You are on page 1of 16

I.

IDENTITAS PASIEN NAMA USIA JENIS KELAMIN AGAMA PENDIDIKAN STATUS PEKERJAAN ALAMAT

: Ny. E : 55 tahun : Perempuan : Islam : SD (tamat) : Janda (ditinggal mati) : Ibu rumah tangga :

II.

RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 22 Februari 2012, pukul 11.30 WIB di Poliklinik Psikiatri RS Persahabatan.

A. Keluhan Utama Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RS Persahabatan untuk kontrol rutin karena obat habis

B. Riwayat Gangguan Sekarang Pasien datang untuk kontrol rutin dan obat habis sudah lebih dari seminggu yang lalu. Pasien mengeluh bahwa badannya kembali kedinginan, kakinya sakit terutama jika pasien jalan, jika kaki ditekuk bagian belakang paha terasa sakit dan linu, pasien juga mengeluhkan gatal-gatal diseluruh tubuhnya, namun tidak ada bentol sama sekali. Pundak pasien terasa berat, dan setiap tidur, terkadang kaki pasien keram. Keluhan tersebut pasien rasakan semenjak tiga bulan terakhir. Menurut pasien, ketika kontrol kemarin keluhan-keluhan tersebut sudah jauh berkurang, jalan sudah mulai ringan, namun ketika obatnya diganti (sebenarnya obat tidak diganti, hanya warna obat yang berbeda) keluhan tersebut muncul lagi sebulan terakhir ini. Satu tahun yang lalu, pasien pernah mengalami hal yang sama dan berobat di poli jiwa. Awalnya pasien merasa dadanya sakit dan sesak sehingga pasien sulit bernafas, kemudian pasien di bawa ke IGD RSP Persahabatan dan dirawat selama satu minggu
1

untuk menjalani pemeriksaan-pemeriksaan termasuk pemeriksaan Ekokardiografi namun tidak ditemukan adanya kelainan. Akhirnya, pasien pulang paksa dari rumah sakit. Selama dua bulan dirumah, badan pasien terasa dingin dan gemetaran, kakinya sakit sehingga tidak bisa jalan, kemudian pasien berobat ke Poli penyakit Dalam RSP Persahabatan namun tidak ada perbaikan. Dari Poli Penyakit Dalam pasien di konsulkan ke bagian psikiatri. Setelah minum obat dari psikiatri, pasien mulai merasakan adanya perbaikan, keluhannya sudah berkurang. Satu minggu setelah berobat di psikiatri pasien dirujuk ke RSCM. Keluhan pasien sudah hilang sama sekali, sehingga pasien tidak pernah kontrol lagi ke Poli Jiwa sampai akhirnya tiga bulan yang lalu keluhan pasien muncul lagi. Tiga bulan yang lalu pasien jalan-jalan untuk berziarah ke daerah banten. Setelah jalan-jalan pasien merasakan sakit di kakinya, pasien juga merasakan sakit diperut kanan bawah. Karen keluhan tersebut, pasien berobat ke Poli Bedah dan didiagnosis bahwa pasien menderita sakit usus buntu. Kemudian pasien menjalani operasi usus buntu di RSP Persahabatan. Pasien di rawat selama dua minggu karena saat itu trombosit pasien rendah, demam tinggi dan menggigil. Selama perawatan, dokter melakukan pemeriksaanpemeriksaan terhadap pasien termasuk pemeriksaan untuk penegakkan diagnosis malaria namun hasilnya negative. Setelah dua minggu di rawat, pasien pulang paksa karena pada saat yang bersamaan pasien juga memikirkan anaknya yang sakit usus buntu dan anaknya yang sedang melahirkan, sehingga menjadi beban pikiran pasien. Setelah pulang, pasien mulai merasakan kakinya sakit dan kaku, badan pasien lemah, lesu, dan terkadang muntah-muntah. Pasien kembali kontrol ke Poli Penyakit Dalam dan dilakukan pemeriksaan-pemriksaan namun tidak ditemukan kelainan serta tidak ada perbaikan dari obat yang diberikan, pasien juga sudah mencoba untuk minum obat-obat herbal, namun tetap tidak ada perbaikan. Akhirnya, pasien berinisiatif untuk datang ke Poli Jiwa sampai sekarang. Pasien adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Pasien mempunyai delapan orang anak, saat ini semua anaknya sudah menyelesaikan sekolahnya sampai tingkat SMA. Pasien tinggal di sebuah kontrakan bersama keenam anaknya. Anak pertama dan kedua sudah menikah dan tinggal terpisah dari pasien. Perekonomian keluarga berasal dari pensiunan suaminya dan terkadang tambahan dari anak-anaknya
2

