You are on page 1of 18

Anatomi ginjal 1) Makroskopis Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, didepan dua kosta terakhir

dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor). Ginjal pada orang dewasa penjangnya sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau ginjal beratnya antara 120-150 gram. Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Potongan longitudinal ginjal memperlihatkan dua daerah yang berbeda yaitu korteks dan medulla. Medulla terbagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Price,1995 : 773). 2) Mikroskopis Tiap tubulus ginjal dan glumerulusnya membentuk satu kesatuan (nefron). Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdapat sekitar satu juta nefron. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul. (Price, 1995) 3) Vaskularisasi ginjal Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kavainferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen pada glomerulus (Price, 1995). Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk keginjal berada pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap konstan ( Price, 1995). 4) Persarafan pada ginjal Menurut Price (1995) Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. b. Fisiologi ginjal Menurut Syaifuddin (1995) Fungsi ginjal yaitu mengeluarkan zat-zat toksik atau racun; mempertahankan keseimbangan cairan; mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh; mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh; mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir sari protein ureum, kreatinin dan amoniak. Tiga tahap pembentukan urine : 1) Filtrasi glomerular Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang

besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowmans disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowmans, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowmans serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanantekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler. 2) Reabsorpsi Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi. 3) Sekresi Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen. Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular perjalanannya kembali jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium). Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik.

Anatomi Fisiologi Ginjal Anatomi Ginjal 1. Makroskopis Ginjalterletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium (retroperitoneal), didepan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar (transversus abdominis, kuadratus lumborum dan psoas mayor) di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjaradrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang dari 1% berat seluruh tubuh atau kurang lebih beratnya antara 120-150 gram.

Ginjal Bentuknya seperti biji kacang, dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Jumlahnya ada 2 buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal lakilaki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit ke bawah dibandingkan ginjal kiri untuk memberi tempat lobus hepatis dexter yang besar. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam guncangan. Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga kaliks renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga kaliks renalis minores. Medulla terbagi menjadi bagian segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid tersebut dikelilingi oleh bagian korteks dan tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila atau apeks dari tiap piramid membentuk duktus papilaris bellini yang terbentuk dari kesatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul (Price,1995 : 773). 2. Mikroskopis Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2 juta buah pada tiap ginjal. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman, tumbai

kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal, yang mengosongkan diri keduktus pengumpul. (Price, 1995) Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat sebagai saringan disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran Ureter, kandung kencing, kemudian ke luar melalui Uretra. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin. 3. Vaskularisasi ginjal Arteri renalis dicabangkan dari aorta abdominalis kira-kira setinggi vertebra lumbalis II. Vena renalis menyalurkan darah kedalam vena kavainferior yang terletak disebelah kanan garis tengah. Saat arteri renalis masuk kedalam hilus, arteri tersebut bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan diantara piramid selanjutnya membentuk arteri arkuata kemudian membentuk arteriola interlobularis yang tersusun paralel dalam korteks. Arteri interlobularis ini kemudian membentuk arteriola aferen pada glomerulus (Price, 1995). Glomeruli bersatu membentuk arteriola aferen yang kemudian bercabang membentuk sistem portal kapiler yang mengelilingi tubulus dan disebut kapiler peritubular. Darah yang mengalir melalui sistem portal ini akan dialirkan kedalam jalinan vena selanjutnya menuju vena interlobularis, vena arkuarta, vena interlobaris, dan vena renalis untuk akhirnya mencapai vena cava inferior. Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah permenit suatu volume yang sama dengan 20-25% curah jantung (5000 ml/menit) lebih dari 90% darah yang masuk keginjal berada pada korteks sedangkan sisanya dialirkan ke medulla. Sifat khusus aliran darah ginjal adalah otoregulasi aliran darah melalui ginjal arteiol afferen mempunyai kapasitas intrinsik yang dapat merubah resistensinya sebagai respon terhadap perubahan tekanan darah arteri dengan demikian mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap konstan ( Price, 1995). 4. Persarafan Pada Ginjal Menurut Price (1995) Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Fisiologi Ginjal Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah menyaring/membersihkan darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari. Fungsi Ginjal Fungsi ginjal adalah a) b) c) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, mempertahankan keseimbangan cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan

d) e) f)

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak. Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang. Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.

g) Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah. Tahap Pembentukan Urine : 1. Filtrasi Glomerular Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus, seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glumerulus secara relatif bersifat impermiabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsula bowman. Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowmans disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowmans, tekanan hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowmans serta tekanan osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanantekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.

