You are on page 1of 17

LBM 1 Gatal : pencetusnya nyeri, derajatnya lebih rendah.

Anatomi Kulit Kortikosteroid, non kortikosteroid : penekan radang Anti Histamin Lubor, kalor, dolor, tumor... Pembagian secara garis besar : Lapisan epidermis stratum korneum(tapisan tanduk) lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah tanduk) stratum lusidum terdapat langsung dibawah lapisan korneum,merupakan sel2 gepeng yang tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eiledin.lapisan tersebut tanpak jelas pada telapak tangan dan kaki stratum granulosum(lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel2 gepeng yang sitoplasmanya berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya.butir2 kasar ini terdiri atas keratohialin.mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini .stratum granulosum juga terdapat pada telapak tangan dan kaki stratum spinosum(lapisan palpighi atau pickie cell player lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapisan sel2 yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda2 karena danya proses mitosis.protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen,dan inti terletak ditengah2.sel ini makin dekat kepermukaan makin gepeng bentuknya.diantara sel2 spinosum terdapat jembatan2 antar sel yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin.perlekatan antar jembatan2 ini membentuk penebalan bulat kecil disebut nodulus bizzozero.diantara sel2 spinosum terdapat sel langerhans.sel2 stratum spinosum mengandung banyak glikogen stratum basale menjadi keratin(zat

terdiri atas sel2 berbentuk kubus(kolumnar)yang tersusun vertikal pada perbatas dermo-epidermis berbaris seperti pagar(palisade)lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah.sel2 basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdirir atas 2 sel: 1. sel yang berbentuk kolumner dengan protoplasma basofilik dihubungkan satu dengan yang lain oleh melanin(melanosit atau clear inti lonjong dan besar jembatan antar sel 2. sel membentuk cell)merupakan sel2 berwarna muda,dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mengandung butir pigmen(melanosolmes) Lapisan dermis lapisan yang dibawah epidermis dan lebih tebal daripada epidermis.ada 2 lapisan dermis : pars papilare bagian yang menonjol ke epidermis ,berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah pars retikulare bagian dibawahnya yang menonjol subkutan, bagian ini terdiri atas serabut2 penunjang misalnya kolagenelastin dan retikulin. Dasar(matriks)lapisan ini terdiri atascairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat,dibagian ini terdapat pulafibroblas,membentuk ikatan buntel yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin.kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur jadi kurang larut sehingga makin stabil.retikulin mirip kolagen muda.serabut elastin biasanya bergelombang,berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis Lapisan subkutis (hypodermis) lanjutan dari lapisan dermis terdiri atas jarinagn ikat longgar berisi sel2 lemak didalamnya.sel lemak merupakan sel bulat ,besar dengan inti terdesak kepinggir sitoplasma lemak yang bertambah

Prostaglandin : nyeri, gatal. Fungsi Kulit fungsi proteksi kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap :

gangguan fisis atau mekanis : tekanan, gesekan, tarikan. gangguan kimiawi: zat-zat kimia bersifat iritan: lisol, karbol, asam, alkali kuat lainnya. gangguan sifat panas : radiasai, sengatan sinar UV. gangguan infeksi luar : kuman, bakteri, jamur.

fungsi absorbi kulit yg sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yg mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yg larut lemak. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi: tebal tipisnya kulit hidrasi kelembaban metabolisme jenis vehikulum

fungsi ekskresi kelenjar2 kulit mengeluarkan zat-zat yg tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dlm tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormon androgen dari ibunya memproduksi hormon sebum untuk melindungi kulitnya thd cairan amnion fungsi persepsi rangsang panas badan2 ruffini di dermis dan subkutis dingin badan2 krause yg terletak di dermis rabaan badan taktil Meissener terletak di papila dermis, badan Merkel Ranvier terletak di epidermis tekanan badan vater pacini di epidermis

fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi)pembuluh darah kulit fungsi pembentukan pigmen

sel pembentuk pigmen (melanosit), terleak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf fungsi keratinisasi lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama: keratinosit langerhans melanosit

berfungsi untuk memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik fungsi pembentukan vit D mengubah 7 dihidroksi kolesterol dgn pertolongan sinar matahari Pada manusia kulit dapat mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot2 di bawah kulit. (Sumber: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. FKUI. 2007) Purpura : ekstravasasi sel darah merah (eritrosit) ke kulit dan selaput lendir (mukosa), dengan menifestasi berupa kemerahan yang tidak hilang karena penekanan. Vaskulitis leukositoklastik (purpura anafilaksis) / pupura alergik. Disebabkan karena reaksi antigen antibodi dekat endotel pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan permebilitas pada dindingnya dan dilatasi pembuluh darah. (Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. FKUI. 2007) Non kortikosteroid, kortikorteroid : peradangan. Radang : limfadenopati No radang : infeksi dan lain Bengkak : eksudat : krn proses peradangan (protein dan sel darah putih, limfosit).

