You are on page 1of 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok bahasan : Polip Nasal Sasaran : klien Poli THT RSSA Malang Hari/tanggal : Jumat

, 2 Maret 2012 Waktu :09:00 WIB Tempat : Poli THT RSSA Malang Penyuluh : Mahasiswa Tahap Profesi Poltekes dr Soepraoen Malang I. Latar Belakang : Berdasarkan data yang dimiliki Poli THT RSSA tahun 2012 khususnya dengan masalah penyakit hidung.Banyak terjadi suatu keluhan pasien yang datang berupa sumbatan pada hidung yang makin lama semakin berat.Setelah dilakukan survey, ternyata penyebab utamanya adalah kurangnya pengetahuan tentang polip hidung II. Tujuan Instruksional Umum : Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, Peserta penyuluhan Poli THT RSSA Malang dapat memahami Polip hidung. III. Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 15 menit, diharapkan peserta penyuluhan dengan Polip hidung di Ruang Poli THT RSSA Malang dapat mengetahui tentang: 1. Pengertian Polip hidung 2. Penyebab Polip hidung 3. Tanda dan gejala Polip hidung 4. Dampak dan Komplikasi Polip hidung 5. Pemeriksaan Penunjang dan diagnosa banding Polip hidung 6. Pengobatan dan pencegahan polip hidung

V. Proses Pelaksanaan : No 1. Kegiatan Pendahuluan (pre interaksi) Menyampaikan penyuluhan 2. Kerja (interaksi) Evaluasi 3 Tanya jawab (Interaksi) Memberi kesempatan peserta untuk bertanya Menjawab pertanyaan Menanyakan hal-hal 10 menit Menjawab pertanyaan tujuan Mendengarkan, menjawab pertanyaan Penyampaian garis besar Mendengarkan dengan 15 menit materi anemia penuh perhatian Penyuluh Salam pembuka dan memperkenalkan diri Menyimak Peserta Menjawab salam Waktu 3 menit

yang belum jelas Memperhatikan jawaban penceramah dari

klarifikasi penjelasan

Mengulang penjelasan

3.

Penutup (Terminasi)

Menyimpulkan Salam penutup Membagi leaflet

Mendengarkan Menjawab salam

2 menit

VI. Setting Tempat : Pserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penceramah, membentuk huruf U

Keterangan : Pemateri : Fasilitator : Observer :Peserta Penyuluhan VII. Pengorganisasian : a) Pemateri : Melky sedeq norman ronaldo b) Moderator : Irwan Susanto c) Notulis : vivi maysaroh d) Fasilitator : pradika duan sasmita e) Observer : pradika duan sasmita VIII. Kriteria Evaluasi: 1. Peserta penyuluhan mampu menjelaskan pengertian polip hidung 2. Peserta penyuluhan mengerti penyebab polip hidung 3. Peserta penyuluhan mampu menyebutkan tanda dan gejala polip hidung stress 4. Peserta penyuluhan mampu menyebutkan dampak polip hidung 5. Peserta penyuluhan mambu menyebutkan pemeriksaan penunjang dan diagnosa banding Polip hidung 6. Peserta penyuluhan tahu cara-cara pengobatan dan pencegahan polip hidung

IX. Referensi : 1. Soepardi, Efiaty. Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok edisi IV cetakan I. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2000

2.

Soepardi, Efiaty. Hadjat, Fachri. Iskandar, Nurbaiti. Penatalaksanaan dan Kelainan Telinga Hidung Tenggorok edisi II. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2000 Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid I hal. 113 114. Penerbit Media Aesculapius FK-UI 2000

3.

Tinjauan Pustaka A. Definisi Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning kuningan atau kemerah merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa) (Endang,2003) . Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel dan dapat bilateral. Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke arah belakang, muncul di nasofaring dan disebut polip koanal(Soepardi,2000).

B.

Penyebab Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak anak. Pada anak anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis (Endang,2003). Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain : 1. Alergi terutama rinitis alergi. 2. Sinusitis kronik. 3. Iritasi. 4. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka.

C.

