You are on page 1of 34

BAB I PENDAHULUAN

A. Analisa Situasi Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait (Supariasa dkk, 2001). Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja (Supariasa dkk, 2001). Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima di samping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan ke 112 dari 174 negara (UNDP, 2003). Sedangkan pada tahun 2004, IPM Indonesia menempati peringkat 111 dari 177 negara (UNDP, 2004), yang merupakan peringkat lebih rendah dibandingkan peringkat IPM negaranegara tetangga.
LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT 1

Dalam meningkatkan SDM sampai dengan saat ini, pemerintah masih dihadapkan oleh beberapa masalah kesehatan yaitu antara lain masalah kurang gizi. Masalah kurang Gizi di Indonesia masih memprihatinkan, terbukti tingginya angka kematian ibu, bayi dan balita serta rendahnya tingkat kecerdasan yang berakibat pada rendahnya produktifitas, pengangguran, kemiskinan dan akan menghambat pertumbuhan ekonomi, atau dengan kata lain kekurangan gizi dapat merusak kualitas SDM. (Depkes RI, 2008) Berdasarkan data riskesdas 2007 memperlihatkan bahwa prevalensi gizi buruk di Indonesia yaitu 5,4%, gizi kurang sebesar 13%, dan gizi lebih sebesar 4,3%. Sedangkan untuk Sulawesi Selatan, prevalensi gizi buruk sebesar 5,1%, gizi kurang sebesar 12,5%, dan gizi lebih sebesar 9,3%. Walaupun prevalensi tersebut masih di bawah prevalensi nasional, namun kejadian gizi buruk seharusnya tidak terjadi. Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Gizi buruk secara langsung dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu; Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi, anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita infeksi penyakit. Ketiga penyebab langsung tersebut terkait dengan daya beli masyarakat, tingkat pendidikan, kondisi lingkungan dan pelayanan kesehatan. (Depkes RI, 2008). KEP adalah salah satu masalah gizi kurang akibat konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung energi dan protein serta gangguan kesehatan. Manifestasi dari KEP dalam diri penderitanya ditentukan dengan mengukur status gizi anak atau orang yang menderita KEP. Jenis masalah gizi ini banyak dijumpai di negara-negara miskin dan diderita baik oleh orang dewasa, terutama wanita maupun anak-anak (Soekirman, 2000). Asupan zat gizi yang lebih rendah bandingkan kebutuhan serta tingginya beban penyakit infeksi pada awal-awal kehidupan maka sebagian besar bayi Indonesia terus mengalami penurunan status gizi dengan puncak penurunan pada umur kurang lebih 18-24 bulan. Pada kelompok umur inilah prevalensi balita

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

kurus (wasting) dan balita pendek (stunting) mencapai tertinggi. Setelah melewati umur 24 bulan, status gizi balita umumnya mengalami perbaikan meskipun tidak sempurna (Hadi, 2002). Secara umum masalah gizi di Indonesia, terutama KEP (Kurang Energi Protein), masih lebih tinggi daripada negara ASEAN lainnya. Pada tahun 1995 sekitar 35,4 % anak balita di Indonesia menderita KEP (persen median berumur <80%). Pada tahun 1997, berdasarkan pemantauan status gizi (PSG) yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat, prevalensi KEP ini turun menjadi 23,1%. Keadaan itu tidak dapat bertahan yaitu saat Indonesia mengalami krisis moneter yang berakibat pada krisis ekonomi yang berkepanjangan. Pada tahun 1998 prevalensi KEP meningkat kembali menjadi 39,8% (Supariasa,2002). Penanggulangan gizi buruk/kurang memerlukan upaya yang menyeluruh, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Efektivitas penanggulangan gizi kurang ditentukan oleh dua hal. Pertama, ketepatan melakukan identifikasi dini gangguan pertumbuhan dan kedua, ketepatan dan kecepatan tindak lanjut setiap gangguan pertumbuhan.

B. Gambaran Umum Lokasi Magang 1. Keadaan Demografis a. Letak Desa Tetewatu terletak di wilayah pemerintahan Kecamatan Lilirilau kabupaten Soppeng. Jarak ke ibukota kecamatan 15 km yang dapat ditempuh 1 jam. Jarak ke ibukota kabupaten 27 km yang dapat ditempuh 2 jam. Jarak ke ibukota propinsi 179 km. Luas wilayah Desa Tetewatu + km2 dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Barat berbatasan dengan desa Paroto Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Palangiseng Sebelah Utara berbatasan dengan desa Parenring Sebelah Timur berbatasan dengan desa Abbanuange

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

b. Administrasi Desa Secara administratif Desa Tetewatu terdiri dari 2 wilayah dusun yaitu Dusun Tetewatu dan Dusun Calawe. Dari 2 dusun tersebut masing-masing mempunyai 2 RW. Dengan jumlah penduduk masing-masing dusun adalah

Dusun Tetewatu 186 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 648 jiwa, sedangkan Dusun Calawe 234 kepala keluarga dengan jumlah penduduk 864 jiwa. c. Topografi Desa Tetewatu merupakan wilayah perbukitan/pegunungan dengan luas 1300 m dan 130 m dari permukaan laut. d. Iklim dan Musim Desa Tetewatu memiliki ikllim tropis dan dua musim yaitu musin hujan dan musin kemarau. e. Curah Hujan dan Suhu Rata-rata per Tahun Desa Tetewatu memiliki curah hujan rata-rata 2000 mm per tahun dan keadaan suhu rata-rata 24-29C. Peta Wilayah Desa Tetewatu , Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

2. Keadaan Demografis a. Jumlah Penduduk Menurut data sekunder yang diperoleh dari kantor desa Tetewatu Kec. Lilirilau Kab. Soppeng pada tahun 2010, jumlah penduduk yang tercatat sebanyak 1446 jiwa yang terdiri dari 398 kepala keluarga (KK). Jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 667 jiwa sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 779 jiwa. b. Kelompok Umur Distribusi penduduk Desa Tetewatu menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Distribusi Penduduk berdasarkan Kelompok Umur Desa Tetewatu Kec. Lilirilau Kab. Soppeng No. Kelompok Umur 1. 0 - 12 bulan 2. 13 bulan 4 tahun 3. 5 6 tahun 4. 7 12 tahun 5. 13 15 tahun 6. 16 18 tahun 7. 19 25 tahun 8. 26 35 tahun 9. 36 45 tahun 10. 46 50 tahun 11. 51 60 tahun 12. 61 75 tahun 13. > 76 tahun Jumlah Sumber: Data Sekunder 2010 Jenis Kelamin Laki-laki 9 24 23 50 30 35 102 104 66 44 89 83 8 667 Perempuan 9 29 17 58 24 44 97 109 121 52 102 105 12 779 Jumlah 18 53 40 108 54 79 199 213 187 96 191 188 20 1446

