You are on page 1of 18

PENGENTASAN KEMISKINAN

( Tinjauan Sosiologi-Ekonomi) oleh : M. ANDI.K/ desember 2011 ditulis untuk Erriel Salim / Konsultan Pengembangan Energi Alternatif Daerah ISI atau KONTEN dari makalah pendek ini terbagi menjadi dua bagian yang dirinci menjadi 6 point. Bagian pertama (point I - V) adalah cerita ulang atau sorot balik kemiskinan pada masa pemerintahan Orde Lama dan Orde Baru, ditambah sedikit ilustrasi kehidupan miskin. Bagian dua (point VI) adalah Saran Solusi kemiskinan. Solusi kemiskinan dilakukan denga dua cabang besar ; solusi penghasilan, dan solusi untuk kemungkinan masalah humaniora / sosial yang terlanjur muncul karena kemiskinan.

I. Sorot Balik 1945-1993


Indonesia merdeka pada tahun 1945 dalam keadaan miskin. Kekuasaan kolonialisme yang di pegang Belanda dan Jepang tidak sempat menyisakan warisan kekuatan perekonomian. Belanda dan Jepang sama-sama berakhir di Indonesia oleh perang yang menguras keuangan cabang manajemen pemerintahan mereka di Indonesia. Sementara Indonesia pun lahir tanpa modal, karena rakyat telah habis terperas tanpa daya karena harus membantu Belanda, maupun membantu Jepang yang harus menghadapi perang pasifik. Saat merdeka tahun 1945 diperkirakan 80 prosen rakyat dalam keadaan miskin. Tanpa makanan layak, tanpa pekerjaan layak, tanpa penghasilan layak, tanpa pakaian layak, dan tanpa sekolah. Makanan yang populer paska kemerdekaan di tengah masyarakat adalah bulgur, tiwul, nasi jagung, atau nasi tanpa lauk. Pendidikan yang pada zaman Belanda dan Jepang pernah sedikit berjalan, menjadi benar-benar tidak berjalan. Sebab semua lelaki dewasa dan remaja sibuk untuk terlibat dalam revolusi fisik pasca kemerdekaan. Walau tanpa bukti statistic, cerita pengalaman nyata dari orang-orang yang pernah mengalami hidup di awal kemerdekaan memang menceritakan keadaan demikian. Keadaan miskin ini masih berlangsung hingga pemerintahan Sukarno berakhir tahun 1965. berbagai konflik militer dengan sekutu dan Belanda, serta berbagai kegiatan politik yang jatuh bangun, membuat pembangunan ekonomi tidak pernah sempat untuk membangun kesejahteraan bagi rakyat. Sejak peralihan pemerintahan ke tangan Militer yang di pegang oleh Suharto, kehidupan politik nyaris di hentikan habis. Namun kehidupan perekonomian sedikit demi sedikit mulai membaik. Menurut Cakrawerdaya (mentri koperasi periode 1993-1998) pertumbuhan perekonomian sejak peralihan pemerintahan itu sangat stabil, karena mampu meraih angka pertumbuhan berkisar 7 prosen tiap tahun.

Modal keuangan yang berhasil diperleh pemerintahan Orde Baru untuk membiayai pembangunan ekonomi bersumber dari 5 sumber besar : 1. 2. 3. 4. Uang hasil penjualan minyak bumi Uang hasil penjualan Timah, dan bahan tambang lain Uang hasil penjualan kayu hutan Uang Pinjaman Luar Negeri dari : IMF, IGGI, ADB, US-AID, JEPANG, Australia, dan lain-lain. 5. Uang bantuan pendidikan dari banyak orang kaya di Negara islam (khusus kepada banyak lembaga pendidikan madrasah di Indonesia). Dengan lima modal itu, Negara menjadi kaya mendadak, dan punya banyak uang untuk membiayai berbagai program pemerintahan dan pembangunan. Program pembangunan Lima Pelita tergambar jelas pada GBHN Pelita I s/d Pelita V. Tahapan pertumbuhan (stages of growth) yang dipilih adalah secara bertingkat terus meningkatkan suntikan modal dan teknologi kepada masyarakat. Dengan dukungan uang dan teknologi diharapkan masyarakat mampu meningkatkan Mutu SDM, Mutu Produk dan Produktifitas. Pembangunan yang paling menonjol adalah pada bidang pendidikan. Sekolah dasar Inpres berhasil didirikan di seluruh pelosok tanah air hingga ke desa pegunungan. Buku-buku juga telah dibagikan secara gratis kepada para anak didik secara tidak terkecuali (1978 s/d 1984). Pembangunan pendidikan yang dilakukan di Indonesia dikenal sebagai yang berhasil membuat penyetaraan gender. Sebab dari SD sampai dengan Perguruan tinggi, selalu memiliki angka berimbang antara wanita dan pria. Yang juga pernah mendapat pujian dari Bank Dunia terhadap rejim Suharto adalah dalam soal pengentasan Kemiskinan. Pengentasan Kemiskinan sepanjang tahun 1966 s/d 1993 telah menurunkan angka kemiskinan dari 64 % menjadi 14 %. Perkembangan Angka Kemiskinan Indonesia 1976 1993

sumber : diolah dari laporan bank dunia 2006

II. Semestinya Tidak Tersisa 14 %


Banyak analis ekonomi dan kemasyarakatan menyebutkan bahwa semestinya Negara ini tidak hanya berhasil menurunkan angka kemiskinan kepada 14 %. Dengan uang besar dari Pinjaman IMF, IGGI, BD, plus uang besar dari hasil penjualan Minyak Bumi, plus penjualan Kayu dan berbagai tambang mineral logam, seharusnya sudah bisa membuat makmur negara. Mengapa masih tersisa 30 juta penduduk miskin adalah pertanyaan besar. Bukan hanya karena modal pembangunan bersumber dari pinjaman dan penjualan hasil alam sangat besar, tapi juga karena banyak Negara lain yang lebih muda usianya, dan lebih sedikit modal kekayaan alam, serta lebih sedikit modal pinjaman luar negeri, ternyata bisa membangun lebih baik. Menurut beberapa analis disebutkan bahwa uang besar dari rejeki alam pasca runtuhnya Komunis di Indonesia banyak di korupsi oleh sebagian pejabat Negara. Wabah korupsi merebak subur, sejalan dengan ketentuan penggajian yang terlalu minim sejahtera bagi para penyelenggara Negara. Penekanan honor dan gaji pegawai negeri yang pada awalnya adalah ingin menghemat anggaran, telah merubah keadaan menjadi lebih buruk. Banyak para pegawai merasa mendapat alasan untuk mengawali sedikit korup dalam pekerjaan. Awal sedikit korup ini kemudian berlanjut menjadi kebiasaan dan kebutuhan, sehingga menjadi mahir korup secara massal. Beberapa lembaga pengawas internasional, bahkan ada yang menempatkan Indonesia sebagai Negara paling korup pada sekitar tahun 19801990.

