You are on page 1of 31

BAB II PERENCANAAN PELABUHAN

Pendahaluan

Pembangunan pelabuhan memakan biaya yang sangat besar. Oleh kerena itudiperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang masak sebelum pelabuhan tersebut dibangun. Pertimbangan bagi perencanaan pelabuhan biasanya didasarkan pada pertimbangan - pertimbangan ekonomi, politis danteknis. yang paling penting adalah pertimbangan ekonomis. Secara teknis hampir semua semua pelabuhan dapat di bangun, oleh karenanya perlu teknis dapat menyesuaikan. Masalah ekonomis dapat di perhitungkan berdasarkan tujuan dari pelabuhan tersebut, daerah belakang, daerah operasi dansebagainya.

Persyaratan dan perlengkapan pelabuhanPelabuhan

Adalah daerah yang terlindungi dari pengaruh gelombang sehingga kapal bisa berlabuh dengan aman untuk bongkar muat barang, menarik turunkan penumpang, mengisi bahan bakar, melakukan reparasi dan sebagainya. Untuk memberi pelayanan yang baik maka pelabuhan harus memenuhi beberapapersyaratan,diantaranya sebagai berikut :

A. Harus ada hubungan yang mudah antar tranportasi air dan darat sepeti jalan raya dan kereta api.agar barang barang dapat diangkut dari dan kepalebuhan dengan mudah dan cepat. B. Pelabuhan berada disuatu lakosi yang mempunyai daerahbelakang(daerah pengaruh) subur dengan populasi penduduk yang cukuppadat. C. Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup D. Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan herus mampu membuang sauhselama menunggu merapat ke dermaga. E. Pelabuhan harus mampunyai fasilitas bongkar muat barang (kran, dsb) dangudang-gudang penyimpanan barang. F. Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk meresparasi kapal-kapal.

Fungsi dari masing-masing bangunan yang terdapat di pelabuhan sebagaiberikut : A. Pemecah gelombang,yang digunakan untuk melindungi daerah perairanpelabuhan dari gangguan gelombang.gelombang yang datang dari lautlepas akan dihalangi oleh bangunan ini. B. Alur pelayaran,berfungs untuk mengarahkan kapal-kapal yang akankeluar/masuk pelabuhan.alur pelayaran harus mempunyai kedalaman danlebar yang cukup untuk dilalui kapal-kapal.

C. Kolam pelabuhan,merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuhuntuk melakukan bongkar muat,melakukan gerakan untukmemutar(dikolam putar). D. Dermaga adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatnyakapal dan menambatnyan pada waktu bongkar muat barang. E. Alat penambat,digunakan untuk menanmbat kapal pada waktu merpat didermaga maupun menggu diperairan sebelum kapal merapat didermaga. F. Gudang,yang terletak di belakang dermaga untuk menyimpan barang-barang yang harus menunggu pengapalan. G. Gedung terminal untuk keperluan administrasi.

Pemilihan lakosi pelabuhan.

Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dandaratan. Pemilihan lokasi tergantung beberapa faktor diantaranya adalah : A. Kondisi tanah dan geologi. B. Kedalaman dan luas daerah perairan. C. Perlindungan pelabuhan terhadap gelombang. D. Arus. E. Sedimentasi. F. Daerah daratannya yang cukup luas untuk menampung barang yang akandibongkar muat. G. Jalan-jalan untuk trasportasi. H. Daerah industri dibelakangnya

Pemilihan lokasi pelabuhan harus mempertimbangkan faktor tersebut.akantetapi biasanya tidak semua faktor tersebut bisa terpenuhi,sehingga diperlukansuatu kompromi untuk mendapatkan hasil optimal.

Berbagai faktor yang mempegaruhi penentuan lokasi pelabuhan adalah sebagaiberikut : 1.Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pantai. 2.Pengerukan pertama pada waktu pembangunan yang harus dilakukan. 3.Pengerukan selama pelabuhan beroperasi.

1. Tinjauan topografi dan geologi. Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk membangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti Dermaga, jalan, gudang dan juga daerah industri.

2. Tinjauan pelayaran. Pelabuhan yang akan dibangun harus mudah dilalui kapal-kapal yang akan meggunakannya. Pelayaran suatu kapal dipegaruhi oleh faktor-faktor alam dan angin gelombang dan arus dapat menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada badan kapal.

