You are on page 1of 5

PENGINDERAAN JAUH DAN INTERPRETASI CITRA

Modul No: 03 TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN Dengan mempelajari penginderaan jauh dan interpretasi citra diharapkan para siswa dapat menumbuhkan kemampuannya, sehingga mempunyai perspektif yang luas mengenai eksistensi penginderaan jauh, baik pada masa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang. TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN Tujuan yang ingin dicapai dalam mempelajari bagian materi ini adalah sebagai berikut : 1. Membedakan konsep antara penginderaan jauh dan interpretasi citra 2. Menyimpulkan alasan yang melandasi semakin banyaknya penggunaan penginderaan jauh 3. Memahami arti pentingnya penginderaan jauh dan interpretasi citra A. PENGANTAR Pengindraan jauh adalah ilmu atau seni cara merekam suatu objek tanpa kontak fisik dengan menggunakan alat pada pesawat terbang, balon udara, satelit, dan lain-lain. Dalam hal ini yang direkam adalah permukaan bumi untuk berbagai kepentingan manusia. Sedangkan arti dari citra adalah hasil gambar dari proses perekaman penginderaan jauh (inderaja) yang umumnya berupa foto.

Beberapa Pengertian Penginderaan Jauh Oleh Para Ahli :

1.Menurut Lillesand and Kiefer Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang didapat dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji. 2.Menurut Lindgren Penginderaan jauh adalah bermacam-macam teknik yang dikembangkan untuk mendapat perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus dalam bentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.

3.Menurut Sabins Penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan suatu obyek. Jika anda ingin melihat peta jakarta dalam bentuk yang sebenarnya hasil dari penginderaan jauh satelit, maka anda bisa datang ke situs web maps.google.com lalu isi nama kota jakarta di kotak pencarian di atas. kemudian setelah ketemu peta jakarta klik kata sattelite pada bagian atas gambar petanya. Di sana kita bisa melihat gambar diperbesar dan diperkecil suatu daerah di jakarta sesuai keinginan kita. Selamat mencoba. Peta tematik adalah peta yang menggambarkan suatu tema tertentu secara khusus. Contoh peta tematik yaitu seperti peta persebaran penduduk, peta persebaran flora & fauna, peta kekuatan politik, peta persebatan agama, peta pariwisata, peta perhubungan, dan lain sebagainya. B. Perkembangan Penginderaan Jauh Penginderaan jauh berkembang sangat pesat sejak lima dasawarsa terkhir ini. Perkembangannya meliputi aspek sensor, wahana atau kendraan pembawa sensor, jenis citra serta liputan dan ketersediaannya, alat dan analisis data, dan jumlah pengguna serta bidang penggunaannya. Di Indonesia, penggunaan foto udara untuk survey pemetaan sumberdaya telah dimulai oleh beberapa instansi pada awal tahun 1970-an. Saat ini telah beredar banyak jenis satelit sumberdaya. Mulai dari negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Jepang, Rusia, hingga negara-negara besar namun dengan pendapatan per kapita yang rendah seperti India dan Republik Rakyat Cina. Berbagai satelit sumberdaya yang diluncurkan itu menawarkan kemampuan yang bervariasi, dari resolusi spasial 0,6 meter (QuickBirth milik Amerika) hingga sekitar 1,1 kilometer (NOAA-AVHRR juga milik Amerika Serikat). Berbagai negara di Eropa, Amerika Utara, Amerika Latin, Asia dan bahkan Afrika telah banyak memanfaatkan satelit itu untuk pembangunan. Di dalam perkembangan penginderaan jauh yang sangat pesat ini masih terdengar pertanyaan-pertanyaan seperti antara lain : (1) apakah penginderaan jauh itu, (2) apa pula citra dan interpretasi citra, (3) apakah penginderaan jauh sama dengan interpretasi citra, (4) apakah penginderaan jauh merupakan ilmu atau teknik, (5) mengapa penginderaan jauh semakin banyak digunakan. C. Materi Belajar 1 1. Batasan Pengertian Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra Remote sensing is the science and art of obtaining information about and object, area, or phenomenon throught the analysis of data acquired by a device that is not contact with the object, area, or phenomenon under investigation (Lillesand and Kiefer, 1979)

Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang sedang dikaji.Alat yang dimaksud di dalam batasan ini ialah alat pengindera atau sensor. Pada umumnya, sensor dipasang pada wahana (platform) yang berupa pesawat terbang, satelit, pesawat ulang alik, atau wahana lainnya. Objek yang ingin diindera atau diketahui berupa objek di permukaan bumi, di dirgantara, atau di antariksa. Penginderaannya dilakukan dari jarak jauh sehingga ia disebut dengan penginderaan jauh. Karena sensor dipasang jauh dari objek yang diindera, diperlukan tenaga yang dipancarkan atau dipantulkan oleh objek tersebut. Antara tenaga dan objek terjadi interaksi. Tiap objek mempunyai sikap atau karakteristik tersendiri di dalam interaksinya terhadap tenaga, misalnya air menyerap sinar banyak dan hanya memantulkan sinar sedikit, sebaliknya batuan kapur atau salju menyerap sinar sedikit dan memantulkan sinar banyak. Hasil interaksi antara tenaga dengan objek direkam oleh sensor. Perekamannya dilakukan dengan menggunakan kamera atau alat perekam lainnya seperti CCT (Computer Compatible Tape), Compact Disc, dan Disket. Hasil rekaman ini disebut data penginderaan jauh yang di dalam batasan tersebut disingkat dengan istilah data. Data harus diterjemahkan menjadi informasi tentang objek, daerah atau gejala yang diindera itu. Proses penterjemahan data menjadi informasi disebut analisis atau interpretasi data. Sebagai contoh, data antara lain dapat berupa gambaran objek pada foto yang tampak gelap, berbentuk empat persegi panjang, dan tegambar dengan ukuran lebar 1 cm serta panjang 2 cm pada foto udara berskala 1:10.000. Hasil interpretasi data menunjukkan gambaran terseut merupakan sebuah kolam ikan seluas dua hektar. Ada beberapa istilah dalam bahasa asing yang sering digunakan untuk penginderaan jauh. Reeves (1975) mengutarakan istilah remote sensing (Inggris), teledectection (Perancis), fernerkundung (Jerman), sensoriamento remota (Portugis), distantsionaya (Rusia), dan perception remota (Spanyol). Di Indonesia pernah digunakan dua istilah yaitu penginderaan jauh dan teledeteksi. Keunggulan istilah teledeteksi terletak pada ringkasnya, dan ia serupa dengan istilah lain yang telah banyak digunakan orang, seperti misalnya telegram, telepon dan televisi. Kelemahannya terletak pada arti kata deteksi yang sering digunakan dengan lingkup lebih sempit bila dibandingkan dengan arti penginderaan. Deteksi dapat diartikan sebagai suatu kesadaran akan adanya pola atau objek pada foto udara atau citra lainnya (Light, 1980 dalam Sutanto). Sebagai cotoh deteksi, misalnya diketahuinya atau disadarinyabahwa ditengah danau ada objek yang ujudnya berlainan dengan ujud air. Meskipun masih belum diketahui dengan pasti jenis objeknya, tetapi pasti ada objek lain yang bukan air. Umali (1983) mengutarakan bahwa detektor adalah alat atau bahan yang mampu menerima, mengubah dan/atau merekam secara langsung tenaga yang dipantulkan atau dipancarkan oleh objek. Dari arti deteksi dan detektor tersebut jelas bahwa arti penginderaan jauh tidak sama dengan arti teledeteksi. Di dalam penginderaan jauh, pengenalan objek dimulai dengan deteksi. Urutan pekerjaan setelah deteksi masih cukup panjang. Arti deteksi mungkin hanya dapat disamakan dengan arti penginderaan apabila pengenalan adanya objek seperti dicontohkan tersebut bukan hanya berupa pengenalan awal, melainkan pengenalan hingga tuntas. Mesipun denikian masih ada satu hal lagi yang harus diperhatikan yaitu bahwa arti detektor tidak sama