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk yang terbanyak adalah kelompok umur 26-35 tahun dan yang terendah adalah kelompok umur 0-12 bulan. c. Pemerintahan Desa dan Kelembagaan Masyarakat 1) Pemerintahan Desa Sekarang ini Desa Tetewatu dipimpin oleh Bapak Saturdin, A.Md. Pada periode pemerintahan sekarang ini struktur pemerintah Desa Tetewatu dipimpin
LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT 5

oleh satu orang Kepala Desa bersama satu orang Sekretaris Desa, dengan dibantu oleh satu orang Kepala Urusan Pemerintahan, satu orang Kepala Urusan Pembangunan, satu orang Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat, satu orang Kepala Urusan Keuangan, satu orang Kepala Urusan Umum, dua orang Kepala Dusun, empat orang Kepala RW, dan empat belas orang Kepala RT. Saat ini kondisi pemerintahan Desa Tetewatu berjalan dengan baik, tugas dan fungsi pemerintah desa sudah berjalan walaupun masih terdapat beberapa tantangan namun dapat diselesaikan dengan baik, pemerintahan Desa Tetewatu dapat melahirkan suasana yang kondusif dan kerukunan antar sesama warga, hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan rutin masyarakat Desa Tetewatu (Majelis Talim) yang dijadikan sebagai ajang silaturahmi antar warga Desa Tetewatu. Hal lain yang menjadi bukti terciptanya keadaan yang rukun dan penuh semangat kekeluargaan yaitu adanya lapangan bulutangkis yang menjadi tempat latihan dan pertandingan antarwarga yang rutin dilakukan setiap malam Rabu, malam Jumat dan malam Minggu. Di samping itu, yang bisa dilihat adalah keikutsertaan masyarakat desa untuk berpartisipasi dalam memeriahkan hari Ulang Tahun RI pada tanggal 17 Agustus 2011. Di Desa Tetewatu juga terbentuk Lembaga Musyawarah Desa (LMD) yang anggotanya berjumlah 17 orang. Jumlah warga (RW, dusun) yang menjadi anggota LMD ada 2 orang. Keberhasilan memebolisme potensi masyarakat ini adalah gambaran bahwa pemerintah desa dapat memotivasi masyarakat untuk senantiasa berpartisipasi dalam segala kegiatan di desa. 2) Kelembagaan Masyarakat Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dibentuk berdasarkan surat keputusan (legalisasi) organisasi dan kepengurusan LKMD. Berdasarkan data sekunder profil Desa Tetewatu, diperoleh data tentang tingkat pendidikan pengurus LKMD. Tingkat pendidikan Ketua Umum yaitu SLTP, Ketua I tamatan PT/Akademi, Ketua II tamatan SLTP, Sekretaris tamatan SLTP, Bendahara tamatan PT/Akademi, Ketua Seksi I tamatan PT/Akademi, Ketua Seksi II tamatan PT/Akademi, Ketua Seksi III tamatan SD, Ketua Seksi IV tamatan PT/Akademi, Ketua Seksi V tamatan PT/Akademi, Ketua Seksi VI tamatan SLTA, Ketua Seksi

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

VII tamatan SLTA, Ketua Seksi VIII tamatan PT/Akademi, Ketua Seksi IX tamatan SLTA, dan Ketua Seksi X tamatan SLTP. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) juga dibentuk di Desa Tetewatu. Jumlah anggota yang aktif sebanyak 220 orang dengan rincian di setiap kegiatan sebagai berikut: simpan pinjam sebanyak 13 orang, posyandu sebanyak 10 orang, penyuluhan sebanyak 65 orang, apotek hidup sebanyak 65 orang, pemanfaatan pekarangan sebanyak 65 orang dan kursus menata rambut sebanyak 2 orang. PKK di Desa Tetewatu sekarang diketuai oleh Ibu Desa. Kelompok ini beranggotakan ibu-ibu yang ada di dusun tersebut. Sedangkan Kader Pembangunan Desa (KPD) berjumlah 10 orang tetapi anggota yang aktif hanya 4 orang. 3. Keadaan Sosial Ekonomi/Budaya Keadaan sosial ekonomi dan budaya sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan kesehatan suatu kelompok masyarakat, oleh karena itu faktor sosial ekonomi sangat penting untuk diperhatikan demi meningkatkan status derajat kesehatan. Keadaan sosial ekonomi dan budaya Desa Tetewatu cukup beragam mulai dari agama, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian, kondisi perumahan dan pemukiman, dan sarana transportasi. a. Agama Penduduk Desa Tetewatu seluruhnya memeluk agama Islam dan berdasarkan hasil peninjauan lokasi terdapat 2 masjid sebagai sarana peribadatan untuk masyarakat setempat yang seluruhnya muslim. Sehingga dapat disimpulkan kehidupan kerohanian cukup baik. Hal ini ditandai dengan kuantitas penduduk yang melakukan shalat lima waktu dan Shalat Jumat. Satu masjid di Dusun Tetewatu dan satu masjid di Dusun Calawe. b. Tingkat Pendidikan Berdasarkan data sekunder yang didapatkan, prasarana pendidikan formal yang tersedia di Desa Tetewatu terdiri dari satu TK, dua SD yaitu SDN 174 Mattarimawalie dan SDN 123 Tetewatu, satu SMP yaitu SMPN 4 Lilirilau dan satu MTs AsAdiyah.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

Penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 190 orang, tamat SD sebanyak 460 orang, tamat SLTP sebanyak 310 orang, tamat SLTA sebanyak 82 orang, tamat perguruan tinggi sebanyak 23 orang, dan kejar Paket A yang mengikuti Ujian Persamaan (UPRES) tingkat SLTP sebanyak 14 orang. Penduduk buta aksara dan angka latin yang berusia 10 tahun ke atas berjumlah 18 orang dan penduduk usia dewasa yang tidak bisa berbahasa Indonesia sebanyak 240 orang. Remaja putus sekolah tingkat SD ada 4 orang, tingkat SLTP ada 2 orang, tingkat SLTA 1 orang dan yang putus kuliah ada 1 orang. Ibu rumah tangga yang tidak tamat SD berjumlah 337 orang, tamat SD ada 25 orang, tamat SLTP ada 15 orang, tamat SLTA ada 8 orang, dan tamat perguruan tinggi sebanyak 4 orang. Penduduk yang memiliki Keterampilan Rumah Tangga berjumlah 6 orang dan Permesinan, Perbengkelan/Las sebanyak 3 orang c. Mata Pencaharian Penduduk Penduduk Desa Tetewatu memiliki mata pencaharian yang berbeda-beda dari berbagai sektor. Dari sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan, yang menjadi pemilik tanah tegal/ladang ada 575 orang, penyewa/penggarap sebanyak 2 orang, buruh tani sebanyak 45 orang, dan pemilik tanah perkebunan sebanyak 356 orang. Di Desa Tetewatu tidak terdapat sawah karena daerahnya yang merupakan daerah pegunungan sehingga tidak ada penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani (penggarap sawah). Jenis tanaman pangan yang banyak ditanam oleh penduduk setempat adalah jagung. Selain itu, jenis tanaman lain yaitu coklat, pisang, kelapa, dan berbagai jenis buah lainnya. Dari sektor peternakan, jenis ternak yang dipelihara yaitu kambing sebanyak 3 orang, ternak ayam sebanyak 235 orang, ternak kuda sebanyak 7 orang, dan ternak itik sebanyak 3 orang. Dari sektor industri kecil/kerajinan, jumlah pemilik usaha kerajinan sebanyak 11 orang, pemilik usaha industri rumah tangga dalam hal ini jahit-

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

menjahit sebanyak 3 orang. Sedangkan dari sektor industri besar/sedang berjumlah 7 orang. Dari sektor jasa/perdagangan, yang berprofesi sebagai guru sebanyak 39 orang, PNS sebanyak 7 orang, ABRI sebanyak 4 orang, mantri kesehatan/perawat sebanyak 1 orang, perbankan sebanyak 9 orang, asuransi sebanyak 6, pedagang di pasar sebanyak 1 orang, yang membuka usaha warung sebanyak 18 orang, kios sebanyak 3 orang, supir sebanyak 7 orang, tukang kayu 11 orang, tukang batu sebanyak 3 orang, tukang jahit/bordir sebanyak 7 orang, tukang cukur sebanyak 1 orang, dan jasa persewaan sebanyak 1 orang. d. Tingkat Kesejahteraan Tingkat kesejahteraan penduduk Desa Tetewatu dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Penggolongan Penduduk Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Desa Tetewatu Kec. Lilirilau Kab. Soppeng No. Status Jumlah 36 170 18 45

1. Keluarga Prasejahtera 2. Keluarga Sejahtera I 3. Keluarga Sejahtera II 4. Keluarga Sejahtera III 5. Keluarga Sejahtera III Plus Sumber: Data Sekunder Tahun 2010

Dari tabel di atas, status keluarga sejahtera II adalah kelompok terbanyak dengan jumlah 170 sedangkan status keluarga prasejahtera ifak ditemukan. Hal ini berarti bahwa penduduk Desa Tetewatu sudah tergolong sejahtera/makmur. e. Kondisi Perumahan dan Pemukiman Penduduk Pada umumnya kondisi rumah tangga/keluarga dalam Desa Tetewatu memiliki keadaan rumah dari setiap rumah tangga yang sebagian besar menggunakan rumah panggung (rumah kayu) bila dilihat secara sepintas hampir tidak ada perbedaan dari segi model antara rumah yang satu dengan yang lain. Namun, jika dilihat dengan teliti, yang menjadi pembedanya adalah jenis bahan dasar kayu yang digunakan.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

Konsentrasi pemukiman dan letak rumah penduduk di Desa Tetewatu umumnya mengikuti garis jalanan baik jalur jalan desa maupun sepanjang jalan dusun. Jarak antar rumah cukup dekat 2 m. Ada juga yang berjauhan karena di desa ini masih ada beberapa tanah kosong dan kebun yang menjadi perantara antar rumah. f. Sarana Transportasi Sarana transportasi menuju Desa Tetewatu cukup memadai karena kondisi jalannya telah diaspal, meskipun masih ada beberapa km jalan yang sudah agak rusak. Jumlah sarana angkutan yang aktif terbilang sudah cukup untuk digunakan. Sarana transportasi lintas daerah/kabupaten juga bisa beroperasi sepanjang jalan desa ini. Jenis kendaraan yang beroperasi di Desa Tetewatu yaitu kendaraan umum roda empat, kendaraan bermotor roda dua, dan kendaraan tidak bermotor roda dua. Dulunya, di Desa Tetewatu juga beroperasi delman/bendi namun seiring perkembangan zaman, delman/bendi tersebut sudah tidak digunakan lagi. 4. Status Kesehatan Salah satu pakar kesehatan dunia yaitu H.L. Blum dalam teorinya mengemukakan bahwa status kesehatan baik individu maupun masyarakat sangat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor genetik. a. Faktor Lingkungan Berikut tabel yang menggambarkan kondisi kesehatan lingkungan Desa Tetewatu Tabel 3. Kondisi Kesehatan Lingkungan Desa Tetewatu Kec. Lilirilau Kab. Soppeng No. Uraian Jumlah Rumah memiliki WC dengan septic tank 1. 198 Rumah memiliki WC tanpa septic tank 2. 86 Rumah memiliki SPAL 3. 187 Sumber: Data Sekunder Tahun 2010 Hampir seluruh rumah tangga di Desa Tetewatu telah memiliki WC. Mereka juga membuat SPAL sederhana di samping rumah agar limbah cair yang

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

10

dihasilkan setiap hari dapat dialirkan sehingga tidak menimbulkan genangan di sekitar rumah. Terlebih lagi Desa Tetewatu merupakan daerah pegunungan sehingga masyarakat membuat SPAL sederhana yang arahnya ke belakang rumah. Berdasarkan observasi, semua kolong rumah di Desa Tetewatu terlihat bersih dan rapi. Tidak ada sampah yang berserakan. Kalaupun ada, hanya satu dua sampah yang terlihat. Sementara sarana air bersih yang digunakan di Desa Tetewatu bersumber dari Penampungan Air Hujan (PAH), PAM, dan sumur gali. Kepala keluarga yang memiliki sumur gali sebanyak 14 KK, kepala keluarga yang memasang ledeng (PAM) sebanyak 165 KK, sedangkan yang memiliki PAH sebanyak 222 KK. b. Faktor Perilaku Penduduk di Desa Tetewatu telah memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya kebersihan. Hal ini dibuktikan dengan keadaan rumah tangga yang bersih dan memiliki SPAL. Penduduk juga banyak yang menanam pohon atau tanaman obat keluarga (TOGA) di sekitar rumah. Penataan bunga-bunga yang rapi di pekarangan rumah mencerminkan perilaku/kebiasaan penduduk di desa ini. c. Faktor Pelayanan Kesehatan Terdapat fasilitas kesehatan berupa Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) yang ada di Desa Tetewatu, tepatnya terletak di Dusun Tetewatu, samping rumah jabatan kepala desa. Tenaga medis yang ada di desa ini yaitu satu orang bidan dan satu orang perawat. Selain Poskesdes, juga terdapat posyandu dan puskesmas pembantu (Pustu). Jumlah pengurus dasa wisma ada 59 orang, kader posyandu sebanyak 10 orang, pembina posyandu sebanyak satu orang, dan kader terlatih sebanyak 20 orang. Tetapi, pelayanan kesehatan tersebut didukung ketersediaan seperti alat-alat kesehatan dan ketersedian obat belum pula memadai selama ini dirasa oleh masyarakat menjadi kendala dalam memenuhi pelayanan kesehatan masyarakat, sehingga memaksa masyarakat harus keluar desa untuk mendapat layanan kesehatan. Keberadaan kader posyandu yang selama ini menjadi perpanjangan tangan dari petugas kesehatan telah memberikan kontribusi bagi kesehatan ibu dan