Karena terdapat kebiasaan korup, uang besar rejeki kekayaan alam dikelola secara tidak maksimal untuk bisa mendistribusi kesejahteraan dan kesempatan ekonomi. Secara pertumbuhan, perekonomian Indonesia sangat baik karena konsisten berada pada angka 7 prosen setiap tahunnya. Secara GNP juga termasuk ajaib, karena mampu memiliki angka yang baik. Sayangnya, pada aspek distribusi kesejahteraan dan kesempatan ekonomi ternyata berjalan kurang baik. Karena di banyak sudut masyarakat, termasuk di kota besar, masih banyak orang yang terlihat nyata hidup dengan sangat tidak layak. Sampai dengan tahun 1993, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih tetap berkisar 30 juta jiwa. Sebagian dari mereka adalah tidak memiliki pekerjaan dan tanpa penghasilan, sebagian lainnya sudah memiliki pekerjaan tapi berpenghasilan sangat kurang. Dimanakah mereka terdapat? Jawabannya, Mereka ada di kota besar maupun di desadesa. Sebagai buruh tani, sebagai buruh nelayan, sering pula sebagai buruh kecil di kota. Banyak pula sebagai penganggur yang tak punya sumber apapun yang bisa diberdayakan. Atau, ketika sang penganggur punya sumber untuk diberdayakan, mereka tidak punya kesempatan untuk mengolah sumbernya agar menjadi bagian dari jalur supply terhadap pengisian pasar demand, untuk bisa menghasilkan rupiah secara kontinyu.

III. 1993-1998
Tahun 1993, kemiskinan di Indonesia tinggal bersisa 14 % saja. Dalam hitungan prosen, pengentasan kemiskinan di Indonesia telah sangat berhasil baik. Namun dalam hitungan angka absolut, jumlah penduduk Miskin di Indonesia ternyata berkembang pada angka tidak berubah turun. Sejak Jumlah penduduk miskin di Indonesia selalu berkisar pada angka 30 juta jiwa atau lebih. Beban penduduk miskin ini menjadi persoalan yang lebih buruk, ketika secara berangsur Negara kehilangan sumber-sumber keuangan tetapnya. Ekspor Minyak Bumi, Tambang Timah dan mineral lain, dan Ekspor Kayu Log yang tadinya sangat besar menyumbang keuangan Negara, sudah tidak lagi bisa diandalkan. Padahal hutang Negara kepada berbagai lembaga Internasional tetap masih sangat besar1. Untuk mengatasi defisit keuangan, beberapa kali pemerintah menempuh langkah cari untung dari berdagang kepada rakyat sendiri. Misalnya adalah dengan menaikan harga minyak BBM, menaikan tarif Listrik, menaikan harga pupuk. Beberapa kali, pemerintah juga menaikan beberapa jenis pajak.
1

Menurut Bank Dunia, hutang luar negeri Indonesia tahun 1993 adalah 93 Miliar Dolar AS. Jika dirupiahkan pada tahun 2011 adalah kurang lebih setara dengan 9.000 x 93.000.000,000 = 837.000.000.000.000.- rupiah (837 triliun rupiah).

Akibat dari langkah ini, rakyat menjadi terhimpit dan sangat reaktif. Biaya hidup dan harga-harga kebutuhan hidup menjadi sangat mahal. Minggu pertama Mei 1998, harga melambung sangat tinggi2. Di susul dengan protes dan demonstrasi masa yang berujung kerusuhan masal pada 14 Mei 1998, yang beberapa pekan berikutnya mengakibatkan berakhirnya masa pemerintahan Orde Baru.

IV. 1998-2011
Rejeki besar nasional dari Minyak bumi, dan berbagai jenis tambang logam adalah sumber rejeki yang tidak bisa diperbaharui. Setelah masa panen optimal selesai, selesai pula sumber uang yang selalu jadi andalan modal pembangunan. Pada masa peralihan pemerintahan dari Orde Baru kepada Orde Reformasi, Indonesia sudah bukan lagi anggota OPEC atau eksportir minyak bumi, sebab impor bahan bakar minyak matang yang dilakukan Indonesia, sudah terlalu sangat besar untuk membuat Indonesia tetap pantas disebut sebagai eksporter. Tambang timah yang dulu sangat membanggakan di pulau Bangka dan Belitung, saat ini tinggal menyisakan danau-danau sisa penggalian yang tak lagi bisa berproduksi. Sehingga selepas era pemerintahan Orde Baru, kondisi Indonesia adalah nyaris tanpa modal. Kayu hutan telah gundul, Tambang Minyak Bumi tak lagi bisa jadi sumber uang ekspor, serta Timah, Nikel, Bauxit juga telah tak lagi berproduksi untuk bisa menghasilkan dolar ekspor. Sisa tambang yang masih cukup sehat berproduksi saat ini hanyalah Freeport di Papua. Itupun keberlangsungannya masih meragukan, sebab pengelola tambang telah banyak menuai protes akibat buruknya penanganan kerusakan lingkunan hidup akibat samping kegiatan pertambangan. Modal pembangunan Orde Reformasi 1998 hingga pemerintahan SBY saat ini (2011), yang terbesar adalah uang iuran dari rakyat. Iuran sumber uang yang paling besar adalah berbagai jenis pajak yang dibayar rakyat secara langsung maupun tidak langsung. Saat menerima penghasilan setiap rakyat membayar pajak penghasilan, saat menggunakan kendaraan mereka juga membayar pajak STNK, saat mereka belanja kebutuhan hidup rakyat kembali harus membayar pajak PPN atau Konsumsi. Iuran lainnya adalah dari hasil harga berbagai produk Perusahaan Negara (yang sekarang di swastanisasi). Tarip Bus, Tarip KA, harga pupuk, tarip listrik, tarip air, tarip telpon, tarip biaya pendidikan tinggi, dan lainnya. Menyadari sangat besarnya partisipasi semua rakyat kepada sumber keuangan Negara, secara sadar pemerintah (2008) kemudian bersedia mengalokasikan secara besar uang Negara kepada langkah perbaikan nasib rakyat melalui pendidikan. Anggaran untuk
2

Ketika Premium dinaikan menjadi 1.200 perliter, Solar dinaikan menjadi 600 perliter .

pendidikan dinaikan menjadi 20 % dari seluruh RAPBN tahunan. Dengan harapan, kalaupun Negara tetap miskin, rakyat yang menjadi cerdas dan pintar akan bisa membawa perbaikan nasib bangsa di hari esok3.

