You are on page 1of 13

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 54 /PB/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA LOAN ADB NO. 2163/2164(SF)-INO COMMUNITY WATER SERVICES AND HEALTH PROJECT (CWSHP) DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah di pedesaan dan pinggir perkotaan dengan pendekatan berbasis masyarakat melalui penyediaan air minum yang lebih berkualitas, sarana sanitasi yang lebih memadai, dan perbaikan perilaku hidup bersih, Pemerintah Indonesia memperoleh pinjaman dari Bank Pembangunan Asia/Asian Development Bank (ADB) untuk membiayai kegiatan Community Water Services and Health Project (CWSHP); b. bahwa dalam rangka pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran dan Pencairan Dana Loan ADB No. 2163/2164(SF)-INO Community Water Services and Health Project (CWSHP); 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2001 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1995 tentang Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang dibiayai dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar Negeri; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri; 6. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4214), sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4418);

Mengingat

http://www.wikiapbn.org

7. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4330), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003; 8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2005 tanggal 12 Oktober 2005 tentang Petunjuk Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan, dan Revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2006; 9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tanggal 27 Desember 2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 10. Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Nomor 185/KMK.03/1995 dan Kep.031/Ket/5/1995 tanggal 5 Mei 1995 tentang Tata Cara Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, dan Pemantauan Pinjaman/Hibah Luar Negeri dalam Rangka Pelaksanaan APBN, sebagaimana telah diubah dengan SKB Nomor 459/KMK.03/1999 dan KEP-264/KET/09/1999 tanggal 29 September 1999 tentang Perubahan atas SKB Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Nomor 185/KMK.03/1995 dan Kep.031/Ket/5/1995 tanggal 5 Mei 1995 tentang Tata Cara Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, dan Pemantauan Pinjaman/Hibah Luar Negeri dalam Rangka Pelaksanaan APBN; 11. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.04/2000 tanggal 20 Nopember 2000 tentang Perubahan Kedua KMK Nomor 239/KMK.01/1996 tanggal 1 April 1996 sebagaimana telah diubah dengan KMK Nomor 463/KMK.01/1998 tanggal 21 Oktober 1998 tentang Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Penghasilan dalam Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah yang Dibiayai Dengan Hibah atau Dana Pinjaman Luar Negeri; 12. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 35/KMK.07/2003 tanggal 22 Januari 2003 tentang Perencanaan, Pelaksanaan/Penatausahaan, dan Pemantauan Penerusan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah kepada Daerah; 13. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 538/KMK.07/2003 tanggal 12 Desember 2003 tentang Peta Kapasitas Fiskal Dalam Rangka Penerusan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah kepada Daerah Dalam Bentuk Hibah; 14. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK.01/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan; 15. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 214/KMK.01/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara; 16. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tanggal 28 Desember 2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 17. Dokumen Loan Agreement ADB nomor 2163/2164(SF)-INO tanggal 27 Desember 2005; 18. Project Administration Memorandum, Proyek Community Water Services and Health (CWSH);
http://www.wikiapbn.org

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA LOAN ADB NO. 2163/2164(SF)-INO COMMUNITY WATER SERVICES AND HEALTH PROJECT (CWSHP). BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, yang dimaksud dengan: 1. Community Water Services and Health Project yang selanjutnya disebut CWSHP adalah kegiatan peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan rendah di pedesaan dan pinggir perkotaan dengan pendekatan berbasis masyarakat. Kegiatan ini dibiayai dari pinjaman ADB, APBN, APBD I, dan APBD II, serta kontribusi masyarakat. 2. Executing Agency adalah unit pelaksana yang bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek CWSH. 3. Central Project Management Unit yang selanjutnya disebut CPMU adalah unit pengelola yang bertanggung jawab secara teknis di pusat atas penyelenggaraan CWSHP yang dibentuk berdasarkan surat keputusan (SK) dari Executing Agency. 4. Provincial Project Secretariat yang selanjutnya disebut PPS adalah unit pelaksana CWSHP di tingkat propinsi yang dibentuk berdasarkan surat keputusan dari Gubernur. 5. District Project Management Unit yang selanjutnya disebut DPMU adalah unit pelaksana CWSHP di tingkat kabupaten/kota yang dibentuk berdasarkan surat keputusan (SK) dari Bupati. 6. Community Facilitator Team yang selanjutnya disebut CFT adalah tenaga pendamping masyarakat dari daerah yang bersangkutan yang mempunyai tugas dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat dalam memutuskan, merencanakan, memantau, menilai, dan mengelola kegiatan di desa. 7. Initial Deposit adalah dana atau uang muka (advance) yang dapat ditarik setelah Naskah Perjanjian Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (NPPHLN) dinyatakan efektif. 8. Withdrawal Application adalah dokumen yang digunakan untuk melakukan penarikan Initial Deposit dana pinjaman, pengisian kembali rekening khusus dan/atau penarikan untuk penggantian atas pengeluaran-pengeluaran yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh Pemerintah. 9. Closing Date adalah batas akhir waktu untuk penarikan dana pinjaman/ hibah luar negeri melalui penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). 10. Bank Pemerintah adalah Lembaga Keuangan milik pemerintah/pemerintah daerah yang dipergunakan oleh kelompok masyarakat/organisasi masyarakat dalam membuka rekening guna penyaluran dana.