yang sudah bekerja. Menurut pasien, keadaan ekonominya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain, diluar kebutuhan sehari-hari. Kegiatan pasien sehari-hari

dirumah melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian, mencuci piring, menggosok dan terkadang mengurus cucunya serta melakukan pekerjaan rumah lainnya. Hubungan pasien dengan tetangga sekitarnya baik, pasien juga rutin mengikuti pengajian yang diadakan 2 kali dalam seminggu. Namun, sejak kaki pasien sering sakit, pasien tidak kuat lagi untuk keluar dan mengikuti pengajian di sekitar rumahnya. Pasien menyangkal pernah mendengar bisikan, melihat bayangan, mencium baubauan, dan merasakan ada yang menyentuhnya. Pasien juga menyangkal bahwa pikirannya serasa diambil oleh sesuatu atau dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan tertentu, juga menyangkal bahwa pikirannya terbaca/diketahui oleh orang lain. Pasien lahir secara normal dan cukup bulan, sejak kecil pasien diasuh dan dibesarkan oleh bibinya, karena bibinya tidak punya anak dan orang tua kandung pasien saat itu sedang menjalani tugas dikalimantan sebagai veteran. Pada masa kanak-kanak dan remaja, pasien memiliki pergaulan yang baik dengan teman-temannya. Pasien dapat menyelesaikan pendidikan sampai SD, lulus sesuai dengan waktunya. Pasien tidak melanjutkan pendidikannnya karena paman pasien tidak mengijinkan pasien untuk melanjutkan sekolahnya. Selama tinggal dengan bibinya, pasien dianggap sebagai anak kandungnya, namun pasien merasa bahwa bibinya selalu mempunyai masalah dengan seuaminya sehingga akhirnya bercerai. Pasien tinggal bersama bibinya sampai sepuluh tahun yang lalu. Sepuluh tahun yang lalu, bibi pasien pindah ke kampungnya, karena rumah pasien sudah tidak cukup lagi. Hal tersebut menjadi salah satu pikiran pasien karena pasien sebenarnya ingin membalas budi kepada bibinya, namun secara ekonomi pasien belum mampu. Pasien sudah tidak pernah bertemu dengan bibinya maupun kedua orang tuanya, karena jarak yang cukup jauh dan kendala ekonomi yang tidak memungkinkan pasien untuk bertemu mereka. Baik selama sakit ataupun sebelum sakit, pasien tidak pernah mengalami trauma di kepala. Pasien tidak pernah mengkonsumsi NAPZA, dan tidak pernah merokok. Pasien juga mengatakan tidak ada anggota keluarga lainnya yang memiliki keluhan serupa dengan pasien.

Perasaan pasien saat ini sedih, pasien ingin ada saatnya ia menyendiri tanpa di ganggu oleh siapapun, namun kenyataanya belum bisa karena pasien dituntut untuk mengurus keluarganya terutama anak-anaknya. ketika ditanya harapan/keinginan yang ingin dicapai, pasien ingin bersilaturrahmi dengan kedua orang tuanya yang tinggal di kalimantan dan bibinya, serta ingin membalas budi mereka. Pasien juga ingin sembuh sehingga bisa beraktivitas seperti semula.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya 1. Riwayat Gangguan Psikiatri Pasien pernah mengalami keluhan yang sama satu tahun yang lalu, dan berhenti berobat karena keluhannya sudah menghilang. 2. Riwayat Gangguan Medik Pasien pernah menjalani operasi usus buntu tiga bulan yang lalu 3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif/Alkohol Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif ataupun konsumsi alkohol

D. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat prenatal Pasien lahir secara normal, cukup bulan dan tidak ada kelainan. 2. Riwayat masa kanak-kanak dan remaja Pasien tumbuh dan berkembang sesuai usianya dan mempunyai banyak teman. Tidak ada gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan. 3. Riwayat pendidikan SD : Tamat