2. Reabsorpsi Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi. 3. Sekresi Sekresi tubular melibatkan transfor aktif molekul-molekul dari aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion hidrogen. Pada tubulus distalis, transfor aktif natrium sistem carier yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular perjalanannya kembali jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium).

Pengetahuan tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis berat dikoreksi secara theurapeutik. Bahan Bacaan Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC

Pengertian Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan diginjal meningkat (Smeltzer dan Bare, 2002). Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Sylvia, 1995). Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.

B. Etiologi - Jaringan parut ginjal/ureter. - Batu - Neoplasma/tomur - Hipertrofi prostat - Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra - Penyempitan uretra - Pembesaran uterus pada kehamilan (Smeltzer dan Bare, 2002).

C. Patofisiologi Apapun penyebab dari hidronefrosis, disebabkan adanya obstruksi baik parsial ataupun intermitten mengakibatkan terjadinya akumulasi urin di piala ginjal. Sehingga menyebabkan disertasi piala dan kolik ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi kompensatori), akibatnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan Bare, 2002).

D. Manifestasi Klinis Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maka disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti: 1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium). 2. Gagal jantung kongestif. 3. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi). 4. Pruritis (gatal kulit). 5. Butiran uremik (kristal urea pada kulit). 6. Anoreksia, mual, muntah, cegukan. 7. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang. 8. Amenore, atrofi testikuler (Smeltzer dan Bare, 2002).

E. Penatalaksanaan Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal. Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002).

F. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 1) Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan cairan Tujuan: Volume cairan seimbang Kriteria hasil: - RR dan TTV normal/stabil - Turgor baik, mukosa lembab - Intake dan output seimbang Intervensi: 1. Timbang BB tiap tiga hari. 2. Observasi TTV 3. Beri posisi trendelenberg 4. Pantau intake dan output 5. kolaborasi pemberian diuresis 6. Cek laboratorium darah lengkap/rutin

2) Resti infeksi berhubungan dengan akses haemodialisa Tujuan: Infeksi tidak terjadi Kriteria hasil: - Tidak ada tanda-tanda infeksi - Tidak ada sepsis dan pus Intervensi: 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan 2. Tutup luka dengan teknik aseptik 3. Monitor jika ada peradangan 4. Monitor TTV 5. Kolaborasi pemberian antibiotik

3) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan obstruksi akut Tujuan: Nyeri berkurang sampai hilang Kriteria hasil: - Pasien tampak rileks - Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang Intervensi: 1. Kaji tingkat nyeri 2. Beri penjelasan penyebab nyeri 3. Ajarkan relaksasi dan distraksi 4. Kolaborasi pemberian analgetik

4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia Tujuan: Kebutuhan aktivitas terpenuhi Kriteria hasil:

- Meningkatkan kemampuan mobilitas - Melaporkan penurunan gejala-gejala intoleransi aktivitas Intervensi: 1. Kaji respon individu terhadap aktivitas, nyeri, dispnea, vertigo 2. Meningkatkan aktivitas klien secara bertahap 3. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi

5) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah Tujuan: Nutrisi terpenuhi Kriteria hasil: - Masukan per oral meningkat - Berat badan dalam rentang normal Intervensi: 1. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat. 2. Berikan porsi makan kecil tapi sering 3. Ciptakan suasana yang menyenangkan 4. Dukung klien untuk makan bersama anggota keluarga

