Professional Documents
Culture Documents
Cargo Planning
Container Movement Export and Import Cargo Vessel Operations
Port Planning
Storage Yard Terminal Security Emergency Contingency
Page 2
Learning Outcomes
Function and role of container terminal in Supply Chain System
Page 3
Page 4
Grain Oil
Bulk
Cont GC
Shipment (pengapalan): Weight, Frequency, Schedule Lane (lintasan): Modes, Speeds, Carriers, Transit Time. Time Windows (batasan waktu): Capacities, Rates, On-Time Utility%.
POL
Otherr
POD
Otherr
Otherr
Page 5
Port Authority
Shipping Line
Marine Terminal
Equip Provider
POD
Labor
Shipp Agency
Freight Fwdr
Custom, Quarantine
Transfer of General Cargo to containers gradually brought about the Globalization of shipping services and it about supply chain
Page 6
Port - CT
Page 7
menawarkan pelayanan kepada customers-nya tanpa perlu mengoperasikan banyak kapal. Ini membawa kepada globalisasi pelayanan shipping lines Customer shipping meminta agar produk/barangnya just in time , dimana sesungguhnya ini menjadikan sistem transportasi sebagai warehouse
Port/ CT yang melayani shipping lines untuk kegiatan transhipment atau negara
tujuan barang/produk dengan rute kapal yang tetap Oleh karenanya dikenal hub port dalam rangkaian tujuan cargo secara global dan regional yang dilakukan oleh Shipping lines Contoh hub port di Asia : Tg Pelepas, Singapore, Hongkong, Kaohsiung, Busan Lainnya antara lain: Panama, Jamaica, Srilangka, UAE, Salalah Oman,
Page 9
Singapore
Batam, Medan
Contoh hub port: Singapore, yang bertindak sebagai pelabuhan utama regional (main port)
Page 10
Vietnam, Bangkok
JKT, LCB
Consignee
Flow of Goods
Page 12
Ports
Page 13
Terminal Peti Kemas di design untuk penanganan petikemas (handling), penimbunan (storage) dan transfer petikemas dari suatu moda angkutan ke moda angkutan lainnya (seperti;
pada ayat (1) meliputi: a. memiliki sistem dan prosedur pelayanan; b. memiliki sumber daya manusia dengan jumlah dan kualitas yang memadai; c. kesiapan fasilitas tambat permanen untuk kapal generasi pertama; d. tersedianya peralatan penanganan bongkar muat petikemas yang terpasang dan yang bergerak (container crane); e. lapangan penumpukan (container yard) dan gudang container freight station sesuai kebutuhan; f. keandalan sistem operasi menggunakan jaringan informasi on line baik internal maupun eksternal; dan g. volume cargo yang memadai.
Page 15
Ada berbagai bentuk dan desain CT, namun pada intinya harus meliputi: a. Storage area CY b. Konstruksi Dermaga dibangun linear dan terlindung
Page 19
Port Planning
Berth Ops
Ship Ops
Yard Ops
Gate Ops
Schedule Ops
Page 20
operasional kapal Untuk mencapai rate crane yang tinggi (jumlah pergerakan
petikemas per jam) maka planner harus mengoptimalkan tahap kerja kran (crane working sequence) dalam bentuk daftar detil pergerakan kran, sehingga tidak ada benturan antar kran yang berdekatan dan pada saat yang sama memastikan trailer (prime movers) dapat berkerja dengan aman dibawah kran dermaga.
Page 21
shifting atau re-distribusi petikemas supaya pemuatan ke kapal lebih efisien dan
melakukan pemuatan petikemas ke atas trailer yang akan di bawa ke blok penumpukan lain(internal haulage) 4. Operasional pintu (Gate operation), entry data pergerakan petikemas.
Layout Storage Yard / CY yang umum digunakan adalah dibagi dalam empat persegi panjang yang di sebut block.
Page 23
Storage
area
untuk
petikemas
20
feet
Page 25
Banyak CT yang mempunyai kebijakan alokasi petikemas di CY yang berbeda dengan pertimbangan operasional, luas CY,
jumlah dan jenis alat YC, volume dan arus In/OUT petikemas;
yaitu antara lain: Dibagi atas alokasi IMPOR, EXPOR dan MTY Alokasi menurut Liner Alokasi menurut Pelabuhan Tujuan (EXP)
Page 26
Pada umumnya CT membuat alokasi secara homogen, yaitu di dalam satu slot hanya terdiri atas petikemas ukuran yang
sama.