4. Riwayat pekerjaan Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang kegiatan sehari-harinya melakukan pekerjaan rumah dan mengurus anak-anaknya.
4

5. Riwayat agama Pasien beragama Islam dan taat dalam menjalankan ibadahnya. 6. Aktivitas sosial Pasien rajin mengikuti pengajian di sekitar rumahnya yang diadakan dua kali dalam seminggu, namun jika kaki pasien sering sakit terutama jika berjalan, pasien tidak bisa lagi mengikuti pengajian. Pasien juga mampu bersosialisasi dengan tetangganya dengan baik.

E. Hubungan dengan keluarga Hubungan pasien dengan anak-anak dan cucunya baik.

F. Riwayat Keluarga Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki gejala serupa dengan pasien

G. Riwayat Situasi Sosial Sekarang Pasien adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Pasien mempunyai delapan orang anak, saat ini semua anaknya sudah menyelesaikan sekolahnya sampai tingkat SMA. Pasien tinggal di sebuah kontrakan bersama keenam anaknya. Anak pertama dan kedua sudah menikah dan tinggal terpisah dari pasien. Perekonomian keluarga berasal dari pensiunan suaminya dan terkadang tambahan dari anak-anaknya yang sudah bekerja. Menurut pasien, keadaan ekonominya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain, diluar kebutuhan sehari-hari. Kegiatan pasien sehari-hari

dirumah melakukan pekerjaan rumah dan mengurus anak-anaknya. Hubungan pasien dengan tetangga sekitarnya baik, pasien juga rutin mengikuti pengajian yang diadakan 2 kali dalam seminggu.

H. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya pasien ingin bersilaturrahmi dengan kedua orang tuanya yang tinggal di kalimantan dan bibinya, serta ingin membalas budi mereka. Pasien juga ingin sembuh sehingga bisa beraktivitas seperti semula.

III.

STATUS MENTAL A. DESKRIPSI UMUM 1. Penampilan Pasien perempuan usia 55 tahun, tampak sesuai dengan usia, berpakaian rapi, ekspresi tenang, perawatan diri baik, proporsi tubuh normal, warna kulit sawo matang. 2. Kesadaran Kesadaran umum Kesadaran psikiatri : Compos mentis : Tidak terganggu

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor Cara berjalan Aktifitas psikomotor : Baik : Pasien kooperatif, tenang, kontak mata baik, tidak

ada gerakan involunter dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik. 4. Pembicaraan Kuantitas : Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter dan dapat

mengungkapkan isi hatinya dengan jelas. Kualitas : Bicara spontan, volume bicara normal, artikulasi jelas dan

pembicaraan bisa dimengerti. 5. Sikap Terhadap Pemeriksa Pasien kooperatif

B. KEADAAN AFEKTIF 1. Afek (Mood) 2. Ekspresi (Afektif) 3. Keserasian 4. Empati : Pasien merasa sedih : Terbatas : Mood dan afektif serasi : Pemeriksa dapat meraba rasakan perasaan pasien

C. FUNGSI INTELEKTUAL/KOGNITIF 1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan Taraf pendidikan
6

SD Pengetahuan umum

: Tamat

Baik, karena pasien dapat menjawab dengan tepat ketika ditanya tentang siapa presiden RI saat ini dan presiden RI yang pertama 2. Daya konsentrasi Kurang optimal, pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dari awal sampai dengan selesai, pasien juga dapat menjawab dengan benar pertanyaan 100-7 sampai lima kali namun dalam waktu yang lama. 3. Orientasi Waktu Tempat : Baik, pasien mengetahui waktu saat berobat siang hari : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di poliklinik psikiatri

RS. Persahabatan Orang Situasi : Baik, pasien mengetahui pemeriksa adalah dokter : Baik, pasien mengetahui bahwa dia sedang konsultasi

