You are on page 1of 11

STRUKTUR EKONOMI INDONESIA DAN PERTANIAN DASAR

Himawan Arif S.SE., MSi.


Perekonomian Indonesia Session 10 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bank BPD Jateng

Pembagian Sektor-sektor di Indonesia


Primer:
- Pertanian - Pertambangan dan Penggalian

Sekunder
- Industri Manufaktur - Listrik gas dan air - Bangunan

Tersier
- Perdagangan hotel dan Restoran - Pengangkutan dan komunikasi - Bang dan Keuangan - Penyeewaan dan Real estate - jasa lainya

Distribusi PDB menurut sektor


Harga konstan 1993 Sektor 1993 Primer Sekunder Tersier PDB 90,460 99,359 139,956 329,776 1994 92,553 112,210 149,880 354,641 1995 97,387 125,127 161,279 383,792 1996 101,567 140,061 172,170 413,797 1997 103,006 148,456 181,785 433,246 1998 102,310 121,465 152,246 376,051

Struktur Ekonomi Indonesia Tahun 1980 1990 (dalam persen)

50
x x x x x x

40

Primer + + + + + + x Sekunder tersier

30

20

10

0
1983 1993 1994 1995 1996 1997 1998

PDB atas Dasar Harga Konstan Th. 2000 (Triliun Rupiah)


Atas Dasar Harga Konstan 2000 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDB 2004 2005 2006 2007 smt 1;2008

247.2 253.9 262.4 271.6 143.1 160.1 165.2 168.0 171.4 84.9 470.0 491.6 514.1 538.1 275.1 10.9 11.6 12.3 13.5 7.3 96.3 103.6 112.2 121.9 63.6 271.1 293.7 312.5 338.9 176.8 96.9 109.2 125.0 142.9 80.7 151.1 161.2 170.1 183.7 97.6 152.9 160.8 170.7 182.0 95.1 1656.5 1750.8 1847.3 1964.0 1024.2

Struktur Ekonomi Indonesia (Persen)


No Lapangan Usaha 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2004 2005 2006 2007 smt I; 2008 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan 14.3 13.1 13.0 13.8 14.7 Perikanan Pertambangan dan Penggalian 8.9 11.1 11.0 11.2 11.4 Industri Pengolahan 28.1 27.4 27.5 27.0 27.2 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.0 1.0 0.9 0.9 0.8 Konstruksi 6.6 7.0 7.5 7.7 7.9 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 16.1 15.6 15.0 14.9 14.4 Pengangkutan dan Komunikasi 6.2 6.5 6.9 6.7 6.2 Keuangan, Real Estat dan Jasa 8.5 8.3 8.1 7.7 7.4 Perusahaan Jasa-jasa 10.3 10.0 10.1 10.1 10.0 PDB 100 100 100 100 100 -Didominasi oleh sektor tersier - Kontribusi sektor primer mengalami berfluktuatif terutama pada sektor pertanian

SEKTOR PERTANIAN
Sektor pertanian yang sebelumnya selalu menjadi kontributor Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar secara bertahap kontribusinya menurun, pada tahun 2007 sektor pertanian memberikan andil hanya 13,8% saja Pertanian di negara Berkembang dapat dilihat sebagai suatu sektor eknomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional. Kontribusi tersebut adalah kontribusi produk, kontribusi pasar, kontribusi faktor-faktor produksi dan kontribusi Devisa

Kontribusi Produk
Ekspansi sektor-sektor ekonomi lain sangat tergantung pada produk-produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan supply makanan mengikuti pertumbuhan penduduk Melainkan juga penyediaan bahan baku yang digunaan oleh sektor industri manufator seperti industri tekstil, barang2 dari kulit dan industri makanan dan minuman. Kuznet menyebut ini sebagai kontribusi produk Dalam ekonomi terbuka besarnya kontribusi produk dari sektor pertanian dipengaruhi oleh kesiapan dari sektor itu dendiri dalam menghadapi persaingan dari luar (daya saing) Dari sisi pasar, pasar domestik didominasi oleh produk pertanian dari luar negeri spt buah-buahan, sayuran hingga daging Dari sisi keterkaitan produksi, di Indonesia menunjukkan bahwa banyak industri spt minyak kelapa sawit (CPO) dan Industri barang2 dari kayu dan rotan sering mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku dalam negeri kerna komoditi2 tsb di ekspor dengan harga jual di pasar luar negeri jauh lebih mahal

Kontribusi Pasar
Konstribusi pasar,
Negara agraris dengan proporsi populasi pertanian (petani dan keluarganya yang besar seperti Indonesia merupakan smber yang sangat penting bagi pertumbuhan pasar domestik bagi sektor-sektor non pertanian.

Peranan sektor pertanian lewat kontribusi pasarnya tergantung pada dua faktor yaitu:
(1) dampak dari keterbukaan ekonomi dimana pasar domesti

tidak hanya disi oleh barang2 buatan negeri tetapi juga barang2 impor. (2) Jenis teknologi yang digunakan di sektor pertanian yang menentukan tinggi rendahnya tingkat mekanisasi atau moderinasi dari sektor tersebut.

