You are on page 1of 17

TEORI DAN KONSEP BUDIDAYA TANAMAN PADI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Alat dan Mesin Pertanian

Oleh kelompok 2: Abdul Afif Ade Imron R Dewi Sofiah 111710201005 111710201037 111710201025

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN TEKNIK PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2011

BAB 1. BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

1.1 Karakteristik Tanaman Pangan Tanaman pangan merupakan tanaman yang dapat kita jumpai sehari-hari. Hasil dari tanaman pangan dapat dijadikan makanan pokok bagi masyakakat banyak. Tanaman pangan merupakan tanaman semusim baik padi maupun palawija dapat ditanamn secara monokultur dan tumpang sari. Monokultur adalah penanaman satu jenis tanaman dalam waktu dan lahan yang sama. Sementara tumapang sari adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih dalam waktu dan lahan yang sama. (Najiati S, 1999)

1.2 Teknik Budidaya Tanaman Pangan Hal pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan budidaya tanaman pangan adalah pemilihan dan penyiapan lahan, pemilihan komuditas, pola tanam, pemeliharaan hingga pemanenan. 1.2.1 Pemilihan dan Penyiapan Lahan Pemilihan lahan untuk pembudidayaan tanaman pangan harus memenuhi kriteria agar dapat tumbuh dengan baik. Kondisi lingkungan yang harus diperhatikan ialah suhu dan curah hujan yang memadai. Kondisi tanah harus gembur, derajat keasaman tanah pH 5,5 - 6,5, agak lembab dan drainase baik, dan mendapat penyinaran penuh. Penyiapan lahan untuk budidaya tanaman pangan, lahan harus bersih dari gulma atau tanaman sebelumnya. setelah itu melakukan pengolahan lahan, secara umum pengolahan lahan dapat dilakukan secara mekanis yaitu dengan mengguanakan traktor atau hewan penarik bajak dan manual dengan menggunakan cangkul. Pada pengolahan lahan secara mekanis , traktor atau hewan hanya sebagai penggerak bajak dan garu. Pembajakan dilakukan dua kali, yaitu pertama mengguanakan bajak untuk membalikkan tanah kedua mengguanakan garu untuk menghancurkan dan meratakan tanah.

pengolahan lahan secara manual dilaksanakan dengan cara mencangkul tanah sedalam 20 cm, lalu gumpalan tanah dihancurkan dan diratakan.

1.2.2 Pemilihan komuditas Pemilihan komuditas merupakan salah satu faktor terpenting yang akan menentukan berhasil tidaknya usaha tani yang dilakukan. Pemilihan komuditas dari varietas unggul dan bermutu sangat dianjurkan dalam melakuakan budidaya tanaman. Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu kesesuaian lahan, umur tanaman, dan luas lahan. 1. Kesesuaian lahan Agar dapat tumbuh dengan baik setiap tanaman memiliki kondisi lingkungan tertentu, seperti memperhatikan suhu dan curah hujan keduanya sangat berpengaruh dalam budidaya tanaman pangan. Rata-rata suhu yang dikehendaki tanaman pangan di Indonesia berkisar diatas suhu 21
0

C dengan

ketinggian kurang dari 500 mdpl dan dibawah suhu 210C dengan ketinggian lebih dari 500 mdpl. Selain ketinggian tempat, curah hujan menjadi pertmbangan penting dalam memilih komuditas. 2. Umur tanaman Tanaman yang dipilih sebaiknya tanaman semusim yang berumur pendek. Ini disebabkan waktu untuk mengelola terbatas. Padi dan palawija merupakan tanaman semusim. Variasi umur tanaman ini tergantung pada varietasnya, ada yang berumur panjang dan ada yang berumur pendek. 3. Luas lahan Sebaiknya lahan yang akan ditanami tanaman pangan harus lebih dari 2000 m2. Dengan luas lahan seperti itu maka komuditas padi dan palawija lebih diprioritaskan untuk dipilih. Jika di perlukan sebagian lahan tersebut dapat di digunakan

untuk komuditas sayuran. Bertujuan agar petani memperoleh hasil lebih selama menunggu hasil panen padi dan palawija.