Reaksi tipe I atau reaksi cepat Antigen yang masuk tubuh akan ditangkap oleh fagosit, diprosesnya lalu dipresentasikan ke sel Th2. sel yang akhir melepas sitokin yang merangsang sel B untuk membentuk Ig E. Ig E akan diikat oleh sel yang memiliki reseptor untuk Ig E ( Fce-R ) seperti sel mast, basofil dan eosinofil. Bila tubuh terpajan ulang dengan alergen yang sama, alergen yang masuk tubuh akan diikat oleh Ig E pada permukaan sel mast yang menimbulkan degranulasi sel mast. Degranulasi tersebut mengeluarkan berbagai mediator antara lain histamin yang didapat dalam granul2 sel dan menimbulkan gejala hipersensitivitas tipe I.

Reaksi tipe II atau reaksi sitotoksin Dibentuknya Ig G atau Ig M yang bekerja terhadap antigen yang merupakan bagian sel penjamu. Ikatan antibodi dan antigen yang merupakan bagian dari sel penjamu tersebut dapat mengaktifkan komplemen dan menimbulkan lisis. Lisis sel dapat pula terjadi melalui sensitasi sel NK sebagai efektor Antibody Dependent Cell Cytotoxicity.

Reaksi tipe III atau reaksi kompleks imun Antibodi disini biasanya jenis Ig G atau Ig M. Kompleks tersebut mengaktifkan komplemen yang kemudian melepas berbagai mediator terutama macrophage chemotactic factor. Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut akan merusak jaringan sekitar tempat tersebut. Antigen dan antibodi bergabung membentuk kompleks imun. Selanjutnya kompleks imun mengaktifkan C yang melepaskan C3a dan C5a dan merangsang basofil dan trombosit melepas berbagai mediator antara lain histamin yang meningkatkan permeabilitas vaskular.

Reaksi tipe IV atau reaksi hipersensitivitas lambat Delayed Type Hypersensitivity ( DTH ) : sel CD4+Th1 yang mengaktifkan makrofag berperan sebagai efektor. CD4+Th1 melepas sitokin ( IFN- ) yang

mengaktifkan makrofag dan menginduksi inflamasi. Pada DTH, kerusakan jaringan disebabkan oleh produk makrofag yang diaktifkan seperti enzim hidrolitik, oksigen reaktif intermediet, oksida nitrat, dan sitokin proinflamasi. T Cell Mediated Cytolysis : kerusakan terjadi melalui sel CD8+ / Cytotoxic T Lymphocyte ( CTL/Tc ) yang langsung membunuh sel sasaran. Penyakit hipersensitivitas selular diduga merupakan sebab autoimunitas. ( Buku Ajar IPD Jilid I Edisi IV FKUI Editor : Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi. Jakarta, Juni 2006, hal 241-243 )

Antibodi (macam, fungsi, mekanisme) Golongan protein yang dibentuk sel plasma (proliferasi sel beta)akibat kontak dengan antigen Antibodi adalah suatu protein dapat larut yang dihasilkan oleh sistem imun sebagai respons terhadap keberadaan antigen dan akan bereaksi khususnya dengan antigen tersebut. (a) Struktur 1. Sebuah molekul antibodi terdiri dari empat rantai polipeptida; dua rantai berat identik dan dua rantai ringan identik. 2. Rantai-rantai dihubungkan dengan ikatan disulfida (-S-S-)dan ikatan lain untuk membentuk molekul berbentuk Y yang memiliki are hinge (engsel) fleksibel. Ini untuk memungkinkan terjadinya perubahan bentuk saat bereaksi dengan jumlah antigen maksimum. 3. Regia variabel pada rantai berat dan ringan terletak dibagian ujung lengan Y. Regia ini membentuk dua sisi pengikat antigen. Setiap antibodi memiliki seikitnya dua sis pengikat yang disebut bivalen. i. Regia variabel pada antibodi yang berbeda memiliki rangkaian asam amino yang berbeda.

