You are on page 1of 11

Hubungan antara Pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan Kadar Enzim Transaminase pada Pasien Tuberkulosis Kasus

Baru di RSUD Temanggung

Ike Pramastuti1, Yusup Subagyo Sutanto2, Harsini2, Ana Rima S2, Supriyanto Kartodarsono3 Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan kadar enzim transaminase pada pasien tuberkulosis kasus baru di RSUD Temanggung. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi one group before and after intervention design atau one group pre and post test design. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Oktober 2011. Jumlah sampel yang dipakai pada penelitian ini sebanyak 27 orang yang diambil dengan cara purposive sampling. Pemeriksaan kadar transaminase dilakukan sebelum pasien mendapat terapi dan 4 minggu setelah terapi dimulai. Data transaminase diolah dengan uji statistik paired sample T-Test menggunakan SPSS 17.0 for windows. Signifikansi yang digunakan adalah p<0,005. Hasil Penelitian: Rata-rata kadar transaminase pada pasien meningkat setelah diberikan terapi dibanding sebelum diberi terapi. Jumlah pasien yang mengalami peningkatan SGOT adalah 20 dari 27 pasien dengan p=0,008, dan pasien yang mengalami peningkatan SGPT sebesar 22 dari 27 pasien dengan p=0,000. Simpulan Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang diberi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) mengalami peningkatan dibandingkan sebelum diberi obat anti tuberkulosis. Peningkatan tersebut signifikan secara statistik. Kata kunci: Obat Anti Tuberkulosis (OAT), kadar transaminase, tuberkulosis
1 2

Mahasiswa FK UNS Surakarta Bagian Ilmu Penyakit Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta 3 Bagian Ilmu Penyakit dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Correlation between Anti Tuberculosis (ATT) Drugs Therapy and Transaminase Level in New Case Tuberculosis Patients in Local General Hospital of Temanggung

Ike Pramastuti1, Yusup Subagyo Sutanto2, Harsini2, Ana Rima S2, Supriyanto Kartodarsono3

Objective: To study the Correlation between Anti Tuberculosis (ATT) Drugs Therapy and Transaminase Level in New Case Tuberculosis Patients in Local General Hospital of Temanggung. Methods: This is a quasi-experiment study, one group before and after intervention design or one group pre and post test design. This study was carried out from April to October 2011. A total of 27 new case tuberculosis patients aged 18 years or greater selected through purposive sampling. Serum transaminase was measured before therapy and 4 weeks after therapy started. Transaminase data was proceed with paired sample T-Test using SPSS 17.0 for windows. Significance was set at p<0,005. Results: The mean of transaminase level 4 weeks after Anti tuberculosis therapy start increase compared before therapy . Elevation of SGOT was found in 20 from 27 patients with p=0,008, while elevation of SGPT was found in 22 from 27 patients with p=0,000. Conclusions: The study showed that there was an elevation in transaminase level of patients given Anti tuberculosis therapy. This elevation was statistically significant.

Keyword: Anti Tuberculosis Therapy (ATT), transaminase level, tuberculosis

1 2

Student of Medical Faculty of UNS Surakarta Department of Pulmonary Diseases of Local General Hospital Dr. Moewardi Surakarta 3 Department of Internal Medicine of Local General Hospital Dr. Moewardi Surakarta

I. PENDAHULUAN
2

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Price, 2006). Indonesia menjadi negara dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi ke-5 di dunia setelah Bangladesh, China, Korea, dan India. Setiap tahunnya diperkirakan terdapat 528.000 kasus tuberkulosis baru, dengan angka kematian sekitar 91.000 orang. Prevalensi tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100/100.000 (WHO, 2010). Sejak tahun 1995, Indonesia menerapkan strategi pengobatan yang direkomendasikan WHO, yaitu strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS yang terbukti dapat menurunkan angka kematian tuberkulosis (Depkes, 2010). Meskipun pengobatan tuberkulosis yang efektif sudah tersedia, namun kasus tuberkulosis masih menjadi fokus perhatian dunia. Dengan adanya prinsip tersebut, terapi tuberkulosis pada umumnya adalah dengan metode multidrug. Namun, Obat Anti Tuberkulosis (OAT) mempunyai efek samping terhadap hepar, kulit, saraf, dan dapat menyebabkan kelainan gastrointestinal. Efek serius yang menjadi fokus saat ini adalah efek obat anti tuberkulosis terhadap hepar, yaitu menyebabkan hepatotoksisitas, yang dikenal dengan istilah Antituberculosis Drug-induced Hepatotoxicity (ATDH) (Tostmann et al., 2008). Tes yang dapat dilakukan untuk menilai fungsi hepar terkait hepatotoksisitas antara lain pengukuran kadar bilirubin serum, aminotransferase atau transaminase, alkali fosfatase, GT, dan albumin. Tes fungsi hepar yang mengarah pada perlukaan hepatoseluler atau inflamasi adalah pemeriksaan kadar transaminase (Amirudin, 2006). Peningkatan kadar transaminase tanpa gejala merupakan hal yang umum pada pemakaian obat anti tuberkulosis, namun efek ini dapat menjadi fatal jika tidak dikenali lebih awal (Tostmann et al., 2008).
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI
3

