You are on page 1of 61

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Di tengah zaman yang terus berjalan, ilmu pengetahuan akan terusmenerus berkembang dan perubahan di segala sisi kehidupan semakin sulit di perkirakan. Sementara saat ini yang hangat dibicarakan adalah masalah mutu pendidikan dengan mengacu pada prestasi belajar. Menyadari hal tersebut, maka pemerintah bersama para ahli pendidikan, berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Upaya pembaruan pendidikan telah banyak di lakukan oleh pemerintah, di antaranya melalui seminar, lokakarya, dan pelatihan-pelatihan dalam hal pemantapan materi pelajaran serta metode dan model pembelajaran untuk bidang studi tertentu. Sudah banyak usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, khususnya pendidikan PKn di sekolah, namun belum menampakkan hasil yang memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya maupun dari hasil prestasi belajar murid. Pendidikan di Indonesia masih di dominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan yang mengakibatkan sering mengabaikan pengetahuan awal murid. Sebenarnya murid memiliki pengetahuan tentang pembelajaran yang akan dipelajarinya, karena pembelajaran yang akan diajarkan itu merupakan lanjutan dari pelajaran yang telah diberikan sebelumnya sehingga murid cenderung akan merasa

bosan akibat dari penggunaan model pembelajaran dan metode yang digunakan oleh guru itu cenderung monoton. Sejalan dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3 menyebutkan, pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas IV SD Inpres Pulau Putiangin Kabupaten Barru diperoleh informasi bahwa kemampuan murid dalam belajar PKn itu sangat kurang, karena setelah peneliti melakukan observasi terhadap pembelajaran PKn tenyata dari 15 siswa kelas IV SD Inpres Pulau Putiangin Kabupaten Barru ternyata hanya 3 sampai 5 orang atau Cuma 20% saja yang mampu mencapai standar KKM ( Kriteria ketuntasan Minimal) atau melebihi standar yang ditentukan, yaitu 65%. Berdasarkan permasalahan diatas, maka alternative atau solusi yang dapat digunakan yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Turnament (TGT). Dimana (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis

kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Pada model TGT ini di samping siswa belajar, siswa juga melakukan permainan sehingga bisa

menimbulkan motivasi siswa setiap mengikuti pembelajaran PKn. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul : Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Murid Kelas IV SD Inpres Pulau Putiangin Kab. Barru Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Turnament (TGT).

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap motivasi belajar PKn murid kelas IV SDI Pulau Putiangin Kabupaten Barru? 2. Bagaimana Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan prestasi belajar PKn murid kelas IV SDI Pulau Putiangin Kabupaten Barru

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat di kemukakan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk Mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap motivasi belajar PKn murid kelas IV SDI Pulau Putiangin kabupaten Barru.

2. Untuk meningkatkan prestasi belajar PKn Murid Kelas IV SDI Pulau Putiangin Kabupaten Barru melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

D. Manfaat Penelitian Dengan adanya hasil penelitian di harapkan memberikan kontribusi bagi pembangunan dan pengembangan. Kontribusi hasil penelitian ini adalah dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Bagi Murid Agar siswa dapat termotivasi untuk lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar, sehingga hasil belajar yang di capai lebih baik. 2. Bagi Guru Akan dapat membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang mereka hadapi dan mendapat tambahan wawasan serta keterampilan mengajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan. 3. Bagi Sekolah Dapat menjadi informasi tentang pentingnya model pelajaran Teams Games Tournaments (TGT) untuk dapat memberikan sumbangan yang berharga dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran khususnya di SD Inpres Pulau Putiangin Kabupaten Barru. 4. Bagi Peneliti Dapat menjadi bahan pertimbangan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Belajar Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri

seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Untuk memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Cronbach, Horald Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005:20) sebagai berikut: a) Gronbach memberikan definisi: Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman. b) Horald Spears memberikan batasan: Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan. c) Geoch, mengatakan: Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.

2. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses,

sedangkan prestasi meruupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Prestasi belajar sesorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Proses mengajar belajar adalah suatu peristiwa yang melibatkan dua pihak, guru dan siswa, dengan tujuan yang sama, yaitu meningkatkan prestasi belajar , tetapi dengan pemikiran yang berbeda. Dari pihak siswa pemikiran terutama tertuju kepada bagaimana mempelajari materi pelajaran supaya prestasi belajar siswa dapat meningkat. Disisi lain, guru memikirkan pula bagaimana meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap materi pelajaran agar timbul motivasi belajarnya sehingga mereka dapat mencapai hasil atau prestasi belajar yang lebih baik. Ini tidak berarti bahwa guru lebih aktif daripada siswa, tetapi karena tanggung jawab profesionalnya mengharuskan guru berupaya merangsang motivasi belajar siswa dan berupaya pula menguasai materi pelajaran beserta strategi yang lebih efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar diri siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya. a). Faktor intern Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan kedalam faktor intern yaitu kecerdasan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi. 1). Kecerdasan/intelegensi Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. 2). Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986: 28) bahwa bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dalam kata abtitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan- kesanggupan tertentu.

3). Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimilki seseorang

diperhatikan terus- menerus yang disertai dengan rasa sayang. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang

menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Unutk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat

mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya. 4). Motivasi Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

b). Faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan inni pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.

1). Keadaan keluarga Keluarga merupakan lingkuangan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, Negara, dan dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Dalam hal ini Hasbullah (1944:46) mengatakan: Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan

10

bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan di mulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembagalembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

2). Keadaan sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki

11

tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.

3). Lingkungan masyarakat Disamping orang tua, lingkungan merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil pelajaran siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari- hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Dalam hal ini Kartono (1995: 5) berpendapat lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak- anak dan sebayanya. Apabila anak- anak yang sebaya merupakan anak- anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak- anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak- anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk keperibadian anak, karena dalam pergaulan sehari- hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal disuatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan

12

membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagai mana temannya. 4. Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar Pendidikan Kewarganegaraan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat terdiri dari pendidikan Bahasa, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah salah satu bidang studi yang harus diajarkan pada semua jenis dan tingkat pendidikan mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah sampai perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. PKn adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang di harapkan dapat di wujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan siswa sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, warga negara dan makhluk ciptaann Tuhan YME. Perilaku yang di maksud di atas seperti perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan YME dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan perseorangan serta golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau keputusan di atasi melalui musyawarah dan mufakat serta perilaku yang

