You are on page 1of 31

TERIMA KASIH TELAH MENDOWLOAD

ajak teman2 anda kunjungi terus http://tugas2kuliah.wordpress.com


untuk mendapatkan kebutuhan dokumen anda lainnya secara GRATISS!!!

atau tolong sebarkan website ini : see u at the top!!!

Ingat!!! Hidup ini adalah memberi bukan menerima!!!


Jika bermanfaat dan jika berkenan,
sedekahkan pulsa Anda seikhlasnya ke nomor kami : 0813

4209 2137

hehehehe..

SMS kami jika membutuhkan sebuah dokumen..!!! akan kami upload

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan benda yang tidak asing lagi bagi masyarakat sehingga merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas ke seluruh lapisan masyarakat. Walaupun bahaya rokok terhadap kesehatan tubuh pada umumnya sudah diketahui namun kebiasaan ini sulit dihilangkan (Rusyanti Y,1996). Rongga mulut adalah merupakan pintu gerbang untuk lewat makanan dan minuman, termasuk bahan-bahan lain diantaranya kuman penyakit, serta asap rokok. Bahan-bahan yang masuk akan di tanggapi oleh tubuh baik secara lokal maupun sistemik. Asap rokok juga dapat menyebabkan kelainan pada jaringan rongga mulut dan paru-paru (Husodo SM, 2005). Laporan WHO tahun 1996 menyatakan bahwa di Negara berkembang sekitar 50-60% pria dan 10% wanita mempunyai kebiasaan merokok, sementara itu di Negara maju sekitar 30% pria dan 30% wanita mempunyai kebiasaan merokok.

Kebiasaan merokok juga merupakan salah satu penyebab penyakit gigi dan mulut. Merokok mengakibatkan gigi berwarna coklat atau kusam, mudah terkena gingivitis dan penyakit periodontal, nafas berbau tidak sedap, prakanker, dan kanker mulut hal ini telah diteliti oleh banyak peneliti (Natamiharja L, 2001). Tembakau pada rokok dapat mengiritasi di rongga mulut, karena adanya hasil berupa nikotin, tar, karbon monoksida, derivate-derivate yang lain seperti pirimidin, ammonia, metal alkohol dan panas. (Husodo SM. 2005) . Merokok dengan tembakau menghasilkan lebih dari 4000 bahan kimia, 400 diantaranya beracun dan kira-kira 43 senyawa karsinogenik. Asap rokok juga diperkirakan jumlahnya molekul radikal bebas setiap hisapan rokok (Dewi D, 2005) . Terjadinya perubahan dalam rongga mulut dapat dipahami oleh karena rongga mulut merupakan tempat awal pembakaran rokok. Asap panas yang menghembus kedalam mulut secara terus menerus merupakan rangsangan fisik yang dapat berakibat buruk terhadap jaringan mulut (Rusyanti Y, 1996). Pengaruh menghisap rokok terhadap penyakit periodontal masih diperdebatkan jika individu yang merokok dengan individu yang tidak merokok diperbandingkan. Berdasarkan usia dan tingkat kebersihan mulutnya, tidak ditemukan adanya perbedaan tingkat inflamasi gingival dan kerusakan jaringan periodontal. Akan tetapi beberapa peneliti menemukan gingivitis dan periodontitis yang lebih parah pada individu yang merokok, dimana hal tersebut mungkin terjadi akibat -

meningkatnya akumulasi plak. Meskipun beberapa peneliti lainnya menemukan bahwa meningkatnya akumulasi plak. Meskipun

beberapa peneliti lainnya menemukan bahwa menghisap tembakau memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki efek terhadap kecepatan pembentukan plak (Rusyanti Y, 1996). Beberapa peneliti menyatakan bahwa pada perokok

menunjukkan keadaan jaringan periodontal yang lebih parah dan sebagian peneliti berpendapat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata bahkan ada yang mengatakan penyakit periodontal pada perokok tidak banyak ditemukan dan jika dikaitkan dengan jumlah plak gigi yang banyak maka pada perokok memiliki kondisi jaringan periodontal yang rendah. Berdasarkan data diatas, peneliti memandang perlu

melakukan pengamatan terhadap jaringan periodontal perokok untuk memperoleh informasi bermakna di dalam menentukan etiologi penyakit periodontal khususnya (Rusyanti,1996) . Dari beberapa hasil penelitian sebelumnya menytakan bahwa penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai adalah penyakit periodontal,tetapi perlu juga diketahui tentang adanya hubungan antara penyakit periodontal dengan kebiasaan merokok.Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk mengkaji tentang hubungan kebiasaan merokok dengan tingkat keparahan penyakit periodontal. Dipilihnya Masyarakat di Lingkungan Padongko,Kelurahan Mangempang, tidak