http://www.wikiapbn.org

11. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atau Satuan Kerja (Satker) serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan dana atas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah. 12. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA/Kuasa PA adalah Menteri/Pimpinan Lembaga atau kuasanya yang bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. 13. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja/penanggung jawab kegiatan/pembuat komitmen. 14. Rekening Kas Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara atau pejabat yang ditunjuk untuk menampung seluruh penerimaan negara dan atau membayar seluruh pengeluaran negara pada Bank/Sentral Giro yang ditunjuk. 15. Rekening Khusus adalah Rekening Pemerintah yang berada di Bank Indonesia atau bank pemerintah lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menampung penarikan Initial Deposit (uang muka) dan bersifat revolving fund (berdaur ulang). 16. Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah uang muka kerja dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving), diberikan kepada Bendahara Pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari perkantoran yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung. 17. Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disebut TUP adalah uang yang diberikan kepada Satuan Kerja untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam satu bulan melebihi pagu Uang Persediaan yang ditetapkan. 18. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan. 19. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM. 20. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) adalah pernyataan tanggung jawab belanja yang dibuat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atas transaksi belanja sampai dengan jumlah tertentu. 21. Komponen pusat adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan sumber dana pembiayaan dari pinjaman ADB 2163/2164(SF)INO dan dana pendamping dari APBN. 22. Komponen Provinsi adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah Provinsi dengan sumber dana pembiayaan dari pinjaman ADB 2163/2164(SF)-INO dan dana pendamping dari APBD I.

http://www.wikiapbn.org

23. Komponen Kabupaten adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten dengan sumber dana pembiayaan dari pinjaman ADB 2163/2164(SF)-INO yang dihibahkan oleh pemerintah kepada pemerintah kabupaten melalui Naskah Perjanjian Hibah (NPH) dan dana pendamping APBD II serta kontribusi masyarakat. Pasal 2 Spesifikasi dari pinjaman dimaksud adalah sebagai berikut: A. Nomor Perjanjian Pinjaman Loan ADB 2163-INO Nomor Register Loan Tanggal penandatanganan Loan Tanggal Berlaku Efektif Loan Closing Date Jumlah Loan Tatacara pembayaran Nomor Rekening Khusus Executing Agency : 10721901 : 27 Desember 2005 : 12 April 2006 : 31 Desember 2011 : USD 34.100.000 : Rekening Khusus (RK) : 601.257411 : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan : USD 1,100,000.00

Initial Deposit

B. Nomor Perjanjian Pinjaman Loan ADB 2164(SF)-INO(SF) Nomor Register Loan Tanggal Penandatanganan Loan Tanggal Berlaku Efektif Loan Closing Date Jumlah Loan Tatacara pembayaran Nomor Rekening Khusus Executing Agency : 10722601 : 27 Desember 2005 : 12 April 2006 : 31 Desember 2011 : SDR 19,944,000 : Rekening Khusus (RK) : 601.258411 : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan : USD 1,200,000.00

