You are on page 1of 12

EKSI 4309 AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1

Edy Subyakto
3 sks / modul 1-9: ill.; 21 cm / Edisi 1 ISBN : 979 DDC : 657.044 Copyright (BMP) Jakarta: Universitas Terbuka, 2007 Tinjauan Mata Kuliah Mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 merupakan salah satu mata kuliah keahlian berkarya yang bertujuan untuk memberikan kerangka dasar bagi mahasiswa yang ingin berkarier sebagai praktisi akuntansi keuangan maupun akademisi dalam mengembangkan ilmu akuntansi keuangan. Melalui mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 1, Anda akan mendapat kesempatan mendalami teori serta mengaplikasikannya dalam suatu usaha bisnis. Setelah mempelajari mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 1, Anda diharapkan mampu menerapkan konsep akuntansi keuangan untuk situasi yang bersifat khusus yang terjadi pada suatu entitas bisnis. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta bobot 3 SKS, mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 terdiri dari 9 modul yang pengorganisasiannya sebagai berikut: Pembentukan, Pembagian Laba-Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menerapkan akuntansi persekutuan. Persekutuan: Pembubaran karena Perubahan Sekutu dan Likuidasi. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menerapkan akuntansi pembubaran persekutuan. Pengembangan Persekutuan. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menerapkan teknik akuntansi perubahan bentuk usaha persekutuan menjadi perseroan terbatas dan joint venture. Likuidasi Perseroan, Reorganisasi dan Restrukturisasi Utang. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menerapkan teknik akuntansi pada likuidasi perseroan. Penjualan Angsuran. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menerapkan teknik akuntansi pada transaksi penjualan angsuran. Penjualan Konsinyasi. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menerapkan teknik akuntansi pada transaksi penjualan konsinyasi. Valuta Asing. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menerapkan teknik akuntansi pada transaksi valuta asing dan translasi laporan keuangan. Hubungan Kantor Pusat dengan Kantor Cabang. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menerapkan teknik akuntansi pada transaksi hubungan kantor pusat dengan kantor cabang berikut penyusunan laporan keuangannya. Laporan Segmen dan Laporan Interim. Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menyusun laporan segmen dan laporan keuangan interim sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Agar lebih memudahkan dalam memahami mata kuliah ini, berikut disampaikan desain instruksional yang menggambarkan tujuan dari instruksional tiap topik bahasan dan kompetensi-kompetensi pendukung yang harus Anda kuasai untuk mencapai kompetensi utama mata kuliah ini. Dengan mempelajari setiap modul dengan cermat sesuai petunjuk yang ada serta mengerjakan semua latihan/tugas dan tes yang diberikan secara sungguh-sungguh, Anda akan berhasil dalam menguasai tujuan yang telah ditetapkan.

Selamat belajar, semoga Anda sukses!

MODUL 1 PEMBENTUKAN, PEMBAGIAN LABA-RUGI, DAN LAPORAN KEUANGAN PERSEKUTUAN Kegiatan Belajar 1: Pembentukan Persekutuan Rangkuman 1. 2. 3. Pengertian persekutuan ditinjau dari hukum adalah kumpulan dua atau lebih subjek hukum untuk bergabung bersama-sama. Bentuk Persekutuan sebagai entitas usaha ada dua macam yaitu berbadan hukum dan tidak berbadan hukum. Persyaratan pendirian persekutuan berdasarkan kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1320. Bentuk Persekutuan tidak berbadan hukum, yaitu firma dan persekutuan komanditer. Firma lebih bersifat kekeluargaan karena tanggung jawab setiap sekutu tidak terbatas (unlimited labilities). Sedangkan persekutuan komanditer adalah firma dengan salah satu sekutunya sebagai sekutu komanditer karena tanggung jawab terbatas (unlimited labilities) dan bisa diwujudkan dalam bentuk saham. 4. Pengertian persekutuan ditinjau dari substansial. Adanya kesepakatan bergabungnya dua pihak atau lebih dengan tanggung jawab yang dipikul oleh masing-masing sekutu secara penuh dan tidak terbatas hanya pada modal penyertaannya saja. Walau tanggung jawab sekutu tidak terbatas, namun persekutuan merupakan satu entitas ekonomi yang sama dengan bentuk usaha lainnya. 5. Sifat-sifat persekutuan sebagai berikut mempunyai umur terbatas/ limited life, mempunyai tanggung jawab yang tak terbatas/unlimited labilities, mutual agency, memiliki bentuk yang sederhana, pemilikan harta bersama, dan partisipasi dalam pembagian laba. 6. 7. 8. 9. Hubungan ekonomis antara persekutuan dan para sekutu ditampung dalam tiga rekening, yaitu rekening modal, rekening prive, serta rekening utang dan piutang kepada sekutu. Investasi sekutu saat pembentukan persekutuan dilakukan dalam bentuk tunai atau berupa kas dan aktiva bukan kas. Investasi dalam bentuk bukan kas sebaiknya dinilai sebesar fair values. Perlakuan terhadap kemampuan lebih yang memiliki sekutu ada dua pendekatan, yaitu metode bonus dan metode goodwill. Acap kali selisih antara pengorbanan untuk investasi dengan nilai penyertaan merupakan unidentifiable assets dengan perlakuan sebagai goodwill atau bonus. 10. Harus dibedakan antara mutasi modal penyertaan dengan utang/ piutang sekutu. Utang/piutang sekutu tidak secara otomatis dikonversikan pada modal penyertaan, kecuali atas persetujuan sekutu. 11. Perkiraan prive tidak harus ditutup pada modal penyertaan terutama pada sekutu yang membagi laba didasarkan pada saldo modal. Offsetting prive ke modal penyertaan harus sepersetujuan para sekutu. Kegiatan Belajar 2: Pembagian Laba-Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan Rangkuman 1. Laba rugi yang dihasilkan adalah hak atau beban masing-masing sekutu dengan jumlah yang tergantung pada kesepakatan. Walau banyak yang mengaitkan dengan saldo modal, tetapi pembagian laba rugi tidak harus didasarkan pada besarnya modal. Pembagian laba rugi didasarkan pada rasio tertentu, saldo modal, perhitungan bonus, perhitungan jumlah tetap, dan perhitungan bunga penyertaan. 2. 3. Pembagian laba rugi didasarkan pada rasio tertentu. Termasuk dalam kategori ini adalah pembagian didasarkan pada original capital (saldo modal saat didirikannya persekutuan) karena jumlahnya tidak berubah. Pembagian laba rugi didasarkan pada saldo modal. Banyak pihak yang mendukung dasar ini karena saldo modal yang tersisa merupakan investasi sekutu pada persekutuan hingga return berupa pembagian laba rugi juga layak dikaitkan dengan saldo modal.

