You are on page 1of 12

BAB I STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Usia Alamat

: Nn. R : 17 tahun : Kampung maleber RT 03/RW 05 Desa Maleber

Kecamatan KR Tengah Kabupaten Cianjur. Pekerjaan : Pelajar Agama Status : Islam : Belum menikah

II. ANAMNESIS

( Autoanamnesis dilakukan pada hari Selasa, 4 Oktober 2011) Keluhan Utama : Terdapat luka yang mengering pada tungkai kaki 1/3 bawah kanan kiri. Riwayat Khusus: Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan terdapat luka yang mengering pada tungkai kaki 1/3 bawah kanan kiri sejak lebih kurang 2 minggu yang lalu. Saat ini luka terasa sangat gatal terlebih jika pasien sedang ada pikiran ataupun masalah (Pasien
1

sedang banyak PR sekolah). Gatal yang dirasa hilang timbul. Jika terasa gatal pasien selalu ingin menggaruk, setelah digaruk baru pasien puas dan terasa perih. Luka tersebut pada awalnya hanya berupa gatal yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Gatal dirasakan tiba-tiba, sebelumya pasien tidak menggunakan bahan-bahan yang bisa menyebabkan iritasi/alergi dikulit/mengkonsumsi ikan laut. Karena merasa sangat gatal maka digaruk. Setelah digaruk timbul luka kecil dan lama kelamaan luka semakin besar dan mulai mengering sehingga warnanya berubah menjadi kehitaman. Hal ini sudah berlangsung selama 1 tahun dan berulang terutama jika pasien merasa stres maka akan terasa sangat gatal dan ingin sekali menggaruk. Setelah digaruk dengan keras maka luka akan menjadi basah dan mulai mengering. Hal tersebut berlangsung berulang-ulang.

Riwayat penyakit dahulu Pasien sudah mengalami sakit seperti ini beberapa kali. Riwayat asma, dan gula disangkal.

Riwayat Pengobatan

Pasien sudah berobat di puskesmas. Pasien diberikan salep dan obat minum tetapi lupa nama obat tersebut. Setelah menggunakan obat tersebut pasien merasa baikan tetapi tidak lama kemudian kambuh kembali.

Riwayat alergi
2

Pasien mengaku alergi makanan berupa ikan asin dan ikan laut(jika dikonsumsi akan langsung gatal di seluruh tubuh), Riwayat alergi obat disangkal.

Riwayat Keluarga Keluarga pasien tidak ada yang sakit dengan keluhan seperti ini.

III. STATUS GENERALIS


Kesadaran KU Tanda Vital

: Composmentis : Tampak sakit sedang : TD: tidak dilakukan, Nadi: tidak dilakukan, Nafas: tidak dilakukan, Suhu: afebris

Kepala

: Pasien menggunakan kerudungan. : Konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-)

Mata

Hidung

: Saddle nose (-), deviasi septum (-), nyeri tekan tragus (-)/(-)

Mulut Leher KGB

: Bibir kering (-), sianosis (-) : Tidak ada kelainan : Tidak teraba membesar : Dada simetris, tidak ada retraksi, vesikuler(+)/(+), whezing (-)/(-), ronki (-)/(-), BJ I/II reguler, murmur (-), gallop(-).

Thorak

Abdomen

: Simetris, timpani, nyeri tekan (-), BU (+) normal

Ekstremitas atas

: Akral hangat, RCT < 2 detik, tidak sianosis : (Lihat status dermatologikus)

Ekstremitas bawah

IV. STATUS DERMATOLOGI Distribusi Ad Regio Lesi Efloresensi : Regional : Tibia 1/3 distal dextra dan sinistra : Lesi multiple, ukuran 5 x 5cm , bilateral : hiperpigmentasi,sirkumskrip ,Likenifikasi.