3. Tinjauan sedimentasi. Pengerukan untuk mendapatkan kedalamam yang cukup bagi pelayaran didaerah pelayaran memerlukan biaya yang cukup besar. pengerukan ini dapat dilakukan pada waktu membangun pelabuhan maupun selama perwatan. Pelabuhan harus dibuat sedemikian rupa sehingga sedimentasi yang terjadi harus sesedikit mungkin (kalau bisa tidak ada sama sekali)

4. Tinjauan gelombang dan arus. Gelombang menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada kapal dan bangunan pelabuhan.untuk menghindari gangguan gelombang terhadap kapal yang berlabuh maka dibuat bangunan pelindung yang disebut pemecah gelombang.Didalam tinjauan pelayaran,diharapkan bahwa kapal-kapal dapat masuk kepelabuhan menurut alur

pelayaran lurus (tanpa membelok) dan alur tersebut harus searah dengan arah penjalaran gelombang terbesar dan arah arus.

5. Tinjauan kedalaman air. Kedalaman sangat berpengaruh pada perencanaan pelabuhan. di laut yangmengalami pasang surt Variasi muka air kadang-kadang cukup besar.Menurutpengalaman,pasang surut yang kurang dari 5 m masih dapat diadakanpelabuhan terbuka.bila pasang surut lebih dari 5 m,maka terpaksa dibuat pelabuhan tertutup yang dilengkapi dengan pintu air untuk memasukan dan mengeluarkan kapal

Ukuran dan bentuk pelabuhan.

Ukuran pelabuhan ditentukan jumlah dan ukuran kapal-kapal yang akan menggunakannya serta kondisi lapangan yang ada. Ditinjau dari biaya,ukuran pelabuhan harus sekecil mungkin,akan tetapi pengoperasian yang mudah Ukuran kolam putar tergantung pada ukuran kapal dan memudahkan gerak berputar kapal, yang di bedakan dalam 4 macam : A. Ukuran Optimum untuk dapat berputar dengan mudah memrlukan diameter empat kali panjang kapal penggunanya. B. Ukuran menengah ruang putar dapat sedikit kesulitan dalam berputar mempunyai diameter dua kali panjang kapal terbesar yang menggunakannya. C. Ruang putaran kecil yang mempunyai diameter kurang dari dua kali panjang kapalnya. gerakan berputar dapat dilakukan dengan menggunakan jangkar dan bantuan kapal tunda. D. Ukuran minimum ruang putaran harus mempunyai diameter 20% lebehpanjang kapal terbesar yang menggunakannya.dalam gal ini untuk membantu perputaran ,kapal harus ditambat pada suatu titik tetap, misalnya dengan pelampung, dermaga atau jangkar

Pemecah Gelombang.

Pemecah gelombang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan semi alam dan buatan. lay out pemecah gelombang tergantung pada arah gelombang

maksimum, bentuk garis pantai, ukuran minimum pelabuhan yang diperlukan untuk melayani trafik dipelabuhan tersebut. Pemecah gelombang bisa berupa dua lengan yang menjorok kelaut dari garispantai dan sebuah pemecah gelombang yang sejajar pantai dan dilengkapidengan dua mulut untuk masuk dan keluarnya kapal. Bentuk lain adalah satu lengan pemecah gelombang yang berawal dari pantai menuju laut yang kemudian membelok dan sejajar pantai. Disini terdapat satu mulut dan digunakan apabila angin dan gelombang berasal dari satu arah. pemecah gelombang bisa pula terdiri dua lengan yang menjorok kelaut dari garis pantai dengan kedua lengan tersebut konvergen dan membentuk suatu bukaan di laut untuk jalan masuk dan keluar kapal. Pemilihan bentuk layout pemecah gelombang sangat tergantung pada arah gelombang maksimum dan ketenangan di kolam pelabuhan dapat diselidiki dengan menggunakan model hidraulis. Dimensi pemecah gelombang tergantung pada kedalaman air, tinggi pasangsurut, tinggi gelombang, tipe pemecah gelombang dan bahan kontruksi. Elevasi puncak bangunan didasarkan pada muka air pasang tertinggi dan dihitung dengan menggunakan run up gelombang, yaitu naiknya gelombang pada permukaan pemecah gelombang sisi miring.

Lokasi dan lebar mulut pelabuhan.