4. 5.

Pembagian laba rugi dengan memperhitungkan bonus. Dasar ini berpeluang untuk mendorong sekutu lebih berprestasi karena adanya reward. Pembagian laba rugi dengan memperhitungkan bagian jumlah tetap. Dasar ini memberikan jaminan pembayaran dalam jumlah tetap. Banyak pihak yang menyebut dasar ini dengan pembagian laba rugi didasarkan pada gaji. Namun, substansinya adalah jumlah yang tetap tersebut karena gaji sudah masuk dalam unsur biaya operasi dan laba rugi dibagi sudah bersih dari unsur gaji.

6.

Pembagian laba rugi dengan memperhitungkan bunga penyertaan. Hampir sama dengan dasar modal rata-rata karena memberikan penghargaan pada waktu. Namun, dasar ini mengandung fixed atas tarifnya bukan jumlahnya.

7.

Laporan keuangan persekutuan terdiri dari laporan perhitungan laba rugi, laporan perubahan modal, dan neraca. Laporan perhitungan laba rugi secara eksplisit menunjukkan porsi laba masing-masing sekutu. Laporan perubahan modal secara eksplisit menyajikan laporan perubahan modal masing-masing sekutu. Neraca adalah struktur modal yang secara eksplisit harus menunjukkan porsi ekuitas masing-masing sekutu.

Daftar Pustaka

Baker Richard E, Lembke Valdean C, and King Thomas E. (2005). Advance Financial Accounting. 6th ed. New York. NY.: McGrawhill. Beams Floyd A, Anthony Joseph H, Clement Robin P, and Lowensohn Suzanne H. (2002). Advanced Accounting. 7th Edition. Upper Saddle River. NJ.: Prentice Hall. Drebin Allan. R. (2000). Advanced Accounting. 5th Edition. South Western Haried, Andrew A. Imdieke, and Smith. (1994). Advanced Accounting. 6th Edition. John Wiley & Sons, Inc. L. Suparwoto. (1991). Akuntansi Keuangan Lanjutan Bagian 1. Yogyakarta: BPFE. Ikatan Akuntan Indonesia. (2004). Standar Akuntansi Keuangan. per 1 Oktober 2004. Salemba Empat.

MODUL 2 PEMBUBARAN KARENA PERUBAHAN SEKUTU DAN LIKUIDASI Kegiatan Belajar 1: Pembubaran Persekutuan karena Perubahan Sekutu Rangkuman 1. Dari tinjauan hukum (legal), bertambahnya sekutu baru pada dasarnya akan membubarkan persekutuan yang sudah ada sebagai satu entitas hukum (partnership dissolution) untuk kemudian didirikan persekutuan yang baru. 2. 3. 4. Dari tinjauan substantif tidak pernah ada pembubaran karena sebagai satu entitas ekonomi, perusahaan tersebut masih terus menjalankan usahanya. Penambahan sekutu baru tersebut harus disertai dengan penyusunan neraca untuk mengetahui posisi penyertaan/pemilikan masing-masing sekutu dan disusun pula neraca persekutuan yang baru. Bertambahnya sekutu baru bisa dilakukan melalui cara pembelian sebagian atau seluruh penyertaan seorang atau beberapa orang sekutu. Pembelian ini bukan transaksi perusahaan, tetapi merupakan transaksi pribadi antara sekutu baru dengan sekutu yang akan digantikan. Dengan demikian, apabila terjadi ketidaksamaan antara jumlah pembayaran dengan nilai pemilikan bukan merupakan keuntungan persekutuan, tetapi merupakan keuntungan atau kerugian pribadi sekutu. 5. Pada transaksi pembelian, jumlah ekuitas tidak bertambah yang dicatat di dalam transaksi ini adalah susunan sekutu.