Kecamatan Barru,Kabupaten Barru.karena

masyarakat

memperhatikan kebersihan dan kesehatan giginya serta sebagian

besar masyarakat mengkomsumsi rokok terutama pada laki-laki. hal ini disebabkan karena masyarakat membutuhkan sesuatu yang dapat mengurangi kejenuhan serta meningkatkan konsentrasi pada saat melakukan aktifitas.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan tingkat keparahan

penyakit periodontal pada Masyarakat di Lingkungan Padongko kelurahan Mangempang Kecamatan Barru Kabupaten BarruTahun 2011. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh kebiasaan merokok terhadap jaringan Periodontal di Lingkungan Padongko Kelurahan Mangempang

Kecamatan Barru KabupatenBarru Tahun 2011. C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui gambaran keparahan penyakit Periodontal khususnya di Lingkungan Padongko Kelurahan Mangempang

Kecamatan Barru Kabupaten Barruyang merokok dalam jangka waktu ( minimal 2-3 tahun). 2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kebiasaan merokok dengan tingkat keparahan penyakit Periodontal di Lingkungan Padongko Kelurahan Mangempang Kecamatan Barru Kabupaten Barru yang merokok dalam jangka waktu( minimal 2-3 tahun) .

D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang adanya bahaya rokok terhadap kesehatan, khususnya terhadap kesehatan gigi dan mulut. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya di bidang ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Rokok Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang sekitar 12 cm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan di biarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain (Mejikuhibiniu, 2007 ). Asap rokok tembakau mengandung gas dan bahan-bahan kimia yang bersifat racun dan atau karsiogenik. Komposisi kimia dari asap rokok tergantung pada jenis tembakau, disain rokok, seperti ada tidaknya filter, bahan-bahan tambahan, dan sebagainya, pola merokok dari individu. Satu batang rokok yang dibakar atau disulut dihasilkan kira-kira 500 mg gas (92 %) dan bahan-bahan partikel padat (8 %), sebagian besar dari fase gas adalah karbondioxida, oksigen dan hidrogen. Meskipun persentase karbondioxida rendah, tetapi ia cukup menaikkan tekanan darah secara bermakna yang berakibat akan berpengaruh pada sistem pertukaran hemoglobin. Tar berkisar antara < 1 35 mg dan dalam kelompok ini terdapat bahan karsinogen yang paling paten. Sedangkan kandungan nikotin berkisar dari < 1 3 mg, mempunyai efek pharmakologis yang mendorong faktor

ketergantungan psikis, yang merupakan suatu sebab mengapa seorang perokok sulit untuk berhenti merokok ( Ruslan G, 2006 ).

1. Nikotin Nikotin adalah suatu bentuk cairan berminyak tidak berwarna.Zat ini bisa menghambat rasa lapar, maka menyebabkan seseorang merasa tidak lapar karena mengisap rokok. Zat ini juga dapat membuat kecanduan dan dapat mempengaruhi sistem syaraf, mempercepat detak jantung (melebihi detak normal),sehingga menambah resiko terkena penyakit jantung. 2. Tar Tar adalah cairan kental berwarna coklat tua atau hitam didapatkan dengan cara distilasi kayu dan arang juga dari getah tembakau.Zat inilah yang menyebabkan kanker paru-paru. Racun kimia dalam tar juga dapat meresap kedalam aliran darah dan kemudian

dikeluarkan di urin. Tar yang tersisa di kantung kemih juga dapat menyebabkan penyakit kanker kantung kemih. 3. Karbon Monoksida Karbon Monoksida merupakan gas yang tidak berbau, zat ini dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat karbon. Jika karbon monoxida ini masuk kedalam tubuh dan dibawa oleh hemoglobin kedalam otot-otot tubuh. Zat ini juga dapat