dengan arti sensor. Sensor yaitu alat pengindera seperti antara lain kamera, penyiam (Scanner), dan radiometer yang masing-masing dilengkapi dengan detektor di dalamnya. 2. Batasan Pengertian Interpretasi Citra Ada lima pengertian tentang citra menurut (Hornby, 1974), tiga diantaranya adalah : a. Likeness or copy of someone or something, especially one made in wood, stone, etc. Keserupaan atau tiruan seseorang atau sesuatu barang, terutama yang dibuat dari kayu, batu dan sebagainya. b. Mental picture or idea, concept of something or some one. Gambaran mental atau gagasan, konsep tentang sesuatu barang atau seseorang. c. Reflection seen in a mirror or throughtthe lens of a camera. Gambaran yang tampak pada cermin atau melalui lensa kamera. Pengertian citra yang lainnya juga diutarakan oleh Simonett et all. (1983), yaitu : d. The Counterpart of an object produced by the reflection of light when focussed by a lens or a mirror. Gambaran objek yang dibuahkan oleh pantulan atau pembiasan sinar yang difokuskan oleh sebuah lensa kamera atau sebuah cermin. (The recorded representation (coomonly as a photo image) of object produced by optical mechanical, or electrical means. It is generally used when the EMR emited or reflected from a scene is not directly recorded on film). Gambaran rekaman suatu objek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang dibuahkan dengan cara optik, elektro-optik, optik-mekanik, atau elektronik. Pada umumnya ia digunakan bila radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan dari suatu objek tidak langsung direkam pada film. e. Imagery is visual representation of energy recorded by remote sensing instrument. Imagery ialah gambaran visual tenaga yang direkam dengan menggunakan piranti penginderaan jauh. D. Interpretasi Citra Image interpretation is defined as the act of examining photographs and or image for the purpose of identifying objects and judging their significance ( Estess dan Simonet, 1975 dalam Sutanto). Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau interpretasi citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Di dalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji dan berupaya melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti pentingnya objek yang tergambar pada citra. Dengan kata lain, penafsir citra berupaya untuk mengenali objek yang tergambar pada citra dan menterjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geologi, geografi, ekologi, dan disiplin ilmu lainnya. Di dalam pengenalan objek yang tergambar pada citra, ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan, yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis. Deteksi ialah pengamatan atas adanya suatu objek, misalnya pada gambaran sungai terdapat objek yang bukan air. Identifikasi ialah upaya mencirikan objek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup. Sehubungan dengan contoh tersebut maka berdasarkan bentuk, ukuran, dan letaknya, objek yang tampak pada sungai tersebut disimpulkan sebagai perahu dayung. Pada tahap analisis dikumpulkan keterangan lebih lanjut, misalnya dengan mengamati jumlah penumpangnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perahu tersebut berupa perahu dayung yang berisi tiga orang (Lintz Jr. Dan Simonett, 1976 dalam Sutanto). Deteksi berarti penentuan ada atau tidak adanya sesuatu objek pada citra. Ia merupakan tahap awal dalam interpretasi citra. Keterangan yang diperoleh pada tahap deteksi bersifat global.

Keterangan yang diperoleh pada tahap interpretasi selanjutnya yaitu pada tahap identifikasi, bersifat setengah rinci. Keterangan rici diperoleh dari tahap akhir interpretasi, yaitu tahap analisis. Lo (1976) yang menyimpulkan pendapat Vink mengemukakan bahwa pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari dua tingkat, yaitu tingkat pertama yang berupa pengenalan objek melalui proses deteksi dan identifikasi, dan tingkat kedua yang berupa penilaian atas pentingnya tiap objek dan kaitan antar objek itu. Tingkat pertama berarti perolehan data, sedang tingkat kedua berupainterpretasi atau analisis data. Di dalam upaya otomasi, hanya tingkat pertamalah yang dapat dikomputerkan, tingkat kedua harus dilakukan oleh orang yang berbekal ilmu pengetahuan yang cukup memadai pada disiplin ilmu tertentu. E. Mengapa Penginderaan Jauh Semakin Banyak Digunakan Baik diukur dari jumlah bidang penggunaannya pada tiap bidang, penggunaan penginderaan jauh memang meningkat pesat pada lima dasawarsa terakhir ini. Peningkatan penggunaannya dilandasi oleh beraneka alasan :Sekurang-kurangnya ada lima alasan yang melandasi peningkatan penggunaan penginderaan jauh, yaitu : a). Citra menggambarkan objek, daerah dan gejala di permukaan bumi dengan : i. Ujud dan letak objek yang mirip dengan ujud dan letaknya di permukaan bumi. ii. Relatif lengkap iii. Meliput daerah yang luas iv. Permanen b). Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop. c). Karakteristik objek yang tak tampak dapat diujudkan dalam bentuk citra, sehingga dimungkinkan pengenalan objeknya. e). Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana f). Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek, yaitu misalnya 16 hari bagi citra Landsat IV dan dua kali tiap hari bagi citra NOAA. Dengan demikian maka citra merupakan alat yang baik sekali untuk memantau (monitoring) perubahan cepat seperti pembukaan daerah hutan, pemekaran kota, perubahan kualitas lingkungan dan perluasan lahan garapan F. RANGKUMAN Operasionalisasi penginderaan jauh dewasa ini telah disadari tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang aeronautica. Kehadiran citra digital seakan memberi nuansa baru bagi perkembangan penginderaan jauh. Dahulu pemanfaatan produk penginderaan jauh satelit masih berupa citra tercetak (hardcopy) yang diinterpretasi secara visual atau manual. Teknik semacam ini telah berkembang pesat dalam penginderaan jauh sistem fotografik, dan hingga saat ini merupakan taknik yang dipandang mapan. Baik citra satelit maupun foto udara ini akan memberikan keuntungan utama terutama dalam hal : (a) kemudahan analisis regional secara cepat (karena dimungkinkannya Synoptic overview pada satu lembar citra berukuran 60 kmx60 km sampai dengan 180185 km), dan (b) kemudahan pemindahan hasil interpretasi (plotting) ke peta dasar, karena tidak memerlukan banyak lembar dengan skala yangberbeda-beda maupun dengan distorsi geometri yang bervariasi seperti halnya pada foto udara.

You might also like