ii. Spesialisitas suatu antibodi terhadap antigen tertentu bergantung pada struktur regia variabelnya. 4. Regia konstan terdiri dari lengan Y dan batang molekul, selalu identik pada semua antibodi dari kelas yang sama. (b) Kelas antibodi. Antibodi adalah sekelompok protein plasma yang disebut immunoglobulin (Ig). Ada lima kelas (isotipe) immonuglobulin : IgA, IgD, IgE, IgM, IgG, dengan jumlah terbanyak IgG . 1. Molekul IgG berkadar normal (pada usia dewasa) 1200 mg/100ml serum (brkisar antara 500-1500 mg/100 ml). Dikenal kelas IgG1 sebagai jumlah terbanyak (65% dari seluruh jumlah IgG);IgG2, IgG3, dan IgG4. Molekul IgG mencapai 80-85% dari keseluruhan antibodi yang bersirkulasi dan merupakan satusatunya antibodi yang dapat menembus plasenta dan memberikan imunitas pada bayi baru lahir. Ig G tersebut diproduksi oleh sel plasma dengan adanya rangsangan oleh bakteri, virus dan toksin. Molekul IgG terdiri atas dua rantai polipeptida. Molekul ini akan diproduksi secara besar-besaran saat terjadi pajanan kedua dan berikutnya terhadap suatu antigen spesifik. Molekul ini berfungsi sebagai pelindung terhadap mikroorganisme dan toksin yang bersirkulasi, mengaktivasi sistem komplemen, dan meningkatkan keefektifan sel fagositik. 2. Molekul Ig A mencapai 15% dari semua antibodi dalam serum darah dan ditemukan dalam sekresi tubuh seperti keringat, saliva, air mata, pernafasan, genitourinaria, dan sekresi usus serta air susu ibu dan disintesis juaga disumsum tulang, darah tepi dan paling banyak di traktus gastrointestinal (90% seluruh jumlah IgA). Fungsi utama : untuk melawan mikroorganisme pada setiap titik masuk potensial kedalam tubuh.

3. Molekul IgD dalam serum darah dan limfe relatif sedikit,tetapi banyak ditemukan dalam limfosit B. Hanya sedikit yang diketahui mengenai fungsinya: molekul ini membantu memicu respons imun. 4. Molekul IgE biasanya dalam konsentrasi darah yang sangat rendah. Kadarnya meningkat selama reaksi alergi dan pada penyakit parasit tertentu. Molekul ini terikat pada reseptor sel mast dan basofil serta menyebabkan pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya. 5. Molekul Ig M merupakan antibodi pertama yang tiba disisi infeksi pada pajanan awal terhadap antigen. Pajanan kedua mengakibatkan peningkatan produksi IgG. Antibodi IgM mengaktivasi komplemen dan memperbanyak fagisitosis, tetapi umur molekul ini relatif pendek. Karena ukurannya, maka molekul ini menetap dalam pembuluh darah dan tidak memasuki jaringan sekitarnya. (sumber : Imonologi Dasar, Karnen) Ig M terlebih dahulu, setelah itu Ig G. Kelas Ig IgG Konsentrasi serum (gl-1) 5-15 Berat molekul 150.000 Tempat pengikatan antigen 2 Aktivasi komplemen Ya Sitotoksik Netralisasi Dapat plasenta IgA 1,5-5 320.000 seperti keping IgM 0,5-1,5 logam 900.000 10 Ya 4 Melalui jalur alternatif Khas sbg respons imun sekunder Sekresi lokal dlm air mata, saliva, mukus Kepingan Ig diikat oleh rantai J Pentamerik menembus Sifat dan aktivitas antibodi

sbg pentame r

Mengaktifkan komplemen yg siap Aglutinator yg baik Khas sebagai respons imun Membatasi secara luas pada basofil sel mast dan

IgE

2-4,5x10

-7

200.000

Tidak

Anafilaktik hipersensitivitas respon imun dan pada

IgD

0-0,5

185.000

Tidak

parasit Fungsi belum diketahui secara luas Mungkin sbg reseptor antigen pd permukaan untuk limfosit

1. Macam-macam sistem imun a. Sistem imun non spesifik (natural) pertahanan tubuh terdepan yang merupakan proses proses umum yang berlaku terhadap semua jenis zat atau mikroorganisme. Komponennya : i. Pertahanan fisik-mekanik berupa kulit, lapisan mukosa, silia, reflek bersin, dan reflek batuk. ii. Pertahanan biokimia berupa senyawa kimia yang berada dalam cairan darah maupun yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar seperti asam hidroklorik dalam cairan lambung, lisosim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu. iii. Pertahanan humoral terdiri dari komplemen, interferon dan C. Reaktif Protein (CRP). Sedangkan pertahanan seluler adalah fagosit atau makrofag dan natural killer cell (NK).