6.

Bertambahnya sekutu juga bisa dilakukan melalui cara investasi sekutu baru, bukan menggantikan pemilikan sekutu yang sudah ada. Persoalan yang timbul adalah adanya kemungkinan ketidaksamaan antara jumlah yang diinvestasikan dan diterima olah persekutuan dengan saldo modal yang akan diakui.

7.

Selisih antara jumlah investasi dengan bagian pemilikan bisa diakui sebagai bonus atau dilakukan penyesuaian terhadap aktiva dan kewajiban. Namun, apabila seluruh aktiva dan kewajiban telah dinilai sebesar nilai wajar, selisih tersebut diakui sebagai goodwill. Bonus dan goodwill tersebut bisa diberikan pada sekutu lama dan juga bisa diberikan pada sekutu baru, tergantung pada transaksinya.

8.

Dari tinjauan hukum (legal), berkurangnya sekutu baru pada dasarnya akan membubarkan persekutuan yang sudah ada sebagai satu entitas hukum (partnership dissolution) untuk kemudian didirikan persekutuan yang baru.

9.

Dari tinjauan substantif tidak pernah ada pembubaran karena sebagai satu entitas ekonomi, perusahaan tersebut masih terus menjalankan usahanya.

10. Berkurangnya sekutu baru tersebut harus disertai dengan penyusunan neraca untuk mengetahui posisi penyertaan/pemilikan masing-masing sekutu dan disusun pula neraca persekutuan yang baru. 11. Persoalan akan timbul manakala terjadi selisih antara jumlah yang akan diberikan pada sekutu yang mengundurkan diri dengan saldo modal yang akan diakui. 12. Selisih antara jumlah yang akan diberikan pada sekutu yang mengundurkan diri dengan saldo modal bisa diakui sebagai bonus atau dilakukan penyesuaian terhadap aktiva dan kewajiban. Namun, apabila seluruh aktiva dan kewajiban telah dinilai sebesar nilai wajar, selisih tersebut diakui sebagai goodwill. Bonus dan goodwill tersebut bisa diberikan pada sekutu lama dan juga bisa diberikan pada sekutu baru, tergantung pada transaksinya Kegiatan Belajar 2: Likuidasi persekutuan Rangkuman 1. 2. Likuidasi persekutuan mencakup konversi aktiva bukan kas menjadi kas, pengakuan untung dan rugi selama masa likuidasi, pembayaran kewajiban, dan distribusi kas kepada sekutu pada saat berakhirnya usaha. Laporan keuangan utama untuk likuidasi persekutuan ialah laporan likuidasi persekutuan yang meringkas seluruh transaksi dan peristiwa finansial selama masa likuidasi. Laporan ini juga digunakan sebagai dokumen resmi untuk likuidasi yang dilakukan melalui pengadilan. 3. 4. 5. Likuidasi sederhana mengacu pada konversi seluruh aktiva menjadi kas sebelum distribusi dilakukan kepada sekutu. Ketika persekutuan dilikuidasi dengan pendistribusian bertahap kepada sekutu, kas didistribusikan kepada sekutu setelah kewajiban dibayar, tetapi sebelum untung ataupun rugi likuidasi diakui. Untuk mencegah pembayaran yang berlebihan kepada sekutu, jumlah kas yang didistribusikan dihitung dengan dua asumsi yaitu seluruh sekutu secara pribadi tidak likui dan seluruh aktiva bukan kas rugi. Dengan asumsi ini ada dua pendekatan utama untuk menghitung jumlah pembayaran aman kepada sekutu pada tiap tahap distribusi. Pendekatan pertama ialah menyiapkan skedul pembayaran aman untuk setiap tahap distribusi dan pendekatan kedua adalah menyiapkan rencana distribusi kas yang digunakan selama proses likuidasi. Daftar Pustaka

Baker Richard E, Lembke Valdean C, and King Thomas E. (2005). Advance Financial Accounting. 6th ed. New York. NY.: McGrawhill. Beams Floyd A, Anthony Joseph H, Clement Robin P, and Lowensohn Suzanne H. (2002). Advanced Accounting. 7th Edition. Upper Saddle River. NJ.: Prentice Hall. Drebin Allan. R. (2000). Advanced Accounting. 5th Edition. South Western Haried, Andrew A. Imdieke, and Smith. (1994). Advanced Accounting. 6th Edition. John Wiley & Sons, Inc. L. Suparwoto. (1991). Akuntansi Keuangan Lanjutan Bagian 1. Yogyakarta: BPFE. Ikatan Akuntan Indonesia. (2004). Standar Akuntansi Keuangan. per 1 Oktober 2004. Salemba Empat.

