You are on page 1of 3

Anatomi Ginjal Ginjal merupakan organ ganda yang terletak di daerah abdomen, retroperineal antara vetebra lembal 1 dan

4. Pada neonatus kadang-kadang dapat diraba. Seluruh traktus urinarius yaitu ginjal, ureter dan kandung kemih terletak di daerah retroperitoneal. Pada janin permukaannya berlobulasi yang kemudian menjadi rata pada masa bayi. Ginjal terdiri dari korteks dan medula. Tiap ginjal terdiri atas 8-12 lobus yang berbentuk piramid. Dasar piramid terletak di korteks dan ouncaknya yang disebut papila bermuara di kaliks minor. Pada daerah korteks gromelurus, tubulus kontortus proximal distal. Sedangkan daerah medula penuh dengan percabangan pembuluh darah arteri dan vena renalis, ansa henle dan duktus kolingens. Suatu kerja terkecil dari ginjal disebut nefron. Tiap ginjal membunyai kira-kira 1 juta nefron. Nefron terdiri atas gromelurus, kapsul bowman, tubulus kontortus proximal, ansa henle dan tubulus kontortus distal. Ujung dari nefron yaitu tubulus distal bermuara ada di duktus kolingens. Nefron yang terletak di daerah korteks disebut nefron kortikal, sedangkan yang terletak di perbatasan dengan medula disebut nefron juksta medular. Nefron juksta medular mempunyai ansa Henle yang lebih panjang yang berguna terutama pada ekskresi air dan garam. Sebagian dari tubulus distal akan bersinggungan dengan arteriol aferen dan eferen pada tempat masuknya kapsul bowman. Pada tempat ini sel tubulus distal menjadi lebih rapat dan intinya lebih tegas disebut makula densa. Juga dinding arteriol aferen yang bersinggungan mengalami perubahan dan mengandung granula yang disebut renin. Daerah ini merupakan segitiga dengan batas-batas pembuluh aferen, eferen, makula densa disebut aparat juksta gromerular.

Fisiologi Ginjal

Fungsi ginjal terutama untuk membersihkan plasma drah dari zat-zat yang tidak diperlukan tubuh terutama hasil-hasil metabolisme protein. Proses ini dilakukan dengan beberapa mekanisme, yaitu
1. Filtrasi plasma di gromelurus.

2. Reabsorbsi terhadap zat-zat yang masih diperlukan tubuh di tubulus. 3. Sekresi zat-zat tertentu di tubulus. Jadi urin yang terbentuk sebagai hasil akhir adalah resultat dari filtrasi, sekresi, dan reabsorbsi. Fungsi ginjal secara keseluruhan dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu :

I.

Fungsi Ekskresi 1. Ekskresi sisa metabolisme protein Sisa metabolisme lemak dan karbohidrat yaitu CO2 dan H2O dikeluarkan melalui paru dan kulit. Sisa metabolisme protein yaitu ureum, kalium, fosfat, sulfa anorganik dan asam urat dikeluarkan melalui ginjal. 2. Regulasi volume cairan tubuh Bila tubuh kelebihan cairan maka terdapat rangsangan melalui a karotis interna ke osmoreseptor di hipotalamus anterior. Rangsangan tersebut diteruskan ke kelenjar hipofisis posterior sehingga produksi hormon anti-diuretik (ADH) dikurangi dan akibatnya diuresis menjadi banyak. Sebaliknya bila tubuh kekurangan air (dehidrasi), maka produksi ADH akan bertambah sehingga produksi urin berkurang karena penyerapan air di tubulus distal bertambah. 3. Menjaga keseimbangan asam-basa Keseimbangan asam dan basa tubuh diatur oleh paru dan ginjal. Sesuai dengan rumus Henderson Hasselbach: Ph = 6,1 (konstan) + log B HCO3 (ginjal) H2CO3 (paru) Paru menjaga jumlah H2CO3 plasma (N = 1,15 1,35 mEq/l) dengan mengatur kadar Pco2 dan ginjal menjaga konsentrasi NaHCO3 (N = 25 27 mEq/l) dengan cara menyerap NaHCO3 dan mensekresi H + di tubulus.

II.

Fungsi Endokrin 1. Partisipasi dalam eritropoesis Pengalaman klinis menunjukkan bahwa penderita ginjal kronik sering disertai dengan anemia berat yang normokromik. Ternyata bahwa untuk pembentukan sel darah merah diperlukan zat eritropoetin. Eritropoetin dirubah dari proeritropoetin yang mengkin dibuat dalam hati oleh zat yang diproduksi ginjal yang disebut faktor eritropoetik ginjal (kidney erythropoetic factor). 2. Pengaturan tekanan darah Bila terjadi iskemia ginjal misalnya oleh stenosis a.renalis, maka granula renin akan dilepaskan dari aparat juksta glomerular. Renin akan merubah angiotensinogen di dalam darah menjadi angiotensin I. Kemudian angiotensin 1 dirubah lagi menjadi angiotensin II oleh enzim konvertase di paru. Angiotensin

II mempunyai 2 efek, yaitu pertama mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan kedua merangsang korteks kelenjar adrenal untuk memproduksi aldosteron. Aldosteron bersifat meretensi air dan natrium sehingga akibatnya volume darah bertambah. Kombinasi kedua efek tersebut akan mengakibatkan hipertensi.

3. Keseimbangan kalsium dan fosfor Pada gagal ginjal kronik (GGK) dapat terjadi kerusakan tulang yang disebut rikets ginjal atau osteodistrofi ginjal. Hal ini disebabkan karena ginjal mempunyai peranan pada metabolisme vitamin D. Vitamin D atau kolekalsiferol dirubah dihati menjadi 25 (DH) - kolekalsiferol (D3). Kemudian baru setelah dirubah kedua kalinya yaitu di ginjal menjadi 1,25 (OH)2 D3, ia menjadi metabolit yang aktif dan dapat menyerap kalsium di usus. Bila terjadi kerusakan ginjal misal pada GGK, maka hanya sedikit dibentuk 1,25 (OH)2 D3 sehingga terjadi hipokalsemia. Hal ini diperberat lagi dengan adanya retensi fosfor yang mempunyai perbandingan terbalik dengan kalsium darah. Hipokalsemia akan merangsang kelenjar paratiroid untuk memproduksi parathormon (PTH) dengan maksud untuk meninggikan kadar kalsium darah, tetapi caranya dengan memobilisasi kalsium tulang sehingga terjadi kerusakan tulang tersebut (rikets ginjal).

You might also like