13

mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial begi seluruh rakyat Indonesia. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa PKn pada dasarnya merupakan usaha sadar yang di maksudkan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa agar mereka secara lahiriah dan batiniah dapat menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala aspek kehidupan baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat serta negara secara umum. Pelaksanaan PKn melalui program pengajaran di sekolah, materinya berorientasi pada tiga sasaran pokok yaitu aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jika di kaitkan dengan tujuan pendidikan nasional, maka PKn sangat tepat dan strategis untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut. Suatu tindakan yang tepat bagi MPR yang menetapkan dalam GBHN bahwa PKn adalah merupakan bidang studi wajib dan sebagai syarat mutlak dalam menyelesaikan program kurikulum sekolah.. Dalam upaya membina dan membentuk kepribadian anak didik sesuai tujuan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, maka hendaknya materi pokok PKn yang diterapkan di sekolah senantiasa berdasarkan pada nilai-nilai yang dijiwai oleh Pancasila. Hal tersebut dijelaskan dalam buku materi latihan kerja guru PKn yaitu dalam kaitannya dengan PKn, GBHN sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1993, adalah salah satu materi pokok PKn. Di samping GBHN, terdapat pula materi

14

pokok PMP yang lain yaitu pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila dan UUD 1945 (Materi LKG PKn, 1996:22). Dari ketiga materi pokok seperti yang diuraikan tersebut di atas, nampak bahwa PKn berisikan : a) Pedoman tingkah laku harus dilakukan oleh seluruh warga negara Republik Indonesia khususnya anak didik yang masih duduk di bangku sekolah. Hal ini tercermin pada P-4 yang berdasarkan pada nilai-nilai moral, sehingga peserta didik dapat diharapkan menjadi kader-kader penerus perjuangan bangsa yang selalu bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. b) Pedoman-pedoman formal untuk kehiidupan berbangsa dan

bermasyarakat sebagaimana tercermin pada UUD 1945 yang merupakan aspek yuridis konstituional. Juga harus di pahami dan dihayati ketentuan-ketentuan UUD 1945 agar dapat diwujudkan warga negara yang bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ketentuan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. c) Pedoman dan petunjuk arah kebijaksanaan serta proses pembangunan di segala bidang. GBHN pada dasarnya adalah suatu pola umum pembangunan nasional yang ditetapkan MPR. Dengan memahami GBHN kita mampu dan mantap untuk berpartisipasi di bidang pembangunan demi terwujudnya tujuan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yakni : Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

15

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,, perdamaian abadi dan keadilann sosial. d) Dalam upaya membina dan membentuk kepribadian anak didik sesuai tujuan PKn, maka hendaknya materi pokok PKn yang diterapkan di sekolah senantiasa berdasarkan pada nilai yang dijiwai Pancasila. 1). Tujuan umum pengajaran PKn di sekolah adalah: Membentuk anak didik menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila, yaitu warga negara Republik Indonesia yang memiliki perilaku sesuai dengan pandangan hidup bangsa dan negara serta berdasarkan UUD 1945. 2). Tujuan khususnya adalah : (a) Agar siswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai WNI terdidik dan bertanggung jawab. (b) Agar siswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional. (c) Agar siswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.

16

Untuk pencapaian tujuan PKn tersebut, guru sangat memegang peranan penting. Dengan demikian, guru PKn dituntut untuk memiliki kemampuan atau kompetensi pribadi yang profesional, yakni mampu memahami, menghayati dan mengamalkan serta mengajarkan nilai-nilai Pancasila. Proses belajar mengajar di sekolah dapat berlangsung karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Salah satu faktor yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar yaitu adanya sikap kedisiplinan yang diterapkan di sekolah. Kedisiplinan sebagai wujud kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap peraturan tata tertib sekolah, sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran, karena hasil belajar yang maksimal dapat tercapai bila seluruh perangkat pendidikan seperti guru dan siswa melangsungkan proses belajar mengajar dalam suasana tertib dan aman serta tetap memperhatikan efektifitas dan efesiensi pengajaran. Peraturan dan tata tertib sekolah di tetapkan sebagai suatu prosedur sederhana yang dapat merangsang siswa agar terbiasa melakukan suatu perbuatan berdasarkan nilai etika dan nilai moral. Tanpa nilai kedisiplinan yang tinggi, maka tentu saja anak akan berbuat tanpa aturan yang jelas dan hal ini dapat mengganggu kelancaran proses belajar mengajar. Dalam pengajaran PKn yang sasarannya adalah pembentukan sikap termasuk membentuk anak didik yang berdisiplin tinggi. Sikap didiplin

17

memang sudah seharusnya menjadi sasaran tujuan pendidikan, karena disiplin adalah merupakan bagian dari kepribadian anak didik.

5. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. (Eggen and Kauchank, 1996:279).Pembelajaran kooperetif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama,maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah.struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut.tujuan tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting,yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial ( Ibrahim,dkk,2000 :7 ) Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan anak didik bekerja bersama untuk

18

memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut ( Hamid Hasan, 1996; Solihatin, 2007).sehubungan dengan pengertian tersebut ,Slavin ( Fatmawati,2004: 6) bahwa kooperatif adalah suatu model pembelajaran, dimana siswa belajar dan bekerja dalam suatu kelompok kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 4 6 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.heterogenitas anggota kelompok ditinjau dari jenis kelamin,prestasi akademik,maupun status sosial. Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam

kelompok,dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Model koopertif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu anak didik dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama sama diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi,produktivitas dan perolehan belajar. Model belajar koopertif mendorong peningkatan kemampuan anak didik dalam memecahkan berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran karena anak didik dapat bekerja bersama dengan anak didik lainnya dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan

terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi.

19

Suasana dalam belajar dan rasa kebersamaan yang tumbuh dan berkembang diantara sesama anggota kelompok memungkinkan anak didik untuk mengerti dan memahami materi pelajaran dengan lebih baik. proses pengembangan kepribadian yang demikian juga membantu mereka yang kurang berminat menjadi lebih bergairah dalam belajar ( Hamid Hasan,1996; Kosasih, 1992 ) Dari beberapa pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa kooperatif ialah suatu model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama baik antara individu maupun antar kelompok dalam rangka menciptakan iklim belajar yang mengutamakan interaksi saling percaya, terbuka, dan rileks sehingga memungkinkan individu atau kolompok lainnya meningkatkan motivasi,dan produktivitas serta mengembangkan pengetahuan , sikap, nilai, moral, dan keterampilan yang menjadi tujuan bersama dalam pembelajaran.