1. Tuberkulosis Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Pengobatan tuberkulosis paru terdiri dari 2 fase, yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Obat utama (lini 1) yang diberikan dalam pengobatan tuberkulosis paru adalah isoniazid (H), rifampicin (R), pirazinamid (Z), etambutol (E), dan streptomicin (S). Sedangkan obat tambahan (lini 2) yang diberikan antara lain kuinolon, kanamicin, dan amikasin (Amin dan Bahar, 2006). 2. Transaminase
a. Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT)

Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), atau sering disebut Aminotransferase Alanin (ALT) merupakan enzim yang ditemukan dalam hepar dan spesifik ditemukan pada kasus perlukaan hepar. Kadar normal SGPT pada orang dewasa adalah sebesar 4-36 U/I (Kee, 2008).
b. Serum Glutamic Oxaloacetat Transaminase (SGOT)

Serum

Glutamic

Oxaloacetat

Transaminase

(SGOT)

atau

Aminotransferase Aspartat (AST) dapat ditemukan dalam jumlah besar di dalam jantung. Nilai normal SGOT adalah 8-38 U/l (Kee, 2008).
3. Hubungan Pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Dengan Peningkatan

Enzim Transaminase Pemakaian isoniazid untuk terapi tuberkulosis paru dapat menyebabkan kerusakan hepar karena terjadi nekrosis multilobular. Gangguan fungsi hepar diperlihatkan oleh peningkatan enzim transaminase yang terjadi pada 4-8 minggu pengobatan. Metabolit isoniazid berikatan kovalen dengan makromolekul sel. Hydrazine merupakan metabolit toksik dari isoniazid steatosis, yang dalam penelitian terbukti menyababkan glutathione vakuolasi hepatosit dan deplesi

(Tostmann, 2007).

Rifampicin hepatoseluler,

dapat

menyebabkan dan

perubahan terkait dengan

nekrosis

sentrilobuler,

kolestasis (Tostmann, 2007). Dengan pemakaian rifampicin intermiten, dapat terjadi kenaikan kadar enzim transaminase namun kejadian hepatitis karena pemakaian rifampicin jarang ditemukan (Istiantoro dan Setibudy, 2007). Efek samping dari pirazinamid yang paling serius adalah kerusakan hepar. Peningkatan kadar transaminase dalam plasma merupakan abnormalitas awal yang diakibatkan oleh pemberian pirazinamid (Gilman, 2008). METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian : eksperimental kuasi model one group before and after

intervention design atau one group pre and post test design. (Taufiqurrohman, 2004).
2. Lokasi Penelitian : RSUD Temanggung 3. Subyek Penelitian : Pasien tuberkulosis kasus baru yang berobat di RSUD

Temanggung a. Kriteria Inklusi : 1) Pasien tuberkulosis kasus baru


2) Pasien tuberkulosis berusia dewasa (terhitung berumur 18 tahun pada

saat pengambilan sampel)


3) Pasien direncanakan akan menjalani pengobatan dengan antituberkulosis

selama lebih dari 4 minggu 4) Pemeriksaan enzim Transaminase sebelum pemberian obat

antituberkulosis dalam batas normal


5) Bersedia menjadi responden dengan menandatangani inform consent

b. Kriteria Eksklusi : 1) Pengguna alkohol


2) Menderita penyakit Immunocompromise

3) Memiliki riwayat penyakit hepar


4. Teknik Sampling dan Jumlah Sampel : purposive sampling jumlah sampel 27

5. Identifikasi Variabel Penelitian


a. Variabel Bebas b. Variabel Terikat

: Pemberian Obat Anti Tuberkulosis : Kadar enzim transaminase

c. Variabel luar
1) Variabel luar yang dapat dikendalikan : Umur pasien, jenis kelamin 2) Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : Kadar albumin

6. Skala Variabel Pemberian Obat Anti Tuberkulosis Kadar enzim transaminase 7. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Bebas : Obat Anti Tuberkulosis (OAT) 1) Definisi : Obat Anti Tuberkulosis (OAT) merupakan kombinasi obat yang

: Nominal : Rasio

digunakan untuk penderita tuberkulosis.