Foto

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan


5

VI. RESUME Perempuan berusia 17 tahun datang dengan keluhan terdapat luka pada tungkai kaki 1/3 bawah kanan kiri. Luka tersebut pada awalnya hanya berupa gatal yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Gatal dirasakan tibatiba, sebelumya pasien tidak menggunakan bahan-bahan yang bisa menyebabkan iritasi/alergi dikulit/mengkonsumsi ikan laut. Karena merasa sangat gatal maka digaruk. Setelah digaruk timbul luka kecil dan lama kelamaan luka semakin besar dan 2 minggu yang lalu mulai mengering sehingga warnanya berubah menjadi kehitaman. Pasien sudah berobat di puskesmas. Saat ini luka terasa sangat gatal terlebih jika pasien sedang ada pikiran ataupun masalah. Pada pemeriksaan dermatologi di dapatkan: Distribusi Ad Regio Lesi Efloresensi : Regional : Tibia 1/3 distal dextra dan sinistra : Lesi multiple, ukuran 5 x 5cm , bilateral : hiperpigmentasi,sirkumskrip ,Likenifikasi.

VII.

DIFERESIAL DIAGNOSIS 1. Neurodermatitis 2. Liken Planus

VIII. DIAGNOSIS KERJA Neurodermatitis IX. PENATALAKSANAAN

Umum:

Hindari pikiran stres yang dpat merangsang gatal semakin hebat.


-

Hindari menggaruk lesi

Khusus
-

Sistemik : antihistamin CTM tab 4 mg (3 dd I) Topikal : Hidrocortison 1 % zalp (3 dd I ue)

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam bonam Quo ad functionam bonam Quo ad Sanationam dubia et bonam

NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA

I. SINONIM Nama lain neurodermatits sirkumskripta ialah Liken Simpleks Kronik, istilah yang pertama kali dipakai oleh Vidal, oleh karena itu juga disebut liken Vidal. II. DEFINISI Liken simpleks kronis adalah peradangan kulit kronis, gatal sekali, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena stimulus pruritogenik yang bervariasi. III. EPIDEMIOLOGI Liken simpleks kronis jarang terjadi pada anak anak. Insiden puncak terjadi pada usia 30 50 tahun. Wanita lebih sering dibanding pria. Pada wanita sering terjadi Liken simpleks kronik pada leher belakang saat menopause ( Lichen nuchae ). Pada prurigo nodularis yang berhubungan dengan dermatistis atopik onsetnya lebih dini, 19 24 tahun. Pada prurigo nodularis tanpa dermatitis atopik onsetnya 48 62 tahun. IV. FAKTOR PREDISPOSISI Penyakit ini biasanya timbul pada orang yang kurang istirahat, gangguan emosi, misalnya mudah gugup, cemas, iritabel. V. ETIOPATOGENESIS
8

Penyebab Liken Simpleks Kronis belum diketahui. Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya reaksi kulit berupa likenifikasi dan prurigo nodularis. Prurigo ada yang disertai lesi atau tanpa lesi, ada atau tidak berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya. Hipotesis mengenai pruritus karena adanya penyakit yang mendasari seperti gagal ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma hodgkin, hipertiroidia, gluten-sensitive enteropathy, polisitemia rubra vera, dan infeksi pada HIV. Selain itu juga dapat karena penyakit kulit ( misalnya dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, dermatitis stasis ), aspek psikologis dan tekanan emosi. Pada prurigo nodularis jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil berisi protein X dan protein kationik yang dapat menimbulkan degranulasi sel mas. Jumlah sel Langerhans juga bertambah banyak. Saraf yang berisi CGRP ( calcitonin gene-related peptide) dan SP ( substance P), bahan imunoreaktif, jumlah di dermis bertambah pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada neurodermatitis sirkumskipta. SP dan CGRP melepaskan histamin dari sel mas yang selanjutnya akan memicu pruritus. Ekspresi faktor pertumbuhan saraf p75 pada membran sel Schwan dan sel perineurum meningkat, mungkin ini menghasilkan hiperplasi neural. Tidak semua individu mampu menimbulkan likenifikasi. Pada penderita yang mempunyai predisposisi, garukan dan gosokan yang kronis yang akan menimbulkan penebalan kulit atau likenifikasi. Diduga pruritus berasal dari pelepasan mediator atau aktivasi enzim proteolitik, walaupun ada peneliti yang melaporkan bahwa garukan dan gosokan mungkin karena respon terhadap stress emosional.