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

11

anaknya, namun kegiatan mereka tidak didukung dengan fasilitas yang memadai seperti tempat pelayanan (gedung) dan biaya operasional. Pelayanan Askes (Asuransi Kesehatan) belum menyentuh masyarakat Desa Tetewatu secara keseluruhan. Menurut hasil wawancara bersama warga, mereka yang ingin berobat cukup memperlihatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK). Sedangkan penuturan kepala puskesmas, hanya pemeriksaan penunjang yang bisa dilayani dengan Askes, misalnya pemeriksaan Hb. Di Desa Tetewatu terdapat 2 posyandu yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas Cakkuridi, yakni Posyandu Irrennuang dan Posyandu Merpati. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Cakkuridi Kecamatan Lilirilau, Kab. Soppeng

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

12

Tabel 4. Jadwal Posyandu Desa Tetewatu Wilayah Kerja Puskesmas Cakkuridi No. Nama Posyandu Tanggal Penimbangan 11 15 Jumlah Kader Aktif 5 5 Alamat

1 2

Irrennuang Merpati

Dusun Calawe Dusun Tetewatu

Sumber : Data Primer, 2011. Kedua posyandu tersebut memiliki bangunan tersendiri. Posyandu Irrennuang berada di dusun Calawe, terletak depan pasar Tetewatu. Sedangkan Posyandu Merpati berada di dusun Tetewatu, terletak di sebelah kantor desa. Kedua Posyandu ini menjalankan berbagai program yaitu penimbangan yang rutin setiap bulannya sesuai jadwal, imunisasi sesuai umur, pemberian kapsul Vitamin A, dan pemberian PMT Lokal. Tabel 5. Rekapitulasi Informasi Posyandu di Desa Tetewatu Kec. Lilirilau Kab. Soppeng Tahun 2011 Posyandu Variabel Balita (S) Balita yg punya KMS Balita yg datang menimbang dlm 3 bln terakhir (D) Balita yg naik BB dlm 2 bln terakhir (N) Balita yg BGM Balita yg <-3SD BB/U Balita yg <-3 SD BB/PB Sumber : Data Primer, 2011. Irrenuang 30 30 24 24 0 0 0 Merpati 28 28 17 16 1 0 0 Jumlah 58 58 41 40 1 0 0

Tabel diatas merupakan rekapitulasi informasi posyandu 3 bulan terakhir di Desa Tetewatu dan yang berjalan pada bulan Juli. Adapun gambaran pencapaian program gizinya 3 bulan terakhir yaitu April, Mei, dan Juni ialah :

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

13

Tabel 6. Hasil Pencapaian Program gizi Desa Tetewatu Wilayah Kerja Puskesmas Cakkuridi

Bulan
April Mei Juni Rata-rata

% D/S
81,39 80,55 80,73 80,89

% N/D
82,05 80,40 80,76 81,07

% N/S
82,77 80,16 80,06 80,99

% BGM/D
0,0 0,0 0,33 0,11

C. Identifikasi Masalah Dalam pelaksanaan magang gizi kesehatan masyarakat ini, ada beberapa hal yang perlu kami perhatikan. Di mulai dari pelaksanaan posyandu, peran kader, keakuratan data, jumlah sasaran yang hadir, sampai kepada status gizi bayi/balita sasaran di wilayah kerja tersebut. Adapun kasus yang kami temui di lapangan yaitu : 1. Kurangnya fasilitas pendukung untuk mendapatkan keakuratan data dalam menentukan status gizi bayi/balita sasaran. Seperti, timbangan yang di gunakan yaitu dacin dengan keakuratan sangat minim, tidak ada timbangan bayi (Pada posyandu Merpati), microtoice untuk mengukur panjang badan bayi/balita. 2. Terdapat beberapa bayi dan balita yang mengalami gizi kurang menurut BB/U. 3. Penggunaan KMS terbaru yang tidak merata. Dan masih menggunakan KMS lama dan buku KIA. 4. Kurangnya kesadaran mengenai sanitasi lingkungan. Hal ini terlihat dari tidak tersedianya tempat sampah di sekitar lokasi tempat tinggal, dan masih kurangnya pengetahuan warga tentang PHBS utamanya dalam penggunaan jamban keluarga.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

14

D. Prioritas Masalah Dari hasil observasi lapangan, ditemukan beberapa masalah kesehatan, antara lain masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat; misalnya masalah kebiasaan merokok dan kepemilikan Jamban Keluarga (Jaga). Selain itu, pemanfaatan tanaman obat keluarga yang masih kurang, baik dalam hal menanamnya maupun manfaat tanaman obat itu sendiri. Khusus mengenai masalah gizi yang ada, sesuai dengan tujuan magang sendiri yaitu untuk mengidentifikasi dan melakukan intervensi kepada bayi dan balita yang mengalami gizi kurang yang ada di Desa Tetewatu. Gizi kurang ini bisa terjadi oleh keadaan sosial-ekonomi orang tua anak, keadaan anak akibat penyakit infeksi yang diderita, dan juga bisa dilihat dari asupan anak itu sendiri. Hal ini bisa terjadi akibat kurangnya pemahaman orang tua mengenai perilaku sadar gizi yang meliputi gizi seimbang, kesadaran akan sanitasi lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 14 anak (28,57%) di Desa Tetewatu wilayah kerja Puskesmas Cakkuridi dengan status gizi kurang dari 49 bayi dan balita. Kejadian kasus gizi kurang terjadi di dua posyandu yang ada di Desa Tetewatu wilayah kerja Puskesmas Cakkuridi. Dari identifikasi masalah diatas di pilih 2 sasaran bayi/balita yang menjadi prioritas dan nantinya akan diberikan intervensi. Prioritas masalah ini dipilih berdasarkan ragam penyebab terjadinya kasus gizi seperti kurangnya asupan makanan, penyakit infeksi dan kurangnya pengetahuan gizi dan rendahnya perilaku sadar gizi mempengaruhi pola asuh dan penyediaan makanan dalam keluarga. Kemudian ibu dari 2 sasaran ini akan diberikan pendidikan mengenai gizi serta pola asuh yang baik bagi bayi/balita mereka. Berikut data mengenai status gizi anak dan balita hasil penimbangan pada bulan Juli 2011 kedua posyandu di desa Tetewatu :