Tanda dan Gejala Pada anamnesis kasus polip biasanya timbul keluhan utama adalah hidung tersumbat. sumbatan ini menetap dan tidak hilang timbul. Semakin lama keluhan dirasakan semakin berat. Pasien sering mengeluhkan terasa ada massa di dalam

hidung dan sukar membuang ingus. Gejala lain adalah hiposmia (gangguan penciuman). Gejala lainnya dapat timbul jika teradapat kelainan di organ sekitarnya seperti post nasal drip (cairan yang mengalir di bagian belakang mulut), suara bindeng, nyeri muka, telinga terasa penuh, snoring (ngorok), gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup. Secara pemeriksaan mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan selaput permukaan hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan subselaput permukaan yang sembab. Dengan pemeriksaan rhinoskopi anterior biasanya polip sudah dapat dilihat, polip yang masif seringkali menciptakan kelainan pada hidung bagian luar. Pemeriksaan Rontgen dan CT scan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya sinusitis (Endang,2003).

D.

Manifestasi klinis Dampak Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip nasi adalah hidung tersumbat. Sumbatan ini tidak hilang timbul dan makin lama makin memberat. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan timbulnya gejala hiposmia bahkan anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus paranasal, akan timbul sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rhinore. Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala utama adalah bersin dan iritasi di hidung. Sumbatan hidung yang menetap dan semakin berat dan rinorea. Dapat terjadi sumbatan hiposmia atau anosmia. Bila menyumbat ostium, dapat terjadi sinusitis dengan ingus purulen. Karena disebabkan alergi, gejala utama adalah bersin dan iritasi di hidung. Pada pemeriksaan klinis tampak massa putih keabu-abuan atau kuning kemerah-merahan dalam kavum nasi. Polip bertangkai sehingga mudah digerakkan, konsistensinya lunak, tidak nyeri bila ditekan, mudah berdarah, dan tidak mengecil pada pemakaian vasokontriktor. Pada rhinoskopi anterior polip nasi sering harus dibedakan dari konka hidung yang menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaannya:

Polip Bertangkai Mudah digerakkan Tidak nyeri tekan

Konka polipoid Tidak bertangkai Sukar digerakkan Nyeri bila ditekan dengan pinset

Tidak mudah berdarah Pada vasokonstriktor mengecil

Mudah berdarah

pemakaian Dapat mengecil dengan tidak vasokonstriktor

Komplikasi Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran besar atau dalam jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis kronis, mengorok dan bahkan sleep apnea - kondisi serius nafas dimana akan stop dan start bernafas beberapa kali selama tidur. Dalam kondisi parah, akan mengubah bentuk wajah dan penyebab penglihatan ganda/berbayang.

E.

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Hidung sederhana 1. Inspeksi Polip hidung masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung.

Terdapat deformitas hidung di bagian superior diantara kedua mata 2. Rinoskopi anterior Memperlihatkan massa pucat, lunak, basah dan dapat bertangkai yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan. Polip umumnya berwarna kekuningan atau biru keabuan namun kadang-kadang kemerahan karena iritasi lokal atau infeksi sekunder. Deformitas septum membuat pemeriksaan menjadi lebih sulit. Tampak sekret mukus dan polip multipel atau soliter. Polip kadang perlu dibedakan dengan hipertrofi konka nasi, yakni dengan cara memasukan kapas yang dibasahi dengan larutan efedrin 1% (vasokonstriktor). Hipertrofi konka

nasi yang berisi banyak pembuluh darah akan mengecil, sedangkan polip tidak mengecil. 3. Rinoskopi posterior Kadang-kadang terdapat polip yang tumbuh kearah belakang dan membesar di nasofaring, disebut polip koana. Pemeriksaan penunjang 1. Nasoendoskopi Adanya fasilitas nasoendoskopi sangat membantu diagnosis kasus polip yang baru. Polip stadium 1 dan 2 kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior tetapi tampak pada pemeriksaan nasoendoskopi. Pemeriksaan ini diyakini sebagai metode yang terbaik dalam memeriksa rongga hidung dan nasofaring karena dapat menilai secara keseluruhan anatomi hidung dan untuk menentukan perluasan dan lokasi polip hidung.. 2. Pemeriksaan Radiologi 1. Foto polos sinus paranasal ( posisi waters, lateral, Caldwell dan AP). Dapat memperihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara dan cairan di dalam sinus tapi pemeriksaan ini kurang bermanfaat untuk pemeriksaan polip 2. Pemeriksaan CT-scan CT-scan sangat bermanfaat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada kelainan anatomi, polip atau sumbata pada komplek osteomeatal. CT scan terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi dengan medikamentosa 3. Pemeriksaan Laboratorium Anak-anak dengan polip yang berhubungan dengan rinitis alergi sebaiknya dilakukan evaluasi untuk alergi mereka; termasuk