V. Kehidupan Rakyat Miskin Saat Ini


Lingkaran nasib kemiskinan adalah masalah yang lebih buruk dibanding kemiskinan itu sendiri. Sebab lingkaran nasib yang berlarut ini kemudian menyebabkan munculnya perilaku kemasyarakatan yang juga buruk. Saat ini, di Indonesia ada tiga kelompok penyandang kemiskinan plus lingkaran nasib dan masalah-nya. Mereka adalah : (1) para penganggur, dan (2) para pekerja miskin, (3) para pekerja yang penghasilannya diatas GNP tapi harus menghadapi biaya hidup yang sangat mahal. (1) Penganggur Di Indonesia, jumlah penganggur termasuk sangat besar. Menurut BPS. Tahun 2010 di Indonesia ada Pengangguran Terbuka 8 juta 319 ribu jiwa4. 820.000 diantaranya adalah para lulusan universitas atau sarjana. 538.000 lulusan akademi / diploma. 3.344.000 lulusan SLTA. 3.060.000 lulusan SMP+SD. Para penganggur yang nyaris tidak berpenghasilan saat ini telah pasti berada dalam kecemasan berlarut hari esok. Tanpa penghasilan, pekerjaan, tanpa uang, dan tanpa bisa menikmati berbagai sarana untuk meraih cita-cita, pastilah telah menjadikan mimpi yang tidak sehat bagi jutaan penganggur di Indonesia saat ini. Andai saja Indonesia bukan Negara yang sedang memberi kesempatan besar bagi tumbuhnya hidup beragama (meski bukan Negara agama), mungkin keadaan politik masyarakat tidak akan sesabar dan sestabil seperti sekarang. Faktor kehidupan beragama telah banyak membantu untuk terciptanya hidup yang lebih sabar dan tentram5. Tanpa protes atau demontrasi, kesulitan hidup para penganggur ini kemudian muncul kepermukaan melalui berbagai berita pahitnya kemiskinan. Berita-berita yang sering muncul tentang kehidupan para penganggur miskin adalah : Anak-anak balita kurang gizi, ketertinggalan kecerdasan di banyak sekolah Inpres pinggiran akibat anak-anaknya kurang protein, atau kematian akibat tak punya biaya pengobatan.
3

Sayangnya, ternyata problem mengangkat mutu SDM melalui pendidikan bukan hanya soal harus tersedianya biaya yang besar. Setelah biaya ditambah, prestasi nilai NEM Sekolah Menengah Pertama dan Atas sepertinya justru semakin buruk. Sebagian analis menuding beban kurikulum yang terlalu berat telah membuat anak-anak menjadi sulit berprestasi.
4 5

Statistik Pengangguran Terbuka Indonesia. BPS-Agustus 2010. Sayangnya kehidupan beragama masyarakat saat ini seperti sedang mengalami sekulerisasi yang besar, akibat melimpahnya informasi dan media masa yang menyuguhkan berbagai kehidupan sekuler materialistis dari seluruh dunia.

Di Jepang angka pengangguran 2 % cukup menjadi alasan keruntuhan kabinet. Di Amerika, angka pengangguran 5 %, sudah cukup untuk memundurkan calon presiden dari persaingan masa jabatan berikut. Di Eropa Timur, angka pengangguran dan buruh yang kurang gaji sudah bisa menggusur rejim yang berkuasa. Di banyak Negara dunia, pengangguran adalah sumber pergolakan atau sumber penyebab keruntuhan kekuasaan pemerintah. (2) Pekerja Berpenghasilan Rendah Di Indonesia, masalah nasib pahit hidup miskin tidak hanya disandang oleh parapenganggur. Sebab amat banyak tenaga kerja yang sudah punya pekerjaan tapi penghasilannya masih dibawah kecukupan. UMR di banyak propinsi saat ini telah berkisar antara 750.000 s/d 1.500.000 rupiah. Sepertinya uang ini cukup besar, namun jika penghasilan ini harus menunjang kehidupan sebuah keluarga, ternyata jauh dari cukup. Jika sebuah keluarga dengan anggota keluarga 5 orang memiliki pekerja produktif dengan penghasilan 750.000 perbulan, artinya setiap bulan dukungan biaya hidup perbulan untuk setiap jiwa adalah 150.000 rupiah. Akibat penghasilan sangat minim ini, untuk mengatasi penghematan banyak mereka yang menunda pengadaan fasilitas hidup yang sehat. MCK, Air bersih, dan pakaian yang digunakan jauh dari standard kesehatan. Banyak penduduk di kota besar dan kota pantai saat ini yang harus terpaksa menggunakan fasilitas hidup yang jauh dari sehat. Berbagai contoh hidup yang mudah ditemukan adalah hampir di seluruh perkampungan nelayan di pulau Jawa Indonesia. (3) Pekerja Berpenghasilan Cukup yang dimiskinkan oleh tingginya biaya dan inefisiensi struktural. Lingkaran Nasib tidak beruntung, tidak hanya diemban oleh para penganggur dan para pekerja berpenghasilan kurang. Para pekerja produktif yang sebetulnya secara angka telah terhitung berpenghasilan menengah di kota-kota besar (1,5 s/d 2,5 juta perbulan), secara sistemik telah terkondisikan untuk menyandang nasib hidup miskin juga. Beberapa kali kebijaksanaan ekonomi yang dipilih pemerintah telah membuat rakyat yang sebetulnya punya penghasilan menjadi mesti menjalani nasib hidup miskin. Diantara kebijakan yang menyebabkan nasib hidup miskin walau punya penghasilan menengah adalah dalam soal kebijakan harga. Kebijakan harga BBM, kebijakan harga beras, harga Bahan Pokok dan kebijakan harga faktor produksi (semisal pupuk), telah memicu berbagai kenaikan harga kebutuhan hidup. Sehingga penghasilan dan biaya hidup menjadi amat tidak imbang. Kemudian hal ini membuat hidup sehari-hari sebagian pekerja berpenghasilan menjadi sangat kekurangan. Jangankan untuk menabung atau mengikuti program asuransi pendidikan anak, sedangkan untuk kebutuhan pokok sehari-hari saja telah cukup sulit.

