengan nilai probability 0,093 dan berdasarkan perhitungan dari kritik t


tabel (n-k-1),

diperoleh nilai t tabel = 2,02 hasil ini menunjukkan bahwa dapat


hitung

disimpulkan nilai t

<t

tabel

dan hasil nilai probability > 0,05 hal ini

berarti nilai t yang diperoleh adalah tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa

100

untuk variabel NIM (X3) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham (Y). 4. Pengaruh ROA terhadap Harga Saham. Berdasarkan hasil perhitungan pada out put SPSS yang terangkum pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa untuk variabel ROA diperoleh nilai t
hitung

= 2,255 dengan nilai probability 0,029 dan berdasarkan perhitungan dari kritik t
tabel

(n-k-1), diperoleh nilai t

tabel hitung

= 2,02 hasil ini menunjukkan >t


tabel

bahwa dapat disimpulkan untuk nilai t

dan berdasarkan hasil

dari nilai probability < 0,05 hal ini berarti nilai t yang diperoleh adalah signifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk variabel ROA (X4) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham (Y). 5. Pengaruh LDR terhadap Harga Saham. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran dan terangkum pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa untuk variabel LDR diperoleh thitung = 0,888 dengan nilai signifikansi 0,379 dan berdasarkan perhitungan dari kritik nilai t
tabel

= 2,02 hasil ini menunjukkan bahwa dapat disimpulkan

untuk nilai t hitung < ttabel dan berdasarkan perhitungan dari nilai probability > 0,05 hal ini menunjukkan bahwa nilai t yang diperoleh adalah tidak signifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk variabel LDR (X5) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham (Y).
4.2.3 Koefisien Determinasi (R2)

Besarnya pengaruh CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR terhadap harga saham dapat di ketahui dari harga koefisien determinasi simultan (R2).

101

Berdasarkan hasil pada lampiran dan yang terangkum dalam tabel 4.12 maka diperoleh harga R2 sebesar 0,381. Dengan demikian menunjukkan bahwa CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR secara bersama-sama mempengaruhi harga saham sebesar 38,1% dan sisanya sebesar 61,9 % dari harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Pengaruh besarnya masing-masing variabel bebas terhadap veriabel terikat dapat diketahui dari besarnya koefisien determinasi secara parsial (r2) dari masing-masing variabel tersebut. Dengan demikian besarnya pengaruh CAR terhadap harga saham adalah 7,90%, besarnya pengaruh RORA terhadap harga saham adalah sebesar 0,20%, besarnya pengaruh NIM terhadap harga saham adalah 5,76%, besarnya pengaruh ROA terhadap harga saham adalah sebesar 9,61%, dan besarnya pengaruh LDR terhadap harga saham adalah sebesar 1,61%. Dari hasil ini berarti telah menjelaskan bahwa variabel ROA memberikan pengaruh paling besar terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

4.3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah penaksir dalam regresi merupakan penaksir kolinier tidak bias terbaik. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil analisis sebagai berikut:
4.3.1. Uji Normalitas

102

Hasil perhitungan normalitas data pada lampiran menunjukkan bahwa penyebaran data plot berada di sekitar dan sepanjang garis diagonal 450, dengan demikian menunjukkan bahwa data-data pada variabel penelitian berdistribusi normal (Ghozali, 2002:46). Lebih jelasnya gambar mengenai penyebaran plot pada uji normalitas dapat di lihat pada grafik normalitas berikut.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: VAR00012


1.0

0.8

Expected Cum Prob

0.6

0.4

0.2

0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

Gambar 4.7 Normalitas


4.3.2. Uji Multikolinieritas

Berdasarkan hasil analisis dengan program SPSS for Windows release12 pada lampiran diperoleh harga toleransi dan VIF dari tiap-tiap variabel seperti terangkum pada tabel berikut :

No. 1 2 3 4 5

Variabel X1 X2 X3 X4 X5

Collinearity Statistics Tolerance

VIF

0.731 0.543 0.574 0.539 0.493

1.368 1.842 1.741 1.854 2.029

Tabel 4.7. Hasil Uji Multikolinieritas

Berdasarkan pada tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa nilai toleransi dari keseluruhan variabel bebas lebih besar daripada 0,1 dengan nilai VIF kurang

103

dari 10, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak mengandung multikolinieritas.
4.3.3. Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan program SPSS for Windows release 12 diperoleh out put dengan menunjukkan scatter plot yang tidak membentuk pola tertentu, maka model regresi dalam penelitian ini tidak memiliki gejala heteroskedastisitas(Ghozali, 2002:48). Lebih jelasnya pola scatter plot dari hasil perhitungan di tunjukkan pada gambar dibawah :
Scatterplot

Dependent Variable: VAR00012


4

Regression Studentized Residual

-2

-4 -2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Predicted Value

Gambar 4.8 Heteroskedastisitas

4.3.4. Uji Otokorelasi

Uji otokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terjadi korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan, menurut waktu (time series) atau ruang (cross section). Untuk mengetahui ada atau tidak adanya otokorelasi harus sesuai dengan nilai pada tabel Durbin Watson. Untuk n = 54, k = 5 nilai Durbin Watson harus berada pada rentang 1,77 sampai dengan 2,23

104

(tabel 3.3). Hasil analisis uji otokorelasi dengan menggunakan program SPSS adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji Otokorelasi Model 1 Durbin-Watson Sumber: Data input SPSS yang diolah

1,304

Berdasarkan hasil uji otokorelasi nilai Durbin Watson yang diperoleh sebesar 1,304 yang berarti tidak memenuhi pada ketentuan batas bawah dan batas atas pada tabel Durbin Watson. Dengan demikian model regresi mengandung otokorelasi, sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan model regresi.

4.3.4.1 Tindakan Perbaikan Model Regresi adanya Otokorelasi

Tindakan perbaikan dilakukan dengan menggunakan teknik Theil-Nagar dengan hubungan sebagai berikut: N 2 (1 - d/2) + k 2 = N2 -k2 N = Banyaknya observasi total d = Durbin Watson k = Banyaknya koefisien termasuk intersep (Gujarati, 1995: 221) Berdasarkan hasil analisis regresi sebelumnya, diketahui: N = 54; d = 1,304; k = 6 sehingga hubungannya menjadi sebagai berikut:

105

N 2 (1 - d/2) + k 2 N2 -k2 10580,768 2880

= 0,365 Tahap selanjutnya dilakukan transformasi untuk data dengan cara: 1. Untuk masing-masing data pertama dikalikan dengan (1-r2) 2. Untuk data selanjutnya dengan cara mengurangkan data tersebut dengan perkalian dengan data sebelumnya dan seterusnya. Sehingga dari adanya tindakan perbaikan data yang terdapat gejala otokorelasi tadi maka akan diperoleh suatu model regresi yang baru dengan menghasilkan suatu koefisien-koefisien regresi yang baru pula. Hasil analisis data yang digunakan sebagai model regresi adalah model setelah mengalami tindakan perbaikan, karena dapat dikatakan sebagai model yang ideal, dalam ekonometrika dinamakan BLUE (Best Linier Unbiased Estimato). (Algifari,77). Untuk menguji apakah model yang digunakan diterima secara ekonometrika, dan apabila estimator yang diperoleh dengan metode kuadrat terkecil telah memenuhi syarat BLUE, maka dari model tersebut dapat dilakukan uji multikolinearitas, uji heteroskedastis dan uji otokorelasi. Sehingga setelah data tersebut mengalami tindakan perbaikan adanya otokorelasi maka, akan muncul data atau model yang baru seperti tampak pada tabel 4.9 dibawah:

106

Tabel 4.9 Data Hasil Perbaikan Adanya Otokorelasi


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Kode R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R-37 R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 X1 10.80 16.64 18.45 21.80 18.16 22.32 14.82 11.58 22.05 13.78 27.95 26.80 14.04 12.22 26.65 27.70 15.99 13.67 12.40 17.19 19.43 20.99 19.09 23.83 14.43 12.29 23.24 15.11 24.95 27.00 16.53 12.55 26.95 28.30 14.84 12.86 10.50 18.29 17.72 22.57 17.99 24.92 15.24 11.24 21.74 15.71 25.53 24.50 16.13 15.28 27.06 25.70 15.34 12.78 X2 40.92 36.96 36.32 20.91 34.27 31.29 21.95 20.52 42.01 17.68 47.95 41.43 26.43 34.11 26.04 43.91 11.88 25.17 23.74 29.79 28.88 14.80 26.77 20.42 17.47 14.92 31.41 16.64 33.61 27.80 23.42 28.52 20.00 27.12 22.80 18.50 17.60 25.61 22.16 16.17 26.08 17.74 16.09 14.34 25.03 17.90 29.14 28.34 21.27 33.75 21.47 24.83 22.51 17.93 X3 4.40 9.54 9.78 6.59 4.33 5.19 6.76 4.48 3.20 3.69 4.45 5.12 6.73 2.44 6.05 3.65 5.83 3.50 5.80 12.16 6.38 4.35 5.59 5.75 6.67 5.30 5.22 4.66 5.02 7.56 5.83 5.17 5.60 4.41 4.95 4.60 5.90 12.17 4.11 4.12 5.35 6.08 5.04 5.06 6.25 4.15 6.08 7.67 3.39 3.82 4.85 3.81 3.56 4.05 X4 1.94 4.11 2.38 0.78 0.77 2.31 0.18 1.92 0.87 1.71 2.60 3.20 3.24 0.69 2.45 2.80 0.36 1.84 2.30 5.77 5.61 1.58 2.41 2.66 2.11 2.76 2.32 2.50 3.21 4.50 2.99 1.54 2.34 3.10 0.37 1.98 1.20 5.04 2.27 1.52 1.61 3.13 0.84 2.06 1.70 1.52 3.44 3.10 1.25 1.46 2.06 0.50 0.30 1.59 X5 41.30 62.37 72.35 62.07 44.09 43.37 78.45 72.82 34.91 77.95 24.62 56.50 55.61 40.22 59.17 42.50 43.90 40.43 57.20 75.69 72.93 71.26 55.12 58.55 73.74 85.28 44.22 77.34 30.60 72.20 48.80 54.72 54.11 53.70 52.32 52.39 78.50 77.83 55.17 74.15 54.24 79.96 82.35 85.26 57.10 77.62 41.78 80.80 51.25 41.20 55.36 51.80 55.40 57.03 Y 35.00 1533.00 340.00 900.00 1138.00 500.00 135.00 37.00 120.00 498.00 3829.00 2763.00 1150.00 52.50 330.00 1358.33 180.00 700.00 802.00 2833.00 506.00 770.00 1790.00 893.00 138.00 490.00 200.00 808.00 3413.00 4379.00 2304.00 56.67 400.00 1695.00 370.00 700.00 707.00 3579.00 496.00 905.00 1282.00 948.00 200.00 399.00 153.00 697.00 3783.00 4121.00 2404.00 80.83 420.00 1666.67 394.17 760.00 X1* 10.056 12.700 12.379 15.069 10.206 15.694 6.677 6.173 17.825 5.735 22.922 16.602 4.262 7.098 22.192 17.977 5.884 7.836 7.413 12.666 13.158 13.901 11.432 16.865 5.736 7.025 18.756 6.631 19.437 17.897 6.679 6.519 22.371 18.467 4.515 7.446 5.808 14.459 11.047 16.105 9.755 18.356 6.148 5.680 17.639 7.778 19.798 15.185 7.191 9.395 21.485 15.827 5.963 7.183 X2* 38.099 22.030 22.835 7.659 26.641 18.787 10.534 12.512 34.523 2.353 41.499 23.935 11.314 24.467 13.595 34.409 -4.141 20.836 14.557 21.128 18.011 4.263 21.370 10.653 10.020 8.546 25.966 5.180 27.539 15.537 13.277 19.975 9.594 19.823 12.905 10.181 10.850 19.189 12.816 8.085 20.180 8.225 9.618 8.470 19.798 8.768 22.609 17.708 10.930 25.990 9.156 16.997 13.451 9.717 X3* 4.097 7.935 6.299 3.022 1.926 3.610 4.866 2.014 1.565 2.522 3.104 3.496 4.862 -0.015 5.160 1.443 4.498 1.373 4.523 10.044 1.943 2.022 4.003 3.710 4.572 2.866 3.286 2.755 3.320 5.728 3.072 3.043 3.714 2.367 3.341 2.794 4.222 10.017 -0.330 2.620 3.847 4.128 2.822 3.221 4.404 1.870 4.566 5.452 0.592 2.583 3.456 2.040 2.170 2.751 X4* 1.806 3.402 0.880 -0.088 0.485 2.029 -0.663 1.854 0.169 1.393 1.976 2.251 2.072 -0.492 2.198 1.906 -0.662 1.709 1.629 4.931 3.505 -0.467 1.834 1.781 1.139 1.990 1.313 1.654 2.298 3.329 1.348 0.449 1.778 2.246 -0.761 1.845 0.478 4.602 0.431 0.692 1.055 2.543 -0.302 1.754 0.948 0.900 2.885 1.845 0.119 1.004 1.527 -0.252 0.118 1.481 X5* 38.453 47.302 49.594 35.673 21.444 27.284 62.626 44.198 8.342 65.213 -3.820 47.517 34.996 19.931 44.496 20.912 28.394 24.413 42.449 54.821 45.315 44.651 29.121 38.439 52.378 58.376 13.106 61.206 2.383 61.036 22.458 36.915 34.145 33.958 32.728 33.301 59.386 49.189 26.774 54.021 27.186 60.171 53.177 55.215 25.993 56.787 13.460 65.557 21.770 22.501 40.328 31.602 36.501 36.817 Y* 32.587 1520.230 -219.315 775.951 809.635 84.801 -47.425 -12.255 106.501 454.218 3647.305 1365.989 141.919 -367.078 310.845 1237.930 -315.587 634.327 546.605 2540.390 -527.620 585.386 1509.066 239.919 -187.811 439.651 21.224 735.030 3118.201 3133.767 706.322 -783.944 379.324 1549.060 -248.421 565.006 451.605 3321.051 -809.798 724.034 951.811 480.262 -145.878 326.030 7.425 641.178 3528.700 2740.772 900.453 -796.269 390.509 1513.433 -213.915 616.187

Berdasarkan hasil uji otokorelasi setelah adanya perbaikan maka diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1,784 dan berada pada rentang 1,77

107

sampai dengan 2,23 yang berarti tidak ada otokorelasi pada model regresi. (Algifari,77). Dengan demikian persamaan model regresi yang diperoleh tidak mengandung otokorelasi.
Tabel 4.10 Uji Otokorelasi Setelah Perbaikan Model 1 Durbin-Watson Sumber: Data input SPSS yang diolah

1,784

Berdasarkan dari keempat pengujian diatas menunjukkan bahwa data penelitian membentuk distribusi normal dan persamaan regresi yang diperoleh tidak mengalami penyimpangan asumsi klasik baik multikoliniertas, heteroskedastisitas, normalitas, maupun otokorelasi, dengan demikian persamaan regresi yang diperoleh efisien untuk menggambarkan bentuk hubungan antar variabel penelitian.

4.4. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang terkait dengan judul, permasalahan, dan hipotesis penelitian maka, dalam penelitian ini ada beberapa hal yang dapat dijelaskan yaitu sebagai berikut : Pada dasarnya harga saham di pasar modal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fundamental perusahaan. Hal ini telah diutarakan oleh Machfoed (1999), Jogiyanto (2000), Husnan (2001), dan Ang,(1997). Yang temasuk faktor fundamental disini adalah kinerja keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini mencoba menguji kebenaran dari teori-teori tersebut, kemudian sesuai dengan hasil penelitian ini menambah kekuatan dari teori-teori yang ada, karena berdasarkan hasil analisis regresi secara simultan

108

atau bersama-sama kinerja keuangan bank yang terdiri dari rasio CAR, RORA, NIM, ROA, dan LDR mempengaruhi harga saham perbankan yang terdaftar di BEJ periode tahun 2003-2005. Berdasarkan hasil dari analisis regresi dalam penelitian ini diketahui bahwa kinerja keuangan yang di proksikan dengan (CAR, RORA, NIM, ROA dan LDR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang telah go public, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu dasar atau pedoman bagi investor didalam memprediksi perubahan harga saham dan membantu didalam pengambilan keputusan berinvestasi dalam bentuk saham. Dari hasil penelitian ini maka, didalam memprediksi prospek perubahan akan investasi berupa saham pada perusahaan perbankan terlebih dulu para investor dapat menganalisa mengenai kondisi keuangan perusahaan sebelum memutuskan untuk berinvestasi, melihat apakah kondisi keuangan perusahaan bank yang dinilai dari besarnya rasio keuangan apakah sudah sesuai dengan standar yang telah tetapkan oleh Bank Indonesia, baik dari aspek yang berhubungan dengan struktur permodalan, pengelolaan aktiva, perolehan profit, maupun yang berkaitan dengan tingkat likuiditas bank, karena berdasar atas hasil analisis yang diperoleh dari penilaian pada kinerja keuangan bank dalam penelitian ini dengan melakukan pengukuran pada rasio-rasio keuangan perusahaan bank, memberikan kontribusi sebesar 38,1% didalam menjelaskan atau

mempengaruhi perubahan naik atau turunnya harga saham bank, sedangkan sisanya sebesar 61,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak temasuk

