You are on page 1of 5

Cermin Apa Adanya Saya ingin sedikit berbicara tentang topeng dan kepura-puraan.

Selama ini mungkin kita agak sedikit minder memakai baju yang tidak ada merek HUGO di belakangnya, atau celana jeans sekelas LEVIS, atau sandal seperti PAKALOLO. tak pernah kosong peralatan make up kita di atas meja rias untuk menutupi hitam hitam kecil di wajah kita. Atau tak pernah lelah kita memposting foto foto editan photoshop di wall facebook kita. Semua itu adalah lebih kepada sesuatu yang saya ingin menyebutnya dengan topeng dan kepura-puraan. Tentu kita masih ingat bagian yang diceritakan oleh penulis beken Andrea Hirata di dalam salah satu tetralogi Laskar Pelangi, yaitu ketika pertama kalinya dia pulang ke kampung halamannya setelah sekian lama berkelana di negeri orang. Saat dia menumpang sebuah bus reot yang yang tak lain supirnya adalah mantan pemain orkes tunggal yang sempat berjaya pada masanya, Bang Zaitun. Yap, benar sekali, sebuah bus eksotik yang diberi nama oleh pemiliknya dengan nama gembira suka suka. Bukankah ketika itu Bang zaitun berusaha keras untuk memberikan service memuaskan kepada penumpangnya yang duduk di jajaran bangku VIP? Yaitu dengan memutarkan lagu yang dianggapnya sangat mewakili penampilan dan kepribadian penumpang terhormatnya itu. Saat itu, satu satu lagu barat berkelas yang bersumber dari pita suara penyanyi penyanyi tenar tingkat dunia diputar oleh

bang Zaitun melalui tape yang ada di dalam bus gembira suka suka itu. Terang saja, lagu - lagu itu memang layak mewakili tiga orang pertama yang duduk di bangku VIP. Baik dari segi penampilan, wajah, pendidikan hingga pekerjaan yang mereka geluti memang sekelas dengan lagu lagu jazz-nya Sting semisal Englishman in New York. Lihat saja sebagian liricnya,

a gentleman will walk but never run it takes a man to suffer ignorance and smile be yourself no matter what they say Berkelas sekali. Sangat berkelas, baik lirik maupun skill pemain musik yang terlibat di dalamnya. Sebut saja Brandford Marsalis untuk mewakili yang lain. Atau mungkin lagu kedua yang dipersembahkan oleh bang Zaitun untuk penumpang sepesial berikutnya. Seorang calon dokter yang ingin melamar gadis pujaannya.

Girl you are to me All that a women should be And I dedicate my life to you always

Yahh, benar sekali. Lagu miliknya Atlantic Star yang berjudul Always.

Kemudian lagu berikutnya adalah untuk seorang Bapak berwibawa pensiunan pejabat teras di lingkungan lembaga keuangan. Saat itu, Bang Zaintun memilihkan My way miliknya Frank Sinatra sebagai lagu yang dia rasa sangat pantas untuk mewakili segenap perasaan sang pensiunan. Dan sekali lagi sepertinya lagu itu memang pantas untuk Beliau. Lantas tibalah waktunya Bang Zaitun untuk melayani penumpang kelas VIP nya yang terakhir, dan itu adalah Sang Penulis yang namanya telah saya sebutkan di awal tulisan ini. Sebelumnya dia sempat mengira ngira beberapa lagu papan atas yang akan segera di putarkan oleh bang Zaitun untuknya. Mungkin Phill Collin, atau Barry Manillow, atau setidaknya George Michael cukuplah untuk mewakilinya sebagai seorang master jebolan Sorbone. Intinya, dia ingin tak kalah kelas dengan tiga orang penumpang spesial di sampingnya itu. Namun apa daya, tak disangka dan tak diduga. Lagu yang keluau dari speaker Bus Gembira Suka Suka itu adalah sebuah lagu lawan yang ber-genre dangdut kekasidah-kasidahan.

perdamaian perdamaian Banyak yang cinta damai Tapi perang semakin ramai Bingung bingung ku memikirnya

Ketika itu kontan semua penumpang tertawa, terkikik-kikik. Bang Zaitun memandang prihati kea rah penulis itu seolah ingin berkata, Apa boleh buat, Boi? Memang begitulah adanya. Aku merasa sangat beruntung telah bertemu dengan orang seperti bang zaitun, sebab seribu cermin yang datar, yang cekung, yang cembung, dari samping , atas, atau bawah tak pernah cukup untuk mengenali diri sendiri. Bukankah siapapun selalu tak yakin akan keadaan diri sendiri?tak pernah ada gambaran untuk itu. Sebagian karena fisika : yaitu terbatasnya informasi dari refleksi cermin dua dimensi. Sebagian karena kecenderungan narsis memuji diri, dan sebagian lagi, bagian terbesar, karena tak sanggup menerima kenyataan bahwa kita ini tak sebaik, tak setanpan sangka akan diri kita sendiri (Andrea Hirata)

Dalam kehidupan ini, kita sering sekali merasa kalau kita lebih baik daripada yang lain, atau kita merasa marah ketika ada beberapa orang yang melemparkan kritikan - kritikan bahkan hinaan kepada kita. Di sini seharusnya kita sudah belajar bagaimana cara menyikapi segala persoalan itu secara bijaksana. Bisa jadi kritikan dan hinaan itu adalah memang sesuatu yang layak kita dapatkan karena memang segitulah kemampuan dan keadaan diri kita. Sebaiknya kita memperbanyak instropeksi dan mengingat ngingat kesalahan yang telah kita perbuat. Karena orang orang yang hidup di sekitar kita, yang setiap harinya merasakan akibat dari sikap , baik ataupun buruk, kita adalah ibarat sebuah cermin apa adanya. Cermin yang bias memberikan penilaian kepada kita secara jujur dan apa adanya.

Biodata Penulis Nama Alamat No.HP Email : Muhibbuddin Murzan : Jln. Taman Makam Pahlawan No. 29B, Banda Aceh : 085260000832 : m.murzan@gmail.com

Penulis adalah fresh graduated dari salah satu perguruan tinggi di Aceh. Mulai menyukai dunia menulis sejak sekolah dasar, ingin sekali belajar menulis secara serius namun sampai saat ini keinginan itu belum terwujud.

You might also like