Faktor lain yang juga membuat nasib lebih buruk bagi sebagian rakyat miskin adalah pertumbuhan alamiah perkotaan yang menyebabkan in-efisiensi transportasi dan waktu. Banyak penduduk miskin harus kehabisan waktu, tenaga dan uang penghasilan untuk membiayai transport pergi dan pulang kerja sehari-hari. Ini membuat mereka tidak sempat untuk mengalokasikan tenaga dan biaya kepada sumber penghasilan tambahan lain. Karena miskin, akhirnya mereka juga tidak bisa mendukung perbaikan nasib bagi anakanak mereka nantinya. Sebab tak mungkin bisa mengirim sekolah ke jenjang pendidikan tinggi yang biayanya sangat mahal dan tidak terjangkau. Untuk melakukan penghematan, para pekerja di kota besar dan kecil saat ini memilih pergi dan pulang kerja denga menggunakan sepeda motor cicilan. Dengan harapan setiap tiga tahun setelah cicilan lunas, mereka akan punya sedikit tabungan hasil penjualan sepeda motor bekasnya. Langkah ini ternyata menyimpan resiko amat besar bagi keselamatan para pekerja yang seringkali juga adalah kepala rumah tangga. Resiko pertama adalah kematian karena kecelakaan pergi pulang kerja, Resiko yang kedua adalah buruknya kesehatan pada saat pensiun. Saat ini angka kematian tertinggi para pekerja produktif di kota besar Indonesia adalah akibat kecelakaan mengendarai sepeda motor. Sedangkan angka kematian terbesar setelah pensiun adalah karena buruknya kondisi kesehatan badan. Lingkaran nasib hidup miskin ini kemudian menularkan masalah mentalitas kepada anakanak mereka. Setiap hari anak-anak berangkat sekolah tanpa tujuan dan cita-cita yang jelas. Prestasi belajar sangat sulit diraih karena beban kurikulum yang terlalu padat. Sementara harapan nasib baik setelah lulus sekolah juga tak pernah menjadi jelas. Terlalu banyak saat ini para lulusan SLTA yang menjadi penganggur. Sebab untuk memasuki perguruan tinggi pasti membutuhkan biaya sangat besar, sementara untuk memasuki dunia kerja mereka tak mungkin bersaing dengan banyaknya pengangguran terdidik pada jenjang lulusan sarjana atau akademi yang lebih pintar dari mereka. Sikap mudah terpicu kemarahan, mudah melakukan kekerasan muncul secara jelas pada para remaja pelajar. Jenis kekerasan yang mudah muncul adalah perilaku main hakim bersama oleh masa terhadap pelaku pencurian. Di kota besar, para pencuri sepeda motor biasanya tidak hanya babak belur, tapi juga mati karena hangus dibakar. Kekerasan juga mudah muncul pada aktifitas menonton pertandingan sepak bola. Seringkali, para penonton sepak bola yang banyak berasal dari pelajar, melanjutkan rivalitas para atlit di lapangan menjadi tawuran antar penonton di luar lapangan. Saat memakai seragam sekolah, pelajar Indonesia juga telah terbiasa aktif mengukir sejarah dengan berbagai peristiwa tawuran pelajar yang telah menjadi prestasi khusus pelajar Indonesia di mata dunia. Lebih lanjut, kondisi remaja pelajar yang berasal dari keluarga miskin atau pas-pasan menjadi semakin buruk karena setelah mereka terhimpit hidup kemiskinan, mereka kemudian bertemu dengan tiga penyebab bahaya tambahan : 1. suguhan hidup serba materi dari berbagai media yang saat ini telah mendunia 2. budaya hidup permisif dan tidak membatasi pria-wanita 3. minimnya kurikulum pendidikan praktik agama di sekolah dan rumah

Akibatnya, banyak remaja kita sekarang yang kemudian terlibat berbagai jenis penyimpangan agresif maupun depresif. Yang termasuk Penyimpangan Agresif diantaranya adalah yang tadi disebutkan (tawuran pelajar atau mudahnya bentrok). Sedang penyimpangan depresif diantaranya adalah narkoba dan prostitusi pelajar. Dalam soal Narkoba, antara tahun 2009-2010 jumlah pelajar yang terlibat kasus narkoba telah meningkat 2 kali lipat. Sedang dalam soal Prostitusi Pelajar, Times melaporkan bahwa setiap tahun ada 150.000 pelajar SD,SMP dan SLTA yang terjun ke dunia perdagangan sex.

VI. SOLUSI Secara teoritis, pilihan solusi kemiskinan amat bergantung kepada masalah yang menjadi penyebab kemiskinan. Apakah karena masalah politik, kesehatan (jasmani dan mental), keterisolasi-an kepada sarana kesejahteraan, atau lainnya. Solusi Kemiskinan atau mengatasi masalah kemiskinan bukan hanya solusi untuk membuat orang menjadi berpenghasilan. Sebab pada kenyataannya masalah yang harus diatasi secara lebih berat adalah berbagai masalah sosial yang menyertai dan tumbuh sebagai akibat kemiskinan. Masalah lanjutan ini, kemudian menjadi mapan dan terus menjadi keburukan ditengah masyarakat walaupun status penganggur tanpa penghasilan telah diubah menjadi berpenghasilan. Karena itu, solusi masalah kemiskinan harus dibagi dua menjadi : 1. Solusi mengatasi masalah Penghasilan 2. Solusi mengatasi masalah social lanjutan yang kemunculannya diakibatkan oleh masalah tidak berpenghasilan atau kurang berpenghasilan.

