You are on page 1of 3

Pembelajaran Sastra Bandingan Indonesia-Jepang: Sebuah Pengalaman Mengajarkan Bahasa dan Sastra Indonesia di TUFS Rakhmat Soleh Abstrak

Artikel ini saya tulis berdasarkan pengalaman mengajar selama tiga semester di Jurusan Bahasa Indonesia, Universitas Kajian Asing Tokyo (Tokyo University of Foreign Studies, TUFS). Mengajarkan materi bahasa dan sastra Indonesia kepada mahasiswa asing yang berasal dari satu negara, tidaklah mudah. Pengalaman saya mengajar selama 10 tahun di INCULS (UGM) tidak serta merta bisa diterapkan TUFS. Di INCULS, mahasiswa terdiri atas mahasiswa dari berbagai negara, suasana kelas lebih hidup karena mahasiswanya heterogen. Sementara itu, kelas di TUFS homogen, hanya terdiri atas mahasiswa Jepang, yang cenderung lebih pendiam dibandingkan kelas yang terdiri dari banyak mahasiswa Eropa. Untuk itu diperlukan cara-cara pembelajaran yang bisa membuat mahasiswa lebih aktif. Salah satu cara yang saya praktikkan adalah memasukkan materi pembelajaran sastra bandingan Indonesia-Jepang. Bukan hanya dalam kelas mata kuliah sastra, tetapi juga dalam kelas keterampilan berbahasa, yaitu menulis, membaca, dan percakapan. Materi sastra bandingan yang disampaikan terutama adalah karya sastra tradisional, sastra yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Materi pertama adalah cerita rakyat, cerita yang hidup dalam tradisi lisan. Diceritakan oleh tukang cerita dari kampung ke kampung atau oleh ibu kepada anaknya menjelang tidur. Di Indonesia cerita rakyat setidaknya dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu (1) cerita asal-usul, (2) cerita binatang, (3) cerita jenaka, dan (4) cerita pelipur lara. Jenis-jenis cerita ini terdapat juga di Jepang. Materi kedua adalah puisi tradisional Indonesia dan Jepang, khususnya pantun dan haiku, puisi yang berpola. Untuk lebih mudah mempelajarinya, mahasiswa terlebih dulu mendapat tugas mengingat dan membaca haiku serta mengupas isinya, setelah itu mencermati pola serta isi pantun. Haiku juga diperbandingkan dengan beberapa puisi modern Indonesia. Materi selanjutnya adalah pepatah atau peribahasa Indonesia dan Jepang (kotowaza). Pepatah atau peribahasa merupakan ungkapan yang terdiri atas kelompok kata atau kalimat ringkas padat, berisi perumpamaan, nasihat, prinsip atau aturan tingkah laku. Kesimpulannya, pembelajaran sastra bandingan di kelas merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengajarkan bahasa, sastra, dan budaya Indonesia, di samping untuk menghidupkan kelas menjadi lebih aktif, baik secara lisan

maupun tertulis.

UGM INCULS 10 INCULS 4

You might also like