2) Skala Pengukuran 3) Metode Pengukuran

: Nominal : Anamnesis dan Rekam medik


6

b. Variabel Terikat ; Enzim transaminase 1) Definisi : Enzim transaminase terdiri dari Serum Glutamic Pyruvic

Transaminase (SGPT) dan Serum Glutamic Oxaloacetat Transaminase (SGOT). Nilai normal dari SGPT adalah 4-36 U/I, sedangkan nilai normal SGOT adalah 8-38 U/I.
2) Skala Pengukuran 3) Metode Pengukuran

: Rasio : Spektrofotometer O2

8.

Rancangan Penelitian O1

X Bandingk an dengan uji Paired sampel T Test

O1 = Pengamatan sebelum pemberian Obat Anti Tuberkulosis O2 = Pengamatan setelah 4 minggu pemberian Obat Anti Tuberkulosis X = Pemberian Obat Anti Tuberkulosis 9. Instrumentasi dan Bahan Penelitian Alat yang dipakai untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah data hasil pemeriksaan laboratorium SGOT dan SGPT
10. Teknik Analisis Data

Data dianalisis secara statistik dengan uji paired sample t test, yaitu uji T untuk dua sampel yang berpasangan, dengan derajat kemaknaan = 0,05. Uji T digunakan bila kelompok sampel yang digunakan 2.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil sebagai berikut:


7

Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Tuberkulosis Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Laki-laki 11 40,74 Perempuan 16 59,26 Jumlah 27 100 Tabel 3. Distribusi Peningkatan SGOT Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Meningkat 7 (63,64 %) 13 (81,25 %) Menurun 4 (36,36 %) 3 (18,75 %) Jumlah 11 16

Tabel 4. Distribusi Peningkatan SGPT Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Meningkat Laki-laki 9 (81,82 %) Perempuan 13 (81,25 %) Tabel 5. Distribusi Usia Pasien Tuberkulosis Menurun 2 (18,18 %) 3 (18,75 %) Jumlah 11 16 Persentase (%) 40,74 22,22 22,22 14,82 100 Jumlah (orang) 11 6 6 4 27

Umur (tahun) Jumlah (orang) 19-29 11 30-39 6 40-49 6 50-59 4 Jumlah 27 Tabel 6. Distribusi Peningkatan SGOT Menurut Usia Umur (tahun) Meningkat Menurun 19-29 7 (63,64 %) 4 (36,36 %) 30-39 5 (83,33 %) 1 (16,67 %) 40-49 5 (83,33 %) 1 (16,67 %) 50-59 3 (75 %) 1 (25 %) Jumlah 20 7 Tabel 7. Distribusi Peningkatan SGPT Menurut Usia

Umur (tahun) Meningkat Menurun Jumlah (orang) 19-29 8 (72,73 %) 3 (27,27 %) 11 30-39 5 (83,33 %) 1 (16,67 %) 6 40-49 5 (83,33 %) 1 (16,67 %) 6 50-59 4 (100 %) 0 (0 %) 4 Jumlah 22 5 27 Tabel 8. Perbedaan mean SGOT dan SGPT sebelum dan sesudah pemberian OAT Transaminase Sebelum pemberian OAT
8

Setelah pemberian OAT

SGOT SGPT

24,89 6,1 19,29 7,08

28,06 6,2 23,50 6,7

Dalam penelitian yang dilakukan terhadap 27 pasien didapatkan jumlah pasien laki-laki adalah 11 orang yaitu sebesar 40,74 % dan perempuan 16 orang yaitu sebesar 59,26 %. Peningkatan SGOT pada pasien laki-laki adalah 63,64 % dan perempuan 81,25 %, sedangkan untuk peningkatan SGPT pasien laki-laki adalah 81,82 % dan pasien perempuan 81,25 %. Dari penelitian yang dilakukan oleh Anand et al. (2006) dan Niazi et al. (2010), insidensi peningkatan transaminase tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Ditinjau dari usia, dari penelitian ini didapatkan bahwa pasien yang menjalani pengobatan Obat Anti Tuberkulosis paling banyak adalah usia 19-29 tahun. Walaupun jumlah pasien dalam kelompok umur 50-59 tahun tidak banyak, namun persentase peningkatan SGOT dan SGPT relatif besar. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Khadka et al. (2009) ditunjukkan bahwa persentase terbesar peningkatan SGOT dan SGPT adalah pada kelompok usia 41-60 tahun, dengan persentase 45,1 %, sedangkan untuk kelompk 21-40 tahun sebesar 31,1 %. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Niazi et al. (2010) menunjukkan bahwa peningkatan transaminase lebih besar pada kelompok pasien usia tua yaitu 9,57 % daripada usia muda yaitu 2,56 %. Pada tabel 7 ditunjukkan bahwa rata-rata SGOT dan SGPT mengalami peningkatan. Jumlah pasien yang mengalami peningkatan SGOT sebesar 20 dari 27 orang, dan pasien yang mengalami peningkatan SGPT sebesar 22 dari 27 orang. Peningkatan SGOT dan SGPT pada semua pasien dalam penelitian ini masih dalam batas normal. Pada penelitian yang dilakukan oleh Khadka et al. (2009), dari 114 pasien, 96 (84 %) pasien mengalami peningkatan SGOT yang masih dalam batas normal dan 18 (16 %) pasien mengalami peningkatan di atas batas normal ( > 35 IU/L). Sedangkan untuk SGPT, 92 (81 %) pasien mengalami peningkatan SGOT yang masih dalam batas normal, dan 22 (19 %) mengalami peningkatan di atas batas normal ( > 40 IU/L). Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh
9