MODUL 3 PENGEMBANGAN PERSEKUTUAN Kegiatan Belajar 1: Perubahan Persekutuan menjadi Perseroan Terbatas Rangkuman 1. Perubahan usaha dari bentuk persekutuan menjadi perseroan terbatas bila ditinjau dari sisi legal (hukum) pada dasarnya telah membubarkan entitas hukum persekutuan dalam bentuk perusahaan perorangan (single proprietorship) dan membentuk entitas hukum baru berupa perseroan terbatas yang berbadan hukum. Sedang ditinjau dari sisi substantif, seakan tidak terjadi pembubaran karena perusahaan tersebut berjalan terus dan hanya berganti struktur modalnya. 2. Pencatatan yang harus dibuat sehubungan dengan perubahan persekutuan menjadi perseroan terbatas, dapat memilih satu di antara dua metode, yaitu perseroan terbatas meneruskan buku-buku persekutuan atau perseroan terbatas menggunakan buku-buku baru. Kegiatan Belajar 2: Kerja Sama Patungan (Joint Venture) Rangkuman 1. Perusahaan patungan merupakan kerja sama antara dua pihak atau lebih, masing-masing sebagai venturer sampai batas waktu tertentu. Perbedaan yang pokok antara joint venture dengan persekutuan adalah umur joint venture lebih pendek dibandingkan umur persekutuan. Anggota joint venture (venture/partner/sekutu) dapat berupa perseorangan, persekutuan, perseroan terbatas dan sebagainya. Salah satu sekutu bertindak sebagai manajer (managing partner). 2. Akuntansi yang diselenggarakan oleh joint venture ini pada dasarnya sama dengan akuntansi yang diselenggarakan oleh persekutuan. Model akuntansi yang bisa diterapkan pada perusahaan patungan, yaitu akuntansi untuk kerja sama patungan diselenggarakan terpisah dan tidak terpisah. 3. Pada metode akuntansi terpisah, joint venture menyelenggarakan akuntansi secara tersendiri. Dalam metode ini masing-masing sekutu hanya akan mencatat investasi sendiri saja. Jadi, para sekutu hanya akan mencatat apabila haknya berubah. Metode ini biasanya dipakai oleh joint venture yang umurnya relatif panjang. 4. Pada metode akuntansi tidak terpisah, joint venture tidak menyelenggarakan akuntansi secara tersendiri. Akuntansi terhadap joint venture diselenggarakan oleh masing-masing sekutu (partner), yaitu managing partner dan non-managing partner. 5. 6. Beberapa bentuk pengembangan kerja sama patungan adalah kerja sama operasi (KSO), pengendalian bersama operasi dan pengendalian bersama aset. Kerja sama operasi dilakukan melalui kontrak perjanjian (contractual agreement) antara dua atau beberapa pihak dengan kesepakatan untuk melakukan usaha bersama dengan menggunakan aset dan atau hak usaha yang dimiliki dan secara bersama-sama menanggung risiko atas usaha tersebut. 7. Pengendalian bersama operasi terbentuk atas kesepakatan dua atau lebih venturer untuk menggabungkan operasi, sumber daya dan keahlian mereka dalam rangka memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan bersama suatu produk atau jasa tertentu yang menimbulkan pengendalian bersama. 8. Pengendalian bersama aset terbentuk atas kesepakatan dua atau lebih venturer melakukan pengendalian bersama dan kepemilikan bersama atas satu atau lebih aset yang diserahkan oleh mereka atau dibeli untuk digunakan dalam kegiatan joint venture. Daftar Pustaka

Baker Richard E, Lembke Valdean C, and King Thomas E. (2005). Advance Financial Accounting. 6th ed. New York. NY.: McGrawhill.

Beams Floyd A, Anthony Joseph H, Clement Robin P, and Lowensohn Suzanne H. (2002). Advanced Accounting. 7th Edition. Upper Saddle River. NJ.: Prentice Hall. Drebin Allan. R. (2000). Advanced Accounting. 5th Edition. South Western. Haried, Andrew A. Imdieke, and Smith. (1994). Advanced Accounting. 6th Edition. John Wiley & Sons, Inc. L. Suparwoto. (1991). Akuntansi Keuangan Lanjutan Bagian 1. Yogyakarta: BPFE. Ikatan Akuntan Indonesia. (2004). Standar Akuntansi Keuangan. per 1 Oktober 2004. Salemba Empat.