1.2.3 Pola Tanam Pola tanam merupakan pengaturan sisitem penanaman dan pergiliran tanaman pada suatu lahan untuk memperoleh pendapatan yang optimum. Tanaman pangan, baik padi maupun palawija dapat ditanam secara monokultur dan tumpangsari. 1. Monokultur Sistem tanam monokultur memiliki kelebihan dibanding tumpangsari seperti penghematan tenaga kerja dalam lahan kecil, perawatannya lebih mudah dan serangan hama penyakit lebih sedikit. 2. Tumpangsari Sistem tanam tumpangsari memiliki banyak kelebihan namun jaga memiliki kalemahan seperti pemeliharaan tanaman lebih sulit dan lebih mudah terserang hama dan penyakit. Beberapa kelebihan penggunaan sistem tumpangsari, yaitu penggunaan lahan lebih efisien, distribusi tenaga kerja lebih merata, distribusi pendapatan petani berkesinambungan, terhindarnya dari

penumpukan panen yang berlebihan, dan resiko gagal panen dalam satu komuditas dapat diperkecil.

1.2.4 Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan harus dilakukan agar produksi yang direncanakan dapat mencapai maksimal. Kegiatan ini meliputi penyulaman, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, dan pembubunan. 1. Penyulaman Penyulaman dilakukan bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tubuh. Dalam melakukan kegiatan penyulaman juga dapat

melakukan kegiatan penjarangan yang bertujuan untuk mengurangi benih yang tumbuh dalam satu lubang tanam. 2. Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan biasanya dilakukan dua minngu sekali. Penyianagn dilakukan bukan untuk memberantas gulma saja, tetapi dapat sekalian membetulkan saluran air. Sehingga banyak manfaat dari dilakukannya penyianagn ini. Antara lain tanaman terjaga dengan tidak adanya gulma, melancarkan aliran air jika turun hujan, serta dapat mencegah hama dan penyakit awal. 3. Pengendalian Hama dan Penyakit Serangan hama pada fase muda ( kurang dari 20 hari) hama yang paling sering menyerang yaitu ulat tanah, ulat daun, penggerayak daun. Untuk menanggulangi hal tersebut dapat dikendalikan dengan pemberian insektisida Marsal 25 ST atau larvin 75 WP. Setelah tanaman berumur lebih dari 20 hari dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida seperti Dursban 20 EC dan Sevin 85 S. 4. Pemupukan Pemberian pupuk dilakukan untuk memberi nutrisi untuk tanaman dengan dosis yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kesuburan tanah. Pemupukan dilakukan dengan memperhatikan fase-fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman baik akar daun dan buah.

1.2.5

Peralatan Peralatan yang biasa dipakai dalam budidaya tanaman pangan antara lain parang (untuk membersihkan gulma saat membuka lahan jika tidak mengguanakan traktor), cangkul untuk mengolah tanah, sabit untuk memanen, tali raffia untuk mengatur jarak tanam, tugal untuk membuat lubang tanam, ember plastik untuk menempatkan benih atau pupuk saat ditebar, terpal untuk mencampur pupuk atau menjemur hasil panen, dan spreyer untuk penyemprotan pestisida. Untuk mengelola tanah dengan

menggunakan traktor atau hewan untuk membalik posisi tanah sebelum penanaman.

BAB 2. BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

2.1 Budidaya Tanaman Perkebunan Perkebunaan berdasarakan fungsinya adalah usaha yang bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja, peningkatan penghasilan dan devisa negara, serta memelihara kelestarian sumberdaya alam. Berdasarkan pengolahan

perkebunan dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Perkebunan Rakyat, yaitu suatu usaha budidaya tanaman perkebunan yang dilakukan oleh rakyat yang hasilnya dijual , dengan areal pengusahaannya dalam sekala terbatas luasnya; 2.