6. Manfaat Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam setting kelas, siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman yang lain diantara sesama siswa daripada belajar dari guru. Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya.manfaat pembelajaran kooperatif untuk siswa dengan hasil belajar rendah

20

diantaranya dapat meningkatkan motivasi, serta meningkatkan hasil belajar. Menurut Khaeruddin ( Slavin, 2000 ) beberapa keuntungan dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : a) Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma norma kolompok. b) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama sama berhasil. c) Aktif peran sebagai tutor supaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok d) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) a) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT TGT adalah tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata dan ras yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT), atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward (1995). Pada model ini siswa

21

memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang di beri angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnament harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin untuk kelompoknya. Prinsipnya soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini di maksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya.

Permainan yang dikemas dalam bentuk turnament ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi pembelajaran. Tujuan dari pembelajaran kooperatif yaitu hasil akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keragaman sosial. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menampilkan siswa dalam suatu turnamen atau pertandingan akademik dalam regu, di mana tujuannya untuk menguji kemampuan siswa dalam penyampaian pelajaran.

22

b) Langkah-langkah TGT Menurut Ratumanan (2004), model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terdiri atas 5 langkah langkah yaitu : 1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. 2) Mengajar Guru menyajikan materi dengan menggunakan metode ekspositori. 3) Belajar kelompok Siswa dibimbing untuk lebih memahami materi pelajaran melalui diskusi kelompok. Siswa di tempatkan dalam kelompok heterogen yang beranggotakan 4-5 orang siswa dan diberikan LKS. Siswa mendiskusikan masalah secara bersama-sama, membandingkan jawaban, dan meluruskan jika timbul miskonsepsi. 4) Tournament (pertandingan) Siswa-siswa dengan kemampuan akademik yang setara dihimpun dalam meja-meja tournament. Pada setiap meja tournament telah disediakan kumpulan soal beserta jawabannya dalam amplop tertutup. Secara bergiliran siswa dalam setiap meja tournament bertukar peran sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. 5) Pemberian penghargaan kelompok

23

Kelompok siswa yang mendapatkan skor tertinggi akan diberikan penghargaan atau hadiah sesuai skor yang diperoleh dari kelompok tersebut. Skor kelompok di tetapkan berdasarkan skor

perkembangan individu yang di peroleh oleh setiap anggota kelompok.

c). Komponen-komponen TGT (Teams Games Turnament) Seperti yang telah dijelaskan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari ( Teams, Games, Tournament ).yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan pembelajaran.Deskripsi singkat dari komponen komponen yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1) Penyajian kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin oleh guru.pada saat penyajian kelas ini, siswa harus benar benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. 2) Kelompok ( teams ) Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai enam orang siswa.fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama

24

teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. 3) Permainan ( games ) Games berasal dari bahasa inggris yang berarti permainan. Games terdiri dari pertanyaan pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.kebanyakan games terdiri dari pertanyaan pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu.siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor. 4) Turnament Untuk memulai turnamen masing masing peserta mengambil nomor undian.siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1,terbesar kedua sebagai chalennger 1,terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat sebagai chalenger 3.dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader 2.reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama.chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila menurut challenger 1 jawaban reader 1 salah.chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan challenger 1 menurut chalenger 2 salah.chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila

25

jawaban reader1,chalenger 1,chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban.permainan dilanjutkan pada soal nomor dua.posisi peserta berubah searah jarum jam.yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi

reader1,chalenger 2 menjadi chalenger 1, 3 menjadi chalenger 2, reader 2,menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2.hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru. 5) Penghargaan kelompok Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,masing masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata rata skor memenuhi kriteria yang dibutuhkan.

d). Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Turnament (TGT). Adapun kelebihan dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Games Turnament (TGT) antara lain, sebagai berikut : 1) Melatih siswa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan/ide. 2) Melatih siswa menghargai pendapat atau gagasan orang lain. 3) Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial. 4) Dengan belajar kooperatif siswa mendapat keterampilan kooperatif yang tidak dimiliki pada pembelajaran lain. 5) Kegiatan belajar mengajar berpusat pada siswa sehingga dapat menumbuhkan keaktifan siswa.

26

Sedangkan kekurangan dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Turnament (TGT), antara lain sebagai berikut: 1) Kadang hanya beberapa siswa yang aktif. 2) Kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung untuk diatur kegiatan kelompok. 3) Penggunaan waktu yang relatif lama dan biaya yang besar. d) Kerangka Pikir Salah satu masalah pembelajaran di sekolah adalah banyaknya murid yang memperoleh hasil pembelajaran yang rendah, untuk mencapai hasil yang diinginkan perlu diperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam (internal) yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani murid, faktor dari luar (eksternal) yakni kondisi lingkungan di sekitar murid, serta faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar murid meliputi strategi, metode yang digunakan murid dalam proses pembelajaran. Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai suatu materi pelajaran dengan baik, tetapi tidak dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Hal ini terjadi, karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh murid masih rendah. Model pembelajaran TGT adalah model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status.

27

Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar. Jadi, dengan menggunakan model pembelajaran TGT dalam proses pembelajaran akan memberi pengaruh positif terhadap Prestasi Belajar pada siswa kelas IV SD Inpres Pulau Putiangin Kabupaten Barru.

SKEMA KERANGKA PIKIR PBM

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Siklus I Siklus II TEMUAN

Pencapaian Tindakan

Gambar Skema Kerangka Pikir

28

e) Hipotesis Tindakan Jika guru menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) maka prestasi belajar PKn pada murid kelas IV SDI Pulau Putiangin Kabupaten Barru mencapai KKM sebesar 65.

29

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian (Jenis Penelitian) Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan tahapan, meliputi: Perencanaan, Tindakan (pelaksanaan), Observasi, dan Evaluasi secara langsung.

B. Subjek Penelitian Adapun subjek penelitian tindakan kelas ini adalah murid kelas IV SD Inpres Pulau Putiangin Kabupaten Barru. Subjek penelitian sebanyak 15 orang siswa, yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 5 siswa laki-laki dengan kemampuan yang berbeda.

C. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian dirancang dalam dua siklus. Siklus I di rencanakan dilakukan dalam empat kali pertemuan dan siklus II berlangsung sebanyak tiga kali pertemuan. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan (pelaksanaan), observasi, dan refleksi. Kegiatan pada siklus II merupakan pengulangan dan perbaikan pada siklus I dengan alur sebagai berikut:

30

Perencanaan Refleksi Pelaksanaan

SIKLUS I
Observasi

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS II
Observasi Hasil

Pelaksanaan

Bagan model penelitian tindakan kelas menurut Arikunto 1996: 16

1. Siklus I Pelaksanaan siklus I direncanakan dilakukan dalam tiga kali pertemuan. a). Perencanaan 1) Menentukan materi yang akan diajarkan dalam pelaksanaan Siklus I melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap kali pertemuan. 3) Membuat format observasi untuk melihat bagaimana kondisi mengajar berlangsung selama diadakan tindakan. 4) Membuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berdasarkan materi yang akan diajarkan.