meresap dalam aliran darah dan mengurangi kemampuan sel-sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap system peredaran darah. Selain itu,karbon monoksida memudahkan penumpukan zat-zat

penyumbat pembuluh nadi, yang dapat menyebabkan serangan jantung yang fatal, juga dapat menimbulkan gangguan sirkulasi darah dikaki. Kandungan ketiga zat berbahaya didalam rokok tersebut memang berbeda-beda untuk setiap merek rokok, tetapi mengganti merek rokok yang di hisap bukanlah cara yang efektif untuk mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan merokok. Cara terbaik untuk menghindari rokok adalah dengan berhenti merokok dan jika perokok berhasil berhenti merokok maka peluang terjadinya gangguan-gangguan kesehatan seperti diatas akan semakin mengecil setiap tahunnya (Kurniawan, 2009). B. Gambaran Umum Jaringan Periodontal Periodontal merupakan jaringan yang menyangga/pendukung gigi rahang atas dan rahang bawah. Jaringan periodontal terdiri dari empat komponen panting yaitu : (1) Gingiva, (2) Ligament periodontal, (3) Sementum, (4) Tulang alveolar. Pengetahuan tentang periodontal dalam keadaan sehat penting untuk mengenal perjalanan penyakit (Manson,1993). 1. Gingiva Secara awam lebih dikenal dengan istilah gusi.Jaringan gingiva berjalan melapisi tonjolan alveolar dan berakhir pada leher gigi.

Gingiva yang sehat biasanya berwarna merah muda, tergantung etnis individu. Makin gelap kulit seseorang, makin gelap pula warna merah gingivanya. Konsistensinya padat dan melekat pada tulang alveolar di bawahnya. (Pratiwi, Prosto. 2007) Pembagian gingival adalah sebagai berikut: a. Marginal gingiva Yaitu merupakan bagian dari gingiva yang mengelilingi leher gigi, yang terletak dibagian labial,bukal,dan lingual. b. Attached gingiva yaitu merupakan bagian dari gingiva yang melekat pada gigi atau prosesus alveolaris yang memberikan texture (bentuk). c. Interdental gingival Yaitu merupakan bagian gingival yang memenuhi interproximal space ( ruang antar dua gigi ). d. Sulkus gingival Yaitu merupakan ruang antara gingiva dan gigi yang pada keadaan normal mempunyai kedalaman kurang lebih 2 mm (Depkes,1996). Gambaran klinis gingiva normal yaitu : a. Warna Gingiva normal berwarna merah muda, tetapi banyak bervariasi untuk tiap-tiap orang. para penduduk Afrika dan Asia adalah normal.

10

b. Ukuran Adanya pertambahan ukuran gingiva merupakan tanda adanya penyakit periodontal. c. Kontur Istilah ini mengacu khususnya untuk penampakan festoon gingiva. d. Konsistensi Pada keadaan yang sehat, konsistensi gingiva kenyal dan melekat erat pada tulang di bawahnya. (Fedi,dkk.2004). 2. Ligamen Periodonsium Ligamen periodonsium terdiri atas serabut jaringan ikat berkolagen, berwarna putih, yang mengelilingi akar gigi dan melekat ke prosesus alveolar. Serabut elastis yang terdapat pada ligamen ini relatif sedikit. Elastisitas yang terjadi adalah hasil dari konfigurasi bergelombang serabut principal, yang memungkinkan adanya sedikit pergerakan saat gigi berada di bawah tekanan (Fedi, dkk.2004). Fungsi legamen periodonsium adalah : a. Memelihara aktivitas biologik sementum dan tulang b. Mensuplai nutrisi dan membersihkan produk sisa melalui aliran darah dan limfe c. Memelihara relasi gigi terhadap jaringan keras dan lunak

