You are on page 1of 5

Ainaro, soro

BAB I Transportasi PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan transportasi penerbangan dewasa ini mengalami kondisi yang cukup memprihatinkan dengan ditandai lahirnya beberapa deregulasi kebijakan yang mengarah untuk terciptanya transportasi udara yang aman dan kondusif. Hal ini pada dasarnya ditujukan untuk menjaga kondisi perekonomian di Timor-Leste yang telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan dari sistem tertutup kepada sistem terbuka. Disamping lahirnya kebijakan penciptaan transportasi udara yang aman dan kondusif. Pemerintah juga telah mengeluarkan berapa kebijakan di bidang ekonomi dalam rangka globalisasi perekonomian, dengan tujuan untuk menarik para investor lokal maupun investor asing agar menanamkan modalnya. Hadirnya investor akan memungkinkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah berkembang. Timor-Leste juga kaya akan potensi sumber daya alam sangat memerlukan modal melalui investasi asing sebagai sarana pendukung, menumbuhkembangkan pembangunan ekonomi di dalam menghadapi era globalisasi dan persaingan dari Negara-negara lain. Berkenaan dengan perlindungan hukum terhadap penanaman modal asing di TimorLeste, pemerintah dalam rangka meningkatkan penanaman modal asing telah dan selalu melakukan upaya untuk meningkatkan iklim yang kondusif untuk mendukung proses penanaman modal asing yang muaranya akan lebih memberikan jaminan kapasitas terhadap perlindungan hukum penanaman modal asing. Faktor hukum inilah yang menjadi faktor yang memberikan kontribusi. Iklim yang kondusif bagi kegiatan-kegiatan penanaman modal tersebut seperti stabilitas politik, keamanan dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, pembagian pendapatan yang merata serta peningkatan daya penduduk. Peningkatan iklim yang kondusif tersebut hendaknya juga diikuti oleh tersedianya peraturan perundangundangan yang memadai dalam arti mengarah pada peningkatan perlindungan hukum penanaman modal. Kondisi diatas menunjukan bahwa Timor-Leste harus konsisten dengan perangkat hukum di bidang penanaman modal asing dan sarana pendukung kegiatan penanaman modal asing misalnya sarana dan prasarana transportasi udara yang tidak dapat dipisahkan dari kemajuan pemanfaatan teknologi, baik perangkat hukum yang sifatnya tetap maupun perangkat hukum yang sifatnya temporer. Sifat hukum ini merupakan unsur persfektif dari control social kegiatan investasi yang berkaitan erat dengan tujuan utama hukum yaitu menjamin stabilitas dan kepastian. Perangkat hukum yang tetap sebagai politik disebut sebagai politik hukum yang tetap, yaitu berkaitan dengan sikap hukum yang akan selalu dijadikan dasar kebijaksanaan pada setiap pembentukan dan penegakkan hukum. Sedangkan perangkat hukum yang temporer