Initial Deposit

BAB II LOKASI DAN POLA PELAKSANAAN Pasal 3 Lokasi proyek CWSH meliputi 4 (empat) provinsi yang mencakup 20 (dua puluh) kabupaten sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

http://www.wikiapbn.org

Pasal 4 Proyek dibagi atas 2 (dua) pola pelaksanaan, yaitu: 1. Pola Hibah Desa Pola yang digunakan untuk melaksanakan sebagian kegiatan yang langsung dilaksanakan oleh masyarakat di tingkat desa yang direncanakan bersama oleh masyarakat desa melalui Tim Kerja Masyarakat. 2. Pola Kontraktual Pola yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan secara kontraktual antara satuan kerja kegiatan di pusat, propinsi, kabupaten, dan kota dengan penyedia barang/jasa. Metode pengadaan barang/jasa sesuai dengan guidelines ADB tentang pengadaan barang/jasa dan ketentuan yang berlaku. BAB III PEMBEBANAN Pasal 5 (1) Pembayaran untuk Loan ADB No. 2163-INO dibebankan pada Rekening Khusus No. 601.257411 di Bank Indonesia Jakarta. (2) Pembayaran untuk Loan ADB No. 2164(SF)-INO dibebankan pada Rekening Khusus No. 601.258411 di Bank Indonesia Jakarta. (3) Dalam pelaksanaan pembayaran dengan Uang Persediaan, SP2DUP/TUP tidak dibebankan pada Rekening Khusus sebagaimana tersebut dalam ayat (1) dan (2), tetapi dibebankan pada Rekening Kas Negara. (4) Pertanggungjawaban atas Uang Persediaan dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang berlaku. (5) Pembebanan dan pembayaran dilakukan secara proporsional sesuai dengan kategori dan persentase pinjaman ADB No. 2163/2164(SF)-INO seperti tercantum pada Lampiran I dan II Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. (6) Pembebanan dan pembayaran untuk Kategori 1, persentase pembiayaannya harus sesuai dengan sub kategorinya dan kapasitas fiskal masing-masing daerah sebagaimana daftar pada Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. BAB IV SUMBER PEMBIAYAAN Pasal 6 (1) Kegiatan pembangunan sarana air minum dan penyehatan lingkungan, disediakan dananya melalui dua dokumen anggaran yaitu: a. Untuk dana Loan ADB No. 2163/2164(SF)-INO dialokasikan melalui DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan; b. Untuk dana pendamping dialokasikan melalui dokumen pelaksanaan anggaran APBD Kabupaten yang menerima proyek.
http://www.wikiapbn.org

(2) Kategori 1 dan 2 merupakan jenis kegiatan yang dibiayai Loan ADB No. 2163/2164(SF)-INO yang dihibahkan oleh Pemerintah kepada Pemerintah Kabupaten melalui Naskah Perjanjian Hibah (NPH) dengan dana APBD kabupaten sebagai dana pendamping. BAB V PENCAIRAN DANA Pasal 7 (1) Pencairan dana proyek CWSH: a. Untuk dana Loan ADB No. 2163/2164(SF)-INO dilakukan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) sebagaimana tercantum dalam DIPA/dokumen lain yang dipersamakan. b. Untuk pencairan dana pendamping Kegiatan Proyek CWSH dilakukan melalui Bank Pembangunan Daerah atau Bank Pemerintah yang ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten untuk mencairkan dana yang dialokasikan dalam dokumen anggaran atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Dana Loan ADB No. 2163/2164(SF)-INO baru dapat dicairkan melalui KPPN setempat setelah porsi dana pendamping dicairkan terlebih dahulu melalui Kas Daerah Kabupaten yang bersangkutan. Pasal 8 (1) Pencairan dana dilaksanakan melalui penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh KPPN atas dasar Surat Perintah Membayar (SPM). (2) SPM diterbitkan Pejabat yang ditunjuk oleh Kuasa PA yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati sesuai dengan kode kantor daerah yang tercantum dalam DIPA berkenaan. (3) Dalam penerbitan SPM dicantumkan nomor Loan ADB 2163/2164(SF)INO, nomor register, kode kategori, porsi pembiayaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan II Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, nilai, nomor dan tanggal kontrak termasuk addendum, nomor dan tanggal BAP, serta Approval (No Objection Letter) sepanjang dipersyaratkan. (4) Kontrak-kontrak untuk konsultan dalam valuta asing yang harus dibayar dalam valuta asing bersangkutan, tidak diperkenankan dirupiahkan, (sesuai Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE43/A/61/0392 tanggal 26 Maret 1992 tentang Pembayaran Mata Uang Asing/Valuta Asing Atas Beban Rekening Khusus jo Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-32/A/63/0295 tanggal 27 Pebruari 1995 dan Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Nomor SE-130/A/1989 tanggal 28 Oktober 1989). (5) SPM untuk pelaksanaan pembayaran dalam valuta asing sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada KPPN Khusus Jakarta VI.