11

d. Menghantarkan tekanan dan sensasi nyeri melalui jalur trigeminal. Rasa mengenai lokasi di rongga mulut diteruskan melalui ujung saraf proprioseptif (Fedi, dkk.2004). 3. Sementum Sementum berasal dari jaringan mesoderm, yaitu susunan dan asal yang sama dengan jaringan tulang. Sementum memiliki kemampuan untuk melakukan regenerasi bila dihubungkan dengan jaringan pendukung gigi, sama halnya dengan dentin. Tetapi perbedaan antara dentin dan sementum secara kimia, dentin lebih keras dari sementum, karena dentin lebih banyak mengandung bahan kimia anorganik 69 persen (Pratiwi, Prosto. 2007). Sementum merupakan lapisan terluar pada akar gigi yang membatasi gigi dengan jaringan pendukungnya. Bahan anorganik pada sementum sama dengan tulang yaitu 40 persen. Bila terjadi rangsangan yang kuat pada gigi maka akan terjadi

Resorpsi/penyerapan sel sementum pada sisi yang terkena rangsang, dan pada sisi yang berlawanan terbentuk sementum baru (Pratiwi, Prosto. 2007). Fungsi utama sementum adalah : a. Menahan gigi pada soker tulang dengan perantaraan serabut principal ligamen periodonsium b. Mengkompensasi keausan struktur gigi karena pemakaian dengan pembentukan terus-menerus

12

c. Memudahkan terjadinya pergeseran mesial fisiologis d. Memungkinkan penyusunan kembali serabut ligamen

periodonsium secara terus-menerus (Fedi, dkk.2004). 4. Tulang alveolar Tulang alveolar merupakan penyangga gigi yang utama. Ketebalan dan ketinggian tulang alveolar bervariasi tergantung dari ada tidaknya gigi yang disangga. Jika gigi sudah dicabut dan tidak diganti, maka tulang alveolar akan menipis dengan sendirinya. Demikian pula apabila gigi mengalami trauma atau tekanan yang berlebihan maka tulang alveolar di sekitarnya pun akan terkikis (Pratiwi, Prosto. 2007). Dengan berkurangnya tinggi tulang alveolar, gigi akan terlihat memanjang atau seolah-olah keluar dari tempatnya. Contohnya gerakan perawatan ortodontik yang terlalu kuat. Makanan yang terlalu keras atau posisi gigi yang tidak baik akan menimbulkan beban yang tidak dapat teratasi lagi oleh tulang alveolar. Karena itu tulang alveolar bersifat aktif dengan adanya proses pembentukan secara kontinu (Pratiwi, Prosto. 2007). Berdasarkan fungsi dan adaptasinya, tulang alveolar dapat dibagi menjadi 2 bagian : a. Tulang alveolar propium Yaitu lapisan tipis tulang yang mengelilingi akar dan

memberikan tempat perlekatan bagi ligamen periodonsium.

13

b. Tulang alveolar pendukung Yaitu bagian prosesus alveolar yang mengelilingi tulang alveolar (Fedi, dkk.2004). C. Penyakit Penyakit Jaringan Periodontal Penyakit periodontal dapat didefinisikan sebagai proses

patologis yang mengenai jaringan periodontal.Sebagian besar penyakit periodontal disebabkan oleh infeksi bakteri .Walaupun factor-faktor lain dapat memengaruhi jaringan periodontal,penyebab utama penyakit periodontal adalah mikroorganisme.yang melekat dipermukaan gigi ( plak bakteri dan produk-produk yang dihasilkannya).menggambarkan interaksi factor-faktor yang menyebabkan penyakit

periodontal.Beberapa kelainan sistemik dapat berpengaruh buruk terhadap jaringan periodontal,tetapi factor sistemik semata tanpa adanya plak bakteri tidak dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit periodontitis (Fedi,dkk.2004). Penyebab-penyebab lain dari penyakit periodontal adalah berbagai macam factor risiko seperti factor sosial dan perilaku faktor sistemik,dan keaadaan gigi,dan lain-lain.Dengan memahami

pathogenesis penyakit periodontal berdasarkan berbagai macam penyebabnya.(Mustaqimah,2003). 1. Gingivitis Gingivitis adalah inflamasi gingiva.pada kondisi ini tidak terjadi kehilangan perlekatan.Pada pemeriksaan klinis terdapat