4. Daya ingat Daya ingat jangka panjang Baik, pasien masih dapat mengingat dimana tempat dia sekolah. Daya ingat jangka pendek Baik, pasien datang ke RS. Persahabatan menggunakan motor. Daya ingat segera Baik, pasien dapat mengulang 5 nama kota yang diberikan oleh pemeriksa secara berurutan. Akibat hendaya daya ingat pasien Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien ini. 5. Pikiran abstrak Baik, pasien mengerti makna dari pribahasa Tong kosong nyaring bunyinya dengan baik. 6. Bakat kreatif Pasien masih bisa melakukan pekerjaan sehari-hari di rumah seperti mencuci pakaian, mencuci piring, menggosok dan pekerjaan rumah lainnya serta mengurus anak-anaknya. Pasien juga rajin mengikuti pengajian di sekitar rumahnya.
7

7. Kemampuan menolong diri sendiri Baik, pasien dapat mengerjakan segala sesuatunya sendiri dan mampu mengurus dirinya sendiri.

D. GANGGUAN PERSEPSI 1. Halusinasi dan ilusi Halusinasi Ilusi : tidak terdapat halusinasi pada pasien ini : tidak ada ilusi pada pasien

2. Depersonalisasi dan derealisasi Depersonalisasi Derealisasi : Tidak ada : Tidak ada

3. Pasien merasa badannya kedinginan, kaki sakit, seluruh badan gatal-gatal namun tidak ada bentol, dan pundak terasa berat.

E. PROSES PIKIR 1. Arus Pikir Produktivitas pertanyaan. Kontinuitas Hendaya : Koheren : Tidak terdapat hendaya berbahasa : Baik, pasien dapat menjawab spontan bila diajukan

2. Isi Pikiran Preokupasi yang dialaminya. Gangguan pikiran : Tidak terdapat gangguan pikiran. : Ada, pasien selalu mengulang-ngulang tentang sakit

F. PENGENDALIAN IMPULS Pengendalian impuls pasien saat wawancara baik.

G. DAYA NILAI 1. Norma Sosial sekitarnya. 2. Uji Daya Nilai : Baik, karena ketika diberi suatu permasalahan, apa yang : Pasien mampu bersosialisasi dengan lingkungan

akan dilakukan pasien jika ada anak kecil menangis di mall karena terpisah dari orang tuanya, pasien menjawab menolong anak kecil tersebut dengan membawanya ke satpam. 3. Penilaian realitas : Tidak terdapat gangguan dalam menilai realita.

H. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN KEHIDUPANNYA Menurut penilaian pemeriksa terhadap pasien, bahwa pasien mengetahui bahwa dirinya sakit, namun tidak tahu persis penyakit apa yang dideritanya. pasien membutuhkan obat karena jika tidak minum obat keluhan-keluhannya akan timbul kembali. Pasien saat ini memiliki kemauan untuk sembuh dari sakitnya. I. TILIKAN/INSIGHT Tilikan derajat 4, pasien menyadari bahwa dirinya sakit namun tidak tahu persis penyakit apa yang dideritanya.

J. TARAF DAPAT DIPERCAYA Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh bahwa jawaban pasien dapat dipercaya, karena pasien dapat menilai realita dan konsisten terhadap setiap pertanyaan.

IV.

PEMERIKSAAN FISIK a. Status Generalis 1. Keadaan umum 2. Tanda vital - Tekanan darah - Frekuensi nadi - Frekuensi napas : 130/80 mmHg : 88 x / menit : Kesan dalam batas normal
9

: Baik

- Suhu 3. Bentuk badan 4. Sistem kardiovaskular 5. Sistem muskuloskeletasl 6. Sistem gastrointestinal 7. Sistem urogenital 8. Gangguan khusus

: Afebris : Kesan dalam batas normal : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan

b. Status Neurologis 1. Saraf Kranial 2. Saraf motorik 3. Sensibilitas 4. Susunan saraf vegetatif 5. Fungsi luhur 6. Gangguan khusus : Kesan dalam batas normal : Kesan dalam batas normal : Kesan dalam batas normal : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan : Tidak ada kelainan