SOLUSI MASALAH PENGHASILAN Di era telah begitu lengkapnya fasilitas infrastruktur fisik dan informasi, persoalan isolasi geografis, kesehatan, pendidikan, atau permodalan bukan lagi masalah umum yang menjadi penyebab kemiskinan. Masalah yang paling utama adalah lemahnya akses kepada demand market agar para penganggur bisa menjual tenaga, keahlian, atau produk yang bisa mereka buat. Langkah pemecahan kemiskinan yang harus dilakukan adalah : 1. Membangun demand ekonomi lokal dan internasional 2. Melibatkan rakyat dalam rantai suplay a. rantai perantara pengadaan b. rantai produksi

3. Memproteksi demand secara kultural, politik dan efisiensi networking 4. Mengembangkan mereka dalam kemampuan perbaikan mutu manajemen maupun mutu produk. 5. Efisiensi sebagai modal utama memasuki persaingan bebas 1. Membangun demand ekonomi lokal dan internasional Membangun Demand adalah seluruh kegiatan mencari, menemukan, memunculkan dan memproteksi agar tetap berlanjut. Agar tidak lagi selalu terulang kasus kasus pada masa lalu. Di masa lalu, para penyandang kemiskinan di beri teknologi, diberi pelatihan, diberi modal, tapi kemudian ketika mereka membuka usaha mereka mundur lagi karena tak punya konsumen. Atau kalau sempat memiliki konsumen, kemudian hancur kembali di hajar pesaing dari kelas lebih besar. Membangun Demand Lokal Bagi rakyat miskin, khususnya pengangguran, demand yang bisa diciptakan harus bisa dimulai dari demand yang sifatnya bersubsidi. Subsidi bertitik berat pada pengadaan demand yang sekaligus bersifat mempromosikan. Langkah praktisnya adalah melakukan pembiayaan terhadap pembeli-pembeli tertentu yang dipandang punya potensi untuk (a) melakukan pembelian secara kontinyu, (b) menyebarkan mutu baik produk kepada calon pembeli lain. Bentuk demand bersubsidi seperti ini dapat dilakukan dengan pembagian voucher diskon oleh kepala daerah terhadap jajarannya agar turut membeli produk dari kegiatan pengentasan kemiskinan. Mekanisme voucher diskon ini bisa juga diberikan kepada jajaran staf pilihan dari perusahaan rekanan pemerintah daerah. Pembiayaan voucher diskon dapat dilakukan dengan meng-alih alokasi dana promosi produk yang direncanakan sebagai iklan, plus sumbangan dari kas daerah. Contoh produk yang bisa dibangkitkan sebagai demand lokal, adalah produk makanan kesehatan atau herbal. Selera makanan kesehatan yang menjadi tradisi dapat dilanjutkan kepada mutu produk yang lebih disentuh modernitas. Produk santan di India dan Indonesia, produk jamu di Jawa, atau produk bumbu giling di jawa adalah demand-demand yang dikreasi baru dalam ruang proteksi paying budaya atau kultural. Produk seperti ini jika muncul akan ter-proteksi secara otomatis oleh budaya konsumsi sebuah masyarakat. Tentus aja, contoh produk ini akan dapat berkembang sesuai analisis regional terhadap berbagai potensi yang bisa dibangkitkan. Potensi Demand, Potensi Proteksi Kultural, maupun Potensi Harga, Potensi bahan baku yang ada, dan Potensi Faktor produksi lain. Membangun Demand Internasional Demand internasional adalah demand yang tak pernah kering. Jumlah Negara, bangsa dan difersitas segmentasi demand yang ada selalu sangat besar. Sebagian besar dari demand internasional tak perlu lagi dibangun, sebab sudah tersedia amat besar. Yang diperlukan hanyalah soal membangun rantai suplay yang cukup efisien. Kebutuhan bunga dunia, kebutuhan buah kesemek atau salak yang di Indonesia nyaris tak laku, atau kebutuhan

produk komponen industri mahal, adalah demand-demand yang selalu tersedia untuk di datangi sebagai sumber uang. Sangat disayangkan, demand-demand internasional ini kebanyakan hanya di respon oleh pengusaha besar swasta. Pemerintah kita saat ini lebih sering muncul sebagai numpang bangga dan numpang narik pajak terhadap berbagai kegiatan ekspor yang dilakukan oleh para pengusaha besar. Akibat lanjut dari minimnya saham pemerintah dalam kegiatan ekspor ini adalah rendahnya kekuasaan pemerintah dalam mengendalikan harga. Penemuan penemuan baru dalam dunia farmasi dan berbagai bidang lain, sebetulnya menyedia prospek demand masa depan yang rantai suplaynya bisa disiapkan sejak sekarang. Jika potensi demand internasional masa depan ini sudah bisa di-ijon sejak sekarang, pengentasan kemiskinan rasanya akan jauh lebih cepat bisa dilakukan di Indonesia. Produsen farmasi, sambil menunggu penelitian lebih lanjut tentang fitokimia antikanker daun sirsak bisa di ajak kerjasama untuk pengadaan bibit pohon sirsak ke masyarakat di sebuah kecamatan di daerah miskin. Penanaman pun cukup di halamanhalaman rumah, tanpa perlu terlalu banyak lahan. Pada masanya nanti, daun dan buah sirsak akan menjadi sub-sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat. Tanpa harus menyita waktu banyak dalam penanganannya. Sebab, sisa waktu lainnya harus di investasikan kepada projek taskin dari jenis yang lain.