14

gambaran kemerahan di margin gingiva,pembengkakan dengan tingkat yang bervariasi,perdarahan saat probing dengan tekanan ringan dan perubahan bentuk gingival.Terlihat penambahan

kedalaman

probing.Biasanya pada gingivis tidak ada rasa sakit

(Fedi,dkk.2004). 2. Periodontitis Periodontitis adalah inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke apikal, kehilangan perlekatan dan puncak tulang alveolar. Pada pemeriksaan klinis terdapat peningkatan kedalaman probing, perdarahan saat probing (di tempat aktifnya penyakit) yang dilakukan dengan perlahan dan perubahan kontur fisiologis. Dapat juga ditemukan kemerahan dan pembengkakan gingiva. Biasanya tidak ada rasa sakit. Klasifikasi periodontitis meliputi periodontitis dewasa ulseratif

kronis,periodontitis nekrosis,

Refraktori,Gingivo-periodontitis

a. Periodontitis Dewasa kronis Yaitu tipe periodontitis yang biasanya berjalan lambat,terjadi pada usia 35 tahun keatas.Kehilangan tulang berkembang lambat dan didominasi oleh bentuk horizontal.Faktor etiologi utama adalah factor local terutama bakteri.Penyakit periodontal ini adalah tipe yang paling sering terjadi dan disertai kehilangan tulang.

15

b. Periodontitis awitan dini Yaitu penyakit yang biasanya dimulai sekitar masa puberitas hingga 35 tahun.Ditandai dengan resobsi tulang alveolar yang hebat,mengenai hamper seluruh gigi.Bentuk kehilangan tulang yang terjadi vertical atau horizontal,atau kedua-duanya. c. Periodontitis refraktori Yaitu kondisi dimana beberapa daerah pda rongga mulut pasien memperlihatkan kehilangan perlekatan yang berlanjut,walaupun telah dilakukan terapi periodontal yang biasa.Sesuai

perawatan,daerah yang terkena teyap terinfeksi oleh bakteri. d. Gingivo-periodontitis ulseratif nekrosis Yaitu bentuk periodontitis yang biasanya terjadi setelah episode berulang dari gingivitis jangka lama ,yang tidak dirawat atau dirawat tetapi tidak tunta.Efek buruk yang terjadi berulang-ulang pada jaringan periodontal,menyebabkan kerusakan jaringan interproksimalmembentuk lesi ,baik pada jaringan lunak maupun tulang alveolar.Periodontitis ini memerlukan perawatan yang sulit (Fedi,dkk.2004). D.Efek Merokok Terhadap Jaringan Periodontal Perubahan mukosa akibat merokok sangat bervariasi. Perubahan tersebut akibat iritan, toksin, dan karsinogen yang berasal dari rokok. Selain itu, dapat juga berasal dari efek mukosa yang kering, tingginya

16

temperatur dalam mulut atau resistensi terhadap infeksi jamur dan virus yang berubah. Masalah kesehatan mulut lainnya yang dapat timbul antara lain hilang atau berkurangnya indera peserta dan penciuman, bau mulut, pewarnaan pada gigi, serta beragam penyakit periodontal lainnya (Dewi,2005). Merokok dapat memperburuk status kebersihan mulut individual dan bersama-sama dengan kebersihan gigi dan seseorang mulut yang

buruk, ia bertindak sebagai kofaktor untuk terjadinya penyakit gingivitis dan periodontitis. Kandungan asap rokok tembakau terdiri dari gas dan bahan-bahan kimia yang bersifat toksik dan atau karsinogenik.Merokok juga dapat

menimbulkan efek yang merugikan pada jaringan didalam rongga mulut,di samping kesehatan secara umum (Ruslan,1993). Kebiasaan menggunakan tembakau harus dihilangkan secara total karena berbagai penyakit berbahaya yang dapat ditimbulkannya.Sebagai seorang dokter gigi perlu turut aktif mencegah penyakit akibat kebiasaan merokkok,dengan memberikan peyuluhan kepada masyarakat

,meningkatkan pengetahuan dan teknik untu k mendeteksi dini kanker rongga mulut dan keahlian untuk perawatan lebih lanjut (Dewi,2005).