Sudarmadi (2009), yaitu didapatkan hasil peningkatan kadar SGOT pada 12 orang dari 30 orang sampel, sedangkan peningkatan SGPT dijumpai pada 15 orang dari 30 orang. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, didapatkan hasil peningkatan rata-rata SGOT dan SGPT yang signifikan. Nilai signifikansi untuk SGOT sebesar p = 0,008 (p < 0,05). Artinya, probabilitas dalam menarik simpulan salah, yaitu tidak ada peningkatan kadar SGOT sebelum dan sesudah pemberian OAT, adalah 8 kesalahan dari 1000 kesempatan. Sedangkan nilai signifikansi untuk SGPT adalah sebesar p = 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian, probabilitas dalam menarik simpulan salah, yaitu tidak ada peningkatan kadar SGPT sebelum dan sesudah pemberian OAT, adalah 8 kesalahan dari 1000 kesempatan. Dengan hasil uji hipotesis tersebut, maka hipotesis kerja (H1) yang berbunyi ada peningkatan kadar enzim transaminase sebelum dan sesudah pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diterima, dan hipotesis nol (H0) yang berbunyi tidak ada peningkatan kadar enzim transaminase sebelum dan sesudah pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ditolak. IV. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Peningkatan kadar SGOT dan SGPT telah diuji secara statistik dengan hasil peningkatan kadar SGOT dan SGPT tersebut signifikan, maka ada hubungan antara pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan kadar enzim transaminase. SARAN 1. Perlunya pemeriksaan kadar enzim transaminase secara berkala, baik sebelum, saat, maupun sesudah pemberian terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan atau tanpa indikasi, untuk pengobatan yang lebih efektif.
2. Perlunya dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan jumlah sampel yang

lebih besar.
10

DAFTAR PUSTAKA Amin Z. dan Bahar A. 2006. Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir. Dalam : Sudoyo A. W., Setiyohadi B., Idrus A., Simadibrata M., Setiati S. (eds). Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, p: 995 Amirudin, R. 2006. Fisiologi dan Biokimia hati. Dalam : Sudoyo A. W., Setiyohadi B., Idrus A., Simadibrata M., Setiati S. (eds). Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, p: 417 Bayupurnama P. 2006. Hepatotoksisitas Imbas Obat. Dalam : Sudoyo A. W., Setiyohadi B., Idrus A., Smadibrata M., Setiati S. (eds). Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, p: 471 Istiantoro Y. H. 2007. Tuberkulostatik dan Leprostatik. Dalam : Ganiswara S. G. (edt). Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta : Gaya Baru, p: 613 Kee J. L. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta : EGC Khadka J, Malla P, Jha SS, Poudel SR. The Study of Drug Induce Hepatotoxicity in ATT Patients Attending in National Tuberculosis Center in Bakhtapur. SAARC Journal of Tuberculosis. Niazi Ghulam et al. 2010. Hepatotoxicity of ATT. Professional Medical Journal. 17:444-448 Price S. A. dan Standridge M. P. 2006. Tuberkulosis Paru. Dalam : Price S. A dan Wilson L. M. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC Sudarmadi, Dimas. 2009. Hubungan Antara Pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan Kadar Transaminase pada Pasien Tuberkulosis Kasus Baru. Skripsi. Tostmann A., Boeree M. J., Aarnoutse R. E., Lange W. C. M., Ven A. J. A. M., Dekhuizen R. 2008. Antituberculosis Drug-Induced Hepatotoxicity : Concise Up to Date Review. Journal of Gastroenterology and Hepatology. 23:192-202

11

You might also like