LP Hidronefrosis Posted by dwixhikari pada 12 Maret 2010 Oleh : Niken Jayanthi, S.Kep LAPORAN PENDAHULUAN HIDRONEFROSIS 1. Pengertian Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis renalis dan calyces, serta atrofi progresif dan pembesaran kistik ginjal, dapat juga disertai pelebaran ureter (hidroureter). Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung kemih yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi hebal pada parenkim ginjal (Price, 1995: 818). 2. Etiologi - Adanya akumulasi urin di piala ginjal, akan menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi kompensatori) akhirnya fungsi renal terganggu. - Obstruksi pada fruktus urinarius - Obstruksi parsial atau intermitten disebabkan batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya - Obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat 3. Patofisiologi Obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir balik sehingga tekanan ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal. Tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal yang rusak. Obstruksi parsial atau intermitten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat obses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk sudut abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah yang menyebabkan ureter kaku. Pada pria lansia, penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus. Apapun penyebabnya adanya akumulasi urine di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini, atrofi ginjal terjadi ketika salah satu ginjal mengalami kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi komensatori) akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer, 2001:1442). 4. Manifestasi klinik Terlampir di rental Hikari. 5. Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi untuk menangani infeksi dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal. Untuk mengurangi obstruksi, urine harus dialihkan melalui refrostomi atau tipe diversi. Infeksi ditangani dengan agen antimikroloid karena sisa urine dalam kaliks menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien dipersiapkan untuk pembedahan yaitu untuk mengangkat lesi obstruktif

(batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu ginjal rusak berat dan fungsinya hancur, maka nefraktomi (pengangkatan ginjal). 6. Pengkajian Fokus 1) Demografi - Ditemukan pada laki-laki di atas usia 60 tahun - Perempuan lebih banyak terjadi daripada laki-laki - Pekerjaan yang meningkatkan statis urine (sopir, sekretaris, dll) 2) Riwayat kesehatan a. Riwayat penyakit dahulu Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat gout, riwayat pembedahan b. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, gout, diabetes 3) Data fokus - Makanan atau cairan Gejala Mual/muntah, nyeri tekanan abdomen Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup Tanda Distensi abdominal, penurunan/tidak ada usus Muntah - Aktivitas dan istirahat Gejala Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya - Eliminasi terutama BAK Gejala : riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh Tanda : oliguri, hematuri, pluria, perubahan pola berkemih - Sirkulasi Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal), kulit hangat dan kemurahan, pucat - Nyeri/kenyamanan Gejala : episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi obstruksi, contoh : pada panggul diregio sudut kortovertebral dan menyebar ke punggung, abdomen dan turun kelipatan paha Tanda : melindungi perilaku distriksi, nyeri tekan pada area ginjal yang dipalpasi - Keamanan Gejala : menggigil, demam - Persepsi diri Gejala : kurang pengetahuan, gangguan body image 4) Pemeriksaan penunjang a. Laboratorium Darah : hematologi; GD I/II, BGA Urine : kultur urine, urine 24 jam b. Radiodiagnostik USG/CR abdomen BNO IVP Renogram / RPG Poto thorax c. ECG 7. Pathways keperawatan Terlampir di rental Hikari.