2. Melibatkan penganggur dan rakyat miskin kedalam rantai suplay Praktik nyata dari membangun rantai suplay bagi demand yang berhasil dibangun akan bergantung kepada situasi-situasi yang grounded dan berkembang disekitar kegiatan bisnis UKM/Home Industri yang akan dijalankan. Dua potensi pengentasan kemiskinan yang dibangun pertama adalah : (1) menemukan dan membangun demand baik lokal atau internasional, (2) mengobservasi potensi SDM penganggur / kurang berpenghasilan lalu merekrutnya dalam training dan rantai produksi / rantai suplay. Setelah mengobservasi potensi SDM (potensi fisik, kebiasaan, kecerdasan, ketrampilan, keahlian, waktu senggang ), barulah mereka di libatkan dalam pilihan program kegiatan mengisi demand yang paling sesuai dengan potensi mereka. Langkah kedua ini akan mudah dilakukan jika telah pasti ada demand yang menanti (deal) untuk di suplay. Sebab siapapun akan mesti suka di-ajak kepada berpenghasilan, atau berpenghasilan lebih baik. Walau harus ikut training keahlian apapun. Setelah menyertakan mereka kedalam rantai suplay (training dan bekerja ), langkah berikutnya adalah memeriksa potensi modal kerja lain di sekitar mereka yang bisa di jadikan produk tambahan atau produk pengembangan dari unit kerja utama mengisi demand yang sedang ditangani. Projeksi kedepan dari projek pengentasan kemiskinan berbasis demand yang dilakukan dalam unit rumah produksi, akan selalu bisa menyediakan waktu dan tenaga lebih. Sehingga para peserta program bisa dirancang untuk target penghasilan tambahan

lainnya. Misalnya adalah di padukan dengan penanganan suplay daun dan buah sirsak, atau banyak lagi lainnya yang bisa dikerjakan di sekitar rumah. Hasil akhir dari projek pengentasan kemiskinan berbasis unit kerja rumah seperti ini nantinya akan jauh lebih baik dari berbagai lapangan kerja yagn sekarang banyak ditekuni masyarakat. Sebab setiap tenaga kerja / SDM selalu punya waktu luang dan tenaga lebih banyak untuk di projeksi kepada kegiatan tambah penghasilan yang lain. 3. Proteksi demand secara cultural, politik dan efisiensi networking Demand yang diciptakan, kemudian harus juga bisa di proteksi secara kultural. Proteksi cultural terhadap demand yang pernah dilakukan adalah semisal dengan pembiasaan penggunaan baju batik pada even budaya, sosial, keluarga dan pemerintahan. Pembiasaan ini dengan sendirinya akan memunculkan kebutuhan yang tidak sekedar unit pembelian barang, tetapi juga bersifat unit pembelian rasa senang bisa turut mengenakan identitas budaya yang didukung menjadi identitas resmi pemerintah daerah. Karena baju batik adalah bagian dari demand budaya, produsen pakaian batik akan terproteksi secara kultural agar demand terhadap produknya menjadi langgeng. Proteksi kultural tidak harus berskala besar seperti pada contoh kasus usaha pakaian batik. Karena banyak pula proteksi budaya bisa dilakukan terkait dengan lokalitas sebuah seting suku, atau marga kekerabatan tertentu. Proteksi kultural adalah andalan untuk menghadang hegemoni pelaku ekonomi besar. Sebab setiap lokalitas daerah pasti bisa memiliki payung budaya untuk referensi konsumsi masyarakatnya. Saat ini yang pandai memanfaatkan payung budaya sebagai referensi konsumsi dalam skala dunia adalah RRC. Mereka adalah produsen yang mampu masuk ke pengadaan perlengkapan ibadah umat islam yang di jual di seluruh dunia. Sajadah, kaligrafi, hp quran, quran digital, ipad hadis dan quran, tasbih, dan berbagai produk lainnya, saat ini hampir semua diproduksi di RRC. RRC sebagai pelaku ekonomi besar masuk kedalam rantai suplay pengisian demand budaya yang juga besar (Islam). Tapi mereka tak mungkin bisa masuk keseluruh ruang budaya yang b ersifat lokalitas. Sebab jika dipaksa masuk, mereka akan terhadang oleh efisiensi produksi, karena produksi untuk sebuah lokalitas tidak mungkin diproduksi secara masal berjumlah besar. Jumlah produk yang bersifat demand khusus untuk sebuah lokalitas daerah memang tidak banyak terlihat, namun ia harus bisa di munculkan. Sebab hanya langkah inilah yang bisa tetap melindungi kegiatan ekonomi kecil tetap bisa berjalan di setiap lokalitas daerah. 4. Pengembangan Mutu Managemen Managemen adalah persoalan yang sebetulnya sangat mudah. Pada tingkat kebutuhan fleksibilitas adaptasi managemen yang rendah (untuk tipe moda produksi barang barang bertipe stabil), managemen hanya membutuhkan SOP dan pengawasan yang bisa dikendalikan secara terpusat.

Kebanyakan dari UKM pengentasan kemiskinan dapat dimulai dari tipe produk yang tidak banyak membutuhkan perubahan strategi produksi dan pemasaran. Pengupayaannya adalah dengan memanfaatkan efisiensi dari keunggulan komparasi modal, tenaga kerja, serta deal market yang pasti tanpa harus boros pada anggaran promosi atau iklan. Sehingga walau tanpa butuh kesiapan ketat lomba inovasi, produk akan tetap dibutuhkan oleh demand market. Contoh level managemen yang menarik untuk jadi sumber inspirasi adalah managemen produksi CPO. Produk CPO, adalah produk yang tidak pernah membutuhkan lomba inovasi yang terlalu ketat seperti produk kamera atau produk handphone. Sehingga hanya dengan SOP sederhana, sebuah managemen terpusat bisa mengawasi berjalannya roda produksi yang sangat besar sekalipun. Untuk UKM pengentasan kemiskinan, level managemen seperti yang terjadi pada produk CPO ini bisa di gunakan. Sebab amat banyak produk yang bisa di rancang melalui rekrutment dan koordinasi sederhana, lalu bisa dijalankan moda produksinya. Contohnya adalah dalam produk bahan baku herbal, atau produk fitokimia. Produksi daun sirsak, atau produksi taoge untuk suplay herbal anti kanker di pasar dunia tidak akan pernah membutuhkan perlombaan inovasi. Sehingga rantai produksinya bisa dibuat menjadi jaringan Home Industri yang luas dan sangat besar. Kemudian dikendalikan dengan SOP sederhana oleh managemen terpusat yang juga tidak perlu terlalu rumit. Jika Pemerintah mampu untuk membuat deal perdamaian6 dengan fihak swasta, tipe-tipe produksi seperti ini akan sangat menjanjikan karena moda produksinya sangat mudah di adopsi oleh situasi mana saja. Setiap rumah yang punya halaman , akan bisa terlibat sebagai sub-rantai pengadaan yang nantinya akan di olah atau dikemas untuk menjadi suplay pengisi demand. Kalaupun gagal dalam tingkat persaingan dunia, konsumsi herbal bisa bertahan pada garis damarkasi konsumen lokal. Karena prospek pembiayaan kesehatan melalui sarana modern akan terus semakin mahal, dan tak mungkin terus disubsidi oleh pemerintah. Sehingga akan dimasa datang, produk herbal akan kembali jadi pilihan masyarakat lokal yang jumlah penduduknya termasuk terbesar di dunia. Daerah pulau terpencil yang jauh dari Pulau Jawa atau Pulau besar lainnya juga sangat bisa untuk memanfaatkan Home Industri berlevel managemen seperti tadi. Pulau-pulau yang jauh dari kota besar komoditi yang bisa dikembangkan adalah pengadaan hewan laut yang harga jualnya mahal. Sebab harga jualnya yang tinggi masih akan bisa untuk mensubsidi biaya transport untuk mengkoleksi produknya. Lobster, Tripang atau bulu babi, telur penyu atau banyak lagi lainnya tentunya dapat di budi daya. Pada alam yang masih asli, hewanhewan ini bisa tumbuh normal tanpa perlu keterlibatan instrumen kerja eksternal yang banyak. Sehingga amat cocok untuk daerah-daerah yang jauh dan terpencil, yang masih memiliki alam asli dan subur.