pemeriksaan Serological Radioallergosorbent Test (RAST) dan tes kulit. 3. Pemeriksaan Histologi Stroma pada polip hidung edematosa. Vaskularisasi sangat sedikit dan kurang inervasi, kecuali pada dasar polip. Eosinofil diidentifikasi sebagai sel inflamasi terbanyak, lebih kurang 80-90% dari seluruh kasus polip. Eosinosil yang ditemukan pada polip pasien dengan asma bronkial dan alergi berisi granul dengan produk toksik (leukotrin, protein kation eosinofilik, major basofilic protein, bahan-bahan vasoaktif lain dan faktor kemotaktik), merupakan faktor

yang bertanggung jawab terhadap lisis epitel, kerusakan saraf dan siliostasis. Protein granul spesifik, leukotrin A4 dan platelet activating factor bertanggung jawab pada edema mukosa dan hiper responsif. Eosinofil didarah tepi dan dimukosa hidung normal dapat bertahan selama 3 hari. Pada kultur sel polip hidung eosinofil bertahan paling kurang 12 hari. Proses apoptosis yang terlambat ini dimediasi oleh blokade reseptor Fas, yang secara khusus dengan enzim protease yang memulai proses kematian sel. Apoptosis yang tertunda ini juga dimediasi oleh peningkatan IL-5, IL-3 dan GMCSF yang dihasilkan oleh limfosit T. Glukokortikoid tampaknya membantu mengurangi polip pada pasien dengan kelebihan eosinofil kemungkinan dengan hambatan terhadap IL-5. Sel inflamasi yang lain, neutrofil, terjadi pada 7% kasus polip. Tipe polip ini dihubungkan dengan fibrosis kistik, primary ciliary dyskinesia syndrome, dan Young syndrom. Polip ini tidak berespon baik terhadap kortikosteroid sebab terdapat kekurangan eosinofil sensitif kortikosteroid. Terdapat degranulasi sel mast. Degranulasi diperkirakan terjadi pada fase yang dimediasi oleh nonimunoglobulin E. Terdapat peningkatan jumlah sel plasma, limfosit dan miofibroblas. Diagnosis banding Polip didiagnosa bandingkan dengan a) konka polipoid, yang ciri cirinya sebagai berikut : Tidak bertangkai Sukar digerakkan Nyeri bila ditekan dengan pinset Mudah berdarah Dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin).

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior cukup mudah untuk membedakan polip dan konka polipoid, terutama dengan pemberian vasokonstriktor yang juga harus hati hati pemberiannya pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler karena bisa menyebabkan vasokonstriksi sistemik, maningkatkan tekanan darah yang berbahaya pada pasien dengan hipertensi dan dengan penyakit jantung lainnya. b) Angiofibroma Nasofaring juvenil Etiologi dari tumor inibelum diketahui menurut teori, jaringan asal tumor ini mempunyai tempat perlekatan yang spesifik di dinding

posterolateral atap rongga hidung . dari anamnesis ditemukan keluhan sumbatan pada hidung dan epitaksis berulang yang masif. Terjadi obtruksi sehingga timbul rhinorhea kronis yang diikuti gangguan penciuman . Oklusi pada tuba Eustachius akan menimbulkan ketulian atau otalgia. Jika ada keluhan sefalgia menandakan ada perluasan tumor ke intra kranial c) Keganasan pada hidung Etiologi belum pasti diketahui,diduga karena adanya zat zat kimia seperti nikel, debu kayu, formaldehid, kromium, dan lain lain. Paling sering terjadi pada laki-laki . gejala klinis berupa obstruksi hidung, rhinorea, epitaksis, diplopia, proptosis , gangguan visus, penonjolan pada palatum, nyeri pada pipi, sakit kepala hebat dan dapat disertai likuorhea. Pemeriksaan CT scan memperlihatkan adanya pendesakan dari massa tumor. Pemeriksaan PA didapatkan tumor termasuk squamosa berkreatin F. Pengobatan dan Pencegahan Pengobatan Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi adalah menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga polipektomi medika mentosa. Dapat diberikan topical atau sistemik. Polip tipe eosinofilik memberikan respons yang lebih baik terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal dibandingkan polip tipe neurotrofilik. Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip atau cumin dengan analgesic local, etmoidektomi intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk polip etmoid, operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila. Yang terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka dapat dilakukan tindakan BSEF (bedah Sinus Endoskopi Fungsional). Bila polip masih kecil, dapat diobati secara konservatif dengan kortikosteroid sistemik atau oral, misalnya prednisone 50mg/hari atau deksamentosa selama 10 hari kemudian diturunkan perlahan. Secar local dapat disuntikkan ke dalam polip, misalnya triamsinolon asetonid atau predsinolon 0,5 ml tiap 5-7 hari sekali sampai hilang. Dapat dipakai secara topical sebagai semprot hidung, misalnya