MODUL 4 LIKUIDASI PERSEROAN, KUASI REORGANISASI, DAN RESTRUKTURISASI UTANG-PIUTANG BERMASALAH Kegiatan Belajar 1: Akuntansi Likuidasi Perseroan Rangkuman 1. Likuidasi merupakan kegiatan untuk membubarkan perusahaan sebagai entitas hukum dan sebagai entitas ekonomi. Pada perseroan melalui Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham, para pemegang saham sebagai lembaga tertinggi menetapkan status likuidasi dan pihak-pihak yang akan melaksanakan proses likuidasi. 2. Langkah-langkah yang dilaksanakan oleh tim likuidasi antara lain adalah inventarisasi kembali semua aktiva dan kewajiban perusahaan terlikuidasi, menyusun neraca perusahaan terlikuidasi, penilaian kembali aktiva dan kewajiban perusahaan terlikuidasi sebesar nilai yang diharapkan bisa direalisasikan, penjualan aktiva bukan kas, penyusunan Laporan Kondisi Keuangan saat likuidasi, penyelenggaraan pembukuan likuidasi dan pembayaran kepada kreditor sesuai dengan hak prioritas. 3. 4. Kewajiban tim likuidasi di antaranya membuat laporan kondisi keuangan saat likuidasi yang berisi nilai yang diharapkan dapat direalisasi pada proses likuidasi. Kegiatan akuntansi diselenggarakan oleh tim likuidasi sebagai media pertanggungjawaban keuangan perusahaan terlikuidasi. Terdapat dua kegiatan akuntansi, yaitu pertama pada saat likuidasi belum selesai, kegiatan ini dimulai dari penyusunan laporan posisi keuangan berupa neraca awal, yaitu posisi harta, kewajiban, dan ekuitas melalui jurnal pembukaan, jurnal transaksi, buku besar, dan laporan keuangan (laporan penerimaan dan pengeluaran kas, laporan perubahan ekuitas harta pailit, neraca, laporan likuidasi). Kegiatan kedua pada saat likuidasi berakhir, kegiatan ini dimulai dari penyusunan laporan posisi keuangan berupa neraca awal melalui jurnal pembukaan, jurnal transaksi, buku besar, dan pelunasan kewajiban pada kreditor. Kegiatan Belajar 2: Kuasi Reorganisasi dan Restrukturisasi Utang- Piutang Bermasalah Rangkuman 1. 2. Pada PSAK Nomor 21 paragraf 43, reorganisasi kuasi adalah kegiatan mereorganisasi struktur ekuitas umumnya, saldo laba khususnya. Pada PSAK Nomor 51, kuasi reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara hukum yang dilakukan dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai wajar dan mengeliminasi saldo defisit. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan untuk melakukan kuasi reorganisasi adalah perusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang material, perusahaan harus memiliki status kelancaran usaha dan memiliki prospek yang baik pada saat kuasi reorganisasi dilakukan, perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepailitan, tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, dan saldo ekuitas sesudah kuasi reorganisasi harus positif. 3. Aktiva dan kewajiban harus dinilai kembali dengan nilai wajar yang ditentukan sesuai dengan nilai pasar (fair market value) terkait pada pendekatan pasar (market approach). Apabila tidak tersedia, dengan estimasi nilai wajar berdasar informasi tersedia. Teknik penilaian harga wajar antara lain, nilai sekarang (present value)

adalah income approach, model penentuan harga opsi (option pricing models), model penentuan harga matriks (matrix pricing), analisis fundamental (fundamental analysis). 4. Pada PSAK Nomor 54, piutang atau utang yang termasuk dalam restrukturisasi utang-piutang bermasalah umumnya terjadi sebagai akibat dari pemberian pinjaman atau peminjaman kas, investasi dalam efek utang piutang (debt securities) yang sebelumnya diterbitkan atau pembelian atau penjualan barang dan jasa secara kredit. Daftar Pustaka

Baker Richard E, Lembke Valdean C, and King Thomas E. (2005). Advance Financial Accounting. 6 th Edition. New York. NY.: McGrawhill. Beams Floyd A, Anthony Joseph H, Clement Robin P, and Lowensohn Suzanne H. (2002). Advanced Accounting. 7th Edition. Upper Saddle River. NJ.: Prentice Hall. Jan Hoesada. (2004). Akuntansi Kuasi Reorganisasi. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia dan Raya Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia. (2004). Standar Akuntansi Keuangan. per 1 Oktober 2004. Salemba Empat

MODUL 5 PENJUALAN ANGSURAN Kegiatan Belajar 1: Metode Pengakuan Laba Kotor pada Penjualan Angsuran Rangkuman 1. 2. Penjualan angsuran yaitu penjualan barang dagangan atau jasa yang dilaksanakan dengan perjanjian di mana pembayaran dilakukan secara bertahap atau berangsur. Pengakuan atau perhitungan laba kotor (hasil penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan) dalam penjualan angsuran pada praktiknya dapat dilakukan dengan dua metode sebagai berikut, yaitu metode pengakuan laba kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran dan metode pengakuan laba kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas. 3. Pada metode pengakuan laba kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran ini, laba akan diakui bersamaan dengan saat terjadinya pengakuan pendapatan/penjualan, seperti penjualan tunai dan penjualan kredit pada umumnya. 4. Pada metode pengakuan laba kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas ini, laba tidak akan diakui seluruhnya pada saat terjadinya transaksi penjualan angsuran, namun diakui sepanjang kontrak penjualan masih efektif. Kegiatan Belajar 2: Pencatatan Akuntansi pada Penjualan Angsuran Rangkuman 1. Sistem pencatatan persediaan yang digunakan oleh suatu perusahaan berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan dalam pencatatan akuntansi pada penjualan angsuran, yang terdiri dari balans permanen (permanen system) dan periodik atau fisik (physical system). 2. Sesuai dengan sifatnya, metode perpetual digunakan pada kebanyakan perusahaan retailer dengan frekuensi terjadinya transaksinya tinggi dan harga jual per unit relatif lebih rendah. Di samping itu, pada penjualan retail ini juga sulit untuk mengidentifikasikan hubungan antara suatu penjualan dengan harga pokok produknya yang sering berubah-ubah sehingga sulit pula untuk mengidentifikasikan laba kotor atas suatu transaksi penjualan tertentu. Laba kotor hanya bisa dihitung pada akhir tahun dan karenanya laba kotor hanya bisa diidentifikasikan menurut tahunnya saja.

3. 4.