31

5) Membuat kartu bernomor 1-10 sebagai bahan kocokan siswa dalam menentukan soal yang akan dibacakan. 6) Membuat daftar pertanyaan berdasarkan materi yang telah diajarkan, dengan jumlah pertanyaan sebanyak jumlah kartu kocokan. 7) Menyiapkan prosedur kegiatan dan aturan permainan yang akan dilaksanakan. 8) Menyiapakan susunan kelompok berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Langkah-langkah pembentukan kelompok team study (kelompok yang mempunyai kemampuan berbeda) yaitu, hasil tes yang dilaksanakan pada akhirnya pertemuan pertama disusun berdasarkan nilai tertinggi hingga nilai terendah: (a) Nilai tersebut dikategorikan ke dalam empat tingkatan. Sangat tinggi, Tinggi,Sedang, Rendah. (b) Dari tingkatan tersebut siswa dibagi dalam kelompok dengan kemampuan heterogen.

b). Pelaksanaan Tindakan Siklus pertama dilaksanakan tiga kali pertemuan, dua kali pertemuan penyajian materi dan satu kali pertemuan pemberian tes dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

32

c). Observasi dan Evaluasi 1). Observasi Tahap observasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Data observasi yang diambil adalah tentang kehadiran, bertanya dan keaktifan siswa dalam bekerjasama dengan satu tim untuk

mengerjakan soal yang diberikan. 2). Evaluasi Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: (a) Melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan secara khusus dan proses pembelajaran secara umum dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. (b) Melaksanakan evaluasi untuk mengukur kemampuan anak dalam pembelajaran PKn sesudah diterapkan dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan PKn yang telah disiapkan. (c) Menjaring tanggapan siswa tentang pelaksanaan tindakan dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan, evaluasi dan penjaringan tanggapan dilakukan pada akhir setiap siklus.

33

d). Refleksi Hasil Kegiatan Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data, baik data hasil observasi maupun data hasil evaluasi. Refleksi ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai apakah tindakan sudah berjalan secara optimal dan apakah betul dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa. Tidak kalah pentingnya lagi adalah untuk mempelajari kelemahan-kelemahan dan kemungkinan pengembangannya pada siklus berikutnya. Hasil refleksi pada tahap ini selanjutnya di pergunakan untuk merencanakan tindakan pada tahap berikutnya.

2. Siklus II Sesuai dengan hakekat penelitian tindakan kelas bahwa pelaksanaan Siklus II merupakan perbaikan dari pelaksanaan Siklus I. dengan demikian sebagai gambaran pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I, jika dari hasil tindakan pada siklus I ternyata masih ditemukan permasalahan dalam peningkatkan prestasi belajar murid, maka perlu diadakan pengulangan dan perbaikan pada Siklus II. Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan, satu kali pertemuan penyajian materi dan satu kali pemberian tes dengan pokok bahasan yang berbeda pada siklus pertama.

34

D. Instrument Penelitian Suatu penelitian akan memberikan nilai tinggi apabila di garap dengan sistematis dan cermat. Hasil atau data penelitian itu sangat tergantung pada jenis alat (instrumen) pengumpul datanya. Alat penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah. Adapun alat pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara adalah mengadakan tanya jawab kepada responden dengan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan sehubungan dari data yang dibutuhkan dalam penelitian. 2. Observasi Observasi adalah pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung pada objek yang diteliti untuk mengetahui berbagai hal yang ada hubungannya dengan judul. Adapun lembar observasinya tercantum di lampiran.

35

E. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, adalah: 1. Dokumentasi Dokumentasi adalah riwayat pribadi yang dilakukan secara teratur seputar topik yang diminati atau diperhatikan yang memuat data dan keterangan. Dalam penelitian ini, data yang diambil adalah dokumen hasil belajar siswa (Mata Pelajaran PKn) pada semester sebelumnya melalui dokumen daftar nilai siswa. Dari dokumen ini, akan menjadi sumber informasi awal tentang prestasi belajar PKn siswa kelas IV dan sekaligus menjadi acuan bagi peneliti pada langkah selanjutnya. 2. Tes Teknik ini pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui

kemampuan awal dari subjek penelitian (siswa) pada masalah yang akan diteliti, dan selanjutnya pada akhir pertemuan setiap siklus, tes (ulangan formatif) diadakan untuk mengetahui dan mengevaluasi keberhasilan tindakan yang dilakukan.

36

F. Teknik Analisis Data Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis

kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn, berdasarkan kategori standar yang dibuat oleh Arikunto, S (2006:46) adalah : No. 1. 2. 3. 4. 5. Nilai 85 100 65 84 55 64 35 54 0 34 Kategori Baik Sekali Baik Sedang Rendah Sangat rendah

Teknik

analisi

ini

menggunakan

perhitungan

persentase

keberhasilan menurut perhitungan untuk menyatakan hasil belajar siswa sebagai berikut: M=

Ket : M JA N : Mean (nilai rata-rata) : Jumlah Nilai Siswa : Jumlah Siswa

37

G. Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian ini dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan prestasi belajar PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnament (TGT) pada setiap siklusnya, dan lebih dari 75% siswa memperoleh nilai 65.

38

BAB IV HASIL PENETIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran umum SDI Pulau Putiangin Sejarah berdirinya Sekolah Dasar Inpres Pulau Putiangin Kabupaten Barru adalah salah satu di antara sekolah tingkat dasar yang ada di Kabupaten Barru. Sekolah Dasar Inpres Pulau Putiangin ini didirikan pada tahun 1980-an dengan kepala sekolah H. Zainuddin, dan sekarang di pinpin oleh Ahmad Ruhani, S.Pd. Kehadiran Sekolah Dasar ini diharapkan dapat

meningkatkan pembinaan di bidang pendidikan yang akan semakin menggembirakan dan menyakinkan dengan tercapainya tujuan yang diharapkan. Demikianlah lembaga pendidikan dasar tersebut sebagai wadah untuk membina ilmu pengetahuan yang diharapkan benar-benar

difungsikan oleh siswa untuk menjadi pola dasar dalam mengarungi kehidupan dunia modern dewasa ini. Sekolah Dasar ini memperoleh respon dari kalangan masyarakat luas, sehingga lama kelamaan jumlah siswa di sekolah tersebut semakin bertambah. Sekolah Dasar ini sangat diharapkan oleh para warga masyarakat pulau Putiangin, untuk mencetak cendekiawan dan kader-kader penerus bangsa yang akan mampu menjawab tantangan dan perkembangan di masa-masa yang akan datang.