beklometason dipropionat. Bila sudah besar, dilakukan ekstraksi polip dengan senar. Bila berualang dapat dirujuk untuk operasi etmoidektomi intranasal atau ekstranasal Pengobatan juga perlu ditunjukkan pada penyebabnya, dengan menghindari allergen penyebab. Ada tiga macam penanganan polip nasi yaitu : a) b) c) Cara konservatif Cara operatif Kombinasi keduanya. Cara konservatif atau menggunakan obat- obatan yaitu menggunakan glukokortikoid yang merupakan satu- satunya kortikosteroid yang efektif, terbagi atas kortikosteroid topical dan kortikosteroid sistemik. Kortikosteroid topical (long term topical treatment) diberikan dalam bentuk tetes atau semprot hidung tiak lebih dari 2 minggu. Kortikosteroid sistemik (short term systemic treatment) dapat diberikan secara oral maupun suntikan depot. Untuk preparat oral dapat diberikan prednisolon atau prednisone dengan dosis 60 mg untuk empat hari pertama, selanjutnya ditappering off 5 mg/hr sampai hari ke-15 dengan dosis total 570 mg. Suntikan depot yang dapat diberikan adalah methylprednisolon 80 mg atau betamethasone 14 mg setiap 3 bulan. Cara operatif dapat berupa polipektomi intranasal, polipektomi intranasal dengan ethmoidektomi, transantral ethomiodektomi dan sublabial approach (Caldweel-luc operation), frontho-ethmoidoendoskopik polipektomi dan bedah sinus sphenoidektomi eksternal dan

Pencegahan Anda dapat membantu mengurangi kemungkinan Anda untuk mengalami polip hidung atau kambuhnya polip hidung setelah perawatan dengan strategi pencegahan berikut:

1. Managemen dan mengobati alergi dan asma sedini mungkin. Mengikuti pengobatan dokter rekomendasi untuk mengelola asma dan alergi. Jika gejala tidak mudah dan secara teratur di bawah kendali, konsultasi dengan dokter Anda tentang perubahan rencana pengobatan Anda.

2. Hindari iritasi. Sebisa mungkin, hindari hal-hal yang mungkin untuk memberikan kontribusi untuk peradangan atau iritasi sinus Anda, seperti alergen, polusi udara dan bahan kimia. 3. Hidup bersih yang baik. Cuci tangan Anda secara teratur dan menyeluruh. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi terhadap infeksi bakteri dan virus yang dapat menyebabkan peradangan pada hidung dan sinus. G. Tindakan Keperawatan Mengoptimalkan jalan napas dan pemenuhan Oksigen(O2) ke jaringan Pada penderita polip masif (unilateral / bilateral) dapat menutup dari lubang hidung itu maka masalah yang paling sering muncul adalah gangguan pola nafas dan pertukaran gas, maka sebagai perawat kita memberikan Komunikasi , Informasi , dan Edukasi untuk melakukan nafas biasa pada hidung sisi yang berlawanan untuk kasus unilateral dan melakukan pernapasan mulut untuk mencukupi udara masuk untuk kasus polip yang bilateral hingga menutupi seluruh lubang dari hidung Managemen Nyeri Polip masiv dapat memicu gangguan ketidak nyamanan terutama nyeri maka untuk tindakan keperawatan dapat dilakukan secara verbal yaitu dengan memberikan informasi yang adekuat pada klien untuk melawan nyeri tersebut sebagai contoh adalah tekhnik distraksi dan relaksasi Menghindarkan infeksi Polip merupakan jaringan yang rawan dari infeksi maka hindarkan bahan bahan yang dapat merespon tumbuhnya infeksi pada polip. Pastikan hidung tidak terlalu terstimulus oleh sentuhan , dan ciptakan lingkungan yang aman dan bersih Mengoptimalkan Input dan output nutrisi

Nutrisi merupakan suatu bentuk kebutuhan setian orang, maka kita dapat berkolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit yang tepat

You might also like