8. Diagnosa keperawatan 1) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya tekanan di ginjal yang meningkat 2) Gangguan perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi saluran kemih 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat mual, muntah 4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh 9. Fokus intervensi dan rasional 1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya tekanan ginjal yang meningkat Tujuan : nyeri terkontrol / berkurang Kriteria hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang dengan spasme terkontrol, tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat Intervensi: a. Catat lokasi, lamanya, intensitas dan penyebaran, pertahankan TTV Rasional : bantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus b. Bantu dan dorong penggunaan nafas, berfokus bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik Rasional : memberikan kesempatan untuk pemberian perhatian dan membantu relaksasi otot c. Dorong dengan ambulasi sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari Rasional : hidrasi kuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah statis urine dan mencegah pembentukan batu d. Perhatikan keluhan penambahan / menetapnya nyeri abdomen Rasional : obstruksi dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi urine ke dalam arca perianal e. Berikan obat sesuai indikasi Rasional : biasanya diberikan sebelum episode akut untuk meningkatkan relaksasi otot / mental 2) Gangguan perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi saluran kemih Tujuan : dapat berkemih dengan jumlah normal dewasa 1 ml/kgbb/jam Kriteria hasil : tidak mengalami tanda obstruksi Intervensi a. Dorong meningkatkan pemasukan cairan Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri darah dan membantu lewatnya batu b. Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi Rasional : biasanya frekuensi meningkat bila kalkulus mendekati pertemuan uretrovesikal c. Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran Rasional : akumulasi sisa berkemih dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik di ssp d. Catat Px laboratorium, ureum, creatinin Rasional : peningkatan ureum, creatinin mengindikasikan disfungsi ginjal e. Amati keluhan Vu penuh, palpasi untuk distensi suprabubik, pertahankan penurunan keluaran urine Rasional : retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distansi jaringan dan resiko infeksi, gagal ginjal 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, mual, muntah Tujuan : kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi Kriteria hasil : nafsu makan meningkat, tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut Intervensi a. Kaji dan catat pemasukan diet Rasional : membantu mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet b. Berikan makan sedikit tapi sering Rasional : meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik c. Timbang BB setiap hari Rasional : perubahan kelebihan 0,5 kg dapat menunjukkan perpindahan keseimbangan cairan d. Awasi Px lab, contoh BUN, albumin serum, natrium, kalium

Rasional : indikator kebutuhan nutrisi, pembatasan aktivitas terapi e. Berikan / Kolaborasi obat antidiuretik Rasional : menghilangkan mual, muntah, meningkatkan pemasukan oral 4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh Tujuan : tidak terjadi infeksi Kriteria hasil : tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi a. Tingkatkan cuci tangan yang baik pada pasien dan perawat Rasional : menurunkan resiko kontaminasi silang b. Bantu nafas dalam, batuk dan pengubahan posisi Rasional : mencegah atelektosis dan kemobilisasi secret untuk menurunkan resiko infeksi c. Kaji integritas kulit Rasional : ekskorisasi akibat gesekan dapat menjadi infeksi sekunder d. Awasi tanda vital Rasional : demam dengan peningkatan nadi dan pernafasan adalah tanda peningkatan laju metabolik dan proses inflamasi e. Awasi Px lab, contoh SDP dengan diferensial Rasional : SDP meningkat mengindikasi infeksi DAFTAR PUSTAKA Rn. Sweringen. 2000. keperawatan medical bedah, edisi 2. Jakarta : EGC Effendi hasjim Dr,dkk. 1981. fisiologa dan patofisiologi ginjal. Bandung : alumni Smeltzer, Suzanne c. 2001. Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner & suddarth edisi 8 vol 2. Jakarta :EGC Price. Sylvia Anderson. 2005. patofisiologi konsep klinis psroses penyakit edisi 6 volume 2. Jakarta : EGC Rabbins, Stanley C. buku ajar patologi II . Jakarta :EGC. Pengertian Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan diginjal meningkat (Smeltzer dan Bare, 2002). Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Sylvia, 1995). Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Etiologi Jaringan parut ginjal/ureter. Batu Neoplasma/tomur Hipertrofi prostat Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra Penyempitan uretra Pembesaran uterus pada kehamilan (Smeltzer dan Bare, 2002). PatofiSIologi Apapun penyebab dari hidronefrosis, disebabkan adanya obstruksi baik parsial ataupun intermitten mengakibatkan terjadinya akumulasi urin di piala ginjal. Sehingga menyebabkan disertasi piala dan kolik ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi kompensatori), akibatnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan Bare, 2002).