Perkebunan Besar yaitu suau usaha budidaya tanaman perkebunan yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang hasil seluruhnya dijual dengan areal pengusahaannya sangat luas; 3. Perkebunan Perusahaan Inti Rakyat (PPIR) yaitu suatu usaha budidaya tanaman, dimana perusahaan besar (pemerintah atau swasta) bertindak sebagai inti sedangkan rakyat merupakan perantaranya; 4. Perkebunan Unit Pelaksanaan Proyek

(Perkebunan Pola UPP) yaitu perkebunan yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah sedangkan pengusahaannya tetap dilakukan oleh rakyat. (Samsulbahri. 1985)

2.2 Teknik Budidaya Banaman Perkebunan 2.3.1 Pemilihan dan Pengolahan Lahan Pemilihan lahan untuk budidaya tanaman perkebunan harus memperhatikan curah hujan tahunan yang ideal untuk tanaman kakao berkisar antara 1100 sampai 3000 mm, suhu ideal untuk yanaman perkebunan yaitu suhu maksimum berkisar 30-32 0C dan suhu minimum bekisar 18-21 C.serta sinar matahari yang cukup. Selain itu angin juga harus ideal tidak terlalu kencang agar tanaman tidak tumbang. Tanah harus diupayakan memenuhi persyaratan tumbuh tanaman yaitu kegemburan tanah, dan derajat keasaman tanah harus stabil yaitu 5,5

6,5 pH. Persiapan areal lahan perkebunan merupakan langkah awal dari pembudidayaan perkebunaan.yang meliputi persiapan lubang tanam, tanaman penaungan (untuk tanaman perkebunan tertentu), dan persiapan bahan tanam. 2.3.2 Persiapan Bibit Persiapan pembibitan merupakan langkah awal untuk pertanaman, setelah perkecambahan, maka pembibitan harus memperoleh perlakuan khusus agar bibit diperoleh bibit yang siap tanam dengan

baik.pemeliharaan selama pembibitan merupakan kunci keberasilan dalam budidaya tanaman perkebunan. Pemeliharaan pada waktu pembibitan yaitu penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. 2.3.4 Pemindahan bibit ke lahan dan pemeliharaan Tanaman perkebunan Pemindahaan bibit harus dilakukan setelah bibit berumur cukup untuk dipindah ke lapang, dengan menyortir terlebih dahulu bibit yang akan dipindah. Pemeliharaan tanaman perkebunan sama halnya dengan pemeliharan tanamn yang lain, seperti penyulaman untuk mengganti tanaman yang yang tidak tumbuh. Pemupukan untuk memberikan unsure hara yang diperlukan untuk tanaman. Penanganan hama dan penyakit dilakukan untuk mengantisipasi gangguan hama dan penyakit agar hasil dari pembudidayaan dapat maksimal. Pembubunan dilakukan untuk memperkokoh tanaman agar tidak mudah roboh. 2.2.5 Peralatan Peralatan yang biasa dipakai dalam budidaya tanaman perkebunan antara lain parang (untuk membersihkan gulma saat membuka lahan jika tidak mengguanakan traktor), cangkul untuk mengolah tanah, tugal untuk membuat lubang tanam, mesin pemompa air untuk melakukan pengairan, tali rafia untuk mengatur jarak tanam.