Kontribusi Faktor Produksi


Ada dua faktor yang dapat dialihkan dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian tan pa mengurangi volume produksi di sektor pertanian yaitu: (1) tenaga kerja, (2) modal. Market surplus di sektor pertanian bisa menjadi salah satu sumber modal bagi investasi di sektor-sektor yg lainnya Di indonesia investment linkage antara pertanian dan non pertanian sangat perlu ditingkatkan, terutama untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada pinjaman LN. Namun agar peranan sektor pertanian tersebut dapat direalisasikan ada kondisi yang perlu dipenuhi:
petani-petani harus menjual sebagian dari outputnya ke sektornya atau market surplus Petani2 harus mrpkn net savers, pengeluaran mereka untuk konsumsi harus lebih kecil dari produksinya Tabungan para petani harus lebih besar daripada kebutuhan investasi di sektor pertanian

Kontribusi Devisa
Kontribusi sektor pertanian di suatu negara terhadap peningkatan devisa terjadi melalui peningkatan ekspor dan/atau pengurangan impor negara tersebut untuk komoditi-komoditi pertanian Kontribusi sektor petanian terhadap ekspor juga bisa bersifat tidak langsung, misalnya melalui pengingkatan ekspor atau pengurang impor produk2 berbasis pertanian, seperti makanan dan minuman dll Peranan sektor pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan peranannya dalam bentuk kontribusi produk. Kontribusi dari sektor pertanian terhadap pasar dan industri domestik bisa tidak besar disebabkan karena sebagian besar produk pertanian di ekspor dan/impor. Dengan kata lain peningkatan ekspor pertanian bisa berakibat negatif terhadap pasokan pasar dalam negeri atau sebaliknya, Usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bia menjadi suatu penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian

Sektor Pertanian di Indonesia


Pertumbuhan PDB sektor Pertanian Indonesia Th 2004-2007
No 1 2 3 4 5 6 7 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan perikanan Tanaman Bahan makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan hasl-hasilnya Kehutanan Perikanan PDB 2004 2.82 2.89 0.40 3.35 1.28 5.56 5.03 2005 2.72 2.60 2.48 2.13 -1.47 5.87 5.69 2006 3.36 2.98 3.79 3.35 -2.85 6.90 5.51 2007 3.50 3.49 3.47 3.29 -1.71 5.82 6.32 Rata-rata 3.10 2.99 2.53 3.03 -1.19 6.04 5.64

Produksi Padi/Beras
Peranan sektor pertanian di Indoensia sangat krusial karena harus memenuhi kebutuhanpangan penduduk yang sangat besar Sumodiningkrat (2000) membuat prediksi kebutuhan besar nasional Prediksi ini didasarkan pada asumsi (1) setiap penduduk mengkonsumsi 144kg per tahun, (2) sleuurh penduduk mengkonsumsi beras dan (30 Indoneisa tetap dengan luasan wilayah dan penduduk yang relatif sama
Tahun 2001 2011 2021 2031 2041 2051 Penduduk (juta jiwa) 218 245 272 297 313 322 Kebutuhan Beras (juta Ton) 31,392 35,280 39,168 42,768 45,072 46,368

lanjutan
Pertanyaan sekarang adalah apakah kebutuhan beras setiap tahun meningkat mengikuti pertumbuhan penduduk bisa terpenuhi Indonesaia (Swasembada)? Hal ini sangat tergantugn pada banyak faktor, dua diantaranya adalah tingkat produktivitas dan areal panen Tingkat produktivitas Rata2 produksi mash dibawah 50 gkg/ha Laju pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi dibanding dengan laju penambahan produksi beras mengakibatkan kekurangan pangan yang berdampak pada impor beras dari LN

Daya saing dan Ekspor


1. Dampak Liberalisasi Perdagangan bebas Sistem perdagangan dunia pasca putaran Urugay (WTO/GATT) yang telah ditanda tangi oleh 125 anggota GATT (Generals Agreement on Tariffs and Trade) di Maroko tahun 1994 menimbulkan sikap oprimis dan pesimis Optimisnya karena alasan persetujuan perdagaganan multilateral WTO menjanjikan berlangsungnya perdagangan bebas di dunia terbebas dari hamabatan tarif dan non tarif. Pesimisnya karena semua negara di dunia mempunyai kekuatan ekonomi yang berbeda. Negara industri maju jelas mempunyai kekuatan ekonomi yang lebih besar daripada ekonomi di NSB termasuk indonesia. Banyak NSB merasa bahwa perjanjian putaran uruguay WTO dapat merugikan terutama produksi dan perdaganan komoditi pertanian, industri dan jasa.