Untuk menggurangi tinggi gelombang di perairan pelabuhan, mulut pelabuhan tidak boleh lebih besar dari yang diperlukan untuk keamanan pelayaranya berbahaya yang ditimbulkan oleh pasang surut. perubahan elevasi muka air karena adanya pasang surut menyebabkan arus keluar/masuk melalui mulutnya. karena mulut pelabuhan relatif sempit maka arus tersebut mempunyai kecepatan tinggi yang dapat mengganggu gerak kapal.Lebar mulut pelabuhan tergantung pada ukuran pelabuhan dan kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan.biasanya untuk pelabuhan kecil lebar mulut pelabuhan adalah 100 m,pelabuhan sedang antara 100 m dan 160 m, dan untuk pelabuhanbesar 160 m 260 m. Apabila mulut berada antara pemecah gelombang dengan sisi miring makalebarnya pada air rendah, yaitu sama dengan lebar yang diperlukan ditambah dengan lebar karena kemiringan sisi bangunan pada kedalaman tersebut. misalnya, jika lebar mulut adalah 150 m dan mulut tersebut beradaantara pemecah gelombang dengan kemiringan 1 : 3 maka untuk pelabuhandengan kedalaman 10 m lebar pada muka air rendah adalah 210 m.Gelombang dari laut akan masuk melalui mulut pelabuhan. dalam perjalananyamasuk ke pelabuhan,tinggi gelombang berkurang secara berangsur-angsurkarena proses di fraksi,yaitu penyebaran energi gelombang ke seluruh

lebar daerah perairan pelabuhan. Tinggi gelombang di kolam pelabuhan dapat dihitung dengan rumusstevenson.rumus tersebut memberikan hasil perkiraan.

BAB 3 ANGIN, PASANG SURUT DAN GELOMBANG

Pasang Surut 1. Definisi Pasang Surut Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda stronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide of the solid earth). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.

2. Teori Pasang Surut

2.1 Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory) Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari. Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).

2.2 Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory) Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gayagaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah : Kedalaman perairan dan luas perairan

Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis) Gesekan dasar

Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut. Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.

3. Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Priyana,1994) Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang

besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994)

4. Tipe Pasang Surut Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu : 1. Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa. 2. pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya. 3. pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.

Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu : 1.Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide) Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata 2.Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman. 3.Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal) Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.

4.Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur

5. Arus Pasut Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan arus pasang surut. Permukaan air laut senantiasa berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut, keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan arus pasut(Tidal current). Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke perairan pantai akan mengalami perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya kedalaman (Mihardja et,. al 1994).

6. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut Beberapa alat prngukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut : 1.Tide Staff. Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat. Syarat pemasangan papan pasut adalah : 1.Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang oleh air 2.Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah aliran sungai (aliran debit air). 3.Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara tidak teratur 4.Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati dan dipasang tegak lurus 5.Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan mudah dikaitkan 6.Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang

surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi 7.Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil 8.Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan sampah

2.Tide gauge. Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu : Floating tide gauge (self registering) Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.

Pressure tide gauge (self registering) Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut. 3.Satelit. Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit. Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih

antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi temporal periode panjang dan fenomena sekularnya (http://gdl.geoph.itb.ac.id)

GELOMBANG LAUT Gelombang merupakan usikan atau gangguan dari keadaan setimbang yang merambat dalam ruang. Gelombang yang memerlukan medium untuk merambat disebut gelombang mekanik sedangkan yang tidak memerlukan medium untuk merambat disebut gelombang elektromagnetik . Gelombang laut merupakan contoh dari gelombang mekanik. Secara umum, gelombang ini terjadi karena hembusan angin secara teratur, terus-menerus, di atas permukaan air laut. Hembusan angin yang demikian akan membentuk riak permukaan, yang bergerak kira-kira searah dengan hembusan angin.

Gelombang laut berdasarkan proses terbentukknya dibedakan menjadi tiga yaitu gelombang angina, gelombang pasang surut, dan gelombang tsunami. 1. Gelombang Angin Gelombang angin disebabkan oleh tiupan angin di permukaan laut. Gelombang ini dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai. Selain itu juga dapat menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus di sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Gelombang merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak pelabuhan, alur pelayaran, dan perencanaan bangunan pantai. 2. Gelombang Pasang Surut Gelombang pasang surut disebabkan adanya pasang surut air laut. Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut

secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pasang surut air laut ini juga merupakan faktor yang penting karena bisa menimbulkan arus yang cukup kuat terutama di daerah yang sempit, misalkan di teluk dan muara sungai. Elevasi muka air pasang dan air surut juga sangat penting untuk merencanakan bangunan bangunan pantai. Sebagai contoh elevasi puncak bangunan pantai ditentukan oleh elevasi muka air pasang untuk mengurangi limpasan air, sementara kedalaman alur pelayaran dan perairan pelabuhan ditentukan oleh muka air surut. 3. Gelombang Tsunami Gelombang tsunami adalah gelombang yang terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa bumi di laut. Gelombang yang terjadi bervariasi dari 0,5 m sampai 30 m dan periode dari beberapa menit sampai sekitar satu jam. Tinggi gelombang tsunami dipengaruhi oleh konfigurasi dasar laut. Selama penjalaran dari tengah laut (pusat terbentuknya tsunami) menuju pantai, sedangkan tinggi gelombang semakin besar oleh karena pengaruh perubahan kedalaman laut. Di daerah pantai tinggi gelombang tsunami dapat mencapai puluhan meter. Pada gambar A.2.a ditunjukan contoh gelombang laut akibat tsunami yang berada di laut dalam dengan ketinggian puncak gelombang < 1 m dan pada gambar A.2.b ditunjukan contoh gelombang laut akibat tsunami yang berada di pantai dengan ketinggian puncak gelombang 30 m.

BAB IV ALUR PELAYARAN


Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari oleh kapal di laut, sungai atau danau. Alur pelayaran dicantumkan dalam peta laut dan buku petunjuk-pelayaran serta diumumkan oleh instansi yang berwenang.Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan kapal masuk ke kolam pelabuhan, oleh karena itu harus melalui suatu perairan yang tenang terhadap gelombang dan arus yang tidak terlalu kuat. Penguasa pelabuhan berkewajiban untuk melakukan perawatan terhadap alur pelayaran, perambuan dan pengendalian penggunaan alur. Persyaratan-perawatan

harus menjamin: kese;amatan berlayar, kelestarian lingkungan, tata ruang perairan dan tata pengairan untuk pekerjaan di sungai dan danau. Peranan pemerintah Pemerintah mempunyai kewajiban untuk: 1. menetapkan alur-pelayaran; 2. menetapkan sistem rute; 3. menetapkan tata cara berlalu-lintas dan 4. menetapkan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya.

Gambar alur pelayaran pada pelabuhan

BAB V PEMECAH GELOMBANG


PEMECAH GELOMBANG (BREAKWATER) A. DESKRIPSI UMUM Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk

perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty. Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah gelombang sambung pantai lebih cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan dengan perlindungan pantai terhadap erosi. Selanjutnya dalam tinjauan lebih difokuskan pada pemecah gelombang lepas pantai. Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai. Seperti disebutkan diatas bahwa pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah. B. FUNGSI Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai. Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan. Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Maka bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam energi gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya dapat dikurangi. Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya. Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan,

dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air dan tidak lulus air) dan geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan) Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment tersebut. C. MATERIAL Untuk material yang digunakan tergantung dari tipe bangunan itu sendiri. Seperti halnya bangunan pantai kebanyakan, pemecah gelombang lepas pantai dilihat dari bentuk strukturnya bisa dibedakan menjadi dua tipe yaitu: sisi tegak dan sisi miring. Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang bisa dibuat dari material-material seperti pasangan batu, sel turap baja yang didalamnya di isi tanah atau batu, tumpukan buis beton, dinding turap baja atau beton, kaison beton dan lain sebagainya.

Gbr 1. Berbagai jenis breakwater sisi tegak Dari beberapa jenis tersebut, kaison beton merupakan material yang paling umum di jumpai pada konstruksi bangunan pantai sisi tegak. Kaison beton pada pemecah gelombang lepas pantai adalah konstruksi berbentuk kotak dari beton bertulang yang didalamnya diisi pasir atau batu. Pada pemecah gelombang sisi tegak kaison beton

diletakkan diatas tumpukan batu yang berfungsi sebagai fondasi. Untuk menanggulangi gerusan pada pondasi maka dibuat perlindungan kaki yang terbuat dari batu atau blok beton : Sementara untuk tipe bangunan sisi miring, pemecah gelombang lepas pantai bisa dibuat dari beberapa lapisan material yang di tumpuk dan di bentuk sedemikian rupa (pada umumnya apabila dilihat potongan melintangnya membentuk trapesium) sehingga terlihat seperti sebuah gundukan besar batu, Dengan lapisan terluar dari material dengan ukuran butiran sangat besar.