BAB 3. BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA

3.1 Karakteristik Budidaya Tanaman Hortikultura Hortikultura berasal dari bahasa latin yakni hortus yang berarti kebun dan colera yang berarti menumbuhkan pada suatu medium buatan. Secara harfiah hortikultura berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun. Akan tetapi para pakar mendifinisika hortikultura sebagai ilmu yang mempelajari budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan, atau tanaman hias. (Zulkarnain. 2009) Tanaman yang digolongkan tanaman hortikultura sangat luas dan beragam, namun bila dilihat dari cirri-ciri produknya terdapat banyak kesamaan pokok yaitu: 1. Produk tanaman hortikutura mudah rusak bila disimpan tanpa perlakuan khusus 2. Komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air karena

konsumsinya dalam keadaan segar. 3. Ketersediaan produk, terutama dari kelompok buah-buahan yang bersifat musima dan murah saat panen raya. 4. Harga produk ditentukan oleh kwalitas bukan kuantitas. 5. Berbeda dengan tanaman pangan, tranaman hortikultura dikonsumsi sedikit namun apabila tidak terpenuhi maka sapat berdampak buruk terhadap kesehatan. 6. Disamping itu tanaman hortikultura berfungsii untuk memenuhi kebutuhan rohani manusia misalnya tanaman hias, baig sebagai bunga pot dan bunga potong.

3.2 Lingkungan Tanaman hortikultura Faktor lingkungan berpengaruh penting pada pertumbuhan tanaman hortikultura, dapat dikelompokan sebagai berikut. Factor iklim Kestabilan Factor medium tumbuh Tanah Kestabilan

Cahaya

Tersedia cukup untuk proses fotosintesis

Permukaan tanah datar Lapisan relative dalam tekstur tanah agak halus sampai sedang.

Suhu udara

4,5- 36 C 78% nitrogen 21% oksigen 0,9% argon 0,03% karbondioksida 0,07% gas

Air mulsa

Tesedia cukup Digunakan tanaman hiortikultura tertentu untuk mempetahankan kelembapan,mengurangi laju erosi

3.3 Perawatan Tanaman Hortikultura Perawatan tanaman hortikultura dapat dilakukan dengan melakukan pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Tujuan perawatan tanaman tersebut adalah untuk meminimalkan kerugian yang didapat. Dalam melakukan perawatan petaniu juga harus memperhatikan fase-fase

pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan.

BAB 4. BUDIDAYA TANAMAN PADI

4.1 Teknik Budidaya Padi Tanaman padi adalah tanaman yang tergolong tanaman air. Sebagai tanamn air bukan berarti bahwa tanamn padi hanya dapat tumbuh di daerah yang digenangi air terus-menerus. Tanman padi juga dapat tumbuh di tanah dataran atau tanah kering, namun dengan curah hujan yang dapat mencukupi kebutuhan tanamn akan air. Melakukan kegiatan budidaya tanaman padi harus melakukan beberapa tahap, yaitu Pemilihan dan Pengolahan lahan, Penyemaian, Pemindahan Bibit dari pesemaian ke Lahan, Penanaman, Perawatan, Pemanenan. 1. Pemilihan Lahan dan Pengolahan Lahan Pemilihan lahan untuk pembudidayaan tanaman padi harus memenuhi kriteria agar dapat tumbuh dengan baik. Kondisi lingkungan yang harus diperhatikan ialah suhu dan curah hujan yang memadai. Kondisi tanah harus gembur, derajat keasaman tanah pH 5,5 - 6,5, agak lembab dan drainase baik, dan mendapat penyinaran penuh. Pengolahan lahan pada pembudidayaan tanaman padi dapat dilakukan dengan pembajakan tanak menggunakan traktor atau hewan sebagai penarik bajak. Pengolahan lahan ini dilakukan untuk membalik posisi tanah. Ketika melakukan pembajakan tanah untuk lahan budidaya tanaman padi tanah harus tergenang air setinggi 2 cm atau bisa disebut kondisi tanah macak-macak (becek). Tujuan pemberian air tersebut adalah untuk mempermudah pengolahan dan untuk memusnahkan gulma atau sisa-sisa tanaman sebelumnya. Kemudian lahan dibiarkan begitu saja selama 15 hari guna memberikan penyinaran yang cukup bagi lahan dan juga untuk membusukkan sisa-sisa tanaman yang akhirnya bisa menjadi pupuk kompos.