17

E.Kerangka Konsep 1. Kerangka Konsep

Perokok

Penyakit periodontal

1. Pria 2. Lamanya merokok

1. Perdarahan 2. Karang gigi 3. Pocket

1. Kandungan rokok a. Nikotin b. Tar c. CO d. Derivat-derivat lainnya

Keterangan : : Variabel yang diukur : Variabel yang tidak diukur : Variabel kontrol

18

2. Variabel dan hubungan antar variabel Variabel sebab (independent) Variabel akibat (dependent) Variabel kontrol = Rokok = Penyakit periodontal = Pria,usia,lamanya merokok

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik yaitu melakukan pemeriksaan langsung dengan melihat,menguraikan serta mengukur karakteristik yang dilakukan peneliti untuk mencari hubungan atau pengaruh antar pariabel.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Lingkungan Padongko Kelurahan

Mangempang Kecamatan Barru Kabupaten Barru 2. Waktu penelitian Penelitian ini berlangsung pada Tanggal 28-29 juni 2011

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi diambil dari Masyarakat di Lingkungan Padongko Kelurahan Mangempang Kecamatan Barru Kabupaten Barru yang merokok yang merokok dalam jangka waktu ( minimal 2-3 tahun) 2. Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara probability sampling pada masyarakat yang hadir pada saat penelitian berlangsung

19

20

D. Definisi Operasional 1. Rokok adalah silinder kecil dari kertas yang berukuran panjang sekitar 12 cm dengan diameter 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah diolah. 2. Penyakit periodontal didefinisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan periodontal yang disebabkan oleh infeksi mikro organisme yang yang melekat dipermukaan gigi yang diukur dengan mnggunakan kriteria penilaian CIPTN. 3. Pria adalah laki-laki yang mengkomsumsi rokok dan telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

21

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Data diperoleh dengan cara pemeriksaan sampel untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara merokok dengan penyakit penyakit periodontal 2. Jenis data adalah data primer dan sekunder 3. Pengolahan data secara manual 4. Penyajian data dalam bentuk tabel

F. Alat dan Bahan 1. Alat : a. Probe Periodontal b. Pinset untuk menjepit cotton pellet c. Nierbekken untuk alat dan tampon d. Handuk putih untuk mengalas meja e. Handscoon (sarung tangan) f. Masker g. Gelas untuk berkumur h. Alat tulis menulis untuk mencatat 2. Bahan : a. Alkohol 70 % b. Bethadine/providon iodine c. Cotton pellet

22

G. Cara Kerja 1. Pemilihan sampel,Masyarakat di Lingkungan Padongko Kelurahan Mangempang Kecamatan Barru Kabupaten Barru yang merokok dalam janngka waktu (minimal 2-3 tahun) 2. Pemeriksaan rongga mulut untuk mengetahui penyakit periodontal dengan tahapan secara berikut : a. Memeriksa bagian bukal gigi enam kiri dan kanan rahang atas dan rahang bawah. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui tingkat, adanya inflamasi kondisi jaringan periodontal. b. Penilaian (skor) untuk tingkat kondisi jaringan periodontal dengan menggunakan perhitungan CIPTN 3. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel

23

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh tentang hubungan merokok dengan keparahan penyakit periodontal pada masyarakat di Lingkungan Padongko Kabupaten Barru sebagai berikut : Tabel 1. Rata-rata Keadaan Sampel yang Merokok Terhadap Keparahan Penyakit Periodontal

0 Umur N sehat

1+2+3+4 Berdarah parah

2+3+4 Karang gigi

3+4 Poket 4-5 mm

4 Poket 6 mm

X Tidak diperiksa Jumlah

18-19

30

0,6

5,4

4,33

2,43

1,1

13,9

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa keadaan jaringan periodontal masyarakat di Lingkungan Padongko memiliki nilai rata-rata tertinggi pada kategori berdarah parah yaitu sebesar (5,4),sedangkan nilai rata-rata terendah berada pada kategori sehat yaitu sebesar (0,6).

24

Tabel 2. Distribusi Tingkat Keparahan Penyakit Periodontal Berdasarkan Lamanya Merokok

Lamanya Sehat merokok

Berdarah Parah

Karang Gigi

Poket 4-5mm

Poket 6mm

Tidak diperiksa

Jumlah

2 (thn)

1,13

4,9

3,4

1,6

0,5

11,3

3 (thn)

0,13

5,9

5,3

3,3

1,6

16,23

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan tingkat keparahan penyakit periodontal berdasarkan lamanya merokok.Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa masyarakat yang merokok selama 3 tahun memiliki nilai ratarata (0,13) dalam kategori sehat, (5,9) kategori berdarah parah,( 5,3) kategori karang gigi, (3,3) kategori poket 4-5mm, (1,6) dengan kategori poket 6mm.Sedangkan yang telah merokok selama 2 tahun memiliki nilai rata-rata (1,13) dalam kategori sehat, (4,9) kategori berdarah parah, (3,4) kategori karang gigi, (1,6) kategori poket 4-5mm, (0,5) dengan kategori poket 6mm.