109

kedalam kajian fundamental (kondisi intern) perusahaan perbankan khususnya menyangkut kinerja keuangan perusahaan. Penilaian mengenai kinerja keuangan bank kaitannya didalam

memprediksi perubahan harga saham mempunyai pengaruh secara signifikan sebesar 38,1%, hal ini disebabkan disamping dipengaruhi oleh kinerja perusahaan sendiri juga karena saham-saham perusahaan perbankan yang telah diperdagangkan di BEJ juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berasal dari eksternal perusahaan, diantaranya perubahan harga saham sangat peka terhadap gejolak indikator makro yang bersifat teknikal yang cenderung lebih dipengaruhi oleh perubahan kondisi pada pasar bursa, dengan kata lain perubahan harga saham juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga, kurs valas, volume transaksi dan kondisi lingkungan yang mencakup kestabilan ekonomi dan politik, karena sesuai hasil dari penelitian ini diketahui bahwa faktor kinerja keuangan perusahaan memberikan pengaruh relatif kecil dan selebihnya faktor lain yang relatif lebih besar pengaruhnya terhadap perubahan harga saham lebih dikarenakan oleh faktor eksternal yang berhubungan dengan kondisi dari luar perusahaan. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa, Capital Adequacy Ratio mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Capital Adequacy Ratio merupakan rasio kecukupan modal, dimana semakin tinggi nilai CAR maka akan berpengaruh pada tingginya harga saham, dan sebaliknya jika nilai CAR menurun maka harga sahampun juga akan ikut turun, hal ini disebabkan karena dengan nilai CAR yang tinggi mengindikasikan bahwa bank berada

110

dalam kondisi yang solvable yang berarti jumlah modal yang dimiliki oleh bank lebih besar dari pinjaman atau kredit yang diberikan kepada para nasabah, sehingga pihak bank dinilai masih bisa membiayai biaya yang dikeluarkan untuk keperluan operasional perusahaan dari modal yang dimiliki. Dalam berinvestasi, pada dasarnya investor cenderung akan lebih banyak menginvestasikan dananya pada perusahaan perbankan yang memiliki CAR yang tinggi, karena rasio tersebut dapat menggambarkan kondisi permodalan perusahaan, antara lain dengan CAR yang tinggi maka, (1) tingkat kecukupan modal telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yaitu sebesar (8%), (2) modal perusahaan telah cukup, dalam artian cukup untuk menjalankan usaha dan cukup untuk menanggung risiko yang kemungkinan akan timbul bila terjadi likuidasi,(3) dengan CAR yang tinggi berarti aktiva berisiko rendah. Dengan gambaran yang diperoleh dari rasio CAR perbankan, maka semakin jelas dan rasional apabila investor sebelum membeli saham

mempertimbangkan rasio tersebut. Dalam penelitian ini dari 18 perusahaan perusahaan perbankan go public dan menawarkan sahamnya di BEJ, PT. Bank Mandiri mempunyai tingkat CAR paling tinggi apabila dibandingkan dengan PT. Bank Permata, secara rasional dari dua pilihan tersebut, investor akan memilih berinvestasi pada PT. Bank Mandiri, karena bank tersebut memiliki CAR yang cukup. Kinerja keuangan CAR akhirnya akan menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan dananya. Karena semakin banyak investor berinvestasi menanamkan dananya dalam perusahaan akan membawa sinyal positif bagi pihak perusahaan. Jadi sesuai dengan hukum permintaan dan

111

penawaran semakin banyak permintaan (saham) maka akan semakin meningkat pula harga saham. Hal ini konsisten dengan penelitian Jogiyanto dan Zainuddin (1999) yang menyatakan bahwa semakin tinggi CAR semakin besar pula modal tersebut dan semakin tinggi harga saham. Dalam penelitian ini CAR berpengaruh secara signifikan dan bersifat positif terhadap harga saham. Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya oleh Magdalena (2004), Etty (2003) dan Tadi (2005). Rata-rata CAR perusahaan perbankan di BEJ selama tahun 2003-2005 telah memenuhi dari batas ketentuan yang telah ditetapkan oleh BI yaitu tidak kurang dari 8% sehingga dari situ diketahui bahwa secara keseluruhan kondisi permodalan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ memiliki modal yang cukup kuat didalam membiayai kegiatan operasional bank yang berarti mengindikasikan bahwa secara keseluruhan bank berada dalam kondisi solvable, menunjukkan jumlah modal yang dimiliki oleh bank lebih besar dari pinjaman atau kredit yang diberikan kepada para nasabah, sehingga pihak bank dinilai masih bisa membiayai biaya yang dikeluarkan untuk keperluan operasional perusahaan, dengan begitu rasio ini dinilai bisa dijadikan sebagai salah satu dasar atau pedoman bagi para calon investor untuk melakukan investasi berupa saham. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata CAR perusahaan perbankan di BEJ selama tiga tahun 2003-2005 relatif tinggi, pada tahun 2003 nilai rata-rata CAR adalah sebesar 18, 636%, pada tahun 2004 19,0 %, dan pada tahun 2005 sebesar 18,79%.

112

RORA (Return On Risk Assets) merupakan perbandingan antara pendapatan operasi dengan risk asset yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengoptimalkan penanaman aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata RORA perusahaan perbankan di BEJ tahun 2003-2005 relatif baik karena telah sesuai dengan ketentuan dari BI yaitu tidak kurang dari 7,85%. Hal ini berarti bahwa perusahaan bank telah mampu mengoptimalkan pengelolaan terhadap aktiva yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan operasionalnya. Dari 18 perusahaan perusahaan perbankan yang menawarkan sahamnya di BEJ dalam penelitian hanya PT. Bank Niaga dianggap kurang maksimal dalam memperoleh keuntungan yang memadai dari modal yang digunakan untuk menjalankan usaha. Dengan demikian menunjukkan bahwa perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ telah mampu mengoptimalkan penanaman modalnya dalam rangka memperoleh laba yang setinggi-tingginya sehingga dapat dijadikan pertimbangan bagi investor untuk melakukan investasi. Pada penelitian ini di peroleh hasil bahwa RORA (X2) tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham, dikarenakan kecenderungan para investor yang lebih memfokuskan perhatian mereka dalam menyikapi kebijakan deviden dari perusahaan perbankan dan investor cenderung lebih tertarik memperoleh keuntungan atau return berupa capital gain di banding melihat besarnya harapan pembagian keuntungan dari optimal atau tidaknya bank didalam melakukan pengelolaan atas aktiva yang ditanamkan dengan

113

melihat besarnya dari rasio RORA, sehingga rasio ini kurang mendapat perhatian investor dalam melakukan investasi dalam bentuk saham, yang menyebabkan rasio ini memiliki pengaruh yang relatif kecil atau tidak memiliki pengaruh secara signifikan didalam memprediksi perubahan harga saham perusahaan perbankan. Kendati demikian RORA memiliki hubungan yang positif terhadap harga saham, hal ini konsisten dengan pernyataan (Artur J. Keown), bahwasannya saham memiliki tagihan terhadap sisa pendapatan, tapi juga memiliki tagihan terhadap aktiva jika terjadi likuidasi, sisa tagihan terhadap aktiva ini akan menambah risiko saham. Maka, meskipun saham secara historis memiliki pengembalian yang lebih tinggi dari bentuk sekuritas lainnya, maka risiko yang ditanggung juga semakin besar. Rasio NIM ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bunga bersih terhadap terhadap pengelolaan aktiva produktifnya, sehingga diketahui kemampuan bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga setelah dikurangi dengan beban bunga. Semakin besar rasio ini maka semakin baik pengelolaan bank terhadap aktiva produktif yang dimiliki atau yang dikelola oleh bank, sehingga semakin besar tingkat kembalian keuntungan dari pendapatan bunga bersihnya (Luciana Spica Almilia,2003: 21). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai NIM hampir keseluruhan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEJ periode 2003-2005 mengalami