Penjualan angsuran dengan metode fisik banyak dilakukan pada penjualan properti, kendaraan bermotor atau biasanya pada penjualan produk lain yang harga jualnya relatif besar dan tidak bersifat retail. Kegagalan pelunasan piutang merupakan risiko yang berpotensi tinggi pada penjualan angsuran karena lamanya waktu penyelesaian kontrak penjualan itu sendiri. Risiko tersebut apabila terjadi merupakan suatu kerugian yang selayaknya harus dihadapkan dengan pendapatan yang terjadi atas penjualan yang menghasilkan risiko tersebut. Daftar Pustaka

MODUL 6 PENJUALAN KONSINYASI Kegiatan Belajar 1: Prosedur Umum dalam Akuntansi Penjualan Konsinyasi Rangkuman 2. Ada dua pihak yang terlibat di dalam kerja sama penjualan konsinyasi, yaitu pengamanat dan komisioner. Bagi pengamanat, kerja sama konsinyasi menguntungkan antara lain karena bertambah luasnya cakupan layanan penjualan dan bisa melakukan pengendalian harga. Sedangkan bagi komisioner, kerja sama konsinyasi menguntungkan antara lain karena adanya pengurangan risiko pemilikan persediaan dan pengurangan kebutuhan modal kerja. 3. Berpindahnya persediaan dari pengamanat kepada komisioner bukan merupakan transaksi penjualan dan karenanya pengamanat masih belum layak mengakui pengiriman tersebut sebagai penjualan. Demikian pula pada komisioner masih belum layak untuk mengakui penerimaan kiriman persediaan dari pengamanat sebagai pembelian. 4. Oleh karena pengamanat bisa melakukan penjualan dengan cara konsinyasi maupun penjualan dengan cara lain, dimungkinkan pengamanat memisahkan catatan penjualan konsinyasi dengan penjualan lainnya dan dimungkinkan pula tidak memisahkan catatan penjualan konsinyasi dengan penjualan lainnya. Demikian pula pada komisioner, bisa melakukan pengadaan persediaan dengan cara pembelian konsinyasi dan bisa pula melakukan pembelian langsung dari pihak lainnya, sehingga dimungkinkan memisahkan catatan pembelian konsinyasi dengan pembelian lainnya dan dimungkinkan pula tidak memisahkan catatan pembelian konsinyasi dengan pembelian lainnya. Apabila komisioner memisahkan catatan pembelian konsinyasi dari pembelian lainnya, tidak akan melakukan jurnal atas penerimaan kiriman dari pengamanat dan akan mengakui pembelian pada saat penjualan direalisasikan. Kegiatan Belajar 2: Masalah-masalah Lain Penjualan Konsinyasi Rangkuman 5. Perkiraan uang muka pada buku pengamanat dan komisioner dapat dikompensasi sebesar barang yang terjual ditambah retur barang konsinyasi, pada saat laporan penjualan barang konsinyasi dibuat dan dikirimkan oleh komisioner. 6. Pencatatan beban yang dibebankan atas retur barang, pada buku pengamanat dengan mendebit perkiraan beban yang bersangkutan dan mengkredit perkiraan konsinyasi keluar. Pada buku komisioner tidak perlu dilakukan jurnal atas retur barang konsinyasi.

7.

Pada akhir tahun harus dilakukan perhitungan beban-beban yang melekat pada persediaan konsinyasi yang masih belum laku dijual oleh komisioner. Beban-beban persediaan konsinyasi yang masih belum laku dijual oleh komisioner terdiri dari harga pokok persediaan yang dikirimkan ditambah dengan bebanbeban yang bersifat inventoriable, misalnya beban angkutan sebesar proporsional dengan jumlah unit yang tersisa. Untuk keperluan tersebut akan dilakukan perhitungan alokasi beban atas persediaan yang masih belum laku dijual oleh komisioner.

Daftar Pustaka

o o o o o o

Baker Richard E, Lembke Valdean C, and King Thomas E. (2005). Advance Financial Accounting. 6 th Edition. New York. NY.: McGrawhill. Beams Floyd A, Anthony Joseph H, Clement Robin P, and Lowensohn Suzanne H. (2002). Advanced Accounting. 7th Edition. Upper Saddle River. NJ.: Prentice Hall. Drebin Allan R. (2000). Advanced Accounting. 5th Edition. South Western Haried Andrew A., Imdieke, and Smith. (1994). Advanced Accounting. 6th Edition. John Wiley & Sons, Inc. Ikatan Akuntan Indonesia. (2004). Standar Akuntansi Keuangan. per 1 Oktober 2004. Salemba Empat. Utoyo Widayat. (1993). Akuntansi Keuangan Lanjutan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