Gbr 2. Breakwater sisi miring Dari gambar dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari beberapa lapisan yaitu: 1. Inti(core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa partikelpartikel halus dari debu dan pasir. 2. Lapisan bawah pertama(under layer) disebut juga lapisan penyaring (filter layer) yang melindungi bagian inti(core) terhadap penghanyutan material, biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal batu dengan berat bervariasi dari 500 kg sampai dengan 1 ton. 3. Lapisan pelindung utama (main armor layer) seperti namanya, merupakan pertahanan utama dari pemecah gelombang terhadap serangan gelombang pada lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara 1-3 ton atau bisa juga menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk khusus dan ukuran yang sangat besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar, xbloc accropode dan lain-lain Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang konvensional kecuali beberapa unit dengan banyak lubang yang menggunakan perkuatan serat baja. Untuk

unit-unit yang lebih kecil, seperti Dolos dengan rasio keliling kecil, berbagai tipe dari beton berkekuatan tinggi dan beton bertulang (tulangan konvensional, prategang, fiber, besi, profil-profil baja) telah dipertimbangkan sebagai solusi untuk meningkatkan kekuatan struktur unit-unit batu buatan ini. Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang hemat biaya, dan jarang digunakan.

Gbr 3. Beberapa macam material batu buatan Seiring perkembangan jaman dalam konstruksi pemecah gelombang lepas pantai juga mengalami perkembangan. Belakangan juga dikenal konstruksi pemecah gelombang komposit. Yaitu dengan menggabungkan bangunan sisi tegak dan bangunan sisi miring. Dalam penggunaan matrial pun dikombinasikan misalnya antara kaison beton dengan batu-batuan sebagai pondasinya. C. METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI Ada berbagai macam metode dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi pemecah gelombang lepas pantai baik itu sisi tegak maupun sisi miring. Untuk sis tegak ada sebuah metode pelaksanaan yang cukup unik pada sebuah konstruksi pemecah gelombang kaison. Metode ini agak berbeda dan sempat mejadi pertentangan pada saat ditemukan. Adapun gambaran umum metode pelaksanannya adalah sebagai berikut:

Kaison yang terbuat dari beton pracetak diletakan dipermukaan air dengan bagian dasarnya yang terbuka menghadap ke bawah. Dengan mengatur tekanan udara didalam kaison, maka tingkat pengapungannya dapat dikendalikan untuk memastikan stabilitas dan mengatur aliran udaranya selama pemindahan ke lokasi pemasangannya.

Gbr 4. Ilustrasi kaison yang diapungkan dengan mengontrol tekanan udara

Adapun untuk proses pemindahan kaison kelokasi pemasangan bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan didorong menggunakan sebuah tugboat.

Gbr 5. Ilustrasi pemindahan kaison dengan cara didorong tugboat

Pada saat sudah berada dilokasi pemasangan, udara didalam kaison dikeluarkan dan kaison ditenggelamkan ke dasar laut dengan mengandalkan beratnya sendiri. Kemudian setelah kaison ditenggelamkan dan berada pada posisi yang telah direncanakan, maka kaison diisi dengan material pengisi untuk meningkatkan kekuatan strukturnya.

Karena kaison tebuka dibagian dasarnya maka bagian ujungnya hanya mempunyai luasan permukaan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan area yang dicakup oleh kaison itu sendiri. Luas permukaan ujung yang kecil ini digabungkan dengan berat kaison yang besar mengakibatkan kaison lebih mudah ditenggelamkan hinga menancap ke dasar laut dengan dengan kedalaman yang cukup. Ini untuk memastikan kaison dapat menahan pergerakan horisontal dari struktur setelah dipasang. Disamping itu juga dimaksudkan agar material dasar laut yang berada dalam cakupan kaison dapat

dijadikan sebagai bahan pengisi kaison itu sendiri sebagai salah satu solusi menghemat pemakaian material pengisi.

Sedangkan jika tanah di dasar laut terlalu lunak untuk mendukung kaison selama pengisian dan setelah dinding-dinding vertikal menembus dasar laut sampai kedalaman yang diinginkan, penurunan selanjutnya dapat dicegah dengan memelihara udara bertekanan yang ada di dalam kaison.

Kaison itu kemudian diisi dengan cara memompa masuk material kerukan melalui suatu lubang masuk. Ketika material kerukan seperti lumpur dan/atau pasir dipompa masuk kedalam kaison, udara bertekanan yang tersisa dalam kaison itu dikurangi seperti yang dilakukan pada air yang mengisi kaison, sehingga struktur itu berada dibawah dukungan hidrolik sementara.

Pada akhirnya setelah kaison itu cukup diisi dengan material padat, maka lubang-lubang udara dan hidrolik ditutup dengan beton atau material lain.

