You are on page 1of 10

A.

Pendahuluan Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berada di titik krusial revolusi ilmiah yang memiliki potensi mentransformasikan pada kebijakan, praktik, dan penelitian/riset secara mendalam (Slavin, 2002, hlm. 15). Salah satu komponen yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan adalah proses belajar mengajar, karena berkaitan langsung dengan proses dan produk di lapangan. Keberhasilan proses pembelajaran selain ditentukan oleh cara belajar siswa, faktor lain seperti kurikulum, sarana dan prasarana, media, situasi dan kondisi serta lingkungan belajar, cara mengajar guru pun sangat mempengaruhi. Menurut pendapat oleh Peter Sheal (1989) sesuai dengan Kerucut Pengalaman Belajar Dia menyatakan (hasil penelitian) bahwa peserta didik yang hanya mengandalkan penglihatan dan pendengaran dalam proses pembelajarannya akan memperoleh daya serap kurang dari 50%. Di sisi lain, dalam melaksanakan proses belajar mengajar, kurang dari 20% guru yang menggunakan alat bantu pembelajaran. Kurang dari 30% guru yang selalu mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga wajar apabila evaluasi hasil belajar hasilnya belum seperti yang di harapkan. Dalam psikologi pendidikan, prinsip paling penting ialah guru tidak hanya semata-mata memberikan pengetahuan di dalam benak siswa. Tetapi siswa sendiri yang harus membangun pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat membantu proses ini, dengan cara mengajar dan membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar (Nur dan Wikandari.2000). Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan sejumlah informasi ke dalam benak siswa, tetapi mengusahakan agar konsepkonsep penting dan sangat berguna terkonstruksi sangat kuat dalam benak siswa. Untuk menjawab tugas pendidikan seperti itu, paradigma bergeser dari teori-teori belajar sebelumnya ke peran guru sebagai motivator/fasilitator di dalam kelas supaya siswa dapat menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri. Uzer Usman (2008:21) berpendapat bahwa dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif setidaknya ada lima variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, yaitu melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, memperhatikan kemampuan siswa dan menggunakan alat peraga yang tepat. Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pembelajaran yang dapat membuat

siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat, sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat. Mencermati hal tersebut, perlu adanya perubahan, inovasi ataupun gerakan perubahan ke arah pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya terlebih tujuan pembelajaran.

Pembelajaran kimia hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Salah satunya dengan adanya model pembelajaran kooperatif.

B. Pembahasan

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan suasana sosial yang bersifat kerja sama antar orang per orang di kelas demi meningkatkan kemampuan belajar setiap siswa. Hal ini sejalan dengan alasan (Soekamto, 1993) bahwa proses belajar jarang sekali merupakan proses yang terjadi dalam keadaan menyendiri. Suasana kelompok belajar memungkinkan adanya kerjasama, kebebasan serta nilai-nilai yang dianut dan sangat mempengaruhi baik keberhasilan belajar maupun kepuasan orang belajar. Metode pembelajaran koperatif merupakan bentuk kegiatan pembelajaran yang bersumber realitas kehidupan siswa sehari-hari yakni adanya saling ketergantungan antara siswa dengan siswa dalam kelompok belajar. Belajar dalam bentuk koperatif membuat

prestasi individu terpengaruh oleh tindakan-tindakan dari individu lainnya dalam kelompokkelompok belajar (Wahyu). Menurut Gagne dan Driscoll (1988), bahwa pembelajaran adalah rancangan seperangkat acara/peristiwa yang diajukan, aktif, dan menunjang belajar. Merujuk pada pengertian tersebut maka metode pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menunjang terjadinya belajar dalam bentuk kerja bersama antar siswa dalam bentuk kelompok (tim) kecil. Slavin (2008) menjelaskan bahwa perilaku dalam kelompok kooperatif seperti perluasan kognisi, pengajaran oleh teman, model oleh teman, dan penilaian mutual mengarah pada peningkatan pencapaian belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama bersama
2

