Professional Documents
Culture Documents
1. Maysela 9. Heni Lia Panuda 10. Agustina Mufida Anisa 2. Nicke Arresta 11. Iin Faridah 3. Novita Hikmah 12. Ika Atik 4. Nur Cholifa 13. Indrista Bilianti 14. Izza Chuluqi 5. Oksi Lestari 15. KikiRatnasari 6. Ria Ayu 16. Lely larasati 7. Riesca Ayu 8. Lusy Astagina
Kegawatdaruratan Obstetri
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kegawatan pada Abortus Kegawatan pada Molahidatidosa (Kista Vesikular) Kegawatan pada Kehamilan Ekstrauteri (Ektopik) Kegawatan pada Plasenta previa Kegawatan pada Solusio (Abrupsio) Plasenta Kegawatan pada Retensio Plasenta (Plasenta Inkompletus) Kegawatan pada Ruptur Uteri Kegawatan pada Perdarahan Pascapersalinan Kegawatan pada Preeklamsia Berat
Terapi untuk gangguan ini adalah segera merawat pasien di rumah sakit, dan pasien diberi terapi oksitosin dosis tinggi, pembersihan uterus dengan hati-hati, atau histerektomi untuk wanita tua atau yang tidak menginginkan menambah anak lagi, transfuse darah, dan antibiotika.
Jika terjdi syok, akan ditemukan nadi lemah dan cepat, tekanan darah di bawah 100 mmHg, wajah tampak kurus dan bentuknya menonjol-terutama hidung, keringat dingin, ekstremitas pucat, kuku kebiruan, dan mungkin terjadi gangguan kesadaran.
Terapi untuk gangguan ini adalah dengan infuse ekspander plasma (Haemaccel, Macrodex) 1000 ml atau merujuk ke rumah sakit secepatnya.
2. Profilaksis untuk syok dengan mulai memberi infuse, menyediakan darah lengkap yang diawetkan, pemeriksaan golongan darah dan profil koagulasi. Pemeriksaan vagina, pada perdarahan hebat pecahkan selaput ketuban tanpa memandang keadaan serviks dan nyeri persalinan. Tindakan ini harus diikuti dengan infuse oksitosin (Syntocinon) 3 unit per 500 ml. Penghilangan nyeri dan sedative untuk profilaksis syok menggunakan dolantin (Petidin), novalgin (Noraminodopirin) IV, talwin (Pentazosin) IV dan IM.
3. Tindakan tambahan pada janin yang hidup dan dapat hidup adalah dengan seksio sesaria. Pada janin yang mati, usahakan persalinan spontan. Jika perlu, ekstraksi vakum atau kraniotomi pada perdarahan yang mengancam nyawa (juga pada janin yang mati atau tidak dapat hidup).
Retensio plasenta adalah tidak lahirnya plasenta setelah 30 menit kelahiran bayi. Terapi untuk Retensio Plasenta 1.35 unit Syntocinon (oksitosin) IV yang diikuti oleh usaha pengeluaran secara hati-hati dengan tekanan pada fundus. 2.Jika plasenta tidak lahir, usahakan pengeluaran secara manual setelah 15 menit.
1.Larutan magnesium sulfat 40% sebanyak 10 ml (4 gram) disuntikkan IM pada bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap jam menurut keadaan. 2.Klorpomazin 50 mg intramuskulus. 3.Diazepam 20 mg intramuskulus.
Penanganan kejang dengan memberi : 1. Obat anti-konvulsan 2. Menyediakan perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, masker, dan balon oksigen) 3. Memberi oksigen 6 liter/menit 4. Melindungi pasien dari kemungkinan trauma tetapi jangan diikat terlalu keras 5. Membaringkan pasien posisi miring kiri untuk mengurangi resiko respirasi. 6. Aspirasi mulut dan tenggorok jika perlu.
Penanganan umum meliputi : 1. Jika setelah penanganan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, beri obat anti hipertensi sampai tekanan diastolik di antara 90100mmHg. 2. Pasang infus dengan jarum besar (16G atau lebih besar). 3. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload cairan. 4. Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria. 5. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam, hentikan magnesium sulfat dan berikan cairan IV NaCl 0,9% atau Ringer laktat 1 L/ 8 jam dan pantau kemungkinan edema paru. 6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin. 7. Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung tiap jam. 8. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. 9. Hentikan pemberian cairan IV dan beri diuretic (mis: furosemid 40 mg IV sekali saja jika ada edema paru).
Kegawatdaruratan Neonatus
1. ASFIKSIA 2. HIPOTERMI
TERIMA KASIH
T E R I M A
K
A
S
I