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

15

Tabel 7. Data Status Gizi Anak dan Balita Hasil Penimbangan Pada Bulan Juli 2011 Desa Tetewatu Status Gizi (Z-Score) Jumlah GK Irennuang Merpati Total 24 25 49 9 5 14 BB/U N 15 20 35 GB TB/U Pendek 19 9 28 Normal 5 16 21 K BB/TB N 22 22 44 G 2 3 5

Nama Posyandu

Ket : GK N GB K G = Gizi Kurang = Normal = Gizi Buruk = Kurus = Gemuk

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

16

BAB II PERENCANAAN DAN PEMECAHAN MASALAH

A. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus 1. Tujuan Umum Secara umum kegiatan magang ini diharapkan akan memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam mengelola program gizi di masyarakat dari mulai analisis situasi, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah: a. Melakukan survey rumah tangga di tingkat kelurahan/desa. b. Melakukan survey keadaan lingkungan, perumahan dan status ekonomi di tingkat kelurahan/desa. c. Melakukan pengumpulan data tentang kesehatan masyarakat terutama pada kelompok resiko tinggi seperti balita, ibu hamil,dan ibu menyusui. d. Melakukan penilaian status gizi balita. e. Melakukan penilaian pola makan dan asupam balita. f. Melakukan identifikasi masalah gizi balita (contoh balita dengan kasus gizi buruk). g. Menentukan prioritas dari masalah gizi buruk yang telah ditentukan. h. Menyusun suatu program perencanaan intervensi yang terkait dengan masalah gizi balita. i. Membuat laporan tentang kegiatan yang telah ditentukan sesuai panduan yang ditetapkan. j. Melakukan presentasi hasil kegiatan di prodi ilmu gizi FKM Unhas.

B. Strategi Pemecahan Masalah Dalam Pelaksanaan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat ini, diperlukan perencanaan strategi sebagai langkah awal untuk menjalankan kegiatan-kegiatan

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

17

selanjutnya agar tidak jauh dari tujuan yang ingin dicapai. Adapun beberapa strategi yang dilakukan yaitu: a. Melakukan sosialisasi kegiatan magang untuk menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan Magang Gizi Kesehatan Masyarakat agar mendapatkan dukungan atas seluruh kegiatan baik dari masyarakat maupun pihak puskesmas dalam perencanaan sampai evaluasi. b. Melakukan koordinasi langsung dengan para petugas medis di wilayah kerja Puskesmas Cakkuridi. c. Kunjungan lanjutan ke puskesmas untuk melaporkan dan mengkonfirmasi keadaan prevalensi gizi buruk/kurang yang ada di Desa Tetewatu serta meminta dukungan atas semua program intervensi yang akan

dilaksanakan. d. Melakukan kunjungan langsung ke rumah-rumah bayi dan balita yang menderita gizi kurang/buruk untuk melakukan wawancara dan pendekatan kepada ibu anak tersebut. e. Menunjukkan sikap kepedulian terhadap masalah yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Cakkuridi agar masyarakat bisa menerima masukan yang diberikan.

C. Rencana Program Intervensi Berdasarkan analisa masalah dan data-data yang telah diperoleh, maka direncanakan melakukan intervensi berupa: 1. Memberikan edukasi kepada orang tua bayi/balita sasaran tentang pentingnya PMT dan PHBS. 2. Memberikan bantuan PMT berupa susu formula dan biskuit untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

18

PLAN OF ACTION (POA)

UPAYA PERBAIKAN STATUS GIZI KURANG MELALUI PEMBERIAN PMT SERTA EDUKASI YANG TERKAIT DENGAN PHBS KELUARGA SASARAN DESA TETEWATU KEC. LILIRILAU KAB. SOPPENG TAHUN 2011 A. Latar Belakang Sampai saat ini 76,4 juta penduduk Indonesia tergolong miskin dan hamper miskin, serta tinggal di daerah yang sulit dijangkau. Menurut Susenas tahun 2005, angka prevalensi gizi kurang anak balita 28%, dan diantara angka tersebut 8,8% menderita gizi buruk. Pada tahun 2008 dari hasil Riskesdas angka tersebut berkurang menjadi 13,0%. Walau prevalensi gizi kurang menurun namun anak yang stunting (pendek) masih cukup tinggi 36,8% yang berarti pernah menderita kekurangan gizi. Sedangkan prevalensi gizi buruk 5,4%. Faktor yang secara langsung berkaitan dengan terjadinya gizi buruk adalah tidak cukupnya asupan zat gizi dan penyakit infeksi. Di Desa Tetewatu wilayah kerja Puskesmas Cakkuridi, kecenderungan terjadinya gizi buruk/kurang karena kurangnya asupan zat gizi karena faktor ekonomi, pendidikan serta pengetahuan gizi yang kurang dan partisipasi masyarakat yang kurang dalam pemantaun bayi/balitanya di posyandu. Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang. Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah, seperti ibu yang sibuk bekerja di hutan/ladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi dipedesaan). Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak higienis

(www.gizikia.depkes.go.id).

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

19

B. Tujuan Untuk mengupayakan peningkatan berat badan dan perbaikan keadaan gizi balita sasaran melalui pemberian PMT dan edukasi mengenai PHBS pada orang tua dari anak balita gizi buruk/kurang di wilayah Posyandu Desa Tetewatu.