V.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Pasien seorang perempuan usia 55 tahun datang untuk kontrol dan obatnya sudah habis. Pasien mengeluh bahwa badannya kembali kedinginan, kakinya sakit terutama jika pasien jalan, jika kaki ditekuk bagian belakang paha terasa sakit dan linu, pasien juga mengeluhkan gatal-gatal diseluruh tubuhnya, namun tidak ada bentol sama sekali. Pundak pasien terasa berat, dan setiap tidur, terkadang kaki pasien keram. Keluhan tersebut pasien rasakan semenjak tiga bulan terakhir. Pasien pernah berobat ke Poli Penyakit Dalam dan dilakukan pemeriksaanpemriksaan namun tidak ditemukan kelainan serta tidak ada perbaikan dari obat yang diberikan. Satu tahun yang lalu, pasien pernah mengalami keluhan yang sama dan berobat di poli jiwa. Pasien menyangkal pernah mendengar bisikan, melihat bayangan, mencium baubauan, dan merasakan ada yang menyentuhnya.
10

Pasien juga menyangkal bahwa pikirannya serasa diambil oleh sesuatu atau dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan tertentu, juga menyangkal bahwa pikirannya terbaca/diketahui oleh orang lain.

Baik selama sakit ataupun sebelum sakit, pasien tidak pernah mengalami trauma di kepala. Orientasi waktu, tempat, orang & situasi baik. Pasien tidak pernah mengkonsumsi zat-zat psikoaktif (NAPZA), dan tidak pernah merokok. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit namun tidak tahu persis penyakit apa yang dideritanya. Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. Pasien lahir spontan, tumbuh kembang normal, dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain sebagaimana orang normal lainnya, pendidikan sampai SD, lulus sesuai dengan waktunya dan tidak terdapat retardasi mental. Pasien tidak melanjutkan pendidikannnya karena dilarang oleh pamannya.

Fungsi kognitif pasien baik, pengendalian impuls baik. Keadaan umum baik, pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan. Pasien adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Saat ini pasien tinggal di sebuah kontrakan bersama anak-anaknya. Perekonomian keluarga berasal dari pensiunan suaminya dan terkadang tambahan dari anak-anaknya yang sudah bekerja. Menurut pasien, keadaan ekonominya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain, diluar kebutuhan sehari-hari.

Hubungan pasien dengan anak-anak dan cucunya baik. Sudah sepuluh tahun pasien tidak pernah bertemu dengan bibinya lagi karena jarak yang jauh, pasien juga tidak pernah bertemu dengan kedua orang tuanya yang saat ini tinggal di Kalimantan. Pasien ingin sekali bertemu dengan mereka untuk membalas budi namun tidak bisa karena kendala ekonomi.

Pasien mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya (tetangganya). Pada pasien didapatkan gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
11

VI.

FORMULASI DIAGNOSTIK Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien terdapat kelainan pola perilaku dan psikologis yang secara klinis bermakna yang dapat menyebabkan timbulnya distress dan disabilitas dalam fungsi sehari-hari maka pasien dikatakan menderita gangguan jiwa. Diagnosis aksis I Tidak terdapat kelainan fisik yang menyebabkan disfungsi otak, sehingga pasien ini bukan penderita gangguan mental organik (F.0) Tidak didapatkan riwayat mengkonsumsi minuman beralkohol maupun

penggunaan obat psikoaktif (NAPZA), dan tidak ada sindroma ketergantungan, sehingga pasien ini bukan menderita gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif (F.1) Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita, yang ditandai dengan adanya halusinasi & waham sehingga pasien ini dikatakan menderita gangguan psikotik(F.2) Pada pasien ini tidak ditemukan adanya hilangnya minat, dan kegembiraan, hilang energi, serta mudah lelah maka pada pasien ini tidak ada gejala depresi. Pada pasien ini juga tidak ditemukan adanya aktivitas fisik yang berlebihan, mood yang meningkat, ide-ide yang meningkat maka bukan pasien dalam episode manik. Sehingga pasien ini bukan merupakan pasien yang memiliki gangguan suasana perasaan afektif atau mood (F3). Pasien ini mengeluhkan bahwa badannya dingin, kakinya sakit terutama jika pasien jalan, pasien juga mengeluhkan gatal-gatal diseluruh tubuhnya, namun tidak ada bentol sama sekali. Pundak pasien terasa berat, dan setiap tidur, terkadang kaki pasien keram. Keluhan tersebut pasien rasakan semenjak tiga bulan terakhir. Pasien sudah berobat ke Poli Penyakit Dalam namun tidak ditemukan adanya kelainan. Dari pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan kelainan. Maka pasien ini menderita gangguan somatoform tak terinci ( F45.9).
12