(Eggen and Kauchak,1996: 279).Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap

kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakang. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan diluar sekolah. Karakteristik yang ditemui dalam belajar kooperatif seperti yang dinyatakan oleh Deutch & Hornstein (1970), yakni proses kooperatif memiliki komunikasi yang terbuka, akrab, cenderung meningkatkan kepekaan bersama dan perhatian menyeluruh, mengurangi perbedaan, dan merangsang keterpaduan atau menguatkan kepecayaan dan nilai-nilai. Jonhson (1985) menyatakan bahwa proses antar pribadi kooperatif yang dapat terjadi dikarenakan a) memiliki interaksi yang tinggi, b) komunikasi yang efektif, c) memudahkan pencapaian belajar teman lainnya (membantu, membagi, dan tutor), d) saling mempengaruhi untuk berprestasi, e) penyelesaian konflik dalam pemecahan masalah secara bersama, f) kepercayaan antar anggota kelompok selalu meningkat, g) penerimaan dan dukungan dari teman selalu meningkat, h) keterlibatan emosional begitu tinggi dan komitmen untuk belajar bersama dengan anggota kelompok, i) adanya pemanfaatan sumber belajar secara bersama dari anggota kelompok, dan j) meredakan kekuatiran dan kegagalan. Menurut Johnson & Johnson (1991) bahwa pengelolaan metode pembelajaran kooperatif meliputi lima tahap prosedur yang terdiri dari 1) spesifikasi tujuan-tujuan belajar, 2) persiapan dan pengaturan suasana belajar, 3) penjelasan tugas-tugas belajar dan teknik belajar, 4) pemantauan kegiatan belajar, dan 5) penilaian. Sedangkan Arends (1988) mengatakan bahwa sintaks belajar dengan cara kooperatif (cooperative learning) terdiri dari enam fase, yakni: 1) adanya tujuan belajar, 2) penyajian informasi, 3) organisasikan siswa dalam tim belajar, 4) bantu tim kerja yang sedang belajar, 5) adakan tes, dan 6) rekognisi hasil belajar secara tim maupun perorangan Tabel 1 : Perbedaan kelompok belajar kooperatif dan konvensional Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional

Adanya

saling

ketergantungan Guru

sering

membiarkan

siswa

positif,saling

membantu,dan

saling tertentu mendominasi kelompok atau

memberikan motivasi sehingga ada menggantungkan diri pada kelompok. interaksi promotif Adanya akuntabilitas individual yang Akuntabilitas mengukur penguasaan individual sering

materi diabaikan sehingga tugas-tugas sering

pelajaran tiap anggota kelompok, dan diborong oleh salah seorang anggota, kelompok diberi umpan balik tentang sedangkan hasil belajar anggotanya sehingga mendopleng dapat diketahui siapa perlu bantuan pemborong. dan dan siapa yang dapat membantu Kelompok belajar heterogen, baik Kelompok belajar, homogen. dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa perlu bantuan dan dan siapa yang dapat membantu. Pimpinan kelompok dipilih secara Pemimpin kelompok sering ditentukan demokratis atau bergilir untuk oleh guru atau kelompok dibiarkan anggota pada kelompok keberhasilan

memberikan pengalaman memimpin untuk memilih pemimpinnya dengan bagi para anggota kelompok. cara masing-masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan Keterampilan sosial sering secara dalam kerja gotong royong seperti tidak langsung diajarkan. kepemimipinan, berkomunikasi, dan kemampuan mempercayai

orang lain, secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauan melalui observasi dan berlangsung guru terus melakukan intervensi sering tidak dilakukan oleh pemantauan melalui observasi dan guru pada saat belajar kelompok melakukan intervensi jika terjadi sedang berlangsung.

masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. Guru memperhatikan secara proses Guru sering tidak memperhatikan kelompok yang terjadi dalam proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. pada Penekanan sering hanya pada

kelompok-kelompok belajar. Penekanan penyelesaian hubungan tidak tugas hanya tetapi

juga penyelesaian tugas.

interpersonal

(hubungan

antar pribadi yang saling menghargai)

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya,seperti milik ereka sendiri. c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang di tangani dalam kelompok kooperatif.

Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif: Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis, kelamin berbeda-beda. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif yakni: 1) Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik. 2) Penerimaan terhadap keragaman Pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial. 3) Pengembangan keterampilan sosial Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan siswa yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Lima prinsip dalam metode Pembelajaran Tim Siswa yang merupakan teknik pembelajaran kooperatif yang teah dikembangkan memiliki 5 prinsip, tiga di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif yang dapat diadaptasikan pada sebagian mata pelajaran dan tingkat kelas. Student Team-Achievement Division (STAD), Team-GamesTournament (TGT), dan Jigsaw II (teka-teki). Dua yang lainnya adalah kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas tertentu. Jadi, yang akan dibahas lebih lanjut adalah 3 yang telah disebutkan di atas.