C. Langkah-Langkah 1. Persiapan Persiapan observasi dilakukan dengan mengadakan kunjungan ke berbagai instansi terkait seperti Kantor Desa, Puskesmas, dan Posyandu. Kunjungan tersebut dilaksanakan dengan tujuan meminta data sekunder terkait data demografi dan geogafis Desa Tetewatu. Termasuk data sekunder berupa profil desa untuk mengetahui gambaran umum kondisi Desa Tetewatu. Sedangkan di Puskesmas Cakkuridi kami meminta data 10 Penyakit terbesar serta profil kesehatan penduduk di Desa Tetewatu dengan mewawancarai petugas puskesmas. Selain itu kami juga melakukan pertemuan dengan pihak Posyandu yaitu dengan Bidan Desa Tetewatu dengan tujuan untuk melihat kondisi balita dan bayi di Desa Tetewatu. Semua data tersebut merupakan gambaran kami dalam rangka melakukan observasi lapangan untuk mendapatkan data terkait dengan Desa Siaga. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan intervensi dilakukan selama 3 minggu, mulai pada tanggal 26 Juli s/d 15 Agustus 2011. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut : o Minggu I a. Melakukan sosialisasi kegiatan magang Gizi Kesehatan Masyarakat ini dengan pihak keluarga balita sasaran. b. Melakukan pendataan dasar untuk potret dan pengukuran antropometri balita serta merecall konsumsi balita 24 jam sebelumnya. c. Pemberian edulasi mengenai gizi seimbang dan MP-ASI. o Minggu II a. Melakukan monitoring dan evaluasi dengan pengukuran berat badan, panjang badan dan asupan zat gizi sasaran.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

20

b. Memberikan penyuluhan mengenai PHBS. o Monitoring Monitoring dilakukan terhadap beberapa hal yaitu: a. Asupan makanan balita gizi setiap minggu. b. Berat badan balita gizi kurang setiap minggu. c. Keberhasilan kegiatan konseling gizi (ASI dan MP-ASI, serta gizi seimbang) perilaku hidup bersih dan sehat terkait dengan perilaku keluarga sasaran d. Kesesuaian dan ketetapan pelaksanaan intervensi dengan waktu yang direncanakan. o Evaluasi Evaluasi dilakukan terhadap beberapa hal yaitu: a. Peningkatan berat badan dan tinggi badan sasaran, dievaluasi dengan cara menimbang BB dan TB sasaran sekali dalam 2 minggu selama intervensi. b. Peningkatan asupan makanan (zat gizi) sasaran, dievaluasi dengan cara menanyakan langsung kepada ibu sasaran tentang makanan apa yang dikonsumsi anaknya selama 24 jam yang lalu dengan menggunakan metode recall 24 jam, yaitu recall sebelum intervensi; selama intervensi tiap 1 kali seminggu dan setelah intervensi. o Kesinambungan Untuk menjamin kesinambungan intervensi maka dalam pelaksanaan magang ini, kader dan petugas posyandu dilibatkan sehingga program yang dilakukan dapat dilanjutkan oleh petugas posyandu.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

21

D. Bagan Jadwal Kegiatan Kegiatan Persiapan a. Pengumpulan data balita di Posyandu b. Analisis data balita Pelaksanaan Intervensi a. Recall makanan 24 jam b. Pemberian makanan tambahan c. Pemberian edukasi Monitoring a. Recall makanan 24 jam b. Perilaku orang tua balita c. Pengukuran BB d. Status Gizi Evaluasi Juni I II Juli III IV V Agustus VI VII

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

22

BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL INTERVENSI

A. Pelaksanaan a. Identitas Sasaran 1. Nama Umur Jenis Kelamin Agama/Suku Antropometri Keadaan Sosek : Nuratia : 40 bulan (3 tahun 4 bulan) : Perempuan : Islam/Bugis : BB = 10,9 kg. TB = 88 cm : Ayah Nuratia bernama Amri, umur 39 tahun, pendidikan terakhirnya adalah tamat SMA.

Sedangkan ibunya bernama Saennab, umur 37 tahun, pendidikan terakhirnya adalah tamat SD. Ayah Nuratia adalah sekretaris desa sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga Anamnesa Gizi : Tidak memiliki makanan pantangan, frekuensi makan 3 kali sehari. Status Gizi : BB/U TB/U BB/TB = -2,4 SD (Gizi kurang) = -2,3 SD (Pendek) = -1,1 SD (Normal)

2. Nama Umur Jenis Kelamin Agama/Suku Antropometri Keadaan Sosek

: Fadil : 38 bulan (3 tahun 2 bulan) : Laki-laki : Islam/Bugis : BB = 11,3 kg. TB = 78 cm : Ayah Fadil bernama Tamhare, umur 32 tahun, pendidikan terakhirnya adalah tamat SMA.

Sedangkan ibunya bernama Norma, umur 30 tahun, pendidikan terakhirnya adalah tamat SMA.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

23

Ayah Fadil bekerja sebagai petani lahan kering sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Anamnesa Gizi : Tidak memiliki makanan pantangan, kurang nafsu makan, serta kurang asupan makanan. Status Gizi : BB/U TB/U BB/TB = -2,2 SD (Gizi Kurang) = -4,7 SD (Pendek) = -0,9 SD (normal)

Tabel 8. Asupan Energi dan Zat Gizi Protein Sebelum Intervensi Nama anak Nuratia Fadil Asupan 578,34 575,84 Energi Kebutu han 1090 1130 %Asupan 53,059 50,959 Asupan 15,596 23,741 Protein Kebutu han 40,9 42,4 %Asu pan 38,13 55,99

No

1 2

Pelaksanaan intervensi dilakukan selama 3 minggu, mulai pada tanggal 26 Juli s/d 15 Agustus 2011. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut : o Minggu I d. Melakukan sosialisasi kegiatan magang Gizi Kesehatan Masyarakat ini dengan pihak keluarga balita sasaran. e. Melakukan pendataan dasar untuk potret dan pengukuran antropometri balita serta merecall konsumsi balita 24 jam sebelumnya. f. Pemberian edukasi mengenai gizi seimbang, PHBS dan MP-ASI. o Minggu II c. Melakukan monitoring dan evaluasi dengan pengukuran berat badan, panjang badan dan asupan zat gizi sasaran. Kegiatan monitoring di lakukan 2x seminggu. Monitoring dilakukan untuk memantau perkembangan makan sasaran serta perkembangan pengetahuan gizi yang diberikan oleh keluarga sasaran.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

24

Evaluasi dilaksanakan sekali seminggu, yaitu pada hari ke-7 dan hari ke14. Evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan dengan menggunakan indikator keberhasilan sebagai berikut : Berat badan meningkat dengan melakukan penimbangan dan

membandingkan perkembangannya pada minggu-minggu penimbangan. Peningkatan asupan makanan (zat gizi) sasaran, dievaluasi dengan cara melakukan wawancara dengan ibu sasaran mengenai makanan apa yang dikonsumsi anaknya selama 24 jam yang lalu (recall 24 jam). Metode recall dilakukan sebelum intervensi; selama intervensi tiap 1 kali seminggu; dan setelah intervensi. B. Hasil Intervensi Dari kegiatan intervensi yang dilakukan terhadap 2 (dua) balita dengan status gizi kurang, diperoleh gambaran hasil antara lain : 1. Dari tabel asupan energi dan protein sebelum intervensi menunjukkan bahwa intake asupan energi dari kedua sasaran hanya mencapai 50% dan asupan makanan (zat gizi) sasaran mengalami peningkatan pada saat dilakukan intervensi. 2. Berat badan sasaran mengalami kenaikan selama kegiatan intervensi dan pendampingan berlangsung.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