Kegiatan setelah itu adalah melakukan penyisiran lahan dengan menggunakan garu untuk menghancurkan gumpalan-gumplan tanah yang tersisa. Penyisiran juga dilakukan untuk membersihkan lahan dari sisa gulma atau sisa tanaman sebelumnya yang tidak terurai selamalahan dibiarkan. Alat dan mesin yang digunakan dalam pengolahan lahan adalah Cangkul untuk menghancurkan sisa bongkahan tanah, Traktor atau Hewan sebagai media penarik bajak atau garu, Bajak dan Garu untuk membalik dan meratakan tanah.

2. Penyemaian Sebelum petani mulai dengan persiapan-persiapan untuk menanami sawahnya dengan padi, pekerjaan pertama adalah mempersiapkan sepetak lahan untuk melakukan penyemaian atau sepetak lahan untuk menabur bibit padi. Cara pengolahan tempat penaburan bibit (pesemaian) tersebut dilakukan sama dengan pengolahan lahan tadi, namun kondisi pesemaian tidak terlalu basah atau becek. Pesemaian dibagi dalam beberapa bedengan dengan lebar bedengan 1,20 meter, sementara panjangnya di tetapkan oleh keadaan tempat pesemaian. Antara dua bedengan ada saluran air sebagai pemisah dengan kedalaman 25 cm dan lebar 30 cm.

3. Menaburkan Bibit di atas Pesemaian Sebelum melakukan penaburan benih di atas pesemaian, bibit yang berupa butiran gabah dikecambahkan terlebih dahulu. Keuntungan dari mengkecambahkan bibit sebelumnya adalah agar pada saat bibit ditaburkan dapat melekat dengan tanah. Alat yang digunakan dalam penaburan bibit adalah Ember penguji gabah bibit, merendam gabah dalam karung di air yang mengalir, ember plastik untuk menempatkan bibit yang akan ditaburkan.

4. Pemindahan Bibit dari Pesemaian ke lahan yang Sudah Disiapkan

Pemindahan bibit dari pesemaian dilakukan jika bibit sudah berumur 4-5 minggu terhitung dari penaburan bibit di atas penyemaian. Bibit sudah dianggap cukup tua untuk dicabut dan dipindahkan ketempat penanaman. Jika bibit dari pesemaian terlalu tua dari umur yang disebutkan dari masing-masing varietas akan membawa pengaruh buruk terhadap pembentukan tunas dari tanaman. Jumlah tunas akan berkurang, tentunya hal tersebut dapat mengurangi hasil yang akan didapat petani.

5. Penanaman Penanaman bibit padi harus memperhatikan bibit yang akan dimasukkan dalam tiap tancap. Dalam setiap tancap bibit padi maksimal berisi 3-4 bibit dalam setiap tancap, jika varietas yang ditanam tegolong kelompok Indika yang pada umumnya daya merumpunnya lebih tinggi dari varietas IndoYaponika. Penanaman juga harus memperhatikan jarak tanam bibit. Jarak tanam untuk setiap tancap dipengaruhi oleh varietas dan kesuburan tanah. pada umumnya jarak tanam untuk komuditas padia dalah 30 x 30 cm.

6. Perawatan Budidaya tanaman padi juga memerlukan perawatan yang baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam perawatan tanaman padi adalah Penyiangan,

Pengendalian Hama dan Penyakit, dan Pemupukan. Penyiangan dilakukan untuk memushankan tanaman liar atau gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman padi, karena akan terjadi perebutan zat makan antara tanaman padi dengan tumbuhan laiar tersebut. Penyianyan dilakukan 4 atau 5 minggu setelah penanaman dimulai. Pada saat melakukan penyiangan petani juga dapat mengaduk permukaan tanah untuk membiarkan tanah mendapat hawa dan membiarkan gas di dalam tanah untuk menguap. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya kerugian karena serangan hama dan penyakit.