Gb5 6. Ilustrasi kaison yang sudah berada pada lokasi pemasangan dan diisi dengan material pengisi Sedangkan untuk tipe bangunan sisi miring metode pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan bangunan pelindung pantai lainya seperti groin dan jeti yang juga menggunakan konstruksi sisi miring. Yang membedakan hanya cara pemindahan material dan alat-alat beratnya saja. Karena pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai maka untuk pemidahan material dan alat berat ke lokasi pemasangan menggunakan alat transportasi air misalnya kapal atau tongkang pengangkut material. Adapun metode pelaksanaannya dapat dipilah per lapisan sebagai berikut:

Untuk lapisan inti (core) material ditumpahkan ke dalam laut menggunakan dump truk. untuk memudahkan penimbunan material oleh truk, bagian inti(core) idealnya mempunyai lebar antara 4-5 meter pada bagian puncak dan kira-kira 0,5 meter di atas level menengah permukaan laut, ketika ada suatu daerah pasang surut yang besar, sebaiknya berada diatas level tertinggi air pasang.

Gbr 7. Pengurugan lapisan inti dengan dump truk

Lapisan bawah pertama(under layer) yang terdiri dari potongan-potongan tunggal batu. Penempatan batu-batu lapisan ini dapat dilakukan menggunakan ekskavator hidrolis, selain itu juga bisa dengan menggunakan sebuah mobile crane normal jika tersedia ruang yang cukup untuk landasannya. Jangan pernah menggunakan crane dengan ban karet pada lokasi yang tidak rata tanpa landasan yang cukup luas. Ekskavator harus menempatkan batuan yang lebih berat secepat mungkin sehingga bagian inti(core) tidak mengalami hempasan ombak. Jika suatu ombak badai mengenai lokasi dimana terlalu banyak bagian inti(core) yang mengalaminya, maka ada suatu bahaya yang serius pada bagian inti(core) yaitu penggerusan material. Gambar 9 menunjukkan susunan lapisan bawah. Dalam hal ini kemiringan lerengnya adalah 2,5/1 dan jarak H, adalah ketinggian dari puncak lapisan bawah ke dasar laut. Suatu tiang dari kayu harus ditempatkan pada bagian atas inti (core) dan disemen untuk meperkokohnya. Pada jarak sama dengan 2,5 x H, sebuah batu ladung yang berat dengan sebuah pelampung penanda harus ditempatkan di dasar laut. Sebuah senar nilon berwarna terang akan direntangkan dari batu ladung ke ketinggian yang diperlukan (H) pada tiang. Prosedur ini harus diulangi setiap 5 m untuk membantu operator crane atau ekskavator untuk menempatkan puncak lapisan di tingkatan yang benar. Seorang perenang dapat memastikan bahwa masing-masing batu batuan yang terpisah ditempatkan di dalam profil yang dibatasi oleh senar nilon.

Gbr 7. Penempatan batuan lapisan bawah menggunakan ekskavator

Lapisan pelindung utama (main armor layer). Dalam pelaksanaan penempatan batu maupun batu bauatan dapat menggunakan crawler crane (crane penggerak roda kelabang) atau tracked crane (crane dengan rel). Crane jenis tersebut adalah alat berat yang paling cocok untuk pekerjaan menempatkan batuan berukuran besar. Batu-batu yang besar harus diangkat satu demi satu menggunakan sling atau pencengkram dan harus ditempatkan didalam air dengan pengawasan dari seorang penyelam. Ia harus ditempatkan satu demi satu berdasar urutannya untuk memastikan ia saling berkesinambungan. Hal ini untuk meyakinkan bahwa ombak tidak bisa menarik satu batu ke luar, yang menyebabkan batu-batu pada bagian atas longsor, menerobos lapisan pelindung dan mengakibatkan terbukanya bagian bawah yang batuannya lebih kecil.

Gbr 8. Ilustrasi penempatan batu lapisan pelindung utama menggunakan crane.jpg

Untuk memastikan bahwa batu-batu ditempatkan dengan baik, penyelam tadi perlu mengarahkan operator crane setiap kali suatu batu ditempatkan sampai lapisan pelindung ini menerobos permukaan air. Sama seperti lapisan bawah, diperlukan dua lapisan pelindung untuk menyelesaikan lapisan pelindung utama. Profil kemiringan dapat diatur pada interval tetap 5 m menggunakan prosedur yang sama.