Komplemen Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruksi bakteri dan parasit dng jalan opsonisasi interferon interferon adl suatu glikoprotein yg dihasilkan berbagai sel manusia yg mengandung nukleus dan dilepas sbg respon terhadap jalan terserang virus tersebut. Di mengaktifkan NK cell untuk sel neoplasma. b. C-Reactive protein (CRP) CRP dibentuk oleh tubuh pada keadaan infeksi. Perannya ialah sebagai opsonin Fagosit Sel utama yang berperan pada pertahanan nonspesifik adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil. Kedua gol sel tersebut berasal dari sel hemopoietik yang sama Fagositosis dini mencegah timbuknya penyakit Fagositosis terdiri dari beberapa tingkat: kemotaksis, menangkap, membunuh dan mencerna NK cell Sel NK adalah sel limfosit tanpa ciri2 sel limfoid sistem imun spesifik yang ditemukan dalam sirkulasi Disebut juga sel B non T atau sel populasi ketiga atau null cell Dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma Interferon mempercepat pematangan dengan meningkatkan efek sitolitik sel NK Fagosit Sel utama yang berperan pada pertahanan nonspesifik adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil. Kedua gol sel tersebut berasal dari sel hemopoietik yang sama infeksi virus. Interferon memp sifat antivirus dengan menginduksi sel2 sekitar sel yg telah samping itu, interferon dpt membunuh virus dan

Fagositosis dini mencegah timbuknya penyakit Fagositosis terdiri dari beberapa tingkat: kemotaksis, menangkap, membunuh dan mencerna NK cell Sel NK adalah sel limfosit tanpa ciri2 sel limfoid sistem imun spesifik yang ditemukan dalam sirkulasi Disebut juga sel B non T atau sel populasi ketiga atau null cell Dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel neoplasma Interferon mempercepat pematangan dengan meningkatkan efek sitolitik sel NK c. Sistem imun spesifik (adaptive) mempunyai kemampuan untuk mengenali zat yang dianggap asing. Ada 2 jenis : i. Humoral (antibodi) terdiri dari sel-sel limfosit B yang berasal dari sel-sel pluripoten yang berdeferensiasi menjadi sel B yang bila dirangsang zat asing berproliferasi dan berdeferensiasi menjadi sel plasma/plasmasit yang memproduksi antibodi yang khas untuk determinan. ii. Seluler terdiri atas limfosit T yang berasal dari sel-sel pluripoten yang berproliferasi dan berdeferensiasi di kelenjar thymus. Limfosit T atau sel T terdiri atas beberapa sel subset yang mempunyai fungsi yang berlainan. Sel T umunya berfungsi membantu sel B dalam membentuk antibodi, mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus, mengaktifkan makrofag dalam fagositosis serta mengontrol ambang dan kualitas sistem imun. Kedua sisitem imun spesifik tersebut bekerja pada alat-alat limfoid yang dibedakan dalam 3 tingkat yaitu alat limfoid primer (sumsum tulang), alat limfoid sekunder (kelenjar thymus), dan alat limfoid tersier ( nodul limpa, nodus limpa dan limpa).

Sistem mun spesifik memiliki kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya Benda asing yang pertama kali timbul langsung dikenal sistem imun spesifik, akan mensensitasi sel imun tersebut. Bila sel tersebut terpajan ulang dengan benda asing yang sama, yang akhir akan dikenal lebih cepat dan dihancurkannya Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi badan, tetapi umumnya terjalin kerja sama antara antibodi komlemen, fagosit dan sel T makrofag Sistem imun spesifik humoral

Yang berperan adalah limfosit B atau sel B. Sel B berasal dari multipoten Pada unggas berdiferansiasi menjadi sel B di dalam alat yang disebut brsa fabricius yang letaknya dekat kloaka selB dirangsang benda asing, sel B akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjdi sel plasma yang dapat membentuk antibod, yang ditemukan di dalam serum fungsi utama antibodi adlah mempertahankan tubuh terhadap infeksi bakteri, virus dan netralisasi toksin Sistem imun spesifik selular

Yang berperan adalah limfosit T atau sel T. Berasal dari sel yang sama dengan sel B, tetapi prolifersai dan diferensiasi terjadi di dalam timus Sel T terdisri dari beberapa subset sel yang mempunyai fungsi yang berlainan Fungsi sel T: Membantu sel B dalam pembentukan antibodi Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun Sel T terdiri dari beberapa subset sel sebagai berikut:

Sel Th (T helper) Dibagi menjadi TH1 dan Th2 Th2 menolong sel B dalam membentuk antibody, kebanyakan antigen harus dikenal lebih dahulu oleh sel T atau B. Sel TH juga melepas limfogen. Limfogen asal Th1 mengaktifkan makrofag sedangkan yang berasak dari Th2 mengaktifkan sel B yang mebentuk antibody Sel Ts ( T supresor) Sel Ts menekan aktifitas sel T yang alin dan sel B Dibagi 2: sel Ts spesifik dan nonspesifik Sel Tdh atau Td ( delayed hypersensitivity) Sel ini berperan pada pengerahan makrofag dan sel inflamasi lainnya ke tempat terjadinya reaksi lambat Sel Tc (cytotoxic) Mempunyai kemampuan sel alogenik, sel sasaran yang mengandung virus dan sel kanker Disebut sel efektor. Dalam fungsinya memerlukan rangsangan dari sel Th1 Sel K Sel ini tergolong dalam imun non psesifik. Tetapi kerjanya memenlukan bantuan imunoglobulin 2. antigen Setiap bahan yang dapat menimbulkan reaksi imun spesifik pada manusia dan hewan pembagian antigen menurut epitop unideterminan, univalen. Hanay satu jenis determinan/epitop pada satu molekul unideterminan, multivalen. Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul

multideterminan, multivalen. Banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen dgn berat molekul yg tinggi dan kompleks secara kimiawi)

pembaian antigen menurut spesifisitas heteroantigen, yg dimiliki oleh banyak spesies xenoantigen, yg hanya dimiliki spesies tertentu aloantigen (isoantigen), yg spesifik untuk individu dlm satu spesies antigen organ spesifik, yg hanya dimiliki organ tertentu autoantigen, yg dimiliki alat tubuh sendiri

pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T T dependen, yang memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk dapat menimbulkan respon antibodi T independen, yg dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibodi. Kebanyakan berupa molekul besar polimerik yg dipecah di dlm tubuh secara perlahan-lahan, misal: lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan, flagelin polimerik bakteri pembagian antigen menurut sifat kimiawi hidrat arang (polisakarida). Hidrat arang pada umumnya imunogenik lipid. Lipid biasanya bukan imunogenik, tetapi menjadi imunogenk bila diikat protein pembawa. Lipid dianggap sebagai hapten, contoh: sfingolipid asam nukleat. Asam nukleat bukan imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat protein molekul pembawa. Protein. Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya multideterminan dan univalen Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. FKUI. 2006-11-09

Interaksi antigen antibodi. Sisi pengikat antigen pada regio variabel pada antibodi akan berikatan dengan sisi penghubung determinan antigenik pada antigen untuk membentuk kompleks antigen-antibodi (atau imun). Pengikatan ini memungkinkan inaktivasi antigen melalui proses fiksasi, netralisasi, aglutinasi, atau presipitasi. 1. Fiksasi komplemen terjadi jika bagian molekul antibodi mengikat komplemen. Ikatan molekul diaktivasi melalui jalur klasik, yang memicu efek cascade untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat organisme atau toksin penyusup. Efek yang paling penting meliputi : i. Opnosisasi. Pertikel antigen diselubungi antibodi atau komponen yang memfasilitasi proses fagositosis partikel. Selain itu, suatu produk protein berlekuk dari cascade komplemen, C3b, juga berinteraksi dengan reseptor khusus pada neutrofil dan makrofag, dan meningkatkan fagositosis. ii. Sitolisis. Kombinasi dari faktor komplemen multipel mengakibatkan rupturnya membran plasma bakteri atau penyusup lain dan menyebabkan isi selular keluar. iii. Inflamasi. Produk komplemen berkontribusi dalam inflamasi akut melalui aktivasi sel mast, basofil, dan trombosit darah. 2. Netralisasi terjadi saat antibodi menutup sisi toksik antigen dan menjadikannya tidak berbahaya. 3. Aglutinasi (penggumpalan) terjadi jika antigen adalah materi partikulat, seperti bakteri atau sel-sel merah. 4. Presipitasi terjadi jika antigen dapat larut. Kompleks imun menjadi besar akibat hubungan silang molekul antigen sehingga tidak dapat larut dan berpresipitasi. Reaksi presipitasi antara

antigen dan antibodi dapat dipakai secara klinis untuk mendeteksi dan mengukur satu komponen berikut, i. Imunoelektroforesis menganalisis antibodinya. ii. Radioimunoassai (RIA) didasarkan pada pengikatan kompetitif secara radioaktif antara antigen berlabel dan antigen tanpa label untuk sejumlah kecil antibodi. (imunologi dasar, karnen) adalah suatu metode (protein) untuk dan campuran antigen

You might also like