Deal untuk tidak menjadi pesaing

Tidak hanya pada produk herbal, produk komponen elektronika sederhana-pun bisa di galakan. Banyak lulusan sekolah menengah, khususnya sekolah menengah kejuruan di Indonesia. Mereka bisa di rekrut untuk menjadi rantai kerja pengadaan komponen, atau penambahan komponen untuk sebuah alat elektronika.

5. Efisiensi managemen sebagai bekal memasuki Pertarungan Bebas Dalam memasuki arena pertarungan professional yang dapat dilakukan adalah inkubasi bisnis skala besar yang melakukan : 1. bantuan permodalan 2. bantuan riset demand dan persaingan 3. bantuan managemen modal kerja, agar bisa saving dan mengembangkan usaha 4. networking untuk menunjang cutprice cost-product melalui efisiensi pengadaan bahan produksi dan kumulasi unit demand (penjualan)7. Yang dimaksud skala besar, adalah jaringan saling mengisi dan saling membatu antara unit-unit UKM yang dikembangkan, seumpama PIR pada Sawit yang pernah di laksanakan. Perbedaan dengan program PIR, jaringan UKM ini adalah yang terkait dengan produk produk pengisi demand yang diproteksi (secara cultural, politik dan efisiensi). Efisiensi makro berjaringan akan sangat ditunjang oleh telah mudahnya fasilitas komunikasi dan transportasi. Saat ini seluruh Indonesia bisa ditembus oleh komunikasi dan transportasi dengan sangat murah. Untuk diskusi penambah pengetahuan bisa dilakukan melalui internet atau handphone yang pulsanya sekarang sangat murah. Sedang untuk transportasi pengumpulan produk ke unit induk / pusatpabrik, juga sudah sangat mudah. Sebab hampir kesluruh pelosok tanah air sekarang telah terdapat jalur darat dan laut yang hampir tanpa hambatan. Contoh yang telah berhasil baik melakukan koordinasi produksi yang efisien adalah tanaman produksi rumput laut yang dikembangkan di beberapa pulau seribu Jakarta. Hanya bermodal sarana perahu motor bermesin tempel cc-kecil yang sangat hemat bensin, kegiatan produksi bisa dikembangkan dan di koleksi hasilnya. Di sebuah kabupaten yang banyak lulusan SMK, projek efisiensi makro berjaringan ini dapat pula dikembangkan dengan baik. Para lulusan SMK hanya membutuhkan sedikit pelatihan tambahan untuk mampu melakukan rantai kerja produksi merakit mesin atau alat elektronika. Misalkan, jenis produknya adalah sebuah unit pesawat elektronis Oscillator Penanda Posisi yang dipasang di jam tangan atau di kendaraan bermotor)8. Produk oscillator yang punya prospek pemasaran besar ini, akan mudah ditangani oleh sebuah managemen
7

Kelebihan Networking bisa membuat UKM Home Industri berkonglomerasi menjadi terumbu produsen besar yang melanggengkan pasok untuk permintaan dunia. Hasilnya adalah produk berjumlah besar yang berharga murah. Andalan efisiensinya adalah biaya kerja yang murah dari para pelaku kerja / pelaku usaha, sebab mereka bisa melakukannya di rumah masing-masing. 8 Oscilator GPRS, adalah sekedar pembangkit gelombang yang frekuensinya bisa diterima dan dilacak oleh provider ber-satelit, untuk orang tua bisa mengetahui dimana seorang anak berada, atau sebuah kendaraan berada.

terpusat. Sebab Managemen hanya membutuhkan beberapa sepeda motor atau mobil box mini untuk mendistribusi komponen mentah, lalu mengkoleksi oscillator jadi secara berkala dari para lulusan SMK yang bekerja di rumah masing-masing. Melalui management seperti ini, ada banyak pos pembiayaan produksi yang bias di hemat. Biaya transport pekerja, biaya kosmetik, biaya jajan, atau biaya nyantai di perjalanan. Biaya management perusahaan juga akan jauh lebih murah, karena teknis ini tidak banhyak membutuhkan pos pembiayaan seperti layaknya perusahaan perusahaan yang harus terus berpacu mutu dengan perusahaan lain di pasar bebas. Hasil akhirnya adalah harga akhir dari produk yang pasti sangat murah, dan dapat bersaing di seluruh pasar manapun di dunia. Dan para penganggur atau para calon tenaga kerja akan punya pekerjaan yang lebih langgeng karena di proteksi oleh efisiensi yang tinggi bagi harga akhir produknya. SOLUSI MASALAH SOSIAL LANJUTAN AKIBAT KEMISKINAN Masalah sosial lanjutan akibat kemiskinan terbanyak adalah masalah humaniora. Masalah humaniora ini bersebar disekitar masalah moral, psikologis, kriminologi, dan sosiologi. Contoh masalah moral yang sudah disebut diatas adalah potensi mudahnya orang tua dan remaja kepada perilaku menyimpang karena lingkaran nasib hidup miskin. Skeptis terhadap kebaikan orang lain, mudah berbohong, menghalalkan banyak hal dengan alasan uang sedikit, atau bahkan frustasi dan apatis adalah kemungkinan berbagai masalah humaniora yang bisa terjadi pada kalangan masyarakat miskin. Jika sebagian dari anggota masyarakat miskin itu telah memiliki pekerjaan kecil, dan anakanaknya telah bersekolah, masalah humaniora-pun akan tetap hadir membayangi dan merusak keadaan. Misal masalahnya adalah : (a) Orang tua terdorong untuk belajar korupsi lalu pintar dan kecanduan korup, (b) Remaja yang menjadi mudah agresif dan mudah terlibat kekerasan akibat dibayangi mimpi masa depan tidak pasti. Atau (c) remaja bisa menjadi depresif dan mudah terjerumus kedalam penyimapngan narkoba dan prostitusi pelajar. Pemecahan masalah ini adalah pekerjaan besar yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengembalikan manusia kepada penghasilan yang cukup untuk biaya hidup. Pemecahannya harus pada berbagai level sistim perilaku sebuah masyarakat, dari level psikologi individual, level managemen kelompok perilaku pada rentang psikologisosiologi,a tau pada level managemen public yang sangat sosiologis. Puncaknya adalah langkah pemecaan masalah pada level institusi atau pranata budaya, yang menjadikan sebuah perilaku dianggap halal atau haram untuk dilakukan oleh setiap anggota sebuah masyarakat tertentu. Sebuah jalan pintas pemecahan masalah yang dapat ditempuh adalah dengan memanfaatkan sosialisasi kegamaan. Sebab sosialisasi keagamaan telah mempunyai