http://www.wikiapbn.org

Pasal 9 Pembayaran untuk masing-masing pola pelaksanaan dilakukan dengan tata cara Rekening Khusus, yang diatur sebagai berikut: 1. Pola Hibah Desa Pola ini dilaksanakan untuk jenis kegiatan pada Kategori 1. Ketua Tim Kerja Masyarakat (TKM) selaku wakil masyarakat desa mengajukan permintaan pembayaran secara proporsional kepada Kuasa PA di kabupaten untuk porsi dana pendamping dari APBD melalui Kas Daerah sedangkan porsi Loan ADB No. 2163/2164(SF)-INO melalui KPPN setempat tanpa jaminan/bank garansi, dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. Pencairan Dana Tahap I sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari dana bantuan hibah yang disetujui dapat dimintakan setelah Rencana Kerja Masyarakat (RKM) mendapat verifikasi Process Monitoring Consultant (PMC) dan rekomendasi Tim Koordinasi Kabupaten (TKK). 1) Proses Pengajuan: a). TKM mengajukan permintaan dana bantuan kepada PPK dengan menggunakan format Surat Permintaan Pembayaran Tahap I Dana CWSH. b). PPK meneliti Surat Permintaan Pembayaran dari TKM dan mengajukan ke Kuasa PA untuk diterbitkan SPM-LS (Surat Perintah Membayar Langsung). c). Kuasa PA selanjutnya mengajukan SPM-LS kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). d). Berdasarkan SPM-LS dimaksud KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang ditujukan kepada TKM dengan mencantumkan nomor rekening TKM pada Bank Pemerintah/PT Pos. 2) Syarat-syarat Pengajuan SPP: SPP Dana Tahap I dilampiri dengan: a). Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB); b). Kuitansi yang ditandatangani oleh Ketua TKM, diketahui oleh CFT, dan disetujui oleh PPK; c). Berita Acara Pembayaran/Penggunaan Dana (BAPPD) Tahap I; d). Rencana Kerja Masyarakat yang telah mendapat verifikasi PMC dan rekomendasi TKK beserta lampirannya, yaitu: i. Ringkasan RKM; ii. SK Bupati tentang Pembentukan TKM beserta Berita Acara Proses Pembentukan TKM; iii. Surat Pernyataan Kontribusi In Kind masyarakat 16% (enam belas persen); iv. Copy Rekening TKM di Bank/PT Pos sebesar 4% (empat persen) kontribusi masyarakat/surat pernyataan dari Bank; v. Surat Pernyataan Penggunaan Rekening (SP2R); vi. Rencana Penggunaan Dana (RPD) Tahap I;

http://www.wikiapbn.org

3) Syarat-syarat Pengajuan SPM: Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) dana tahap I disampaikan ke KPPN dilampiri dengan: a). Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB); b). Ringkasan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB); c). SPMU (SPM porsi APBD) Dana Pendamping dari APBD Kabupaten yang telah dilegalisir oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). b. Pencairan Dana Tahap II sebesar 40% (empat puluh persen) dari dana bantuan yang disetujui dapat dimintakan apabila penggunaan dana tahap I telah mencapai 90% (sembilan puluh persen) atau lebih dan pekerjaan fisik telah mencapai 30% (tiga puluh persen). 1) Proses Pengajuan: a). Sebelum mengajukan tahap II, TKM harus memberikan pertanggungjawaban publik dan hasilnya dimasukkan dalam Berita Acara Pertanggungjawaban Dana. b). TKM mengajukan permintaan bantuan kepada PPK Kabupaten dengan menggunakan format Surat Permintaan Pembayaran Tahap II Dana CWSH. c). PPK meneliti surat permintaan pembayaran dari TKM dan mengajukan ke Kuasa PA untuk diterbitkan SPM-LS. d). Kuasa PA selanjutnya mengajukan SPM-LS kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). e). Berdasarkan SPM-LS dimaksud KPPN menerbitkan SP2D yang ditujukan kepada TKM dengan mencantumkan nomor rekening TKM pada Bank Pemerintah/PT Pos seperti pada pencairan tahap I. 2) Syarat-syarat Pengajuan SPP: SPP Tahap II dilampiri dengan: a). Berita Acara Pembayaran/Penggunaan Dana (BAPPD) Tahap II yang disetujui dan ditandatangani Ketua TKM, PPK, dan diverifikasi oleh PMC; b). Rencana Penggunaan Dana (RPD) Tahap II; c). Laporan Penggunaan Dana (LPD); d). Kuitansi yang ditandatangani oleh Ketua TKM, diketahui oleh CFT, dan disetujui oleh PPK; e). Berita Acara Pertanggungjawaban Dana; f). Laporan kemajuan fisik terakhir sebagai pendukung permintaan pembayaran tahap II, dengan mengisi format Laporan Kemajuan Fisik Pekerjaan; g). Berita Acara Pemeriksaan Fisik Pekerjaan.