Diagnosis Aksis II Tumbuh kembang normal, sebelum sakit sampai sekarang, pasien bisa berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain sebagaimana orang normal lainnya. Pasien juga dapat menyelesaikan sekolah SD nya dengan tepat waktu, fungsi kognitif baik & tidak terdapat retardasi mental. Aksis II pada pasien ini tidak ada diagnosis. Diagnosis Aksis III Pada pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan, maka pada aksis III tidak ada diagnosis. Diagnosis Aksis IV Pasien adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Saat ini pasien tinggal di sebuah kontrakan bersama anak-anaknya. Perekonomian keluarga berasal dari pensiunan suaminya dan terkadang tambahan dari anak-anaknya yang sudah bekerja. Menurut pasien, keadaan ekonominya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhankebutuhan lain, diluar kebutuhan sehari-hari. Kegiatan pasien sehari-hari dirumah

melakukan pekerjaan dan mengurus anak-anaknya serta cucunya. Hubungan pasien dengan tetangga sekitarnya baik, pasien juga rutin mengikuti pengajian yang diadakan 2 kali dalam seminggu. Hubungan pasien dengan anak-anak dan cucunya baik. Sudah sepuluh tahun pasien tidak pernah bertemu dengan bibinya lagi karena jarak yang jauh, pasien juga tidak pernah bertemu dengan kedua orang tuanya yang saat ini tinggal di Kalimantan. Pasien ingin sekali bertemu dengan mereka untuk membalas budi namun tidak bisa karena kendala ekonomi. Akses ke pelayanan kesehatan cukup terjangkau. Pasien menyelesaikan sekolahnya sampai tamat SD dengan tepat waktu. Aksis IV pada pasien ini adalah masalah ekonomi, rumahnya yang masih mengontrak dan hubungannya dengan bibi serta orang tuanya yang terputus karena jarak. Diagnosis Aksis V Pada pasien didapatkan gejala sedang (moderate), disabilitas sedang. Maka pada aksis V didapatkan GAF Scale 60-51.

13

VII.

EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I Aksis II Aksis III Aksis IV : Gangguan somatoform tak terinci : Tidak ada diagnosis : Tidak ada diagnosis : masalah ekonomi, rumahnya yang masih mengontrak dan hubungannya dengan bibi serta orang tuanya yang terputus karena jarak. Aksis V : GAF scale 60-51

VIII.

DAFTAR PROBLEM Organobiologik Masalah psikologis : Tidak ada : Masalah ekonomi, rumahnya yang masih mengontrak dan

hubungannya dengan bibi serta orang tuanya yang terputus karena jarak

IX.

PROGNOSIS Prognosis kearah baik Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami sakit serupa dengan pasien Pasien patuh minum obat dan rutin kontrol Respon terhadap pengobatan baik Keluarga mendukung pasien untuk sembuh Tilikan derajat 4 Pasien dapat bersosialisasi dengan baik

Prognosis ke arah buruk Kondisi ekonomi pasien yang pas-pasan Pasien belum sempat membalas budi kepada bibi dan kedua orang tuanya, sehingga benjadi beban pikiran pasien. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama satu tahun yang lalu.

14

Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah: Ad vitam Ad functionam Ad sanationam : bonam : dubia ad bonam : dubia

X.

TERAPI Psikofarmaka : - Fluoxetin 1 x 20 mg - Clobazam 2 x 10 mg - Neurodex 1 x 1 tablet

Psikoterapi : a. Pada pasien - Minum obat teratur dan kontrol rutin - Mencari teman atau saudara yang bisa di ajak untuk curhat atau berbagi cerita -

b. Pada keluarga - Edukasi tentang keadaan penyakit pasien dan kondisi pasien kepada keluarga terutama ayah kandung pasien. - Mengingatkan pasien untuk minum obat teratur dan control sebelum obatnya habis - Menemani pasien untuk kontrol - Memberikan perhatian dan dukungan semangat kepada pasien
15

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri . FK UI. Jakarta. 2003. 2. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan pertama. PT. Nuh Jaya. Jakarta. 2001. 3. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. PT. Nuh Jaya. Jakarta. 2007.

16

You might also like