Selain itu juga untuk petikemas special, dialokasikan secara terpisah, misalnya untuk petikemas berpendingin (reefer), petikemas Barang berbahaya (DG), petikemas overdimensi (OOG)
Page 27
Berbagai bentuk SY suatu CT antara lain : Lapangan terbuka tanpa bantalan petikemas
Page 28
Page 29
Page 30
Perusahaan pelayaran
Industri maritim (terminal) Agency ( OOP Adpel POLRI Pelindo / PFSO)
Page 31
Page 32
Shipping lines
Spesifikasi alat
Performansi alat Harga alat / financing factors Harga perawatan / cost maintenance Jaminan / warranty Analisa dilakukan secara mendalam dengan berbagai sistem operasi antara setiap alat yang akan di gunakan
Page 35
untuk di stacking ke SY
(menggendong) Maintenace cost tinggi Bisa membawa petikemas FL / MTY High Speed
Page 36
Page 37
Page 38
Page 39
dari dermaga ke SY
Handling MTY cont Reach Stacker Sangat fleksibel Bisa handle FL/MTY conts Bisa menggendong jarak dekat
Page 41
Jenis dan produktivitas QC yang digunakan di CT : New Panamax QC, Out reach 65 mtr, 40 to 50 MPH Post Panamax QC, Out reach 45 mtr, 35 to 45 MPH
Page 43
Cargo Planning
Container Movement Pergerakan petikemas secara umumnya hanya terbagi 2 (saja) di CT:
Export Container Import Container
Export Container
o Gate to Ship o Rail to Ship o Barge to Ship
Import Container
o Ship to Gate o Ship to Rail o Ship to Barge
Transshipment
o Ship to Ship
Page 45
Cargo Planning
Export Cargoes Prosedur Export Container :
Shipping mengajukan booking Slot / Open stack Open / Cut-off stacking Planner membuat stack allocation di CY Beberapa saat sebelum ETA, konnfirmasi Cargo yang akan dimuat (CVIA) Planner membuat Pre-Stowage plan
Page 46
Cargo Planning
Import Cargoes Prosedur Import Container
Menerima pemberitahuan dari Shipping (Baplie/Edi ) dan Discharged List Menerima data petikemas khusus, OOG, DG, Reefer containers Planner membuat stacking allocation Terminal membuat persiapan operasi bongkar (discharge operation) Pemeriksaan petikemas yang dibongkar dari kapal, dan dibuat record sesuai dengan kebutuhan, dilakukan dikesempatan pertama saat petikemas turun di dermaga atau di CFS. Untuk CT di beberapa negara maju, petikemas yang dibongkar melalui scanner sebelum stacking di CY atas alasan keamanan
Page 47
Cargo Planning
Vessel Operations Operasional kapal terbagi atas:
Persiapan sebelum kedatangan kapal Saat kapal tiba di dermaga Pemuatan kapal ( Vessel Stowage)
Penetapan dermaga
Rapat operasional kegiatan kapal Persiapan TKBM dan Peralatan
Cargo Planning
Vessel Operations
Page 49
Terminal Management
Page 50
Page 51
Berth occupancy revenue per ton of cargo Waiting time Labor expenditure Turn-around time Tonnage per ship Capital equipment expenditure per ton of Fraction of time berthed ships worked cargo Number of gangs employed per ship per Contribution per ton of cargo shift Total contribution Tons per ship-hour in port Tons per ship hour at berth
Source: UNCTAD (1976) - United Nations Conference on Trade and Development
Page 52
mereka.
Sevices atau pelayanan adalah faktor yang sangat penting, termasuk fasilitas
storages, kecepatan BM, safe handling, data infomasi / IT system yang akurat dan real time.
Page 54
Page 55
WSO TEU per worked hour WSO : TEU handled worked hours
Faktor yang mempengaruhi adalah : metode penanganan / handling, jumlah gang dan jumlah alat yang digunakan
Page 56
Faktor yang mempengaruhi: kualitas dan kapasitas alat, jenis kapal dan kebijakan insentif.
Page 57
Page 58
Page 59
Working hours, yaitu dimana suatu terminal beroperasi 24/7 untuk penanganan muatan, di lain sisi pelayanan terkait tidak 24/7
Ketepatan waktu (punctuality)
Page 60
Keamanan (security)
Indicator of security : number of pilfirage cases (pencurian) number of BL or manifest Di hitung dalam per bulan atau per tahun Reliability indicator : number of effective worked days
Page 61
Average tonnage per vessel day Total tonnage of cargo handled divided by Total (hours) no. of vessel days (hours) Average vessel time at berth Tons per gang hour TEUs per crane (hook) hour Dwell time Berth throughput
Page 62
Total hours alongside berths divided by Total no. of vessels berthed Total tonnage handled divided by Total no. of gangs x total no. of hours worked Total no. of TEUs handled divided by Total no. of cranes used x total no. of hours cranes worked Total no. of cargo tons x days in port divided by Total tonnage of cargo handled Total tonnage of cargo handled at berths divided by Total no. of berths
Page 63
References
1. Performance Measurements of ContainerTerminal Operations, Soner EsmerDokuz Eyll niversitesi Sosyal Bilimler Enstits Dergisi Cilt 10, Say: 1, 2008
Transport Systems
7. Port Performance Indicator, Kek Kho Chuung, 2003, Transportation, water and urban development department the world bank
Page 64
Page 65
15,254,183 4,790
FREIGHT FORWARDER: FF sbg.arsitek angkutan barang atau sbg. Prinsipal, dapat bertindak a/n shipper, consignee, atau a/n sendiri. (Panalpina, Danzas, Schenker, Hellman, Exel, MOL, dll.) Yang lahir dari kiriman ekspres: DHL, UPS, TNT, Nippon Express, dll.
Page 69
Customer Needs ? TOLOK UKUR KEGIATAN LOGISTIK YANG EFISIEN & EFEKTIF ; Customer needs
TEPAT JUMLAH;
TEPAT MUTU; TEPAT ONGKOS; TEPAT WAKTU; TEPAT TEMPAT.
Page 70
Just In Time ? Definisi meyakini JIT adalah suatu pendekatan dilakukan yang sesuai
bahwa
pembelian
jumlah yang di minta, tepat waktu dan tepat kualitas, serta tidak terjadi kesia sian JIT : the principle that goods are delivered at the right quantity at right place immediately in advance of their requirement.
Page 71
Terimakasih
Page 72