Manifestasi Klinis Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti: Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium). Gagal jantung kongestif. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi). Pruritis (gatal kulit). Butiran uremik (kristal urea pada kulit). Anoreksia, mual, muntah, cegukan. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang. Amenore, atrofi testikuler. (Smeltzer dan Bare, 2002) Penatalaksanaan Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal. Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002). Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 1). Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan cairan. Tujuan: Volume cairan seimbang Kriteria hasil: RR dan TTV normal/stabil Turgor baik, mukosa lembab Intake dan output seimbang Intervensi: Timbang BB tiap tiga hari. Observasi TTV Beri posisi trendelenberg Pantau intake dan output kolaborasi pemberian diuresis Cek laboratorium darah lengkap/rutin 2). Resti infeksi berhubungan dengan akses haemodialise Tujuan: Infeksi tidak terjadi Kriteria hasil: Tidak ada tanda-tanda infeksi Tidak ada sepsis dan pus Tindakan: Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan Tutup luka dengan teknik aseptik Monitor jika ada peradangan Monitor TTV Kolaborasi pemberian antibiotik 3). Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan obstruksi akut. Tujuan: Nyeri berkurang sampai hilang Kriteria hasil: Pasien tampak rileks Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang

Intervensi: Kaji tingkat nyeri Beri penjelasan penyebab nyeri Ajarkan relaksasi dan distraksi Kolaborasi pemberian analgetik 4). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia Tujuan: Kebutuhan aktivitas terpenuhi Kriteria hasil: Meningkatkan kemampuan mobilitas Melaporkan penurunan gejala-gejala intoleransi aktivitas Intervensi: Kaji respon individu terhadap aktivitas, nyeri, dispnea, vertigo Meningkatkan aktivitas klien secara bertahap Kolaborasi dengan ahli fisioterapi 5). Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah Tujuan: Nutrisi terpenuhi Kriteria hasil: Masukan per oral meningkat Berat badan dalam rentang normal Intervensi Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat. Berikan porsi makan kecil tapi sering Ciptakan suasanya yang menyenangkan Dukung klien untuk makan bersama anggota keluarga Daftar Pustaka 1. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. 2. Price, Sylvia. 1992. Patofisiologi edisi keempat. Jakatya: EGC. 3. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. Buku aajar keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta: EGC. HIDRONEFROSIS A. Definisi Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal. B. Etiologi Hidronefrosis disebabkan adanya obstruksi. C. Patofisiologi Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak. Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat

pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus. Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu. D. Tanda dan Gejala 1. Rasa sakit dipanggul dan punggung 2. Disuria 3. Menggigil 4. Demam 5. Nyeri tekan 6. Piuria 7. Hematuria E. Penatalaksanaan Tujuan : Untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal. Untuk mengurangi obstruksi urin harus dialihkan dengan tindakan nefrostomi atau tipe diversi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen antimikrobial karena sisa urin dalam kaliks menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan untuk mengankat lesi obstruktif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu ginjal rusak parah dan fungsinya hancur, nefrektomi dapat dilakukan. DEFINISI Hidronefrosis adalah penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya. PENYEBAB

Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis): - Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi - Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah - Batu di dalam pelvis renalis - Penekanan pada ureter oleh: - jaringan fibrosa - arteri atau vena yang letaknya abnormal - tumor. Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih: - Batu di dalam ureter - Tumor di dalam atau di dekat ureter - Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau pembedahan - Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter - Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid) - Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih) - Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya - Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker - Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera - Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi ureter. Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun sesudahnya pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar. Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap. GEJALA

Gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan serta lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis akut), biasanya akan menyebabkan kolik renalis ( nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang rusuk dan tulang panggul) pada sisi ginjal yang terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (hidronefrosis kronis), bisa tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul). Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis atau karena penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser ke bawah. Air kemih dari 10% penderita mengandung darah. Sering ditemukan infeksi saluran kemih (terdapat nanah di dalam air kemih), demam dan rasa nyeri di daerah kandung kemih atau ginjal. Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terbentuk batu (kalkulus). Hidronefrosis bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-samar, seperti mual, muntah dan nyeri perut. Gejala ini kadang terjadi pada penderita anak-anak akibat cacat bawaan, dimana sambungan ureteropelvik terlalu sempit. Jika tidak diobati, pada akhirnya hidronefrosis akan menyebabkan kerusakan ginjal dan bisa terjadi gagal ginjal. DIAGNOSA Dokter bisa merasakan adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar.

You might also like