114

peningkatan, hal ini berarti perusahaan perbankan tersebut telah mampu mengelola aktiva produktifnya dalam rangka mengasilkan laba. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa nilai NIM (X3) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini disebabkan karena investor masih beranggapan bahwa pendapatan atas bunga yang diperoleh tidak sebanding dengan risiko yang akan dihadapi dari besarnya jumlah aset yang dikelola bank untuk pembiayaan atas aktiva produktif berisiko berupa kredit yang diberikan, penempatan dana diluar bank dari investasi yang ditanamkan bila terjadi likuidasi, dan perusahaan bank sendiri cenderung lebih menginginkan perolehan laba dari bunga terlebih dahulu digunakan untuk menambah modal bank sehingga akan memperkuat kegiatan operasional bank, karena itu investor lebih memilih memperoleh keuntungan berupa capital gain berupa selisih modal yang dikeluarkan didalam membeli atau memperoleh saham apabila nantinya hendak menjual saham yang dimiliki dengan harga diatas harga beli, sehingga rasio ini kurang mendapat perhatian oleh investor dalam berinvestasi dan memprediksi perubahan harga saham bank yang menyebabkan rasio ini memberikan pengaruh relatif kecil terhadap perubahan harga saham dan tidak memiliki pengaruh secara signifikan didalam menjelaskan perubahan harga saham perusahaan bank. Tingkat ROA merupakan gambaran kemampuan bank untuk

memperoleh laba (pengembalian aset) yang digunakan dalam operasi perusahaan dengan menggunakan aset yang tersedia. Karenanya rasio ini tidak kalah penting digunakan dalam memprediksi harga saham. Rasio ini

115

merupakan perbandingan antara laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan total aktiva. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa nilai ROA (X4) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin tinggi pula harga saham, sebaliknya jika rasio ini mengalami penurunan maka akan menurun pula harga saham. Dari rasio ROA para investor dapat mengetahui tingkat kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, ketentuan Bank Indonesia sendiri terhadap tingkat ROA adalah tidak kurang dari 1,22%. Pada ekonomi konvensional motif utama investor dalam menanamkan dananya adalah untuk pencapaian laba atau keuntungan maksimal. Jadi apabila suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut mampu menghasilkan laba yang tinggi pula, dengan laba yang tinggi, akan semakin tinggi pula besarnya deviden yang akan dibagikan kepada investor. Kondisi seperti inilah yang menjadi daya tarik masyarakat untuk memiliki saham perusahaan tersebut. Karena apabila perusahaan dianggap kurang mampu dalam menghasilkan laba dari aktiva yang dimiliki maka, akan berdampak pada persepsi negatif investor yang akan berimbas pada menurunnya harga saham. Sebagai contoh, pada PT. Bank Rakyat Indonesia mempunyai ROA yang tinggi, sedangkan PT.Bank Kesawan mempunyai tingkat ROA yang sangat rendah. Dari kondisi itu secara rasional investor akan memilih berinvestasi pada PT. Bank Rakyat Indonesia daripada PT. Bank Kesawan, karena jika berinvestasi pada PT. Bank BRI kita akan mendapatkan dua keuntungan, yaitu dari deviden dan capital gain, namun kalau berinvestasi pada PT.Bank Kesawan hanya memperoleh satu

116

keuntungan yaitu dari capital gain dengan begitu investor akan memilih berinvestasi pada perusahaan yang dinilai lebih menguntungkan, sehingga akan berpengaruh terhadap naiknya harga saham perusahaan yang bersangkutan. Dari hasil pada penelitian ini dapat diketahui bahwa disamping memperoleh keuntungan dari capital gain investor juga memperhatikan tingkat pencapaian profitabilitas bank dengan melihat dari besarnya rasio return on assets untuk memutuskan investasi dalam bentuk saham, sehingga rasio ini dapat dijadikan sebagai salah satu perhatian atau faktor oleh investor didalam memprediksi mengenai perubahan harga saham perusahaan, sehingga rasio ROA berpengaruh secara signifikan pada perubahan harga saham perusahaan bank LDR merupakan rasio perbandingan antara dana yang disalurkan (kredit yang diberikan) dari dana yang dapat dikumpulkan dari masyarakat (dana pihak ketiga). Rasio ini merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek likuiditas, semakin tinggi LDR berarti semakin rendah tingkat likuiditas perusahaan perbankan. Sesuai dengan hasil penelitian, bahwa LDR berpengaruh negatif terhadap harga saham. Dimana semakin tinggi LDR akan semakin rendah harga saham, dan apabila tingkat LDR terjadi penurunan maka harga saham akan mengalami kenaikan. Pada dasarnya LDR dapat menggambarkan tingkat likuiditas ataupun tingkat risiko dalam berinvestasi. Dengan LDR yang tinggi berarti perusahaan perbankan mempunyai risiko yang tinggi, karena jumlah dana yang dipinjamkan cenderung lebih besar dibandingkan dengan jumlah dana yang dikumpulkan

117

dari pihak ketiga. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia bahwa LDR perusahaan perbankan tidak boleh lebih dari 110%, jadi apabila ada perbankan yang mempunyai LDR tinggi, bahwasannya bank tersebut mempunyai risiko yang tinggi pula. Karena apabila dengan tingginya LDR terjadi kesenjangan antara jumlah kredit dengan jumlah simpanan yang berdampak pada makin rendahnya likuiditas bank yang berpengaruh pada tingkat kepercayaan investor, selanjutnya jumlah kredit yang disalurkan tersebut ternyata sebagian besar menjadi kredit macet, dengan kredit macet itulah maka akan menaikkan tingkat NPL (Non Performing Loan). Dengan NPL yang tinggi maka bank tersebut mempunyai risiko yang tinggi pula, dan kemungkinan terjadi investor tidak percaya lagi kepada bank tersebut untuk mengembalikan dananya yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan harga saham perusahaan, karenanya investor tidak memusatkan perhatiannya pada tingkat rasio LDR meskipun tergolong pada batas aman, dikarenakan perolehan sebagian besar laba dari besarnya kredit yang diberikan bank belum bisa dikatakan aman sepenuhnya karena kemungkinan adanya resiko kredit macet yang berpengaruh pada pemenuhan tingkat likuiditas bank masih bisa terjadi, hal inilah yang menjadi alasan mengapa investor kurang memperhatikan rasio ini dalam berinvestasi, sehingga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham. Dan kondisi yang mungkin terjadi lagi adalah penarikan besar-besaran jumlah dana masyarakat pada bank tersebut. Jadi dengan LDR yang tinggi jelas risiko bank menjadi tinggi pula, selain itu apabila risiko bank tersebut benar-benar terjadi dan tidak ada solusinya, maka

118

pencapaian laba akan menjadi minus (rugi). Hal inilah yang dapat mengancam keberadaan bank tersebut, dan selanjutnya akan berdampak pada tidak lakunya saham bank tersebut di pasar modal. Hal ini sesuai dengan teori Husnan (2004) dimana perubahan komposisi hutang mempunyai dampak terhadap harga saham. Anoraga (2001, 88-89) menjelaskan bahwa informasi yang di butuhkan oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi dipasar modal ada tiga jenis diantaranya informasi berupa faktor fundamental yang merupakan informasi yang berkaitan dengan keadaan perusahaan, kondisi umum industri yang sejenis, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi dan prospek perusahaan di masa yang akan datang, informasi berupa faktor teknis yang mencerminkan kondisi perdagangan efek, fluktuasi kurs, volume transaksi, dan sebagainya. Informasi ini sangat penting untuk menentukan kapan suatu efek harus dibeli, dijual, atau ditukar dengan efek lain agar dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. Yang terakhir informasi terhadap faktor lingkungan yaitu yang mencakup kondisi ekonomi, politik dan keamanan negara. Informasi ini dapat mempengaruhi prospek perusahaan serta

perkembangan perdagangan efeknya, baik secara fundamental maupun teknikal. Menurut Husnan (2001) dasar yang dapat digunakan untuk meramalkan harga saham diantaranya yaitu laba perusahaan, pertumbuhan penjualan, dividen yang dibagikan, variabilitas (besar kecilnya) laba dan sebagainya.