25

B.Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Lingkungan Padongko Kabupaten Barru,dapat diketahui gambaran tentang adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan tingkat keparahan penyakit periodontal pada masyarakat di lingkungan Padongko Kabupaten Barru tahun 2011. Jumlah sampel yang datang pada penelitian ini adalah 30 orang yang merokok dalam jangka 2 tahun sebanyak 15 orang sedangkan yang merokok dalam jangka waktu 3 tahun juga sebanyak 15 orang. Tabel 1 menunjukkan keadaan jaringan periodontal masyarakat di Lingkungan Padongko Kabupaten Barru memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu ( 5,4 ) pada kategori berdarah parah,sedangkan nilai rata-rata terendah yaitu ( 0,6 ) berada pada kategori sehat . Pada penelitian ini diperoleh hasil yang menggambarkan bahwa masyarakat di Lingkungan Padongko mengalami penyakit

periodontal,karena sebagian besar masyarakat di Lingkungan Padongko mengkomsumsi rokok.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keparahan penyakit periodontal pada perokok lebih tinggi dari pada yang bukan perokok,hal ini mendukung penelitian terdahulu yng menyatakan bahwa

26

kebiasaan merokok dapat meningkatkan insidensi keparahan penykit periodontal. Penyakit periodontal ternyata dipengaruhi oleh lamanya seseorang mengkomsumsi rokok.Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa adanya perbedaan yang nyata antara orang yang sering mengkomsumsi rokok dengan yang tidak atau jarang mengkomsumsi rokok terhadap tingkat keparahan penyakit periodontal.Dari tabel 2 diatas menunjukkan bahwa masyarakat yang merokok selama 3 tahun memiliki nilai rata-rata yaitu dengan kategori berdarah parah ( 5,9 ),karang gigi parah ( 5,3 ),poket 45 ( 3,3 ),poket 6 ( 1,6 ),dibandingkan dengan yang merokok selama 2 tahun memiliki nilai rata-rata dengan kategori berdarah parah ( 4,9 ),karang gigi parah ( 3,4 ),poket 6 mm ( 0,5 ).Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama seseorang mengkomsumsi rokok maka tingkat keparahan penyakit periodontal juga akan semakin meningkat (Rusyanti Y,1996). Perubahan mukosa akibat merokok sangat bervariasi.Perubahan tersebut akibat iritan,toksin .Selain itu,dapat juga berasal dari efek mukosa yang kering,tingginya temperatur dalam mulut atau resistensi terhadap infeksi jamur dan virus yang berubah.Masalah kesehatan mulut lainnya yang dapat timbul antara lain hilang atau berkurangnya indera perasaan dan penciuman,bau mulut,pewarnaan pada gigi,serta beragam penyakit periodontal (Dewi D,2005). Pernyataan tersebut diatas mendukung penelitian ini bahwa sesungguhnya asap rokok yang bersuhu 30 0C didalam rongga mulut

27

selain mempermudah penyerapan zat-zat kimia yang dikandung asap rokok oleh epitel mulut,suhu panas tersebut juga dapat mengaggu keseimbangan dalam rongga mulut,terutama yang berada didalam sulkus dan ditambah dengan adanya karbon monoksida yang mengikat oksigen menyebkan bakteri meningkat. Peningkatan penyakit periodontal pada perokok juga disebabkan karena berkurangnya aliran darah pada gusi yang disebabkan oleh nikotin yang terkandung dalam rokok .Penyebab penyakit periodontal selain dari kandungan dari rokok itu sendiri juga karena kebiasaan hidup masyarakat yang cenderung tidak memperhatikan kebersihan rongga

mulutnya(Rusyanti,1996).