25

BAB IV MONITORING DAN EVALUASI

A. Asupan Zat Gizi Sasaran Kegiatan intervensi penanggulangan gizi kurang di Desa Tetewatu wilayah kerja Puskesmas Cakkuridi, yang dilakukan terhadap 2 sasaran yaitu Nuratia (40 bulan) dan Fadil (38 bulan) dengan status gizi kurang Dari hasil monitoring dan evaluasi asupan makanan sasaran intervensi selama 2 minggu, diketahui bahwa asupan makanan sasaran mengalami peningkatan dibandingkan dengan asupan makanan sebelum intervensi. Seperti pada tebel berikut : Tabel 9. Distribusi Asupan Zat Gizi Nuratia (40 bln) Konsumsi Energi dan Protein Sasaran Tanggal Energi (Kkal) Protein (gr) Jumlah % Jumlah % Sebelum Intervensi 578,35 53,059 15,596 38,13 Intervensi 634,62 58,222 26,99 65,99 Kebutuhan 1090 30,3 % Kenaikan +5,163 +27,86 Tabel 10. Distribusi Asupan Zat Gizi Fadil (38 bln) Konsumsi Energi dan Protein Sasaran Tanggal Energi (Kkal) Protein (gr) Jumlah % Jumlah % Sebelum Intervensi 575,84 50,959 23,741 55,99 Intervensi 690,75 61,128 28,21 66,51 Kebutuhan 1130 42,4 % Kenaikan +10,169 +10,52 Dari upaya kegiatan intervensi yang dilakukan terhadap 2 (dua) sasaran anak dengan status gizi kurang, diperoleh gambaran hasil terjadi peningkatan asupan makanan, yaitu ditandai dengan meningkatnya asupan kalori dan protein.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

26

B. Data Antropometri Parameter antropometri yang diukur meliputi Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB) sasaran. Hasilnya seperti terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 11. Distribusi Hasil Pengukuran Antropometri Sasaran Berat Badan (kg) Sebelum Intervensi Nuratia 10,9 Fadil 11,3 Sumber : Data primer terolah Nama Anak Sesudah Intervensi 11 11,5 Kenaikan BB 0,1 0,19

Dari intervensi yang telah dilakukan dapat dilihat peningkatan berat badan pada sasaran selama intervensi berlangsung, hal ini sejalan dengan peningkatan asupan makanan. Tabel tersebut menunjukan bahwa berat badan (BB) semua sasaran mengalami peningkatan 0,1 kg

C. Data Status Gizi Hasil monitoring dan evaluasi status gizi sasaran intervensi

selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 12. Distribusi Hasil Monitoring dan Evaluasi Status Gizi Sasaran
STATUS GIZI SASARAN SEBELUM SETELAH INTERVENSI INTERVENSI

INDIKATOR

BB (kg) TB (cm) Umur (bln) BB/U

Nuratia 10,9 88 40 -2,4 SD

Fadil 11,3 78 38 -2,17 SD -4,7 SD -0,5 SD

Nuratia 11 88 40 -2,375 SD -2,38 SD -1,2 SD

Fadil 11,5 78 38 -2,06 SD -4,7 SD -0,6 SD

TB/U -2,38 SD BB/TB -1,3 SD Sumber : Data primer terolah

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

27

BAB V PEMBAHASAN

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait (Supariasa dkk, 2001). Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja (Supariasa dkk, 2001). Masalah penting lain yang menyebutkan adanya kekurangan gizi adalah karena tiadanya informasi yang memadai. Sekalipun kurangnya daya beli merupakan halangan yang utama, akan tetapi sebagian kekurangan gizi akan bisa di atasi kalau yang tahu bagaimana seharusnya memanfaatkan segala sumber yang dimiliki. Salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang dibentuk oleh dan untuk masyarakat itu sendiri dan dibantu oleh petugas kesehatan secara bersama dalam upaya pelaksanaan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dengan memberi kemudahan untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar dalam mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak (Nain, 2008).

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

28

Magang Gizi Kesehatan Masyarakat ini dilaksanakan di posyandu dengan sasaran intervensi adalah balita. Masa balita merupakan usia penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik. Pada usia tersebut, pertumbuhan seorang anak sangatlah pesat sehingga memerlukan asupan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhannya. Kondisi kecukupan gizi tersebut sangatlah berpengaruh dengan kondisi kesehatannya secara berkesinambungan pada masa mendatang. Magang gizi kesehatan masyarakat ini bertujuan agar para mahasiswa mampu mengolah progam gizi di masyarakat dari mulai analisis situasi, perencanaan, pelaksanaan sampai kepada tingkatan intervensi. Dan intervensi yang diberikan yaitu intervensi berupa pemberian PMT dan edukasi mengenai pentingnya gizi seimbang. Berdasarkan analisis data serta penentuan sasaran yang kami lakukan di Desa Tetewatu sebagai tempat pelaksanaan magang, dari 49 bayi dan balita yang terdaftar terdapat 14 anak (28,57%) berstatus gizi kurang berdasarkan indikator BB/U. Beberapa penyebab terjadinya gizi kurang di Desa Tetewatu dikarenakan kondisi lingkungan yang masih kurang sehat, pengetahuan ibu tentang gizi masih sangat minim, sehingga hal itu dapat terjadi. Apalagi dari hasil pendataan dan pemantauan di lapangan diketahui pula bahwa tingkat kesadaran ibu membawa anaknya ke posyandu masih kurang. Sebagian para ibu bayi/balita yang tidak membawa anaknya ke posyandu disebabkan karena faktor kesibukan orang tua. Lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak adalah dengan membentuk kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang sehat. Hal ini menyangkut dengan keadaan bersih, rapi, dan teratur. Oleh karena itu anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifat-sifat sehat seperti mandi dua kali sehari, cuci tangan sebelum dan sesudah makan, menyikat gigi sebelum tidur, membuang sampah pada tempatnya, dan buang air kecil pada tempatnya atau WC. (Sulistijani, 2001). Sanitasi dan kebersihan lingkungan perlu diperhatikan agar terhindar dari berbagai penyakit terutama penyakit infeksi seperti diare dan ISPA.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