2. Model-model pembelajaran kooperatif

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasikan atau lewat bahan bacaan

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masingmasing kelompok

Memberi penghar-gaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok

a. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Langkah 1

Guru menyampaikan materi pembelajaran ke siswa secara klasikal (paling sering menggunakan model pembelajaran langsung,

Langkah 2

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4 6 siswa yang heterogen, baik dari segi kemampuan, agama, jenis kelamin, atau lainnya).

Langkah 3

Dilanjutkan diskusi kelompok untuk penguatan materi (saling bantu membantu untuk memperdalam materi yang sudah diberikan)

Langkah 4

Guru memberikan tes individual, masing-masing mengerjakan tes tanpa boleh saling bantu membantu diantara anggota kelompok.

Langkah 5

Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari skor dasar ke skor kuis (cara penilaian akan dijelaskan di akhir bab ini)

b. Model pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw a. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (disebut dengan kelompok asal, setiap kelompok terdiri dari 4 6 siswa dengan kemampuan yang heterogen). Setiap anggota kelompok nantinya diberi tugas untuk memilih dan mempelajari materi yang telah disiapkan oleh guru (misal ada 5 materi/topik).
- Misal 1 kelas: 40 anak - Ada 5 topik yang akan dipelajari - Kelompok asal ( 40:5 = 8 kel.)

Kelompok Asal

b. Di kelompok asal, setelah masing-masing siswa menentukan pilihannya , mereka langsung membentuk kelompok ahli berdasarkan materi yang dipilih. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:

Kelompok Asal

Materi A

Materi B

Materi C Kelompok Ahli

Materi D

Materi E

c. Setelah setiap kelompok ahli mempelajari (berdiskusi) tentang materinya masingmasing, setiap anggota dalam kelompok ahli kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan/menularkan apa-apa yang telah mereka pelajari/diskusikan di kelompok ahli. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:
Kelompok Ahli Materi A Materi B Materi C Materi D Materi E

Kelompok Asal

d. Dalam tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi agar pelaksanaan kegiatan diskusi dalam kelompok ahli maupun penularan dalam kelompok asal berjalan secara efektif dan optimal. e. Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai menyampaikan apa yang dipelajari sewaktu dalam kelompok ahli, guru memberikan soal/kuis pada seluruh siswa. Soal harus dikerjakan secara individual. f. Nilai dari pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar pemberian nilai penghargaan untuk masing-masing kelompok. Teknik penilaian/penghargaan akan dijelaskan tersendiri di akhir bab pembelajaran kooperatif ini.

. Langkah-langkah Model pembelajaran TGT Beri informasi secara klasikal Bentuk kelompok beranggotakan 4-5 siswa (kemampuan siswa heterogen) Diskusi kelompok untuk penguatan pemahaman materi yang dikaitkan dengan kuis/latihan yang telah diberikan (mempelajari kembali) Permainan/turnamen (dalam setiap kelompok diwakili satu orang) Beri soal untuk dilombakan Beri penghargaan pada kelompok yang wakilnya dapat maju terus sampai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
9

Referensi: Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Slavin. Cooperative Learning. Teori, Riset, dan Praktik. Cetakan I. Bandung: Nusa Media. 2008 (terjemahan dari Cooperative Learning: theory, research, and practice London: Allymand Bacon: 2005). Jurnal Ilmiah Exacta Vol. 2. Mei 2009 (Pengaruh Model Pembelajaran Tipe TeamGames-Tournament (TGT) terhadap hasil peningkatan belajar Biologi pada konsep sistem pencernaan manusia. Data Seminar : Model-model Pembelajaran Prof. Dr. M. J. Rampengan, M.Pd Diklat Sertifikasi Guru Manado. Skripsi: Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Terhadap Penguasaan Konsep Dan Prinsip Reaksi Oksidasi-Reduksi Pada Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Tondano oleh Faliany Meylita Pontoh.

10

You might also like