28

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,maka dapat

disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan tingkat keparahan penyakit periodontal di Lingkungan Padongko Kabupaten Barru. 2. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Lingkungan

Padongko dipengaruhi oleh lamanya seseorang menkomsumsi rokok. B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan dengan metode dan kriteria yang berbeda . 2. Dokter gigi sebagai pemberi pelayanan kesehatan gigi dan

mulut berperan penting dalam menyadarkan masyarakat terhadap bahaya merokok,khususnya mulut. kesehatan gigi dan

29

NO

Nama

Umur Lamanya Merokok

Keadaan Jaringan Periodontal Sehat Perdarahan Ada Poket Poket Gigii Karang 46mm tidak Gigi 5mm diperiksa 1 1 3 1 0 0 2 1 3 0 0 0 3 3 0 0 0 0 3 2 0 1 0 0 0 2 3 1 0 0 2 1 2 1 0 0 0 2 4 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 1 2 1 2 0 1 2 1 1 1 0 0 1 2 1 2 0 0 1 2 2 1 0 1 1 2 1 1 0 1 1 0 4 0 0 3 1 1 1 0 0 1 2 3 0 0 0 0 2 3 1 0 0 0 2 4 0 0 0 0 0 2 2 2 0 0 0 3 3 0 0 0 0 2 2 2 0 0 1 0 2 3 0 0 0 2 2 2 0 0 0 1 2 3 0 0 0 2 2 2 0 0 0 2 1 3 0 0 1 2 1 2 0 0 0 2 2 2 0 1 1 0 2 2 0 0 0 2 2 2 0 19 31 57 41 32 0

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. Jumlah

Adil Aswan Ardi Sabri Herman Risal Putra Hasrul Rifal Faisal Ruli Feri Herul Firman Udhin Rasman Arul Ihsan Rijal Arham Asmar Ikram Arkam Irfan Ilham Ismail Risman Doni Fikri Aksan

19 19 18 18 18 19 19 18 18 19 18 19 18 19 17 18 19 19 19 19 18 18 19 19 18 19 18 19 18 19

2 thn 2 thn 2 thn 2 thn 2 thn 2 thn 2 thn 2 thn 2 thn 2 thn 2 thn 2 thn 2 thn 2 thn 2 thn 3 thn 3 thn 3 thn 3 thn 3 thn 3 thn 3 thn 3 thn 3 thn 3 thn 3 thn 3 thn 3 thn 3 thn 3 thn

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI .(1996). Oral Diagnostik,Jakarta.Hal.34-35 Dewi D..Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Mukosa Mulut.Dentika Dental Jurnal,vol 10,no.2,2005,Hal.132-133,135 Fedi,Peter F,dkk.(2004).Silabus EGC,Hal.4,6,8,10,17,30 Periodonti.Jakarta :

Houwink B,dkk.(1993).Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahaan.Yogyakarta : Gadja Mada University,Hal.168-170 Herijulianti E,dkk.(2001).Pendidikan Kesehatan Gigi,edisi ke-2.Jakarta : EGC,Hal.108-117 Husodo SM.Jumlah Leukosit Air Ludah Para Perokok.Majalah Kesehatan Gigi Indonesia,vol 1,no.06,juni 2005,Hal.18 Kurniawan.Zat-Zat yang Terkandung Dalam Rokok.(http://.Wordpres.com diakses/2009/03/31) Mustaqimah DN.Pencegahan Penyakit Periodontal yang Dapat Diterapkan di Puskesmas dan di Tempat Praktek.Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia,vol 10,no 3,2003,Hal.57 Mejikuhibiniu.Definisi Rokok diakses/2007/09.html Sigaret dan Kretek.(http://blogspot.com

Manson JD,Eley BM.(1993).Buku Ajar Periodonti .Jakarta : KDT,Hal.2 Natamiharja L,Butar LB.Kebiasaan Merokok dan Karies Spesifik pada Sopir-Sopir di Medan.Dentika Dental Jurnal,vol 6,no.2,2001,Hal.284-285 Pratiwi D,Prosto SP.(2007).Gigi Sehat.Jakarta : Kompas,Hal.6,13,17 Ruslan G.Efek Merokok Terhadap Rongga Mulut.Jurnal Kedokteran Gigi.no.2,tahun ke 42,1993,Hal.22-25

30

31

Rusyanti Y.Pengaruh Merokok Kretek Terhadap Jaringan Gusi.Jurnal Kedokteran Gigi,vol 8,no.1,Juli 1996,Hal.35-39

You might also like