Ainaro, soro

adalah kebijaksanaan yang ditetapkan dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan. Termasuk ke dalam kategori ini seperti: penentuan prioritas pembentukan peraturan perundang-undangan, penghapusan sisa-sisa perundangan colonial, pembaharuan peraturan perundangan di bidang ekonomi, penyusunan peraturan perundangan yang memanjang penbangunan nasional dan sebagainya. Politik hukum sebagai kebijaksanaan diharuskan juga memperhatikan aspek-aspek sosial berpengaruh terhadap pembentukan dan penegakkan hukum sehingga dapat memprediksi keberlakuan suatu kaedah hukum suatu pelaksanaan dan perlindungan investor di TimorLeste. Termasuk pengamanan bandar udara Internasional terhadap tindakan-tindakan yang menimbulkan gangguan ketertiban lalu lintas penerbangan berupa perbuatan-perbuatan pidana yang diancam pasal 479 huruf q KUH pidana yang menyatakan bahwa : barang siapa di dalam pesawat udara melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat membahayakan keamanan dalam penerbangan, dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun . Jika pengawasan terhadap setiap penumpa naik yang dan bagasi dilakukan secara teliti dan ketat dengan alat deteksi mengakibatkan kemungkinan akan terjadi pembajakan dan sabotase terhadap pesawat udara akan dapat dihindarkan, dengan demikian setiap bandar udara baik yang bertaraf Internasional maupun penerbangan domestik perlu memasang alat-alat deteksi untuk memudahkan pengawasan. Berkembangnya suatu kejahatan yang mempergunakan penerbangan sipil sebagai sarana untuk melakukan kejahatan, memerlukan suatu konvensi Internasional maka akan mempersempit gerak pelaku kejahata terhadap penerbangan sipil. Diantara konvensi Internasional yang mengatur masalah penerbangan sipil pada umumnya terdapat tiga konvensi khusus yang mengatur tentang kejahatan terhadap penerbangan sipil yaitu konvensi Tokyo 1963 yang mengatur tentang tindak pidana dan tindakan lain tertentu yang dilakukan didalam pesawat udara (Tokyo Convention on Offences and Certain Other Acts Committed Board Aircraft), konvensi Den Haag 1970 tentang penguasaan pesawat udara secara tidak sah (The Hague Convention for Suppression of Unlawful seizureof Aircraft ) dan konvensi montreal1971 tentang pemberantasan tindakan-tindakan melawan hukum terhadap penerbangan sipil (Convention for the suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Civil Aviation ). Arti pentingnya peraturan-peraturan Internasional ini pada dasarnya digunakan oleh nsuatu negara guna menangani masalah kejahatan terhadap penerbangan khususnya kejahatan yang ditujuan terhadap pesawat udara sipil dibandar udara. Hal ini diperlukan karena khusus dalam penerbangan Internasional pada umumnya akan menyangkut kepentingan lebih dari satu negara apabila terjadi suatu kasus kejahatan misalnya kepentingan negara tempat pesawat itu mendarat, kepentingan dari negara yang memiliki pesawat udara atau negara dimana pesawat udara sipil tersebut didaftarkan. Berhubung dengan kejahatan yang ditujukan terhadap pesawat udara sipil bandar udara. Tentu saja tidak hanya dapat merusak atau menghancurkan pesawat udara sipil itu sendiri. Namun dapat juga mengancam keselamatan para penumpang. Awak pesawat udara dan tidak lupur pula mengancam keselamatan orang-orang yang berada disekitar bandar udara serta

Ainaro, soro

merusak fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk suatu penerbangan dibandar udara. Kejahatan tersebut misalnya, dapat dilakukan dengan meletakan bahan peledak atau bom disekitar bandar udara atau di dalam pesawat udara itu sendiri dengan harapan akan meledak dengan sendirinya yang pada akhirnya akan merusak atau menghancurkan pesawat udara sipil dibandara udara ataupun setelah pesawat udara lepas landas (Take Off). Berdasarkan pengaturan menyangkut penerbangan sipil baik konvensi Internasional maupun perundang-undangan nasional maka dapat dideskripsikan bahwa ada beberapa kategori gangguan keamanan bandar udara berupa tindakan melawan hukum (Acts of Unlawful Interfernce) berupa tindakan-tindakan sebagai berikut: 1. Tindakan kekerasan terhadap seseorang diatas pesawat udara dalam penerbangan yang memungkinkan membahayakan keselamatan pesawat udara tersebut. 2. Menghancurkan atau merusak pesawat udara yang akan dioperasikan sehingga menyebabkan pesawat udara tersebut tidak dapat terbang atau membahayakan keselamatan selama penerbangan. 3. Menempatkan alat atau bahan di pesawat udara akan dioperasikan sehingga menyebabkan pesawat udara tersebut tidak dapat terbang atau membahayakan keselamatan selama penerbangan. 4. Menghancurkan atau merusak atau menggangu operasi fasilitas navigasi penerbangan yang berakibat membahayakan keselamatan penerbangan. 5. Komunikasi informasi palsu yang berakibat membahayakan keselamatan penerbangan. 6. Melakukan tindakan melawan hukum yang sertai dengan menggunakan peralatan, zat atau bahan atau senjata. 1.2 Identifikasi Masalah Untuk menetukan identifikasi masalah maka perlu dipertanyakan apakah yang menjadi masalah yang dikaji lebih lanjut untuk menemukan suatu pemecahan masalah yang telah diidentifikasikan tersebut. Kejahatan terhadap pesawat udara sipil dibandar udara memerlukan penanggulangan secara terpadu dengan memperdayakan peranan hukum sebagai kerangka dasar untuk melakukan tindakan pengamanan. Kejahatan terhadap pesawat udara muncul dari perkembangan ilmu dan teknologi dengan memanfaatkan sarana transportasi secara mudah untuk melintasi batas negara dalam rangka mempercepat arus lalu lintas kegiatan perekonomian. Berkembangnya suatu kejahatan yang mempergunakan penerbangan sipil sebagai saran untuk melakukan kejahatan, memerlukan suatu konvensi Internasional guna mengatasi kejahatan, dengan adanya konvensi Internasional maka akan mempersempit gerak pelaku kejahatan terhadap penerbangan sipil. 1.3 Batasan Masalah