E. DAMPAK LINGKUNGAN

Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung oleh pemecah gelombang akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pengendapan tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini cukup panjang terhadap jaraknya dari garis pantai, maka akan terbentuk tombolo. Sedangkan pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk garis pantai dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan garis pantai asli, terjadi difraksi di daerah terlindung di belakang bangunan, di mana garis puncak gelombang membelok dan berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung dan diendapkan di perairan di belakang bangunan. Pengendapan sedimen tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate dibelakang bangunan. Proses tersebut akan berlanjut sampai garis pantai yang terjadi sejajar dengan garis puncak gelombang yang terdifraksi. Pada keadaan tersebut transport sedimen sepanjang pantai menjadi nol. Seperti terlihat pada gambar 1-14, dimana arah gelombang dominan hampir tegak lurus garis pantai asli, garis puncak gelombang dari sisi kiri dan kanan pemecah berpotongan di titik A. Puncak cuspate akan terjadi pada titik A. Dengan demikian pembentukan tombolo tergantung pada panjang pemecah gelombang lepas pantai dan jarak antara bangunan dengan garis pantai. Biasanya tombolo tidak terbentuk apabila panjang pemecah gelombang lebih kecil dari jaraknya terhadap garis pantai. Jika bangunan menjadi lebih panjang dari pada jaraknya terhadap garis pantai maka kemungkinan terjadinya tombolo semakin tinggi. Apabila gelombang datang membentuk sudut dengan garis pantai maka laju transport sedimen sepanjang pantai akan berkurang, yang menyebabkan pengendapan sedimen dan terbentuknya cuspate. Pengendapan berlanjut sehingga pembentukan cuspate terus berkembang hingga akhirnya terbentuk tombolo. Tombolo yang terbentuk akan merintangi/menangkap transport sedimen sepanjang pantai. Sehingga suplai sedimen kedaerah hilir terhenti yang dapat berakibat terjadinya erosi pantai di hilir bangunan.Pemecah gelombang lepas pantai dapat direncanakan sedimikian sehingga terjadi limpasan gelombang yang dapat membantu mencegah terbentuknya tombolo.

Manfaat lain dari cara ini adalah membuat garis pantai dari cuspate menjadi lebih rata dan menyebar ke arah samping sepanjang pantai.

BAB VI DERMAGA
Dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan keatas kapal. Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan. Jenis demaga : 1. Dermaga barang umum, adalah dermaga yang diperuntukkan untuk bongkarmuat barang umum/general cargo keatas kapal. 2. Dermaga peti kemas, dermaga yang khusus diperuntukkan untuk bongkar muat peti kemas. Bongkar muat peti kemas biasanya menggunakan kran (crane) 3. Dermaga curah, adalah dermaga yang kusus digunakan untuk bongkar muat barang curah yang biasanya menggunakan ban berjalan (conveyor belt) 4. Dermaga khusus, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk mengangkut barang khusus, seperti bahan bakar minyak, bahan bakar gas dan lain sebagainya. 5. Dermaga marina, adalah dermaga yang digunakan untuk kapal pesiar, speed boat. 6. Demaga kapal ikan, adalah dermaga yang digunakan oleh kapal ikan.

Type dermaga : Dermaga quay wall Terdiri struktur yang sejajar pantai, berupa tembok yang berdiri diatas pantai, konstruksi sheet pile baja/beton atau caisson beton. Biasanya dilokasi pantai tidak

landai yang sering disebut sebagai pelabuhan alam sehingga kedalaman yang diinginkan tidak terlalu jauh dari garis pantai.

Dermaga dolphin Tempat sandar kapal berupa dolphin diatas tiang pancang. Biasanya dilokasi dgn pantai yang landai, diperlukan jembatan trestel sampai dengan kedalaman yang dibutuhkan.

Gambar Dermaga dolphin

Dermaga system Jetty Dapat berupa dermaga apung umumnya digunakan untuk kapal-kapal penumpang pada dermaga angkutan sungai/danau yang tidak membutuhkan konstruksi yang kuat untuk menahan muatan barang yang akan diangkut dengan kapal.

BAB VII FENDER DAN ALAT PENAMBAT


Kapal yang merapat ke dermaga masih mempunyai kecepatan baik yang digerakkan oleh mesinnya sendiri atau ditarik oleh kapal tunda. Pada waktu kapal merapat akan terjadi benturan antara kapal dengan dermaga, untuk menghindari kerusakan pada kapal dan dermaga karena benturan maka di depan dermaga diberi bantalan yang berfungsi sebagai penyerap energi benturan. Bantalan yang diletakkan di depan dermaga tersebut dinamakan fender. Pada waktu kapal melakukan bongkar muat, maka kapal harus tetap berada pada tempatnya dengan tenang, untuk itu kapal diikat dengan penambat. Alat penambat harus mampu manahan gaya tarik yang ditimbulkan oleh kapal. Fender

Fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan di depan dermaga. Fender akan menyerap energi benturan antara kapal dan dermaga. Ada beberapa tipe fender, yaitu : Fender kayu

Fender kayu bisa berupa batang-batang kayu yang dipasang horisontal atau vertikal. Fender kayu ini mempunyai sifat untuk menyerap energi. Fender tiang pancang kayu yang ditempatkan di depan dermaga dengan kemiringan 1 H : 24 V akan menyerap energi karena defleksi yang terjadi pada waktu dibentur kapal.