29

Selain itu kejadian penyakit infeksi yang diderita anak merupakan salah satu faktor penentu dalam meningkat atau turunnya status gizinya. Semakin lama penyakit infeksi itu diderita maka status gizi dan kesehatan seseorang akan semakin menurun. Intervensi dilakukan pada 2 (dua) sasaran yaitu Nuratia dan Fadil. Indikator yang digunakan dalam mengevaluasi adalah indikator peningkatan berat badan, asupan zat gizi (energi dan protein) dan peningkatan pengetahuan ibu tentang pentingnya gizi seimbang. Dari hasil intervensi dan pemantauan yang dilakukan selama 2 (dua) minggu diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan berat badan sasaran yaitu sebesar 0,1 kg. Peningkatan berat badan ini diikuti oleh peningkatan asupan makanan anak yang cukup baik dari minggu ke minggu, selain itu tingkat pengetahuan ibu sudah dapat dikatakan jauh lebih baik dari sebelumnya. Dari tingkat asupan zat gizi, kedua sasaran mengalami peningkatan. Nuratia pada asupan Energi mengalami peningkatan asupannya sebanyak 5,163% dan asupan proteinnya mengalami peningkatan sebanyak 27,86%. Sedangkan Fadil pada asupan Energi mengalami peningkatan asupannya sebanyak 10,169% dan asupan proteinnya mengalami peningkatan sebanyak 10,52%. Terjadinya peningkatan berat badan dan asupan zat gizi (energi dan protein) pada sasaran menunjukkan nilai positif terhadap intervensi yang diberikan. Hal ini tidak lepas dari peran aktif orangtua selama intervensi. Terlihat dari partisipasi dan antusias kedua orangtua sasaran dalam kegiatan intervensi. Sehingga dengan peningkatan pengetahuan ibu tentang masalah gizi akibat dari penyuluhan/konseling yang diberikan sangat berarti banyak bagi keluarga sasaran. Pemberian edukasi gizi dimaksudkan untuk membekali orang tua sasaran dengan pengetahuan gizi yang memadai. Pengetahuan gizi akan mempengaruhi penyediaan makanan dalam keluarga, meningkatnya pengetahuan gizi akan membuat ibu balita sasaran bisa berimprovisasi dalam menyediakan makanan yang sehat dan bergizi bagi keluarganya khususnya anak balita, dengan memanfaatkan bahan makanan lokal yang mudah didapat dan terjangkau harganya. Membekali orang tua sasaran dengan pengetahuan gizi juga bermanfaat

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

30

setelah intervensi selesai dilaksanakan, diharapkan kepada ibu balita agar selalu mempraktekkan pengetahuan yang didapatkan untuk mengelola gizi keluarganya, sehingga kegiatan intevensi terus berkelanjutan. Selain itu dengan adanya PMT yang diberikan kepada kedua sasaran yaitu susu dan biskuit pabrikan cukup berperan dalam terjadinya peningkatan berat badan dan asupan zat gizi sasaran. Karena zat gizi yang terkandung pada susu dan biskuit memberikan kontribusi peningkatan asupan zat gizi yang berdampak adanya peningkatan berat badan. Kegiatan intervensi ini pada hakekatnya sangatlah sederhana dan menggunakan waktu yang sangat singkat. Untuk itu diharapkan kegiatan ini dapat berjalan berkesinambungan. Kesinambungan kegiatan intervensi ini sangatlah diharapkan mahasiswa dapat dilakukan oleh pihak-pihak terkait, dalam hal ini Petugas Gizi Puskesmas, bidan desa, kepala pustu serta para kader yang ada di Desa Tetewatu dapat melanjutkan kegiatan yang telah dilakukan mahasiswa magang.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

31

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Dari tingkat asupan zat gizi, kedua sasaran mengalami peningkatan. Nuratia pada asupan Energi mengalami peningkatan asupannya sebanyak 5,163% dan asupan proteinnya mengalami peningkatan sebanyak 27,86%. Sedangkan Fadil pada asupan Energi mengalami peningkatan asupannya sebanyak 10,169% dan asupan proteinnya mengalami peningkatan sebanyak 10,52%. 2. Terjadi peningkatan berat badan sasaran yaitu sebesar 0,1 kg. Nuratia yang berat badan awalnya adalah 10,9 kg mengalami peningkatan menjadi 11 kg. Sedangkan Fadil yang memiliki berat badan awal 11,3 kg mengalami peningkatan menjadi 11,5 kg. Peningkatan berat badan ini diikuti oleh peningkatan asupan makanan anak yang cukup baik dari minggu ke minggu. 3. Partisipasi dan antusias kedua orangtua sasaran dalam kegiatan intervensi merupakan bentuk peran aktif kedua orang tua sasaran yang menunjukkan bahwa pengetahuan kedua orang tua meningkat dalam hal pemberian makan untuk tumbuh kembang anak.

B. Saran 1. Untuk Keluarga Sasaran Pola makan, asupan makanan, dan pola asuh anak harus lebih ditingkatkan. Disarankan untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan balita. Sebaiknya membawa anak setiap bulan ke posyandu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

32

2. Untuk Puskesmas o Agar masalah kekurangan gizi juga dapat diatasi sedini mungkin, deteksi dini tumbuh kembang balita harus dilakukan dengan lebih baik. o Pembinaan kader posyandu harus dilakukan secara terus menerus agar kegiatan-kegiatan perbaikan gizi di posyandu dapat berjalan dengan baik. o Dalam menangani kasus gizi buruk dan masalah gizi lainnya, hendaknya melibatkan unsur masyarakat secara aktif agar masyarakat dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan berbaikan gizi secara mandiri.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

33

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Laporan KKN Profesi Kesehatan Universitas Hasanuddin Angkatan XXXVIII Tahun 2011 Desa Tetewatu Kec. Lilirilau Kab.Soppeng. Universitas Hasanuddin Makassar. Anonim. 2011. Gizi Buruk di Indonesia. www.gizikia.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 22 Novmber 2011. Departemen Kesehatan RI. Laporan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI 2008. Prodi Gizi FKM UNHAS. 2008. Panduan Magang Gizi Kesmas Angkatan 3 T.A.2007/2008. FKM Unhas Makassar. Riyadi, 2004. Penilaian Status Gizi. Dalam Pengantar Pangan dan Gizi , Editor Yayuk Farida Baliwati, Ali Khomsan, C.M. Dwiriani, 2004: Penebar Swadaya. Jakarta. Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat, Dirjend Dikti Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Sulistijani, A.D. Menjaga Kesehatan Bayi & Balita. Jakarta: Puspa Suara; 2001. Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC.Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

LAPORAN MAGANG GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

34

You might also like