119

Dari rasio kinerja keuangan perbankan yang terdiri dari Capital Adequacy ratio, Return on Risked Asset, Net Interest Margin, Return on Asset dan Loan to Deposit Ratio sesuai hasil penelitian rasio yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap harga saham adalah Return On Assets (ROA). Karena ROA dapat dijadikan ukuran untuk mendapatkan pengembalian modal yaitu dari deviden. Berdasarkan penelitian bahwasannya masyarakat dalam berinvestasi lebih mengutamakan pada tingkat pencapaian laba dan keamanan dalam berinvestasi oleh karena itu para investor hendaknya berlaku cermat dalam menetapkan keputusannya pada pembelian salah satu saham perusahaan yang diminatinya.
4.4.1 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari sepenuhnya, bahwa masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini, diantaranya: 1. Penelitian menggunakan data sekunder sehingga analisis data sangat bergantung pada hasil publikasi data (laporan keuangan perusahaan). Laporan keuangan sebagai data rasio mempunyai keterbatasan karena mempunyai metode dan kebijakan akuntansi yang berbeda sehingga sulit untuk diperbandingkan. 2. Penelitian ini tidak memperhatikan faktor eksternal dan indikator-indikator ekonomi dalam desain penelitian makro pasar, terutama di negara berkembang seperti Indonesia berupa tingkat inflasi, tingkat suku bunga yang secara logis memiliki pengaruh terhadap angka-angka akuntansi sebagai data mentah dalam penelitian ini.

120

3. Periode pengamatan yang singkat (3 tahun) menyebabkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sedikit. 4. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa investor telah melihat informasi keuangan dari laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan pada tanggal 31 Desember dan dipublikasikan pada catur wulan pada awal tahun. 5. Kurang sempurnanya penelitian ini juga disebabkan karena keterbatasan kemampuan, tenaga, dan waktu peneliti.

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1 Secara parsial rasio CAR dan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode tahun 2003-2005, sedangkan untuk rasio RORA, NIM, dan LDR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode 2003-2005. 2. Secara simultan atau bersama-sama kinerja keuangan yang diproksikan dengan rasio CAR, RORA, NIM, ROA dan LDR berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode 2003-2005 sebesar 38,1%, sedangkan selebihnya sebesar 61,9% disebabkan oleh faktor diluar aspek fundamental (kinerja keuangan perusahaan) seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga, fluktuasi kurs valas, volume transaksi dan kondisi lingkungan yang mencakup kestabilan ekonomi dan politik. 3 Non signifikansi rasio RORA, NIM, dan LDR lebih dikarenakan investor cenderung lebih tertarik memperoleh keuntungan atau return berupa capital gain.

121

122

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian diatas, maka peneliti menyarankan sebagai berikut : 1. Selain melakukan analisa terhadap kinerja keuangan perusahaan bank (kondisi internal perusahaan), didalam memperkirakan pergerakan harga saham perusahaan, investor juga harus menganalisa faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan (kondisi ekstern perusahaan) yang berhubungan dengan kondisi perdagangan efek, antara lain seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga, fluktuasi kurs valas, volume transaksi dan kondisi lingkungan yang mencakup kestabilan ekonomi dan politik, sebagai bahan pertimbangan analisa sebelum mengambil keputusan untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk saham, dikarenakan sahamsaham perusahaan perbankan yang telah diperdagangkan di BEJ sangat peka terhadap gejolak indikator makro tersebut. 2. Bagi pihak perusahaan perbankan yang telah menjual sahamnya di BEJ, hendaknya lebih meningkatkan nilai RORA, NIM dan LDR dengan memperkuat modal yang dimiliki dan peningkatan efisiensi terhadap pengelolaan aktiva sehingga akan meningkatkan profit perusahaan, agar menjadi salah satu prioritas atau dasar pertimbangan pengambilan keputusan bagi investor dalam berinvestasi yang akan berdampak pada naiknya harga saham perusahaan, sehingga rasio keuangan tersebut memiliki pengaruh yang lebih baik didalam menjelaskan mengenai perubahan harga saham.

123

3. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian sejenis, selain memperhatikan dari segi kondisi intern perusahaan dalam kaitannya untuk memprediksi perubahan harga saham bank, ada baiknya jika memasukkan faktor yang berasal dari eksternal perusahaan diantaranya volume transaksi dan dari earning per share (rasio pasar) guna memperoleh hasil lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi 1996. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta . 1997 ----------, 1997, Pendekatan Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Ang, Robert. 1997. Pasar Modal Indonesia : Media Soft Indonesia. Algifari, 2000. Analisis regresi: Teori, Kasus, dan Solusi. Yogyakarta : Liberty Anoraga, Pandji.2001. Pengantar Pasar Modal (edisi revisi). Jakarta : PT. Rineka Cipta. Astuti, Pudji. 2002. Analisis variabel-variabel yang mempengaruhi harga pasar saham Perusahaan Perbankan di BEJ. Kompak No.6 301-327. Artur, J. Keown . Dasar dasar Manajemen keuangan.Pearson Education Asia Pte. Ltd. 1997. Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston 2001. Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga. Darmadji T. dan Hendy M. Fakhfuddin. 2001. Pasar Modal Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Etty M Nasser dan Titik Ariyati 2000. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah dan Swasta dengan Rasio Camel serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Volume 4. Eny Kristiani W. 2002. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham.(studi kasus pada perusahaan perbankan di BEJ). Jurnal Riset Akuntansi Vol.2 Ghozali, I. dan Fx. Sugiyanto, 2002 Meneropong Hitam Putih Pasar Modal. Yogyakarta : Gama Media. Ghozali, Imam, 2001.Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit UNDIP. Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. New York : Mc. Graw Hill.

124

125

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti 2002 Dasar- dasar Manajemen Keuangan : Edisi ketiga. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. ---------, 1998. Dasar dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Halim, Abdul 2003. Analisis Investasi.2003 Jakarta : Salemba Empat. Hanafi, Mamduh dan Halim, Abdul. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Harun Al-Rasyid. 1999 Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala . Unpad . Bandung. Jogiyanto,H.M.2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi (edisi kedua) Yogyakarta : BPFE Kasmir, 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty. Mabruroh. 2004. Manfaat dan Pengaruh Rasio Keuangan dalam Analisis Kinerja Keuangan Perbankan. Benefit, Vol. 8, No. 1 Payamta dan Machfoed.1999, Evaluasi Kinerja Perusahaan Perbankan Sebelum dan Sesudah Menjadi Perusahaan Go Publik di BEJ. Kelola No.2 Publikasi Laporan Keuangan Perbankan. http ://www.jsx.co.id/iklan laporan keuangan bank (2006). Ringkasan Kinerja Perbankan. http ://www.jsx.co.id (2006). Suyatno, T. dkk 1999. Kelembagaan Perbankan Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum. Tadi, Mochamad. 2005 Analisis CAR, LDR, ROA dan Pengarunya Terhadap Harga Saham Perusahaan Paerbankan Yang Terdaftar di BEJ. Semarang : UNNES Tarmizi, Achmad dan Willyanto Kartiko Kusuno. 2003. Analisis Rasio-rasio Keuangan Sebagai Indikator dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perbankan di Indonesia. Media Ekonomi dan Bisnis, Vol. XV, No.1.

126

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1994 . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. UNNES. 2002. Pedoman Umum Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis, Disertasi), Semarang . UNNES. WWW. BI. GO.ID

127

Lampiran 1.