lanjutan
Studi dari sektretariat GATT (Sazani, 1995) menunjukkan perjanjian perdagangan bebas akan berdampak positif dalam bentuk penginkatan pendapatan. Kelompok yang mendapat peningkatan pendapatan adalah negara-negara Eropa barat sebesar US 164 miliar, disusul Amerika US 122 miliar, dan negara eropa timur sebesar US 116 miliar Hasil analisis satriawan (1997) dibanding dengan negara ASEAN lainnya sektor pertanian Indonesia menderita kerugian yang besar, dalam bentuk penurunan komoditas pertanian sebesar 332,83% dimana beras sendiri mengalami penurunan 29,70%.
Indonesia -29,70 -14,84 -16,88 -187,30 -5,34 -78,81 -332,83 Malaysia -0,99 -32,20 -3,75 -11,83 -3,14 -46,91 -68,83 Filipina -3,96 -3,66 -6,25 -51,75 -4,41 -55,04 -125,27 Thailand -4,75 -1,28 -2,19 -,22,18 -5,24 -82,19 -117,83 ASEAN -3,3 -9,16 -15,63 -16,43 -2,62 -2,62

Produk Beras Gandum Padi-padian Hasil panen lainnya Ternak Produk pertanian di proses Total

Nilai Tukar Petani


Nilai Tukar (terms of trade) adalah nilai tukar suatu barang dengan barang lain atau sutau rasio harga (nominal atau indeks) dari dua barang yang berbeda. Sebagai contoh sederhana, misalnya ada dua jenis barang A dan B dengan harga masing-masing Pa =10 dan Pb = 20 Dengan demikian nilai tukar barang A dan B adalah rasio (PA/PB) x 100% = Rasio ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan uni B harus ditukar dengan 1 unit A (atau 1 unit B ditukar dengan 2 unit A) Nilai Tukar Petani (NTP) ini menunjukkan perbedaan antara harga output pertanian dan harga input pertanian bukan harga barangbarang lain. NTP adalah rasio indeks harga yang diterima petani yaitu harga jual porudknya terhadap indeks harga yang dibayar petani yakni indeks harga input-input yang digunakan petani misal pupuk

Lanjutan
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dikatakan semakin tinggi NTP semaki baik keuntungan yang diterim petani atau semakin baik posisi pendapatan petani NTP berbeda menurut propinsi karena adanya perbedaan inflasi, sistem distribusi pupuk dan input-input pertanian lainnya, dan perbedaan titik equlibrium pasar. Titik equilibrium pasar ditentukan oleh kondisi permintaan dan pewaran di wilyah tersebut. Dari sisi penawar penentu utama adalah kapasitas produksi di sektor pertanian (ditambah impor kalau ada) sedangkan dari sisi permintaan terutama adalah jumlah penduduk (serta komposisinya menurut umur dan jenis kelamin) dan tingkat pendapatan riil masyarakat per kapita Rendah tingginya indeks dapat juga ditentukan oleh indeks harga input-input pertanian di masing-masing wilayah

lanjutan
Bisa saja misalnya harga beras di kalimantan tinggi karena persediaan terbatas, namun harga pupuk di sana juga tinggi karena kekurangan stok akibat produksi lokalnya mandek atau ada distorsi dalam distribusi sehingga NTP di wlayah tersebut rendah
Nilai Tukar Petani 2003-2006 (persen) No A 1 2 3 4 B C Propinsi Jawa Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Luar Jawa Rata-rata Nasional 2003 127.79 132.6 124.05 133.28 121.24 123.44 125.62 2004 104.76 117.11 91.42 122.73 87.78 113.82 109.29 2005 104.33 113.12 91.89 122.5 89.81 109.11 106.72 2006 108.16 115.48 96.65 126.1 94.39 111.67 109.91

Investasi di Sektor Pertanian


Salah satu faktor penentu investasi sektor pertanian bukan hanya laju pertumbuhan output, melainkan juga daya saing global dari komoditas2 pertanian. Selain itu juga modal yang sifatnya bisa langsung terkait dengan produksi pertanian seperti pembelian peralatan2 moderan dan input2 lianny Bersifat tidak langsung misalnya untuk kegiatan penelitian dan pemgembangan proses produksi mupun output atau input, peningkatan SDM, quality kontrol, manajemen dll. Modal bisa dari PMDN dan PMA dan pinjaman Bank. Menurut Supranto (1998) rendahnya laju pertumbuhan sektor pertanian khususnya di sub sektor bahan makanan oleh karena kurangnya PMA dan PMDN di sektor tsb dan kredit yang mengalir relatif kecil jika di bandikan ke sektor lainnya, misal industri manufaktur

10

Keterkaitan Pertanian dengan industri manufaktur


Beberapa alasan sektor pertanian sangat essensial dalam proses industrialisasi di negara Indonesia
1. 2. Sketor yang kuat berarti ketahaan pangan terjamin Dari sisi permintaan agregate, pembangunan sektor pertanian yang kuat membuat tingkat pendapatan riil perkapita di sektor tsb tinggi yang merupakans alah satu sumber permintaan terhadap barangbarang nonfood, khususnya manufaktur (keterkaitan konsumsi dan pendapatan) Dari sisi penawaran (sektor pertanian merupakan salah satu sumber input bagi sektor industri yang mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif misalnya industri makanan dan minuman, industri tekstil dll Pembangunan yang baik di sektor pertanian bia menghasilkan surplus di sektor tersebut dan ini bisa menjadi sumber investasi di sektor industri khususnya indutri skala kecil di pedesaan (keterkaitan investasi)

3.

4.

11

You might also like