MODUL 7 VALUTA ASING Kegiatan Belajar 1: Transaksi Dalam Mata Uang Asing Rangkuman 14. Standar akuntansi yang berlaku di Amerika untuk transaksi mata uang asing dan laporan keuangan adalah FASB Statement Nomor 52 yang menyajikan konsep mata uang fungsional. Mata uang fungsional dari sebuah entitas adalah mata uang yang berlaku di lingkungan primer di mana entitas tersebut beroperasi. 15. Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia untuk transaksi mata uang asing adalah PSAK Pernyataan Nomor 10. Sedangkan mata uang fungsional diatur dalam PSAK yang masih dalam status Exposure draft. 16. Transaksi mata uang asing adalah transaksi yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional dari entitas yang bersangkutan. 17. Operasi hedging atau kontrak lindung nilai adalah kontrak penjualan atau pembelian mata uang asing untuk menghindari risiko memegang utang dan piutang dalam mata uang asing. 18. Kontrak berjangka, yaitu transaksi pertukaran dua valuta asing melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka atau penjualan tunai dengan pembelian kembali secara berjangka. Kegiatan Belajar 2: Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing Rangkuman 19. Translasi adalah menyatakan pengukuran mata uang fungsional dalam mata uang pelaporan. Adapun tujuan dari pengukuran kembali adalah untuk mendapatkan hasil yang sama seakan-akan pembukuannya dilakukan dengan mata uang fungsional.

20. Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia untuk translasi laporan keuangan dalam mata uang asing adalah PSAK No. 11. 21. Prinsip akuntansi translasi laporan keuangan berkaitan dengan harga perolehan atau beban penyusutan aktiva tetap berwujud akan dijabarkan menggunakan kurs tanggal transaksi atau apabila aktiva tetap dinilai dengan wajar akan menggunakan kurs pada tanggal penilaian; biaya persediaan akan dijabarkan dengan menggunakan kurs pada saat biaya terjadi; jumlah yang dapat dipulihkan atau nilai yang dapat direalisasikan dari suatu aktiva dijabarkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat penilaian; menggunakan kurs rata-rata; perusahaan harus mengungkapkan: beda nilai tukar bersih yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang terpisah dan rekonsiliasi beda nilai tukar tersebut pada awal dan akhir periode, perubahan dalam mata uang pelaporan, perubahan dalam klasifikasi suatu kegiatan usaha, serta dampak atas pos-pos moneter mata uang asing Daftar Pustaka

o o o o o o

Baker Richard E, Lembke Valdean C, and King Thomas E. (2005). Advance Financial Accounting. 6 th Edition. New York. NY.: McGrawhill. Beams Floyd A, Anthony Joseph H, Clement Robin P, and Lowensohn Suzanne H. (2002). Advanced Accounting. 7th Edition. Upper Saddle River. NJ.: Prentice Hall. Federick D.S. Choi, Gary K Meek. International Accounting. 5th Edition. Prentice Hall. Drebin Allan R. (2000). Advanced Accounting. 5th Edition. South Western. Haried Andrew A., Imdieke, and Smith. (1994). Advanced Accounting. 6 th Edition. John Wiley & Sons, Inc. Ikatan Akuntan Indonesia. (2004). Standar Akuntansi Keuangan. per 1 Oktober 2004. Salemba Empat.

MODUL 8 HUBUNGAN KANTOR PUSAT DENGAN KANTOR CABANG Kegiatan Belajar 1: Transaksi Umum Hubungan Kantor Pusat dengan Kantor Cabang Rangkuman 28. Dalam tinjauan hukum, kantor pusat dan kantor cabang bukanlah entitas yang berdiri sendiri karena masih dalam satu entitas perseroan. Namun, dalam tinjauan substantif, masing-masing dianggap sebagai entitas. 29. Sebagaimana umumnya, kantor pusat dan kantor cabang sebagai suatu entitas akan menyusun dan menyajikan laporan keuangan masing-masing dan karenanya akan menyelenggarakan kegiatan akuntansi pada masing-masing entitas ekonomi tersebut. 30. Ada beberapa akun yang mewakili hubungan antara kantor pusat dengan kantor cabang. Kantor pusat akan memelihara beberapa akun, antara lain akun kantor cabang, akun pengiriman persediaan ke kantor cabang dan kantor cabang akan memelihara beberapa akun, antara lain akun kantor pusat dan akun pengiriman persediaan dari kantor pusat. 31. Teknik akuntansi untuk mencatat transaksi hubungan antarkantor cabang dilakukan dengan menganggap kantor cabang melakukan transaksinya dengan kantor pusat. 32. Laba-rugi yang terjadi atas transaksi hubungan antarkantor cabang menjadi beban bagai kantor pusat. 33. Terhadap pengiriman persediaan yang difaktur di atas harga perolehannya, selisih di antaranya akan ditampung di dalam akun laba belum direalisasi.

34. Laba belum direalisasi tersebut pada akhir tahun akan disesuaikan dengan saldo persediaan yang tersisa. 35. Oleh karena kantor pusat dan kantor cabang secara legal merupakan satu entitas, laporan keuangan keduanya akan digabungkan dalam laporan keuangan konsolidasi sebagai laporan keuangan perusahaan. 36. Dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi akan dijumlahkan seluruh aktiva dan kewajiban dan akan dilakukan eliminasi atas akun-akun timbal-balik (reciprocal). Kegiatan Belajar 2: Hubungan Kantor Pusat dengan Kantor Cabang Luar Negeri Rangkuman 37. Kantor pusat dan kantor cabang luar negeri masing-masing akan mencatat transaksinya didasarkan pada mata uang fungsionalnya masing-masing. 38. Pada akhir tahun dilakukan translasi laporan keuangan kantor cabang menjadi laporan keuangan translasi dengan menggunakan mata uang domestik, yaitu mata uang yang digunakan oleh kantor pusat sebagai dasar pencatatan transaksi dan pelaporan keuangannya. 39. Laporan keuangan kantor pusat dan laporan keuangan translasi kantor cabang dikonsolidasikan untuk dihasilkan laporan keuangan konsolidasi sebagai laporan keuangan perusahaan. 40. Pada saat penggabungan laporan keuangan tersebut akan dilakukan eliminasi atas beberapa akun timbalbalik (reciprocal), yaitu akun kantor cabang dan pengiriman persediaan ke kantor cabang yang dipelihara di dalam pembukuan kantor pusat serta akun kantor pusat dan pengiriman persediaan dari kantor pusat yang dipelihara di dalam pembukuan kantor cabang. Daftar Pustaka