Tabel Daftar Sampel Perusahaan Bank Go Public

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Nama Bank PT. Bank Permata Tbk. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. PT. Bank Panin Tbk. PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Buana Indonesia Tbk. PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. PT. Bank Niaga Tbk. PT. Bank BII Tbk. PT. Bank NISP Tbk. PT. Bank Central Asia Tbk. PT. Bank Danamon Tbk. PT. Bank Mega Tbk. PT. Bank Victoria Tbk PT. Bank Swadesi Tbk PT. Bank Mandiri Tbk PT. Bank Kesawan Tbk PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk

Sumber: Indonesian Capital Market Directory (ICMD)2006

Lampiran 2
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Perusahaan Bank PT. Bank Permata Tbk. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. PT. Bank Panin Tbk. PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Buana Indonesia Tbk. PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. PT. Bank Niaga Tbk. PT. Bank BII Tbk. PT. Bank NISP Tbk. PT. Bank Central Asia Tbk. PT. Bank Danamon Tbk. PT. Bank Mega Tbk. PT. Bank Victoria PT. Bank Swadesi PT. Bank Mandiri PT. Bank Kesawan PT. Bank Nusantara Parahyangan PT. Bank Permata Tbk. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. PT. Bank Panin Tbk. PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Buana Indonesia Tbk. PT. Bank Mayapada Intrnsional Tbk. PT. Bank Niaga Tbk. PT. Bank BII Tbk. PT. Bank NISP Tbk. PT. Bank Central Asia Tbk. PT. Bank Danamon Tbk. PT. Bank Mega Tbk. PT. Bank Victoria PT. Bank Swadesi PT. Bank Mandiri PT. Bank Kesawan PT. Bank Nusantara Parahyangan PT. Bank Permata Tbk. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. PT. Bank Panin Tbk. PT. Bank Arta Niaga Kencana Tbk. PT. Bank Negara Indonesia Tbk. PT. Bank Buana Indonesia Tbk. PT. Bank Mayapada Intern Tbk. PT. Bank Niaga Tbk. PT. Bank BII Tbk. PT. Bank NISP Tbk. PT. Bank Central Asia Tbk. PT. Bank Danamon Tbk. PT. Bank Mega Tbk. PT. Bank Victoria PT. Bank Swadesi PT. Bank Mandiri PT. Bank Kesawan PT. Bank Nusantara Parahyangan CAR % 10.80 16.64 18.45 21.80 18.16 22.32 14.82 11.58 22.05 13.78 27.95 26.80 14.04 12.22 26.65 27.70 15.99 13.67 12.40 17.19 19.43 20.99 19.09 23.83 14.43 12.29 23.24 15.11 24.95 27.00 16.53 12.55 26.95 28.30 14.84 12.86 10.50 18.29 17.72 22.57 17.99 24.92 15.24 11.24 21.74 15.71 25.53 24.50 16.13 15.28 27.06 25.70 15.34 12.78

DATA HASIL PENELITIAN RORA % 40.92 36.96 36.32 20.91 34.27 31.29 21.95 20.52 42.01 17.68 47.95 41.43 26.43 34.11 26.04 43.91 11.88 25.17 23.74 29.79 28.88 14.80 26.77 20.42 17.47 14.92 31.41 16.64 33.61 27.80 23.42 28.52 20.00 27.12 22.80 18.50 17.60 25.61 22.16 16.17 26.08 17.74 16.09 14.34 25.03 17.90 29.14 28.34 21.27 33.75 21.47 24.83 22.51 17.93 NIM % 4.40 9.54 9.78 6.59 4.33 5.19 6.76 4.48 3.20 3.69 4.45 5.12 6.73 2.44 6.05 3.65 5.83 3.50 5.80 12.16 6.38 4.35 5.59 5.75 6.67 5.30 5.22 4.66 5.02 7.56 5.83 5.17 5.60 4.41 4.95 4.60 5.90 12.17 4.11 4.12 5.35 6.08 5.04 5.06 6.25 4.15 6.08 7.67 3.39 3.82 4.85 3.81 3.56 4.05 ROA % 1.94 4.11 2.38 0.78 0.77 2.31 0.18 1.92 0.87 1.71 2.60 3.20 3.24 0.69 2.45 2.80 0.36 1.84 2.30 5.77 5.61 1.58 2.41 2.66 2.11 2.76 2.32 2.50 3.21 4.50 2.99 1.54 2.34 3.10 0.37 1.98 1.20 5.04 2.27 1.52 1.61 3.13 0.84 2.06 1.70 1.52 3.44 3.10 1.25 1.46 2.06 0.50 0.30 1.59 LDR % 41.30 62.37 72.35 62.07 44.09 43.37 78.45 72.82 34.91 77.95 24.62 56.50 55.61 40.22 59.17 42.50 43.90 40.43 57.20 75.69 72.93 71.26 55.12 58.55 73.74 85.28 44.22 77.34 30.60 72.20 48.80 54.72 54.11 53.70 52.32 52.39 78.50 77.83 55.17 74.15 54.24 79.96 82.35 85.26 57.10 77.62 41.78 80.80 51.25 41.20 55.36 51.80 55.40 57.03 Harga saham rata-rata t-3,t+3 35.00 1533.00

128

340.00 900.00 1138.00 500.00 135.00 37.00 120.00 498.00 3829.00 2763.00 1150.00 52.50 330.00 1358.33 180.00 700.00 802.00 2833.00 506.00 770.00 1790.00 893.00 138.00 490.00 200.00 808.00 3413.00 4379.00 2304.00 56.67 400.00 1695.00 370.00 700.00 707.00 3579.00 496.00 905.00 1282.00 948.00 200.00 399.00 153.00 697.00 3783.00 4121.00 2404.00 80.83 420.00 1666.67 394.17 760.00

129

Lampiran 3. ANALISIS PERBAIKAN ADANYA OTOKORELASI


Berdasarkan hasil analisis regresi sebelumnya, diketahui: N d k = = = 54 1.304 6
2

(banyaknya koefisien termasuk intersep)


2

= = =

N (1-d/2)+k N -k
2 2

1050.768 2880 0.365


2

Pada tahap selanjutnya dilakukan transformasi untuk data cara: 1) 2) Untuk masing-masing data pertama dikalikan dengan akar (1-r ) Untuk data selanjutnya dengan cara mengurangkan data tersebut dengan perkalian dengan data sebelumnya dan seterusnya. Kode R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R-37 X1 10.80 16.64 18.45 21.80 18.16 22.32 14.82 11.58 22.05 13.78 27.95 26.80 14.04 12.22 26.65 27.70 15.99 13.67 12.40 17.19 19.43 20.99 19.09 23.83 14.43 12.29 23.24 15.11 24.95 27.00 16.53 12.55 26.95 28.30 14.84 12.86 10.50 X2 40.92 36.96 36.32 20.91 34.27 31.29 21.95 20.52 42.01 17.68 47.95 41.43 26.43 34.11 26.04 43.91 11.88 25.17 23.74 29.79 28.88 14.80 26.77 20.42 17.47 14.92 31.41 16.64 33.61 27.80 23.42 28.52 20.00 27.12 22.80 18.50 17.60 X3 4.40 9.54 9.78 6.59 4.33 5.19 6.76 4.48 3.20 3.69 4.45 5.12 6.73 2.44 6.05 3.65 5.83 3.50 5.80 12.16 6.38 4.35 5.59 5.75 6.67 5.30 5.22 4.66 5.02 7.56 5.83 5.17 5.60 4.41 4.95 4.60 5.90 X4 1.94 4.11 2.38 0.78 0.77 2.31 0.18 1.92 0.87 1.71 2.60 3.20 3.24 0.69 2.45 2.80 0.36 1.84 2.30 5.77 5.61 1.58 2.41 2.66 2.11 2.76 2.32 2.50 3.21 4.50 2.99 1.54 2.34 3.10 0.37 1.98 1.20 X5 41.30 62.37 72.35 62.07 44.09 43.37 78.45 72.82 34.91 77.95 24.62 56.50 55.61 40.22 59.17 42.50 43.90 40.43 57.20 75.69 72.93 71.26 55.12 58.55 73.74 85.28 44.22 77.34 30.60 72.20 48.80 54.72 54.11 53.70 52.32 52.39 78.50 Y 35.00 1533.00 340.00 900.00 1138.00 500.00 135.00 37.00 120.00 498.00 3829.00 2763.00 1150.00 52.50 330.00 1358.33 180.00 700.00 802.00 2833.00 506.00 770.00 1790.00 893.00 138.00 490.00 200.00 808.00 3413.00 4379.00 2304.00 56.67 400.00 1695.00 370.00 700.00 707.00 X1* 10.056 12.700 12.379 15.069 10.206 15.694 6.677 6.173 17.825 5.735 22.922 16.602 4.262 7.098 22.192 17.977 5.884 7.836 7.413 12.666 13.158 13.901 11.432 16.865 5.736 7.025 18.756 6.631 19.437 17.897 6.679 6.519 22.371 18.467 4.515 7.446 5.808 X2* 38.099 22.030 22.835 7.659 26.641 18.787 10.534 12.512 34.523 2.353 41.499 23.935 11.314 24.467 13.595 34.409 -4.141 20.836 14.557 21.128 18.011 4.263 21.370 10.653 10.020 8.546 25.966 5.180 27.539 15.537 13.277 19.975 9.594 19.823 12.905 10.181 10.850 X3* 4.097 7.935 6.299 3.022 1.926 3.610 4.866 2.014 1.565 2.522 3.104 3.496 4.862 -0.015 5.160 1.443 4.498 1.373 4.523 10.044 1.943 2.022 4.003 3.710 4.572 2.866 3.286 2.755 3.320 5.728 3.072 3.043 3.714 2.367 3.341 2.794 4.222 X4* 1.806 3.402 0.880 -0.088 0.485 2.029 -0.663 1.854 0.169 1.393 1.976 2.251 2.072 -0.492 2.198 1.906 -0.662 1.709 1.629 4.931 3.505 -0.467 1.834 1.781 1.139 1.990 1.313 1.654 2.298 3.329 1.348 0.449 1.778 2.246 -0.761 1.845 0.478 X5* 38.453 47.302 49.594 35.673 21.444 27.284 62.626 44.198 8.342 65.213 -3.820 47.517 34.996 19.931 44.496 20.912 28.394 24.413 42.449 54.821 45.315 44.651 29.121 38.439 52.378 58.376 13.106 61.206 2.383 61.036 22.458 36.915 34.145 33.958 32.728 33.301 59.386 Y*