Gangguan hama dan penyakit merupakan musuh terbesar petani, karena gangguan hama dan penyakit dapat menimbulkan kerugian yang besar jika tidak segera di tangani. Penangan hama dan penyakit dapat di tanagani dengan penyemprotan pestisida maupun insektisida serta penggunaan obat-obatan khusus untuk menangani virus atau penyakit pada tanaman padi. Alat pertanian yang sering digunakan adalah spreyer untuk menyemprotkan bahan kimia untuk memberantas hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan untuk memberikan unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman agar mendapat zat makanan yang cukup. Penggunaan pupuk yang tepat sangat dianjurkan dalam melakukan budidaya tanaman padi, unsure hara yang paling utama adalah N, P, K, dalam budidaya tanaman padi penggunaan pupuk organik sangat baik dibanding dengan pupuk anorganik. Kadar zat hara beberapa pupuk organik tidak kalah dengan kadar hara dari pupuk buatan. Namun penggunaan pupuk oraganik semakin ditinggalkan, petani Indonesia lebih cenderung kepada pemakaian pupuk anorganik karena lebih paraktis dan cepat. (Siregar Hardian. 1981)

7. Pemanenan Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan mesin panen yang memenuhi persyaratan. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah. Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan. Persyaratan yang paling mendasar adalah 90% - 95% gabah dari malai tampak menguning, Malai berumur 30 35 hari setelah berbunga berkisar 135 hari setelah tanam. (www.deptan.go.id) Alat dan mesin yang digunakan saat pemanenan bermacam. Saat ini alat pemanen padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi dengan bahan baja yang sangat tajam

dan terakhir telah diintroduksikan reaper, berikut cara pemanen dengan beberapa alat tersebut: a. Pemanenan dengan menggunakan ani-ani Ani-ani merupakan alat panen padi yang terbuat dari bambu diameter 10 20 mm, panjang 10 cm dan pisau baja tebal 1,5 3 mm. Ani-ani dianjurkan digunakan untuk memotong padi

varietas lokal yang berpostur tinggi. Pe-manenan padi dengan ani-ani dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. 2. Tekan mata pisau pada malai padi yang akan dipotong. Tempatkan malai diantara jari telunjuk dan jari manis tangan kanan. 3. Dengan kedua jari tersebut tarik malai padi ke arah pisau, sehingga malai ter-potong. 4. Kumpulkan di tangan kiri atau masukkan kedalam keranjang.

Gambar 1. Panen padi dengan ani-ani

Gambar 2. Alat Panen Ani-ani

b. Pemanenan menggunakan sabit Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah dan potong bawah tergantung cara perontokan. Melakukan pemanenan menggunakan sabit, keadaaan mata sabit harus benar-benar tajam.

Gambar 3. Pemotongan padi dengan sabit

c. Pemanenan menggunakan Reaper Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip kerjanya mirip dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Bagian komponen mesin reaper adalah sebagai berikut : 1. Kerangka utama terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja dengan diameter 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling, tuas pengatur kecepatan, tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat baja. 2. Unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari baja keras dengan jumlah gigi dan diameter ber-macam-macam sesuai de-ngan tenaga dan kecepatan putar yang diinginkan. 3. Unit pisau pemotong terletak dalam rangka pisau pemotong yang terbuat dari pipa besi, besi strip, besi lembaran yang ukurannya bermacam-macam.

Gambar 4. Reaper

Gambar 5. Panen padi dengan reaper

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Najiati S, Danarti. 1999. Pemanfaatan Lahan Tidur untuk Tanaman Pangan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Samsulbahri. 1985. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Yogyakarta: Gajah Mada Universiti Press

Siregar Hardian. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Jakarta: PT Sastra Hudaya.

Zulkarnain. 2009. Dasar-Dasar Hortikultura. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sumber Internet

www.deptan.go.id-file=PASCAPANEN

You might also like