39

2. Keadaan Tenaga Pengajar/Guru dan Pegawai SDI Pulau Putiangin Dalam menciptakan siswa yang berkualitas dibutuhkan staf/pengajar yang professional. Olehnya itu SDI Pulau Putiangin memiliki staf

pengajar dan pegawai yang terlampir pada tabel berikut: Tabel 4.1 Daftar nama-nama guru dan pegawai SDI Pulau Putiangin Tahun Ajaran 2011- 2012 Nama Guru dan Pegawai L/P Jabatan Ahmad Ruhani, S.Pd Lukman, S.Pd Hastuti, A.Ma Firdaus, S.Pd Rahmat, S.Pd Maskur, A.Ma, Pd Sugianto, S.Pd Muh. Rusdi, S.Pd Ernawati, S.Ag L L P L L L L L P Kepala Sekolah Guru Olahraga Wali Kelas I Wali Kelas II Wali Kelas III Wali Kelas IV Wali Kelas V Wali Kelas VI Guru Pendais Kls I-VI

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan jumlah guru di SDI Pulau Putiangin sebanyak 9 orang, terdiri dari 1 kepala sekolah, 6 wali kelas, 1 guru pendais, 1 guru olahraga. Dengan banyaknya guru di SDI Pulau Putiangin ini, semoga mereka betul-betul mentransfer ilmunya berdasarkan disiplin ilmu mereka sehingga tercipta siswa yang unggul dan siap bersaing di segala bidang.

40

Tabel 4.2 Keadaan sarana dan prasarana di SDI Pulau Putiangin No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Jenis Barang Ruang belajar Ruang kepala sekolah Ruang guru Perpustakaan WC untuk guru dan siswa Dapur Gudang Jumlah 6 1 1 1 2 1 1 Keterangan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Demikianlah mengenai gambaran umum SDI Pulau Putiangin, yang didirikan pada tahun 1980 yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas putra-putri bangsa guna menjadi generasi yang sanggup menjawab segala tantangan dan rintangan yang bakal terjadi, dapat meningkatkan kualitas bangsa dan Negara termasuk generasi muda, dan dapat mencetak kader-kader bangsa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

3. Data Siklus I a) Perencanaan Siklus pertama dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pertemuan pembahasan materi dan 1 kali pertemuan pemberian tes dengan pokok bahasan pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut: 1) Menelaah materi pelajaran PKn kelas IV SDI Pulau Putiangin.

41

2) Menentukan materi yang akan diajarkan pada pelaksanaan siklus I. 3) Menyiapkan daftar hadir murid. 4) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran. 5) Menyiapkan buku sumber dan alat peraga. 6) Menyiapkan soal untuk evaluasi siklus I.

b) Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pendahuluan peneliti menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran, memotivasi murid dan menyampaikan model pembelajaran yang akan diterapkan selama penelitian yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnament (TGT). Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah: 1) Peneliti menjelaskan materi sesuai RPP. 2) Peneliti memberikan penjelasan mengenai model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran. 3) Peneliti menjelaskan metode yang akan di terapkan dalam proses pembelajaran. Pada siklus I ini di peroleh data yang berhubungan dengan hasil tes belajar PKn murid. Hasil tes PKn murid dianalisis untuk menentukan tingkat kemampuan murid yang terbagi dari sangat rendah, rendah, sedang, baik, dan baik sekali. Pada tabel di bawah ini dapat dijelaskan kategori siswa yang

mendapatkan nilai yang sangat rendah, rendah, sedang, baik, dan baik sekali. Dan dalam pembelajaran PKn nilai ketuntasan minimal adalah 65.

42

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase hasil belajar PKn pada siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5. Interval nilai 0 34 35 54 55 64 65 84 85 100 Jumlah Kategori Sangat rendah (gagal) Rendah Sedang Baik Baik sekali Frekuensi 2 4 4 3 2 15 Persentase 13,33% 26,67% 26,67% 20% 13,33% 100%

Berdasarkan data hasil evaluasi siklus I diatas dapat di jelaskan sebagai berikut: Hasil belajar PKn kelas IV SDI Pulau Putiangin Kabupaten Barru setelah mengadakan proses pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berada pada rata-rata sedang. Hal ini terlihat pada skor rata-rata yang diperoleh seluruh murid pada siklus I adalah 2 murid dalam kategori baik sekali dengan dengan

memperoleh 85-100 (13,33%), 3 murid dalam kategori baik

memperoleh nilai 65-84 (20%), 4 murid dalam kategori sedang dengan memperoleh nilai 55-64 (26,67%), 4 murid dalam kategori rendah dengan memperoleh nilai 35-54 (26,67%), dan murid yang gagal masih ada 2 murid yang memperoleh nilai 34 kebawah dengan persentase (13,33%). Berdasarkan uraian diatas, dapat di simpulkan bahwa hasil belajar PKn murid dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siklus I sudah mengalami

43

peningkatan dari pembelajaran sebelumnya, tetapi belum mencapai ketuntasan maksimal yaitu mencapai 75%. Hasil tes PKn murid secara klasikal juga dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.4 distribusi ketuntasan hasil belajar PKn pada siklus I Kategori Frekuensi Persentase Tidak tuntas 65 100 Jumlah Tuntas 10 5 15 66,67% 33,33% 100%

No. 1. 2.

Skor

Dari segi ketuntasan belajar murid kelas IV SDI Pulau Putiangin Kabupaten Barru diatas yang terdiri (33,33%) dari 15 murid terdapat 5 orang

dalam kategori tuntas, begitu juga dengan murid yang

memperoleh kategori tidak tuntas juga terdapat 10 orang (66,67%). Dari hasil persentase di atas dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh murid pada evaluasi siklus pertama belum sepenuhnya mencapai ketuntasan belajar yang telah di tentukan oleh peneliti yaitu 75%. Oleh karena itu , peneliti harus menjelaskan cara-cara menyimak materi dengan baik agar dalam pelaksanaan siklus II hasil yang dicapai murid sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Dengan demikian peneliti perlu melanjutkan siklus berikutnya atau siklus II.