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

32.587 1520.230 -219.315 775.951 809.635 84.801 -47.425 -12.255 106.501 454.218 3647.305 1365.989 141.919 -367.078 310.845 1237.930 -315.587 634.327 546.605 2540.390 -527.620 585.386 1509.066 239.919 -187.811 439.651 21.224 735.030 3118.201 3133.767 706.322 -783.944 379.324 1549.060 -248.421 565.006 451.605

130

38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54

R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54

18.29 17.72 22.57 17.99 24.92 15.24 11.24 21.74 15.71 25.53 24.50 16.13 15.28 27.06 25.70 15.34 12.78

25.61 22.16 16.17 26.08 17.74 16.09 14.34 25.03 17.90 29.14 28.34 21.27 33.75 21.47 24.83 22.51 17.93

12.17 4.11 4.12 5.35 6.08 5.04 5.06 6.25 4.15 6.08 7.67 3.39 3.82 4.85 3.81 3.56 4.05

5.04 2.27 1.52 1.61 3.13 0.84 2.06 1.70 1.52 3.44 3.10 1.25 1.46 2.06 0.50 0.30 1.59

77.83 55.17 74.15 54.24 79.96 82.35 85.26 57.10 77.62 41.78 80.80 51.25 41.20 55.36 51.80 55.40 57.03

3579.00 496.00 905.00 1282.00 948.00 200.00 399.00 153.00 697.00 3783.00 4121.00 2404.00 80.83 420.00 1666.67 394.17 760.00

14.459 11.047 16.105 9.755 18.356 6.148 5.680 17.639 7.778 19.798 15.185 7.191 9.395 21.485 15.827 5.963 7.183

19.189 12.816 8.085 20.180 8.225 9.618 8.470 19.798 8.768 22.609 17.708 10.930 25.990 9.156 16.997 13.451 9.717

10.017 -0.330 2.620 3.847 4.128 2.822 3.221 4.404 1.870 4.566 5.452 0.592 2.583 3.456 2.040 2.170 2.751

4.602 0.431 0.692 1.055 2.543 -0.302 1.754 0.948 0.900 2.885 1.845 0.119 1.004 1.527 -0.252 0.118 1.481

49.189 26.774 54.021 27.186 60.171 53.177 55.215 25.993 56.787 13.460 65.557 21.770 22.501 40.328 31.602 36.501 36.817

3321.051 -809.798 724.034 951.811 480.262 -145.878 326.030 7.425 641.178 3528.700 2740.772 900.453 -796.269 390.509 1513.433 -213.915 616.187

131

Descriptive Statistics Mean 724.2467 12.0186 16.3513 3.5058 1.4054 37.9665 Std. Deviation 1110.83530 5.57091 9.02380 1.97181 1.24881 16.57573 N 54 54 54 54 54 54

VAR00012 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 Correlations

Pearson Correlation

VAR00012 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011

VAR00012 1.000 .472 .313 .432 .558 -.098 . .000 .010 .001 .000 .240 54 54 54 54 54 54

VAR00007 .472 1.000 .392 .155 .360 -.292 .000 . .002 .131 .004 .016 54 54 54 54 54 54

VAR00008 .313 .392 1.000 .029 .246 -.573 .010 .002 . .416 .037 .000 54 54 54 54 54 54

VAR00009 .432 .155 .029 1.000 .589 .358 .001 .131 .416 . .000 .004 54 54 54 54 54 54

VAR00010 .558 .360 .246 .589 1.000 .157 .000 .004 .037 .000 . .128 54 54 54 54 54 54

VAR00011 -.098 -.292 -.573 .358 .157 1.000 .240 .016 .000 .004 .128 . 54 54 54 54 54 54

Sig. (1-tailed)

VAR00012 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011

VAR00012 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011

Model Summary(b)

Change Statistics Model 1 R .663(a) R Square .440 Adjusted R Square .381 Std. Error of the Estimate 873.81994 R Square Change .440 F Change 7.530 df1 5 df2 48 Sig. F Change .000

Durbi

a Predictors: (Constant), VAR00011, VAR00010, VAR00007, VAR00009, VAR00008 b Dependent Variable: VAR00012 ANOVA(b)

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

Sig.

132

Regression Residual

28748676.839

5749735.368

7.530

.000(a)

36650942.082 48 763561.293 Total 65399618.921 53 a Predictors: (Constant), VAR00011, VAR00010, VAR00007, VAR00009, VAR00008 b Dependent Variable: VAR00012 Coefficients(a) Standardized Coefficients Beta -.847 .257 .046 .244 .332 -.137 2.031 .314 1.712 2.255 -.888 .401 .048 .755 .093 .029 .379 .472 .313 .432 .558 -.098 .281 .045 .240 .310 -.127 .219 .034 .185 .244 -.096

Model

Unstandardized Coefficients B -532.809 51.176 5.664 137.520 295.182 Std. Error 629.155 25.197 18.052 80.322 130.874

Sig. Zeroorder

Correlations Partial Part

Collinear

Toleranc

(Constant) VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011

.73

.54

.57

.53

-9.155 10.314 a Dependent Variable: VAR00012

.49

Coefficient Correlations(a) Model 1 VAR00011 1.000 -.198 .230 -.316 .581 106.378 -266.689 59.801 -261.765 108.229 VAR00010 -.198 1.000 -.289 -.484 -.254 -266.689 17128.067 -954.153 -5089.818 -599.666 VAR00007 .230 -.289 1.000 -.047 -.126 59.801 -954.153 634.912 -94.923 -57.489 VAR00009 -.316 -.484 -.047 1.000 -.083 -261.765 -5089.818 -94.923 6451.697 -120.952 VAR00008 .581 -.254 -.126 -.083 1.000 108.229 -599.666 -57.489 -120.952 325.871

Correlations

VAR00011 VAR00010 VAR00007 VAR00009 VAR00008

Covariances

VAR00011 VAR00010 VAR00007 VAR00009 VAR00008

a Dependent Variable: VAR00012 Collinearity Diagnostics(a) Condition Index (Constant) .00 .00 .02 .00 .01 .97 VAR00007 .00 .04 .00 .57 .20 .18

Model

Dimension

Eigenvalue

Variance Proportions VAR00008 .00 .15 .00 .28 .06 .50 VAR00009 .00 .05 .00 .23 .71 .00 VAR00010 .01 .04 .45 .05 .34 .11

1 2 3 4 5 6

5.088 .357 .320 .116 .095 .023

1.000 3.775 3.986 6.617 7.316 14.805

VAR00011 .0

.0

.0

.0

.1

.7

a Dependent Variable: VAR00012

133

Residuals Statistics(a) Minimum -360.7464 -1.473 162.750 -370.3028 -1657.14075 -1.896 -2.098 -2028.20178 -2.178 .857 .000 .016 Maximum 2601.4570 2.549 495.558 2580.5930 1726.89868 1.976 2.214 2166.89648 2.312 16.064 .208 .303 Mean 724.2467 .000 282.849 722.0745 .00000 .000 .001 2.17219 .003 4.907 .025 .093 Std. Deviation 736.49702 1.000 70.199 731.85065 831.58115 .952 1.017 950.87579 1.035 3.080 .041 .058 N 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54 54

Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value

a Dependent Variable: VAR00012

Scatterplot

Dependent Variable: VAR00012


4

Regression Studentized Residual

-2

-4 -2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Predicted Value

134

LAMPIRAN 5. HARGA SAHAM PENUTUPAN BANK TAHUN 2003 2005 No Nama Perbankan Tahun 2003 1 PT. Bank ANK Tbk. 2004 2005 2003 2 PT. Bank Buana Tbk. 2004 2005 2003 3 PT.Bank BCA Tbk. 2004 2005 2003 4 PT.Bank Danamon Tbk. 2004 2005 2003 5 PT. Bank BII Tbk 2004 2005 2003 6 PT. Bank Mega Tbk. 2004 2005 2003 7 PT. Bank BNI Tbk. 2004 2005 2003 8 PT. Bank Niaga Tbk. 2004 2005 2003 9 PT. Bank NISP Tbk. 2004 2005 2003 10 PT.Bank Panin Tbk. 2004 2005 2003 11 PT. Bank Permata TBK. 2004 2005 2003 12 PT Bank BRI Tbk 2004 2005 2003 13 14 PT Bank Mayapada Tbk PT Bank Victoria. Tbk 2004 2005 2003 Tgl Publikasi 31 Maret 2004 31 Maret 2005 10 Maret 2006 15 Maret 2004 28 April 2005 20 Maret 2006 11 Maret 2004 9 Maret 2005 14 Maret 2006 25 Februari 2004 16 Februari 2005 10 Maret 2006 31 Maret 2004 18 Februari 2005 3 Maret 2006 11 Februari 2004 10 Maret 2005 24 April 2006 31 Maret 2004 24 Maret 2005 31 Maret 2006 27 Februari 2004 15 Februari 2006 24 Februari 2006 29 Maret 2004 15 Februari 2005 1 Maret 2006 30 Maret 2004 30 Maret 2005 29 Maret 2006 31 Maret 2004 7 Maret 2005 29 Maret 2006 31 Maret 2004 30 Maret 2005 10 Maret 2006 18 maret 2004 25 februari2005 30 maret 2006 31 maret 2004 t-3 925 770 890 500 910 950 3875 3350 3650 2575 4350 4125 115 195 150 1150 2200 2400 1150 1830 1290 40 465 395 530 790 700 335 520 490 35 770 720 1425 2825 3425 135 155 200 50 t-2 925 770 900 500 880 950 3950 3425 3825 2825 4350 4125 110 200 145 1150 2300 2400 1150 1850 1280 40 465 405 525 790 690 330 530 485 35 770 710 1400 2775 3425 135 155 200 50 t-1 925 770 910 500 880 950 3875 3450 3725 2800 4300 4200 115 205 155 1150 2350 2425 1150 1830 1280 40 470 395 500 800 690 330 490 495 35 830 720 1450 2775 3525 135 130 200 50 t0 875 770 910 500 880 970 3775 3350 3700 2825 4350 4125 105 205 155 1150 2300 2425 1150 1820 1280 30 510 395 500 800 700 345 485 500 35 820 720 1525 2750 3725 135 130 200 55 t+1 875 770 910 500 920 970 3775 3325 3675 2800 4400 4100 110 200 160 1150 2325 2375 1125 1790 1280 30 510 405 475 810 700 345 505 510 35 810 700 1550 2850 3675 135 130 200 55 t+2 875 770 910 500 920 970 3775 3350 3800 2775 4400 4125 130 195 155 1150 2325 2450 1125 1720 1280 35 510 395 480 810 700 350 500 490 35 820 690 1625 2875 3700 135 130 200 55 t+3 875 770 910 500 850 900 3725 3575 4025 2800 4475 4050 140 205 155 1150 2325 2375 1125 1720 1280 35 520 400 475 850 700 350 490 505 35 810 700 1750 2900 3725 135 130 200 55 Harga saham t-3,t+3 900.00 770.00 905.00 500.00 893.33 948.33 3829.17 3412.50 3783.33 2762.50 4379.17 4120.83 120.00 200.00 153.33 1150.00 2304.17 2404.17 1137.50 1790.00 1281.67 36.67 490.00 399.17 497.50 808.33 696.67 340.00 505.83 495.83 35.00 801.67 707.00 1533.33 2833.33 3579.17 135.00 138.33 200.00 52.50

135

2004 2005 2003 15 PT Bank Swadesi. Tbk 2004 2005 2003 16 PT Bank Mandiri Tbk 2004 2005 2003 17 PT Bank Kesawan. Tbk 2004 2005 2003 18 PT Bank BNP. Tbk 2004 2005

11 Februari 2005 20 Maret 2006 11 Februari 2004 10 Maret 2005 24 Februari 2006 30 Maret 2004 30 Maret 2005 27 Februari 2006 31 Maret 2004 30 Maret 2005 10 Maret 2006 11 Februari 2004 10 Maret 2005 24-Apr-06

0 80 330 400 420 1350 1690 1730 180 380 395 700 700 760

65 80 330 400 420 1325 1690 1670 180 375 395 700 700 760

65 80 330 400 420 1300 1670 1610 180 365 395 700 700 760

70 80 330 400 420 1350 1690 1650 180 360 395 700 700 760

70 85 330 400 420 1400 1710 1620 180 365 395 700 700 760

70 80 330 400 420 1375 1710 1680 180 370 395 700 700 760

70 80 330 400 420 1400 1700 1690 180 365 390 700 700 760

56.67 80.83 330.00 400.00 420.00 1358.33 1695.00 1666.67 180.00 370.00 394.17 700.00 700.00 760.00

136

Lampiran 6
Tabel Perhitungan CAPITAL ADEQUACY RATIO / CAR TAHUN 2003,2004,2005 Total CAR Total CAR Modal ATMR 2003 Modal ATMR 2004 1,251,620 9,645,651 4,739,065 109,597 11,660,958 1,614,265 280,397 1,806,502 2,949,933 1,378,685 10,960,054 5,864,428 1,016,223 124,076 102,577 25,175,863 96,522 121,810 11,592,748 57,950,091 25,685,196 502,657 64,195,964 7,231,700 1,892,267 15,599,299 13,379,104 10,007,975 39,212,970 21,879,731 7,239,066 1,015,461 384,943 90,879,605 603,757 891,095 10.80 16.64 18.45 21.80 18.16 22.32 14.82 11.58 22.05 13.78 27.95 26.80 14.04 12.22 26.65 27.70 15.99 13.67 1,905,669 12,265,399 5,219,040 120,482 12,843,327 2,153,841 318,174 2,298,614 3,556,740 1,707,425 12,369,923 9,068,205 1,201,677 163,170 98,205 27,536,484 103,486 145,328 15,365,582 71,370,401 26,865,749 574,118 67,290,406 9,038,348 2,204,987 18,705,310 15,305,739 11,296,484 49,575,544 33,579,936 7,269,042 1,299,850 364,383 97,314,763 696,688 1,130,029 12.40 17.19 19.43 20.99 19.09 23.83 14.43 12.29 23.24 15.11 24.95 27.00 16.53 12.55 26.95 28.30 14.85 12.86

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Nama Bank PT. Bank Permata Tbk. PT. Bank BRI Tbk. PT. Bank Panin Tbk. PT. Bank ANK Tbk. PT. Bank BNI Tbk. PT. Bank Buana Tbk. PT. Bank Mayapada Tbk. PT. Bank Niaga Tbk. PT. Bank BII Tbk. PT. Bank NISP Tbk. PT. Bank BCATbk. PT. Bank Danamon Tbk. PT. Bank Mega Tbk. PT. Bank Victoria PT. Bank Swadesi PT. Bank Mandiri PT. Bank Kesawan PT. Bank BBNP Tbk Sumber : Laporan Keuangan Bank JSX.co.id

Total Modal 2,388,324 12,762,451 5,489,255 126,355 13,887,892 2,374,314 389,850 5,118,758 5,043,272 2,691,090 14,193,094 10,765,291 1,378,003 190,612 107,222 27,413,947 130,600 169,265

ATMR 22,735,314 69,767,600 30,979,628 559,768 77,202,572 9,527,796 2,557,648 45,556,677 23,193,737 17,127,521 55,591,481 43,948,893 8,543,392 1,247,237 396,199 106,687,987 851,526 1,324,342

You might also like