Ainaro, soro

Untuk mempersempit permasalahan yang ada, maka penulis akan membatasi dengan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengaturan tentang keamanan penerbangan sipil yang termasuk dalam yuridiksi public perundang-undangan nasional. 2. Peran kepolisian dalam mengamankan Bandar udara Internasional. 3. Hambatan-hambatan kepolisian dalam memberikan perlindungan keamanan pada Bandar udara Internasional. 1.4 Rumusan Masalah Untuk menentukan identifikasi masalah, maka perlu dipertanyakan apakah yang menjadi masalah yang dikaji lebih lanjut untuk menemukan suatu pemecahan masalah yang telah diidentifikasi tersebut. Adapun yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut: Bagaimana pengaturan tentang keamanan penerbangan sipil yang termasuk dalam yuridiksi publki pada perundang-undangan nasional. Bagaimana peran kepolisian dalam mengamankan Bandar udara Internasional? Bagaimana hambatan-hambatan kepolisian dalam memberikan perlindungan keamanan pada Bandar udara Internasional. 1.5 Maksud dan Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan diata, maka maksud dan tujuan yang diinginkan adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui pengaturan tentang keamanan penerbangan sipil yang termasuk dalam yuridiksi public pada perundang-undangan Internsional. Untuk mengetahui peran kepolisian dalam mengamankan Bandar udara Internasional. Unutuk mengetahui hambatan-hambatan kepolisian dalam memberikan perlindungan keamanan padaa Bandar udara Internsional. 1.6 Pendekatan Study Pendekatan study ini mengarahkan kepada peraturan perundangan sebagai kajian utama dan perilaku hukum dari pelaku yang memanfaatkan peraturan hukum yang berakibat gangguan situasi keamanan pada wilayah penerbangan sipil serta berpengaruh pada kegiatan investor asing dalam berinvestasi disuatu daerah sebagai konkrit dalam memperkuat analisis yuridis tersebut. Dalam penyelesaian ini, langkah-langkah pendekatan studynya adalah sebagai berikut: 1. Pengolahan data sekunder yang diperoleh dari internet dan perpustakaan. 2. Membandingkan keamanan penerbangan udara dari Negara dengan Negara lain dalam hal ini waktu penerbangan diudara dan pendaratan atau sandera. 3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam perlindungan keamanan pada Bandar udara Internasional.

Ainaro, soro

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengaturan Tentang Penerbangan Pesawat Udara Sipil Penanggulanagan terhadap kejahatan bagi penerbangan sipil bertujuan untuk memberikan kenyamanan penerbangan terhadap kejahatan yang ditujukan kepada pesawat udara sipil itu sendiri, misalnya kejahatan yang ditujukan terhadap pesawat udara sipil yang masih berada dibandar udara, untuk mengatasi kejahatan demikian maka diperlukan peraturan perundangan baik secara Internasional maupun menurut hukum nasional. Sarana hukum yang ada didalam perundang-undangan yang mengatur tentang kejahatan penerbangan sipil, seperti kejahatan dalam penerbangan, kejahatan terhadap pesawat udara yang berada dalam dinas, kejahatan terhadap sarana/prasarana penerbangan dan bandar udara, serta memberi informasi yang salah dapat diuraikan dibawah ini sebagai berikut: 1. Undang-undang nomor 2 tahun 1976 tentang pengesahankonvensi Tokyo 1963, konvensi the Den Haag 1970, dan konvensi Montreal 1971. Undang-undang nomor 4 tahun 1976 tentang perubahan dan penambahan beberapa pasal dalam kitab undang-undang hukum pidana bertalian dengan perluasan berlakunya ketentuan perundang-undangan pidana, kejahatan penerbangan, dan kejahatan NAMES: Luis Martins Email: ainarobrats@gmail.com Ph: +670 7522519 Ainaro,soro

You might also like