44

c) Observasi dan Evaluasi Pada siklus I saat proses pembelajaran berlangsung peneliti juga mengadakan observasi. Ada beberapa perilaku yang terdeskripsi berdasarkan hasil observasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel observasi di bawah ini. Tabel 4.5 Lembar observasi/instrument untuk siswa, keaktifan siswa dalam siklus I NO. 1. 2. Komponen yang diamati Jumlah murid yang hadir Jumlah murid yang memperhatikan penjelasan 3. Jumlah murid yang bertanya 4. Jumlah murid yang melakukan kegiatan lain 5. Jumlah murid yang keluar masuk kelas tanpa minta izin 6. Jumlah murid yang meminta bimbingan dalam mengerjakan soal 7 5 2 4,67 31,13% 3 2 3 2,67 7,8% 4 3 4 3,67 24,47% 1 3 1 1,67 11,33% Siklus I I 14 11 II 13 10 III 15 12 Ratarata 14 11 Persentase 93,33% 73,33%

Pada tabel siklus I dari pertemuan 1 sampai 3 terlihat bahwa dari 15 murid, yang hadir yaitu 93,33%, murid yang memperhatikan penjelasan yaitu 73,33%, murid yang bertanya yaitu 11,33%, murid yang melakukan kegiatan lain yaitu 24,47%, murid yang keluar masuk kelas tanpa minta izin
45

yaitu sebanyak 7,8%, dan murid yang meminta bimbingan dalam mengerjakan soal sebanyak 31,13%.

d) Refleksi Hasil Kegiatan Pada pertemuan pertama di siklus I ini merupakan pertemuan awal dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Di awal pertemuan tersebut murid masih merasa asing dengan model TGT. Pertemuan ini merupakan tahap pengenalan dan penyesuaian terhadap penggunaan model TGT. Pada pertemuan kedua di siklus ini murid mulai dapat beradptasi pada penggunaan model TGT walaupun penerapannya belum maksimal. Masih ada murid yang tidak menghafal nomor yang telah dibagikan sehingga pada saat peneliti memanggil nomornya masih bingung menjawab, dan masih terdapat kekurangan-kekurangan terhadap model TGT yang digunakan. Berdasarkan keseluruhan nilai yang diperoleh siswa dalam pedoman pengkategorian hasil belajar siswa, setelah dilaksanakan tindakan siklus I melalui model TGT pada table 4.3 menunjukka bahwa secara umum penguasaan siswa terhadap materi yang disajikan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus I belum maksimal. Hal ini terlihat pada nilai yang berada pada kategori baik sekali masih rendah dengan persentase 13,33%, kategori baik 20%, kategori sedang 26,67%, kategori rendah 26,67%. Selain itu, masih terdapat nilai yang berada pada kategori sangat rendah (gagal) dengan persentase 13,33%. Dari hasil analisis tersebut terlihat bahwa hasil tes evaluasi pada siklus I belum mencapai nilai yang telah ditentukan

46

oleh peneliti. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnament (TGT) masih perlu ditingkatkan agar murid mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan oleh peneliti. Hasil ini pun menjadi salah satu bahan refleksi untuk pelaksanaan siklus II.

4. Data Siklus II Pembelajaran siklus II dilakukan dengan mempertimbangkan hasil pelaksanaan siklus I. perencanaan pembelajaran pada siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I. Peneliti merumuskan sejumlah perubahan atau perbaikan yang telah dilaksanakan pada siklus I, kemudian peneliti membuat rencana baru dengan sejumlah perbaikan. Penilaian dalam pembelajaran ini dirancang dengan menggunakan dua penilaian, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil belajar. Penilaian proses dilakukan dengan mengamati siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dan dalam kerja kelompok. Untuk penilaian hasil belajar dilakukan dengan menilai hasil belajar siswa. Seperti halnya pada siklus I, siklus II pun di laksanakan melalui 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. a) Perencanaan Tahap perencanaan tindakan pada siklus II hanya meliputi kegiatan yang terdiri dari: 1) Merencanakan tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus I. 2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

47

3) Membuat lembar observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran menyimak di kelas. 4) Pemantapan kembali kegiatan diskusi yang dilakukan oleh murid. 5) Perbaikan pengajaran sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat tercapai dengan baik.

b) Pelaksanaan tindakan Siklus kedua dilaksanakan 3 kali pertemuan, 2 kali pembahasan materi dan 1 kali pemberian tes. Siklus II ini dilaksanakan setelah siklus I indikator kinerja belum tercapai. Dengan demikian sebagai gambaran pelaksanaan siklus ini di dasari oleh hasil observasi/evaluasi dan refleksi pada siklus I. pada tahap pendahuluan peneliti menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran, memotivasi murid dan menyampaikan metode pembelajaran yang akan diterapkan dalam materi pemerintahan desa dan pemerintahan kecamatan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah: 1) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnament (TGT) dengan metode diskusi. 2) Murid disuruh untuk membentuk kelompok belajar untuk

mendiskusikan materi. 3) Mengawasi atau memantau murid yang sedang melakukan diskusi. 4) Memberikan evaluasi terhadap materi.

48

Data hasil belajar PKn murid kelas IV SDI Pulau Putiangin Kabupaten Barru pada siklus II disajikan dalam bentuk tabel. Adapun bentuk tabel yang dimaksud, dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar PKn Siklus II Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase 0 34 35 54 55 64 65 84 85 100 Jumlah Sangat rendah (gagal) Rendah Sedang Baik Baik sekali 0 1 2 10 2 15 0 6,67% 13,33% 66,67% 13,33% 100%

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Berdasarkan data hasil evaluasi siklus II dapat disimpulkan sebagai berikut: Hasil belajar PKn murid melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Teams games tournament (TGT) untuk kelas IV SDI Pulau Putiangin Kabupaten Barru, setelah mengadakan proses pembelajaran melalui model TGT berada pada kategori baik. Hal ini terlihat pada skor rata-rata yang diperoleh seluruh murid pada siklus II adalah 2 murid berada pada

kategori baik sekali dengan perolehan nilai 85-100 (13,33%), 10 murid berada pada kategori baik dengan perolehan nilai 65-84 (66,67%), 2 murid berada pada kategori sedang dengann perolehan nilai 55-64 (13,33%), 1 murid berada pada kategori rendah dengan perolehan nilai 3554 (6,67%), dan tidak adanya murid yang masuk dalam kategori sangat rendah (gagal).

49

Apabila hasil belajar PKn murid dianalisis, maka persentase ketuntasan belajar murid secara klasikal pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7 distribusi ketuntasan hasil belajar PKn siklus II Skor Kategori Frekuensi Tidak tuntas 65 100 Jumlah Tuntas 3 12 15

No. 1. 2.

Persentase 20% 80% 100%

Dari segi ketuntasan belajar murid kelas IV SDI Pulau Putiangin Kabupaten Barru di atas yang terdiri dari 15 murid terdapat 12 murid (80%) dalam kategori tuntas atau murid yang mendapat nilai 65 atau diatas 65 dan terdapat 3 murid (20%) yang termasuk dalam kategori tidak tuntas atau murid yang mendapat nilai di bawah 65. Untuk siklus II pada tabel 4.6 menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini terlihat tidak adanya siswa yang termasuk dalam kategori gagal. Sebanyak 13,33% dikategorikan baik sekali, 66,67% dikategorikan baik, 13,33% dikategorikan sedang, dan 6,67% dikategorikan rendah (kurang).

c) Observasi dan evaluasi Pada siklus II saat proses pembelajaran berlangsung peneliti juga mengadakan observasi. Ada beberapa perilaku yang terdeskripsi berdasarkan hasil observasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel observasi di bawah ini.