http://www.wikiapbn.org

3) Syarat-Syarat Pengajuan SPM: SPM-LS dana tahap II yang disampaikan ke KPPN dilampiri dengan: a). Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB); b). SPMU Dana Pendamping dari APBD Kabupaten yang telah dilegalisir oleh Pejabat Pembuat Komitmen. c. Pencairan Dana Tahap III sebesar 30% dari dana bantuan yang disetujui dapat dimintakan apabila penggunaan dana tahap II telah mencapai 90% atau lebih dan pekerjaan fisik telah mencapai 70%. 1) Proses Pengajuan: a). Sebelum mengajukan tahap III, TKM harus memberikan pertanggungjawaban publik dan hasilnya dimasukan dalam Berita Acara Pertanggungjawaban Dana; b). TKM mengajukan permintaan dana bantuan desa kepada PPK Kabupaten dengan menggunakan format SPP Tahap III Dana CWSH; c). PPK meneliti SPP dari TKM dan mengajukan ke Kuasa PA untuk diterbitkan SPM-LS; d). Kuasa PA selanjutnya mengajukan SPM-LS kepada Kantor Pelayanan Perbedaharaan Negara (KPPN); e). Berdasarkan SPM-LS dimaksud KPPN menerbitkan SP2D yang ditujukan kepada TKM dengan mencantumkan nomor rekening TKM pada Bank Pemerintah/PT Pos seperti pada pencairan tahap I. 2) Syarat-syarat Pengajuan SPP: SPP Tahap III dilampiri dengan: a). Berita Acara Pembayaran/Penggunaan Dana Tahap III yang disetujui dan ditanda tangani Ketua TKM, PPK, serta diverifikasi PMC; b). Laporan Kemajuan Fisik Pekerjaan dengan realisasi fisik minimal 70% (tujuh puluh persen); c). Surat Pernyataan Kesanggupan Penyelesaian Pekerjaan Proyek (SPKP3); d). Rencana Pengunaan Dana (RPD); e). Laporan Penggunaan Dana (LPD); f). Kuitansi yang ditandatangani oleh Ketua TKM, diketahui oleh CFT, dan disetujui oleh PPK; g). Berita Acara Pertanggungjawaban Pelaksanaan Proyek.

3) Syarat-syarat Pengajuan SPM:


http://www.wikiapbn.org

Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) dana tahap III disampaikan ke KPPN dilampiri dengan: a). Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB); b). SPMU Dana Pendamping dari APBD Kabupaten yang telah dilegalisir oleh PPK. 2. Pola Kontraktual Penyedia Barang/Jasa mengajukan permintaan pembayaran secara proporsional kepada PPK untuk porsi dana pendamping yang disediakan melalui APBD/APBN, sedangkan porsi Loan ADB No. 2163/2164(SF)-INO melalui KPPN setempat dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. Penyedia Barang/Jasa mengadakan perjanjian yang ditandatangani oleh PPK dengan Penyedia Barang/Jasa sesuai dengan guidelines yang diterbitkan oleh ADB dan ketentuan yang berlaku. b. Pencairan dana pengadaan barang/jasa dilakukan dengan Surat Permintaan Pembayaran sesuai tahapan pembayaran/kemajuan pelaksanaan pekerjaan dengan dilampiri antara lain dokumen sebagai berikut: 1) Pengajuan SPP a). Surat Perjanjian/Kontrak Pekerjaan; b). Invoice; c). Laporan Kemajuan Pelaksanaan Pekerjaan; d). Berita Acara Prestasi Pekerjaan yang telah diverifikasi Panitia Penerima Barang/Jasa; e). Surat persetujuan dari ADB (Approval) bila dipersyaratkan. 2) Pengajuan SPM Surat Perintah Membayar Langsung disampaikan ke KPPN dilampiri dengan: (SPM-LS) yang

a). Surat Peryataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB); b). Ringkasan Kontrak; c). SPMU Dana Pendamping yang telah dilegalisir oleh PPK.