Penyerapan energi tidak hanya tidak hanya diperoleh dari defleksi tiang kayu, tetapi juga dari balok kayu memanjang. Tiang kayu dipasang pada setiap seperempat bentang. Fender karet

Karet banyak digunakan sebagai fender, bentuk paling sederhana dari fender ini berupa ban-ban luar mobil untuk kapal kecil yang dipasang pada sisi depan di sepanjang dermaga. Fender karet mempunyai bentuk berbeda seperti fender tabung silinder dan segiempat, blok karet berbentuk segiempat dan fender Raykin.

Fender gravitasi

Fender ini terbuat dari tabung baja yang diisi dengan beton dan sisi depannya diberi pelindung kayu dengan berat sampai 15 ton. Apabila terbentur kapal maka fender tersebut akan bergerak ke belakang dan ke atas, sedemikian sehingga kapal dapat dikurangi kecepatannya, karena untuk menggerakan ke belakang diperlukan tenaga yang besar. Prinsip kerja fender gravitasi adalah mengubah energi kinetik menjadi energi potensial.

Photo Fender Pelabuhan Gilimanuk

BAB VIII FASILITAS PELABUHAN


Fasilitas pelabuhan pada dasarnya dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu fasilitas pokok dan fasilitas penunjang. Pembagian ini dibuat berdasarkan kepentingannya terhadap kegiatan pelabuhan itu sendiri. A. FASILITAS POKOK PELABUHAN Fasilitas Pokok Pelabuhan terdiri dari alur pelayaran (sebagai jalan kapal sehingga dapat memasuki daerah pelabuhan dengan aman dan lancar), penahan gelombang (breakwater untuk melindungi daerah pedalaman pelabuhan dari gelombang, terbuat dari batu alam, batu buatan dan dinding tegak), kolam pelabuhan (berupa perairan untuk bersandarnya kapal-kapal yang berada di pelabuhan) dan dermaga (sarana dimana kapal-kapal bersandar untuk memuat dan menurunkan barang atau untuk mengangkut dan menurunkan penumpang). B. FASILITAS PENUNJANG PELABUHAN Fasilitas penunjang pelabuhan terdiri dari gudang, lapangan penumpukan, terminal dan jalan.

1. Gudang Gudang adalah bangunan yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang berasal dari kapal atau yang akan dimuat ke kapal. Gudang dibedakan berdasarkan jenis (lini-I, untuk penumpukan sementara dan lini-II sebagai tempat untuk melaksanakan konsolidasi/distribusi barang, verlengstuk bangunan dalam lini-II, namun statusnya lini-I, enterpot bangunan diluar pelabuhan, namun statusnya sebagai lini-I), penggunaan (gudang umum, gudang khusus untuk menyimpan barang-barang berbahaya, gudang CFS untuk stuffing/stripping). 2. Lapangan Penumpukan Lapangan penumpukan adalah lapangan di dekat dermaga yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang tahan terhadap cuaca untuk dimuat atau setelah dibongkar dari kapal. 3. Terminal Terminal adalah lokasi khusus yang diperuntukan sebagai tempat kegiatan pelayanan bongkar/muat barang atau petikemas dan atau kegiatan naik/turun penumpang di dalam pelabuhan. Jenis terminal meliputi terminal petikemas, terminal penumpang dan terminal konvensional.

4. Jalan Adalah suatu lintasan yang dapat dilalui oleh kendaraan maupun pejalan kaki, yang menghubungkan antara terminal/lokasi yang lain, dimana fungsi utamanya adalah memperlancar perpindahan kendaraan di pelabuhan.

REFERENSI :

1. Bambang Triatmodjo, Pelabuhan, Beta Offset Yogyakarta, 1996 2. http://id.wikipedia.org 3. http://id.wordpress.com 4. http://www.scribd.com/doc/56697343/Perencanaan-pelabuhan 5. dan berbagai sumber dari internet.

You might also like