50

Tabel 4.8 Lembar observasi/instrument untuk siswa, keaktifan siswa dalam siklus II NO. 1. 2. Komponen yang diamati Jumlah murid yang hadir Jumlah murid yang memperhatikan penjelasan 3. 4. Jumlah murid yang bertanya Jumlah murid yang melakukan kegiatan lain 5. Jumlah murid yang keluar masuk kelas tanpa minta izin 6. Jumlah murid yang meminta bimbingan dalam mengerjakan soal Berdasarkan data siklus II dari pertemuan 1 sampai 3hasil terlihat bahwa dari 15 murid sudah meningkat yaitu, murid yang hadir sebanyak (95,53%), murid yang memperhatikan penjelasan sebanyak (86,67%), murid yang bertanya sebanyak 26,67%), murid yang melakukan kegiatan lain sebanyak (8,87%), murid yang keluar masuk kelas tanpa minta izin sebanyak (8,87%) menurun, dan murid yang meminta bimbingan dalam mengerjakan soal sebanyak (13,33%) menurun. 2 3 1 2 13,33% 2 1 1 1,33 8,87% 4 2 3 1 5 1 4 1,33 26,67% 8,87% Siklus I I 15 13 II 13 12 III 15 14 Ratarata 14,33 13 Persent ase 95.53% 86,67%

d) Refleksi hasil kegiatan Pada siklus II memperlihatkan beberapa kemajuan di bandingkan dengan siklus I karena di siklus ini telah mengalami perubahan yang signifikan dalam beberapa aspek yang merupakan kekurangan pada siklus I
51

dalam pembelajaran PKn dengan materi pemerintahan kabupaten kota dan pemerintahan provinsi pada siklus ini murid lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran dan sudah mampu menyimak dengan baik, walaupun belum begitu maksimal tetapi sudah dengan hasil siklus I. Dari siklus II yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dalam meningkatkan prestasi belajar PKn murid kelas IV SDI Pulau Putingin Kabupaten Barru melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnament (TGT) setelah dilaksanakan siklus II dan dinyatakan berhasil. lebih baik dibandingkan

B. Pembahasan Dalam pembahasan ini akan diuraikan prestasi belajar murid kelas IV SDI Pulau Putiangin Kabupaten Barru melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), dengan menggunakan metode diskusi dari analisis kualitatif dan kuantitatif disimpulkan bahwa kemampuan memahami suatu nilai moral yang terkandung dalam pelajaran PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat memberikan suatu perubahan yang mendasar pada sikap dan motivasi belajar murid. Pada siklus II, walaupun pada awalnya murid terlihat merasa asing dengan penggunaan model TGT yang diterapkan, akan tetapi perlahan-lahan murid sudah dapat menyesuaikan diri sehingga murid lebih tertarik dan

termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Bukan hanya itu, ketika melihat hasil

52

observasi dari sklus I ke siklus II terjadi perubahan yang sangat signifikan pada sikap murid kearah yang lebih baik saat proses pembelajaran berlangsung. Setelah diadakan refleksi di siklus I dan masih terdapat kekurangan dalam penerapannya, maka dilakukan perubahan kegiatan yang dianggap perlu demi tercapainya hasil yang lebih meningkat di banding dengan hasil yang di peroleh dari siklus I. pada siklus II, setelah mengadakan perubahan tindakan terlihat bahwa motivasi murid lebih meningkat, sudah banyak murid yang aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan, dan memberanikan diri dalam bertanya ketika masih ada materi yang belum dimengerti. Pada siklus II ini juga terlihat murid yang melakukan kegiatan lain sudah mulai berkurang. Sebagai akibat dari perubahan yang terjadi pada siklus ini maka setelah

mengadakan tes siklus II skor rata-rata yang dicapai oleh murid berada pada kategori baik, yang sebelumnya pada siklus I hanya berada pada kategori sedang. Maka dalam hal ini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam meningkatkan prestasi belajar PKn murid kelas IV SDI Pulau Putiangin Kabupaten Barru melalui model pembelajaran kooperatif tipe Temas Games Tournament (TGT) setelah siklus II dilaksanakan maka dapat dinyatakan berhasil. Sejumlah perubahan sikap murid secara terperinci berdasarkan data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi yang merupakan hasil pengamatan peneliti disetiap pertemuan.

53

Hasil data dari siklus I dan siklus II adalah kehadiran murid dengan persentase sebanyak 93,33% menjadi 95,53% (meningkat), murid yang memperhatikan penjelasan guru dengan persentase sebanyak 73,33% menjadi 86,67% (meningkat), murid yang bertanya pada saat pembelajaran berlangsung sebanyak 11,33% menjadi 26,67% (meningkat), murid yang melakukan kegiatan lain pada saat pembelajaran berlangsung sebanyak 24,47% menjadi 8,87% (menurun), murid yang keluar masuk sebanyak 17,8% menjadi 8,87% (menurun), dan murid yang meminta bimbingan sebanyak 31,13% menjadi 13,33% (menurun).

Hasil Analisis Tes Hasil Belajar PKn a) Analisis Tes Hasil Belajar PKn Berdasarkan hasil belajar yang dilakukan pada siklus I dan II diperoleh ketuntasan hasil belajar sebagai berikut: Distribusi ketuntasan hasil belajar PKn tersebut memperlihatkan bahwa dari 15 murid yang mengikuti tes hasil belajar, pada siklus I terdapat 10 orang dengan persentase 66,67% yang tidak tuntas, dan 5 orang dengan persentase 33,33% yang tuntas. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan ketuntasan belajar murid yaitu terdapat 3 orang dengan persentase 20% berada pada kategori tidak tuntas dan 12 orang dengan persentase 80% berada pada kategori tuntas.

54

b) Hasil observasi aktivitas murid Aktivitas siswa diamati dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh 2 orang observer untuk mencatat aktivitas siswa selama proses belajar mengajar belangsung.

c) Hasil refleksi murid 1) Hasil refleksi pada siklus I Pada siklus I, khususnya pada awal pertemuan terlihat sikap murid pada umumnya masih kurang memberikan tanggapan atau respon terhadap model pembelajaran yang digunakan, dan berdasarkan hasil observasi, yakni kurangnya kerjasama setiap anggota kelompok dan kurangnya perhatian serius murid dalam menanggapi materi.