o o o o o o o

Baker Richard E, Lembke Valdean C, and King Thomas E. (2005). Advance Financial Accounting. 6 th Edition. New York. NY.: McGrawhill. Beams Floyd A, Anthony Joseph H, Clement Robin P, and Lowensohn Suzanne H. (2002). Advanced Accounting. 7th Edition. Upper Saddle River. NJ.: Prentice Hall. Federick D.S. Choi, Gary K Meek. International Accounting. 5th Edition. Prentice Hall. Drebin Allan R. (2000). Advanced Accounting. 5th Edition. South Western. Hadori Yunus & Hernanto. (1987). Akuntansi Keuangan Lanjutan. Bagian 1. Yogyakarta: BPFE. Haried Andrew A., Imdieke, and Smith. (1994). Advanced Accounting. 6 th Edition. John Wiley & Sons, Inc. Ikatan Akuntan Indonesia. (2004). Standar Akuntansi Keuangan. per 1 Oktober 2004. Salemba Empat.

MODUL 9 LAPORAN SEGMEN DAN LAPORAN INTERIM Kegiatan Belajar 1: Laporan segmen Rangkuman 48. FASB Statement Nomor 14 menyatakan semua perusahaan, kecuali perusahaan non-publik wajib mengikuti persyaratan pelaporan segmen. Pengungkapan yang diharuskan, meliputi informasi mengenai operasi pada industri yang berbeda, operasi luar negeri dan penjualan ekspor, dan konsumen utama suatu kelompok perusahaan.

49. Standar Akuntansi Keuangan di dalam Pernyataan Nomor 5 menjelaskan tentang pelaporan informasi keuangan menurut segmen dari suatu perusahaan khususnya yang beroperasi dalam industri dan wilayah geografis yang berbeda. 50. Komponen utama yang dilaporkan di dalam laporan segmen, antara lain adalah pendapatan segmen, beban segmen, hasil segmen, aktiva segmen dan kewajiban segmen. 51. Segmen usaha atau segmen geografis harus diidentifikasikan sebagai segmen dilaporkan jika mayoritas pendapatannya diperoleh dari penjualan kepada pelanggan ekstern dan pendapatan yang berasal dari penjualan kepada pelanggan ekstern dan dari transaksi dengan segmen lainnya berjumlah 10 persen atau lebih dari total pendapatan, baik ekstern maupun intern, dari seluruh segmen; atau hasil segmennya, apakah laba atau rugi, berjumlah 10 persen atau lebih dari hasil gabungan seluruh segmen yang mengalami laba atau hasil gabungan seluruh segmen yang mengalami rugi, mana yang lebih besar dalam jumlah absolutnya atau aktivanya berjumlah 10% atau lebih dari total aktiva seluruh segmen. Kegiatan Belajar 2: Laporan Keuangan Interim Rangkuman 52. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Pernyataan Nomor 3 menjelaskan pengertian laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan didasarkan pada pandangan yang menganggap periode interim sebagai bagian yang integral dari periode tahunan. 53. Periode penyusunan laporan keuangan interim dapat secara bulanan, triwulanan atau periode lain yang kurang dari setahun dan mencakup seluruh komponen laporan keuangan sesuai SAK. 54. Komponen utama yang dilaporkan di dalam laporan keuangan interim adalah neraca, laporan laba rugi dan saldo laba interim, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. 55. Kebijakan akuntansi pada periode interim harus sama dengan kebijakan akuntansi yang diterapkan pada penyusunan laporan keuangan tahunan, antara lain dasar pengakuan pendapatan dan beban, penggolongan aktiva dan kewajiban, dan perbandingan laporan keuangan interim. Daftar Pustaka

o o o o o

Baker Richard E, Lembke Valdean C, and King Thomas E. (2005). Advance Financial Accounting. 6 th Edition. New York. NY.: McGrawhill. Beams Floyd A, Anthony Joseph H, Clement Robin P, and Lowensohn Suzanne H. (2002). Advanced Accounting. 7th Edition. Upper Saddle River. NJ.: Prentice Hall. Drebin Allan R. (2000). Advanced Accounting. 5th Edition. South Western. Haried Andrew A., Imdieke, and Smith. (1994). Advanced Accounting. 6th Edition. John Wiley & Sons, Inc. Ikatan Akuntan Indonesia. (2004). Standar Akuntansi Keuangan. per 1 Oktober 2004. Salemba Empat.

You might also like