BAB VI PENGISIAN KEMBALI DANA REKENING KHUSUS Pasal 10 (1) Executing Agency/PMU bersama-sama PPK menyusun menyiapkan dokumen aplikasi replenishment/reimbursement. (2) Kuasa PA mengirimkan fotokopi SP2D pendukungnya kepada Executing Agency/PMU. beserta dan

dokumen

(3) Berdasarkan fotokopi SP2D dan fotokopi rekening koran Rekening Khusus yang diterimanya, Executing Agency/PMU menyiapkan dan menyampaikan draft Withdrawal Application (WA) replenishment/reimbursement ke Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat PPHLN. (4) Direktorat PPHLN memeriksa dan meneliti WA yang diterima dari Executing Agency/PMU. Setelah WA dinyatakan benar, Direktorat
http://www.wikiapbn.org

Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat PPHLN membuat covering letter WA dan menyampaikan secara lengkap WA tersebut kepada ADB. (5) Apabila Executing Agency/Kuasa PA tidak melaksanakan kewajiban untuk menyampaikan aplikasi replenishment/reimbursement secara berkala dan mengakibatkan ketidaktersediaan saldo dana Rekening Khusus di Bank Indonesia, maka Direktur Jenderal Perbendaharaan dapat mempertimbangkan untuk meminta KPPN untuk melakukan penghentian sementara (suspension) penerbitan SP2D. (6) Perintah penghentian pembayaran sementara dan perintah pembayaran kembali atas penghentian pembayaran sementara dimaksud dilakukan oleh KPPN setelah menerima pemberitahuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Pengelolaan Kas Negara. (7) Jika pengeluaran per SPM/SP2D lebih kecil dari USD 100.000, permintaan pengisian kembali menggunakan form Statement of Expenditure (SOE) tanpa lampiran dokumen pendukung ke ADB. (8) Jika pengeluaran per SPM/SP2D lebih besar dari USD 100.000, permintaan pengisian kembali menggunakan form Summary Sheet (SS) dengan lampiran dokumen pendukung ke ADB, antara lain: invoice/kuitansi, SPM, SP2D, dan BAP.

BAB VII PELAPORAN DAN PENGIRIMAN DOKUMEN Pasal 11 (1) Executing Agency/Central Project Management Unit menyusun dan menyiapkan Financial Statement of Special Account (FISSA) yaitu Laporan Keuangan tentang penggunaan dana rekening khusus untuk masa satu tahun anggaran, sebagai bahan audit oleh Auditor/BPKP. Dalam rangka pengisian kembali Rekening Khusus, KPPN mengirimkan fotokopi SP2D dan copy SPM berkenaan yang membebani Rekening Khusus beserta dokumen pendukungnya, yaitu: a. Berita Acara Pembayaran; b. Approval dari ADB sepanjang dipersyaratkan; c. Rekapitulasi Pengeluaran per Kategori NPLN. (3) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan pada alamat sebagai berikut: Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri Subdit Pinjaman dan Hibah Luar Negeri III Gedung Perbendaharaan I Lantai V Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710

(2)

BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN


http://www.wikiapbn.org

Pasal 12 (1) Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri bersama dengan Executing Agency/CPMU dapat melakukan monitoring dan evaluasi langsung ke daerah-daerah lokasi kegiatan Community Water Services and Health Project (CWSHP). (2) Dalam memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, Executing Agency/CPMU wajib melaksanakan koordinasi dan menyampaikan laporan kemajuan kegiatan/disbursement kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri setiap tiga bulan (triwulan).

BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 13

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31Oktober 2006 DIREKTUR JENDERAL

MULIA P. NASUTION NIP 060046519

http://www.wikiapbn.org

You might also like