banyak agen sosialisasi yang mapan dan didukung keberfihakannya secara emosional di tengah masyarakat. Agen sosialisasi yang mapan, dan dukungan emosi keberfihakan, akan sangat menunjang pelaksanaan program instituional-changing yang diinginkan ketimbang merintis jalan baru, semisal pendidikan moral pancasila atau pendidikan karakter yang sekarang sedang di populerkan oleh Kemendiknas. Ada empat agent sosialisasi yang bisa diberdayakan dalam melakukan institutionalchanging yang diinginkan. Sekolah, Keluarga, Pertemanan akrab, dan Lingkunganlingkungan praktik kegiatan pilihan. Agen yang pertama dan terpenting adalah sekolah. Sebab sekolah adalah lembaga yang memiliki kewenangan memaksa perilaku yang tertinggi dimata siswa. Di sekolah ada peraturan, ada guru yang dihormati, ada peer-pressure dalam mekansme pertemanan akrab, ada jadwal pertemuan rutin, dan ada pula jenjang pertambahan pengetahuan yang kontinyu bisa diarahkan merubah stok pengetahuan atau stok responses anak-anak terhadap sebuah masalah dalam hal ini masalah penyimpangan remaja. Agen berikutnya adalah keluarga. Secara klasik, setiap psikolog atau sosiolog, atau kriminolog selalu akan merujuk dan menyebut bahwa keluarga adalah factor yang paling dominant dalam mengembalikan moral yang terlanjur menyimpang. Pada kenyataannya, saat ini keluarga telah dalam posisi mengambang untuk berada diantara posisi bisa atau tidak melakukan institutional-changing seperti yang diinginkan. Penyebab utamanya adalah keberlakuan norma-norma non formal dalam keluarga tidak akan pernah cukup koersif untuk bisa membatasi pembongkaran lalulintas konten komunikasi pesan dan nilai dalam keluarga oleh media-media global yang sekarang bisa masuk ke dalam kamar anak-anak kita. Anak-anak di rumah saat ini telah lebih menjadi anggota masyarakat komunikasi dunia disbanding sebagai anggota komunikasi keluarga seperti dulu. Akibatnya, bisa saja terjadi bahwa hanya jarak beberapa meter secara fisik dan sambil mengobrol dengan orang tua, seorang anak sedang asik berkomunikasi dengan dunia-lain melalui internet dan hp. Padahal bentukan kultur pada tingkat paling mikro yaitu pada tingkat individual selalu dan akan tetap paling banyak dibentuk oleh kontenkontek komunikasi yang dialami oleh setiap individu. Sehingga, mungkin saja terjadi, bahwa seorang anak akan memiliki warna budaya kerja yang jauh berbeda dengan orang tuanya, sebab ia lebih intensif, frekuentif, dan lama ber komunikasi dengan dunia lain dibanding dengan orang tuanya. Tentu saja, sekalipun posisi keunggulan perbandingan sosialisasi keluarga telah menjadi buruk, bukan berarti institusi keluarga menjadi tidak berarti. Sebab sebagai sebuah kelompok kecil yang terikat oleh ikatan berbagai kebutuhan pokok biologis dan psikis, upaya mengembalikan keluarga pada posisinya sebagai payung budaya kerja / payung referensi perilaku tetap akan mungkin untuk dilakukan. Dengan catatan, kondisi masyarakat masih melindungi agar berbagai kebutuhan pokok biologis dan psikis memang hanya bisa didapat setiap anggota keluarga dari dalam keluarganya saja.

Dua agen berikutnya adalah prtemanan akrab, dan kelompok kegiatan pilihan. Seperti juga keluarga dan sekolah, kedua agent ini adalah sumber muatan pesan yang akan masuk kepada anak-anak untuk kemudian menjadi nilai hidupnya. Muatan pesan yang secara rutin akan masuk menjadi pengetahuan lalu mengendap menjadi nilai referensi, datang tidak hanya melalui bacaan atau perkataan-perkataan orang tertentu dalam pertemanan atau dalam kelompok kegiatan. Berbagai praktik seperti : (a) kreatifitas berfikir yang distimulasi, (b)diskusi pelayanan nalar rasa ingin tahu, atau (c) stimulasi pertumbuhan emosi melalui kegiatan-kegiatan akan membentuk nilai baru pada anak, tentang mana hal yang harus ia percaya untuk dilakukan dan untuk dijauhi. Bagaimana cara memprogram secara nyata ke empat agen sosialisasi ini adalah dengan melalui beberapa strategi kurikulum pergaulan dan pembiasaan praktik yang intinya harus di motori oleh sekolah. Kemudian strategi kurikulum pergaulan dan pembiasaan praktik ini dilanjutkan dengan dilengkapi oleh berbagai sarana di rumah, dan kelompok kegiatan. Trims, moga bermanfaat. M. Andi K. Kuningan, Jalan Veteran 105, Jawa Barat.

You might also like