VI. GEJALA KLINIS Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat mengganggu tidur. Rasa gatal tidak terus-menerus, biasanya pada waktu sibuk, bila muncul sulit ditahan. Penderita merasa enak bila digaruk, setelah luka baru
9

hilang

rasa

gatalnya

untuk

sementara.

Lesi biasanya tunggal, tapi bisa juga lebih dari satu. Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang bisa ditemukan di skalp, tengkuk, samping leher, lengan ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Pada lichen nuchae, biasanya squamanya tebal mirip psoriasis. Ukuran lesi lentikular sampai plakat, bentuknya umumnya lonjong. Pada stadium awal kelainan kulit berupa eritema dan edema atau kelompokan papul. Selanjutnya karena garukan yang berulang lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama dan menebal, kering dan berskuama disertai likenifikasi dan ekskoriasi. Sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit menjadi tidak jelas. Gambaran klinis juga dipengaruhi lokasi dan lamanya lesi. N.S tidak biasa terjadi pada anak, tetapi pada usia dewasa ke atas; puncak insiden pada , timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah di skalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum , perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan dan punggung kaki. Neurodermatiis di daerah tengkuk ( lichen nuchae) umumnya henya pada wanita plak kecil di tengah tengkuk atau dapat meluas himgga ke skalp. Biasanya berskumanya banyak menyerupai psoriasis. Variasi klinis N.S dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau kerokan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama,lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi). Lesi biasanya multiple; lokalisasi tersering di ektremitas berukuran mulai beberapa milimeter sampai 2 cm.

10

VII. HISTOPATOLOGI Gambaran histopatologisnya dapat berupa ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis ( hiperplasi epidermal ) dengan rete ridges yang memanjang teratur. Ditemukan sebukan sel radang limfosit, makrofag, fibroblast dan histiosit di sekitar pembuluh dermis atas. Pada prurigo nodularis akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari permukaan, sel schwann berproliferasi, dan terlihat hiperplasi neural. Kadang juga terdapat krusta yang menutup sebagian epidermis. VIII. DIAGNOSIS Diagnosis yang utama berdasarkan efloresensi pada kuit yang terdapat lesi dan biasanya tidak terlalu sulit. Namun perlu dipikirkan diferensial diagnosis dari penyakit kulit lain yang memberikan gejala pruritus, misalnya dermatitis atopik, dermatitis kontak, Liken planus. IX. PENTALAKSANAAN 1. Non Medikamentosa Perlu dijelaskan kepada pasien bahwa garukan akan memperburuk keadaan penyakitnya, maka harus dihindari. penderita. 2. Medikamentosa
-

Terapi suportif pada psikologis

Topikal : Steroid topikal potensi kuat, bila perlu ditutup kain impermeabel. Kalau masih tidak berhasil, dapat dicoba suntikan kortikosteroid intralesi. Salep steroid dapat pula dikombinasi dengan ter (likuorkarbonis 3 %), yang mempunyai efek anti inflamasi.

Sistemik : antipruritus dapat berupa antihistamin yang mempunyai efek sedatif (contohnya hidroksizin, difenhidramin, klorpeniramin, prometazin ) atau tranquilizer.

11

DAFTAR PUSTAKA Djuanda, Adhi et al, 2006. IlmuPenyakitKulitdanKelamin. FK UI : Jakarta. Fitzpatrick, Thomas B. et al, 1993. Dermatology in General Medicine. Vol 2. 4th ed. USA: McGraw-Hill Book

12

You might also like