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, adapun masalah-masalah yang dihadapi adalah sebagai berikut: (a) Beberapa siswa masih belum maksimal menerima perencanaan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) sehingga pada proses belajar mengajar berlangsung siswa masih kaku, bingung dan masih sulit beradaptasi dengan teman kelompoknya. (b) Kondisi proses belajar mengajar (PBM) masih ribut, karena adanya beberapa siswa yang mengganggu kelompok lain. (c) Pada kegiatan persentasi hasil kerja kelompok, masih ada siswa yang tidak percaya diri tampil di depan kelas untuk mewakili kelompoknnya masing-masing.

55

(d) Beberapa siswa yang keluar masuk kelas tanpa minta izin dari guru. Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa perlu merancang dan melakukan tindakan baru untuk mencari jalan keluar masalah tersebut. Tindakan baru yang telah dirancang oleh peneliti, selanjutnya akan diaplikasikan pada siklus II, dan diharapkan dapat mengalami peningkatan baik, peningkatan dalam hal hasil belajar siswa maupun peningkatan dalam hal aktivitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

2) Hasil refleksi pada siklus II Setelah merefleksi hasil pelaksanaa siklus I, maka diperoleh rancangan atau gambaran tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II ini, sebagai perbaikan dari tindakan siklus sebelumnya. Hal ini dapat terlihat bahwa tindakan yang dilaksanakan secara umum masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Adapun tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini adalah dengan memberikan pengarahan dan pengenalan kembali tentang model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), melakukan pengontrolan kepada setiap kelompok terutama pada saat diskusi kelompok, sehingga siswa lebih serius selama proses pembelajaran danbekerjasama dengan anggota kelompoknya, memberi kesempatan kepada siswa yang mempunyai kemampuan yang lebih dari anggota kelompoknya, member penguatan kepada siswa untuk dapat percaya diri tampil didepan pada saat

56

persentasi kelompok dan mengubah posisi tempat duduk dan jarak bangku antara tiap kelompok agar kejadian-kejadian yang tidak diinginkan tidak terjadi. Sehingga pada siklus II ini, didapatkan perubahan keaktifan dan kemandirian siswa. Hal tersebut terlihat pada kondisi siswa yang pada awal penerapan model pembelajaran koooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk siklus II ini tidak mengalami kesulitan lagi. Kebiasaan siswa selama siklus I dalam kegiatan kelompok pada siklus II semakin meningkat, peningkatan yang dimaksud adalah sikap penerimaan siswa untuk mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Siswa tidak mengalami kekakuan lagi selama proses belajar mengajar berlangsung. Adaptasi dan kerjasama antara anggota kelompok masing-masing pun lancar, dan mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya, sehingga penyelesaian LKS setiap kelompok dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran semakin meningkat. Usaha siswa untuk saling menghargai perbedaan dan usaha saling mengisi kekurangan kelompoknya adalah salah satu faktor yang memperlancar proses pembelajaran. Secara umum seluruh kegiatan pada siklus II dapat dikatakan mengalami peningkatan disbanding siklus sebelumnya. Hal ini terlihat dari aktivitas belajar siswa yang mengalami peningkatan dalam hal menyimak pengarahan guru, kerjasama setiap anggota kelompok, mengajukan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan.

57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan tindakan kelas selama dua siklus sebagai berikut: 1. Secara kuantitatif, terjadi peningkatan prestasi belajar PKn murid kelas IV SDI Pulau Putiangin Kabupaten Barru dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnament (TGT), yaitu memperoleh skor rata-rata 62,5 pada siklus I dan meningkat dengan skor rata-rata 72,5 pada siklus II setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnament (TGT) hasil ini di cantumkan di lampiran. Secara kualitatif, terjadi perubahan sikap. Siswa menunjukkan sikap antusias untuk mengikuti pelajaran, minat dan motivasi belajar PKn siswa mengalami peningkatan, hilangnya rendah diri siswa akibat berprestasi rendah sehingga menghilangkan sekat yang dapat menghambat proses belajar mengajar, citra diri siswa semakin optimis akan kemampuan yang mereka miliki, optimisme itu ditunjukkan siswa dengan mengerjakan secara mandiri tugasnya dirumah. 2. Dengan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), sehingga sebagian besar siswa merasa senang belajar PKn dimana mereka di dukung oleh suasana belajar yang

menggembirakan.

58

B. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang dikemukakan diatas, maka beberapa saran yang dapat penulis kemukakan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kepada guru mata pelajaran PKn disarankan agar dapat menguasai beberapa metode dan model-model pembelajaran, supaya dapat

menyesuaikan dengan bahan ajar yang akan disajikan. 2. Disarankan agar untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) sebagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi siswa dan dapat menimbulkan antusiasme siswa. 3. Melihat hasil penelitian yang diperoleh melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) cukup positif, maka diharapkan kepada guru-guru khususnya guru PKn agar dapat menerapkan model pembelajaran ini di ruang kelas tempat mereka mengajar.

59

DAFTAR PUSTAKA Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrapindo Persada, Cet. Ke-1, Trianto. 2010. Mendesai Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. Ke-3, Setyosari Punaji.2010 Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet. Ke-1. Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Cet. Ke-7. Dimyati. Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Syamsudding. Vismaia. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT. remaja Rosdakarya. Cet. Ke-2. Sanjaya Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: kencana Prenada Media Group. Cet. Ke-2. Sahabudding. 2007. Mengajar Dan Belajar. Makassar: UNM. Cet. Ke- 3 Kasmita. 2010. Peningkatan mutu proses dan hasil belajar PKn melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas V SD Bontomanai Makassar, Skripsi: FKIP Unismuh. Sahabuddin. 1999. Mengajar dan Belajar. Ujung Pandang : Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Janurmi. 2010. Meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT Murid Kelas V SD Angkasa 1 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Skripsi: FKIP Unismuh. Sunarto.2010.PengertianPrestasiBelajar.http://sunartombs.wordpress.com/2009/0 1/05/pengertian-prestasi-belajar. 12 Mei 2011. Wartawarga.2010.PengertianPendidikanKewarganegaraan.http://wartawarga.guna darma.ac.id/2010/05/pengertian-tujuan-sejarah-pendidikankewarganegaraan. 12 Mei 2011.

60

Adit.2011.PengertianPendidikanKewarganegaraaan.http://aditdutmutz.blogspot.co m/2011/04/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan. 12 Mei 2011 Pendidikan.2011.Pengertian PKn Menurut UU Pendidikan. http://pendidikan.radensomad.com/informasi-pengertian-pkn-menurutuu-pendidikan. 19 Mei 2011.

61

You might also like